Anda di halaman 1dari 79

INFEKSI FUNGI SISTEMIK

SISTEMIK MIKOSIS

Sistemik= seluruh tubuh, pada jaringan yang dalam


penyebaran = dapat ditemukan pada organ selain lokasi infeksi awal
Predisposisi melalui inhalasi
Asymptomatic symptomatic
Dimorphic 370 Fase yeast
25-300 Fase mould (hyphal)
Pasien dengan immunitas normal biasanya sub klinis, infeksi serius pada pasien
immunocompromised
SISTEMIK MIKOSIS

Infeksi jamur terjadi pada organ internal.

 Infeksi utama terjadi pada sistem pernapasan.


 Infeksi terjadi melalui inhalasi konidia yang terbawa udara.
 Disebabkan oleh jamur dimorfik.
 Lebih dari 95% kasus dapat sembuh sendiri & tanpa gejala.
 Penyebaran terjadi melalui rute hematogen
SISTEMIK MIKOSIS

 Organisme terjadi melalui inhalasi konidia dan berkembang di paru-paru sebagai


ragi/yeast.

 Perubahan suhu menentukan bentuk morfologi.


 Jamur berbentuk kapang bila ditumbuhkan pada suhu 25°C tetapi tumbuh sebagai
khamir pada suhu tubuh (Dimorfisme termal).

 Infeksi berawal dari kolonisasi di area paru, penyebaran secara secara hematogen atau
limfogen ke organ lain (termasuk kulit, menyebabkan infeksi granulomatosa, purulen)
Endemik Mikosis Sistemik
Dimorphic Fungi

Etiologi: Oportunistik:
◦ Histoplasma capsulatum ◦ Candida albicans
◦ Blastomyces dermatitidis ◦ Cryptococcus
◦ Coccidioides imitis ◦ Aspergillus
◦ Paracoccidioides brasiliensis
SISTEMIK MIKOSIS
HISTOPLASMOSIS
Histoplasma capsulatum

 Dimorphic fungi
 Memiliki fase sexual
 Infeksi intrasellular
 Tersebar di seluruh dunia
 Sering mengkontaminasi tanah melalui kotoran burung atau kelelawar

◦ Burung tidak terinfeksi tetapi kelelawar dapat menunjukkan gejala symptomatik


 Umumnya infeksi bersifat asymptomatik
HISTOPLASMOSIS
Pathogenesis
Histoplasmosis
Gejala Klinis
 Infeksi sistem respirasi
 Umumnya diawali oleh infeksi asymptomatik

◦ Menyerupai gejala flu (demam, sakit kepala, nyeri dada, lesu, penurunan berat
badan, nyeri otot, kedinginan, kelelahan, batuk non produktif 3-10 hari
◦ Infesi fatal dapat terjadi jika pasien terinfeksi dalam jumlah besar
◦ Infeksi laten terjadi pada pasien immunocopromised, mis. HIV, pasien dgn
transplantasi organ
 Pericarditis, arthralgias, arthritis
 Pneumonia, hepatomegaly & splenomegaly
Histoplasmosis
Infeksi Sistemik

 Penyebaran progresif histoplasmosis Penyebaran fungi ke seluruh tubuh:


◦ Kerusakan immunitas host  Ulcer Oropharyngeal
 Infants, immuncompromised, HIV  meningitis
◦ Akut, sub akut, chronis  Hepatosplenomegaly
◦ Kegagalan makrofag mengeliminasi fungi  abses otak
 Adrenal
 supresiv sumsum tulang
(pancytopenia)
 Gastrointestinal
 Endocarditis
 Lymphadenopathy
Histoplasmosis
DIAGNOSIS

1. Pemeriksaan spesimen 2. Pemeriksaan langsung


 Spesimen jaringan
 Sputum
Pewarnaan fungi: PAS, GMS, Giemsa
 Sumsum tulang Preparat histologi :H & E
 Darah Yeast intracellular dalam makrofag
 Kerokan lesi Granuloma - non-caseous
 Urin - caseous
 Biopsy spesimen  Sputum – KOH
3. Pembiakan pada media agar
H&E biopsy mulut

Yeast dalam makrofag


GMS Biopsy Paru
Morfologi makroskopik
Sabouraud’s dextrose agar
Morfologi mikroskopik

macroconidia and microconidia


Diagnosis
 4. Serology
 Sensitifitas dan spesifisitas tergantung fase dan bentuk penyakit
 Complement fixation test (CFT)

 5. ELISA
 Meningkatkan sensitifitas (90%)
 Menurunkan spesifisitas dibandingkan CFT

 6. Immunodiffusion
 Lebih spesifik, kurang sensitif

 7. Deteksi Ag
 Urin
 Serum
Pengobatan Histoplasmosis
1. Immunocompetent (acute pulmonary, reaksi lokal, sistemik, meningitis)
◦ Moderate- Itraconazole 200 mg pO
◦ Infeksi yang parah- Amphotericin B
2. Immunocompromised
◦ Infesi moderat sampai parah
 Amphotericin B IV (total 10-15 mg/kg)
 Itraconazole 200 mg OD
Blastomycosis
Pathogenesis
Infeksi pulmonary primer

Penyebaran

manifestasi klinis meluas terutama tulang, kulit, paru, sistem


genito-urinary, chronic granulomatous dan infeksi suppuratif
Blastomycosis
Pathogenesis

Inhalasi Fagositosis oleh neutrophil

Conidia di tanah
Respon Inflamasi

Neutrophil dan makrophag


Respon Pyogranulomatous
Non-caseous granuloma
Epithelioid dan giant cell
Blastomycosis
Pathogenesis
 Infeksi pulmonary
 Fagositosis konidia oleh neutrophil, tapi tidak dibunuh.

◦ Konidia mengalami germinasi ke dalam bentuk yeast dalam paru,


tumbuh dan menyebar melalui aliran darah
 Tulang, kulit, dan sistem genito-urinary
 Perkembangan CMI (cell mediated immunity) menghasilkan
respon pyogranulomatous (neutrofil dan makrofag)
 Non-caseous granuloma
Blastomycosis
Clinical

Spektrum infeksi
Asymptomatic Symptomatic

1. Akut
 Menyerupai gejala flu (demam, nyeri otot, nyeri sendi, kedinginan, nyeri dada, batuk
berdahak)
 Pneumonia
pada pasien immunocopetent bersifat subklinis, dapat terjadi infeksi kronis/infeksi
berulang
Blastomycosis
Clinical
2. Chronic/Recurrent

◦ Pulmonary - chronic pneumonia


- Peronggaan
- kerusakan pleural

◦ kulit 40-80% -kulit dan mukosa


- pustular (verrucous)
◦ lesi ulcerasi
◦ Nodul subcutaneous
◦ Infeksi tulang/persendian
◦ Organ Genito Urinaria- prostat, epididymis
Blastomycosis - Kulit
Blastomycosis

pneumonia Lesi pada lutut


Blastomycosis

Osteomyelitis
BLASTOMYCOSIS
DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan langsung
Sputum cairan prostat
Pus (kulit,) Urin
Biopsy

- KOH
- PAS, GMS, H & E

Pyogranuloma
dinding tipis
pertunasan yeast
8-15 µ
Pemeriksaan langsung
KOH
Gram stain
Pewarnaan Jaringan

Biopsy PAS Kulit Biopsy PAS, Otak


BLASTOMYCOSIS
DIAGNOSIS

2. kultur
- Tumbuh lambat, 14 hari sampai 8 minggu
- bentuk mycelial pada 300C, putih sampai kecoklatan

 Konfersi membentuk fase yeast pada suhu 370C ,


penting pada proses infeksi
Fase Mould

Reverse
Morfologi mikroskopik fase mould
Perubahan ke bentuk yeast pada suhu 37ºC

macroscopic microscopic
BLASTOMYCOSIS
DIAGNOSIS - SEROLOGY
Umumnya hasil uji positif lambat (>6 minggu)
 Complement Fixation Test (CFT)
◦ Insensitive (<50%)
◦ Non-specifik
 Immunodiffusion
◦ Sensitivity 52-80% menggunakan A Ag
◦ spesifisitas >90%
◦ Infeksi sistemik, positif 88%
◦ infeksi lokal, positif 33%
 ELISA
◦ Hasil terbaik menggunakan A Ag
◦ Sensitifitas 80%
◦ Spesifisitas 80-92%
BLASTOMYCOSIS
TREATMENT

1. Itraconazole (200-400 mg OD x 6 bulan)


kecuali CNS blastomycosis

2. Amphotericin B IV (x 6-10 minggu)


Penyakit CNS
hambatan respon terhadap ICZ
Toxositas dengan ICZ
Coccidioides imitis
 Paparan melalui inhalasi spora
 Lokasi infeksi primer : paru
 Infeksi skunder:
◦ Penyebaran ke berbagai organ termasuk kulit
◦ Bentuk infeksi: Silent infection (60%) hingga pneumonia parah
◦ Dapat membentuk lesi granulomatous pada kulit, tulang, persendian, dan meninges
Coccidioides imitis
Morfologi
 Dalam kultur: membentuk miselium;
 Dalam jaringan tubuh: Tidak membentuk tunas (bidding) dan menghasilkan miselia
 Struktur bulat (spherules) dengan dinding tebal dan diameter 15–60 mikro meter,

mengandung hingga100 endospora


Diagnosa
SPESIMEN : PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK:
 Sekresi bronkus  Pemeriksaan dengan KOH 10% KOH
 Urine
 Pewarnaan dengan PAS, Gomori atau
 Sputum
Gram
 Hasil positif menunjukkan adanya
 Kerokan kulit
spherules (10-80um) dengan endospora
 Sumsum Darah dan
(2-5um).
 cairan serebrospinal.
CANDISIASIS
 Penyakit jamur yang disebabkan oleh species Candida sp.
 Dapat mengenai , orofaring, mulut, vagina, kulit, pronycial (kuku),

bronchi, paru
 Kadang menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis
Etiologi
 C. stellatoida
 C. tropicalis
 C. albicans

 C. parapsilosis
 C. kefyr
 C. guillermondii
 C. krusei
Faktor predisposisi
Faktor endogen
 Perubahan fisiologik (kehamilan, kegemukan, debilitas, latrogenik,

endokrinopati, penyakit kronik.


 Umur

 Perubahan immunologik

◦ Gangguan immunitaas cellular


◦ Gangguan keseimbagan flora normal
◦ Pengobatan dengan antibiotik dalam jangka waktu lama
Faktor eksogen
 Iklim, panas, kelembaban

 Maserasi akibat berendam lama

 Nutrisi yang tidak baik


Faktor virulensi
 Adesin( mannan, kitin, mannoprotein)
 Perubahan bentuk khamir ke bentuk filamen
 Produksi enzim ekstrasellular
Tahap Infeksi
 Perlekatan sel khamir (adhesi)
 Invasi (penetrasi hypha ke dalam epitelium)
 Pembentukan Chlamydospora
 Aktivitas phospolipase
 Kolonisasi
 Pembentukan hypha infektif
Gejala Klinis
 Candidiasis kulit
◦ Ruam kemeraan
◦ Bercak-bercakyang mengeluarkan cairan keputihan
◦ Timbul bisul-bisulkecil di bagian ruam
◦ Gatal dan panas
 Infeksi vagina
◦ Keluar cairan putih atau kuning dari vagina
◦ Panas, gatal, kemerahan
 Trush
◦ Bercak putih pada lidah, dan pinggir mulut
◦ nyeri
 Candidiasis usus
◦ Diae
◦ Diarrhea tanpa lendir dan darah
 Paronika (candida pada bantalan kuku)
◦ Kuku putih atau kuning
◦ Penebalan kuku
◦ Kuku rapuh dan terlepas
Kulit sebelun terinfeksi Candida

Sel kulit setelah penetrasi candida albicans selam 48 jam

Kulit terinfeksi oleh candida yang tidak patogen


Candidiasis unggas
 Trush/soursoup/crop mycosis
 Menginfeksi ayam, kalkun, angsa, puyuh, merpati, belibis,
 Unggas muda lebih rentan
 Penyebaran:

melalui pakan, air minum, dan peralatan tercemar


Candidiasis pada tembolok
Patogenesis
 Pakan yang tercemar candida menjadi sumber penular utama
 Pertumbuhan yang berlebihan dari C. albicans di dalam tembolok
Gejala candidiasis unggas
 Tidak ada gejala khas
 Ayam pucat
 Lesu
 Bulu kasar
 Feses cair
Diagnosa candidiasis
 Pemeriksaan natif dengan KOH atau pewarnaan Gram
 Penanaman pada media agar Dextrosa/ glukosa/ chrom agar
Pengobatan
 Nystatin dalam air minum 62.5-250 mg/ml
 Pemberian CuSO4, 1 sendok teh dalam 2 galon air minum
 Hindarkan hewan dari faktor predisposisi
 Pengobatan tipikal dan sistemik
Cryptococcosis
 Cryptococcus neoformans
◦ Yeast berkapsul
◦ Terdapat 3 serotipe berdasarkan antigen kapsular

1. Cryptococcus neoformans var neoformans


 Serotype A and D
 Terdapat di lingkungan
 Penyebab Cryptococcosis pada manusia, terutama pasien immunocopromised
The Organism
2. Cryptococcus neoformans var gattii
◦ Serotipe B and C
◦ Kurang umum di lingkungan
◦ Umumnya pada pasien immunocompetent

3. Cryptococcus laurentii
◦ Jarang menyebabkan penyakit
◦ Pasien dengan Immunocompromised
EPIDEMIOLOGI
Distribusi Geographik

 C. neoformans var neoformans


◦ Ditemukan pada tanah di seluruh dunia
◦ Serotipe A umum terdapat di U.S.

 C. neoformans var gattii


◦ Sering ditemukan pada kulit pohon kayu putih
◦ Daerah tropikal dan sub-tropical areas
Morbiditas dan Mortalitas: Manusia
 C. neoformans var neoformans
◦ Populasi
 0.4-1.3 kasus/100,000 orang

◦ Pasien Immunosuppressed
 Pasien AIDS
 2-7 kasus/1,000 pasien

 Resipien Transplantasi organ


 0.3-5.3 kasus/100 pasien

◦ Rata-rata mortalitas
 12-28% dari kasus yang ada
Morbiditas dan Mortalitas: Hewan
 Kejadian penyakit sporadik
 Sering terjadi pada kucing

◦ Immunosuppressed
◦ Infeksi tanpa penanganan dapat berakibat fatal
◦ Burung membawa mikroorganisme dalam. G. Intestinal
◦ Gejala klinis jarang muncul
Transmissi
 C. neoformans var neoformans
◦ Tumbuh secara alami di lingkungan
◦ Saprophyt pada tanah
◦ Ditemukan pada kotoran merpati
 Perkembangan di alam

 C. neoformans var gattii


◦ Kulit kayu dan debris pohon eucalyptus
Transmissi
 Inhalasi
 Reaktifasi infeksi laten
 Muntahan/iatrogenik

◦ Mastitis pada sapi


 Kontaminasi dari spuit, kateter dll
 Hewan- ke- manusia dan manusia-ke- manusia sangat jarang
Hewan Peka
 Kucing  Rubah
 Sapi  Mink
 Anjing  Cheetah
 Ferret  Rusa
 Guinea Pigs  Koala
 Kuda  Wallabi
 Domba  Lumba-lumba
 kambing  Non-human primates
 Llamas
Gejala klinis: kucing
 Saluran respirasi bagian atas
◦ Umumnya menimbulkan sakit pada kucing
◦ Bersin, mendengkur, dyspnea, nasal discharge (ingus), polyp hidung
 Lesi kulit

◦ Membentuk lesi nodular


◦ Sering terjadi pada bagian wajah
◦ CNS
Gejala Klinis: Anjing
 Penyakit menyebar dalam tubuh
◦ Penyakit neurologic merupakan bentuk cryptococcosis pada anjing
 Ocular (mata)

◦ Chorioretinitis, optic neuritis


 Organ lain

◦ Rongga hidung
Gejala klinis: Hewan lain
 Sapi: mastitis
 Domba dan Kambing: pulmonary disease
 Kuda: CNS, pulmonary
 Burung

◦ Jarang sakit
 Rhinitis dan sinusitis dapat terjadi
◦ Shedding organisme dalam feses
Lesi post Mortem
 Massa Granulomas atau gelatinous
◦ Inflamasi ringan
◦ Organ terserang:
 Paru, ginjal, lymph nodes, limpa, hati
 Infeksi CNS:

◦ Kongesti dan penebalan Meninges


◦ Abses otak dan spinal cord
 Lesi Ocular
Diagnosa Pada Hewan
 Detesi cairan dalam jaringan
 Metode

 Observasi langsung
 kultur
 Serologi
◦ Spesimen
 CSF, biopsy, smears, aspirates
◦ Karakteristik Yeast
 berkapsul, bulat atau oval, “clear halo”
Treatmen pada hewan
 Anti-fungal
◦ Amphotericin B
◦ Flucytosine
◦ Itraconazole
◦ Fluconazole
Penyakit Pada Manusia
 Keparahan penyakit
 C. neoformans var neoformans

◦ Opportunis
◦ Pasien Immunosuppressed

 C. neoformans var gattii


◦ Immunocompetent
◦ Infeksi diawali pada bagian paru
Penyakit Pada Manusia
 Pulmonary cryptococcosis
◦ Asymptomatic
 batuk, pleuritis, nyeri dada
 Penyakit yang progresive dapat terjadi pada
pasien immunocompromised
 Penyebaran fungi

◦ Memperlihatkan gejala awal cryptococcosis


Penyakit Pada Manusia
 Penyabaran penyakit
◦ Infeksi CNS
 Meningitis, meningoencephalitis
 Sakit kepala, mual, muntah
 Perubahan status mental
 Infeksi tanpa penanganan dapat berakibat fatal
 Infeksi subakut dijumpai pada pasien AIDS
 Dapat menunjukkan beberapa gejala atau memperlihatkan gejala non
spesifik
Penyakit Pada Manusia
 Infeksi pada organ
◦ Lesi Ocular
 Optic neuritis, chorioretinitis, endophthalmitis
◦ Lesi kulit
 Papula, vesikel, ulser.
 Cellulitis
 Resipien transplantasi organ
◦ Organ lain
 Infeksi tulang
Diagnosa Pada Manusia
 Deteksi cairan jaringan
◦ Metode
 Observasi langsung
 kultur
 CT scan, MRI, X-ray
◦ Spesimen
 CSF, darah, sputum, urin
◦ Karakteristik Yeast
 Berkapsul, bulat atau oval, “clear halo”
Treatmen Pada Manusia
 Anti-fungal
◦ Amphotericin B, fluconazole,
◦ Terapi jangka panjang dapat diberikan pada pasien AIDS
 C. neoformans var gattii

◦ Respon infeksi berjalan lambat untuk di terapi


Preventiv dan Kontrol

 Paparan dari lingkungan


◦ Sulit dihindari
 C. neoformans var neoformans

◦ Hindari tetesan kotoran merpati


 Hati-hati saat membersihkan lingkungan
 C. neoformans var gattii

◦ Hindari pohon eucalyptus


Preventiv dan Kontrol
 Paparan dari hewan
◦ C. neoformans var neoformans dalam intestinal burung hias
 Terpapar saat membersihkan kandang
◦ Tidak ada laporan kejadian dari mammal ke human
◦ Pasien dengan Immunosuppressed lebih beresiko
 Anti-fungal dapat diberikan sebagai prophylaxis
Preventiv dan Kontrol
 Cryptococcal mastitis
◦ Sering dihubungkan dengan treatmen glandula mammary
untuk infeksi lain
◦ Hindari kontaminasi spuit, cannul, atau preparasi antibiotik
◦ Bersihkan puting susu sebelum pengobatan

Anda mungkin juga menyukai