Anda di halaman 1dari 7

Demam tifoid

Pengobatan

- Kloramfenikol
- Tiamfenikol
- Kotrimoksazol
- Ampisilin dan amoksisilin
- Sefalosporin gen 3 : ceftriaxone 3-4 gram dlm dextrose 100 cc diberikan ½ jam perinfus
1x/hari selama 3-5 hari
- Gol. Fluorokuinolon : ciprofloxacin, levofloxacine
- Azitromisin
- Kombinasi antibiotika
Pada toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, syok sepsis, yang pernah terbukti ditemukan 2
macam organisme dalam kultus sarah selain kuman salmonella.
- Kortikosteroid
Pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami syok septic dengan dexamethasone
3x5mg

Pengobatan pada ibu hamil

- Kloramfenikol  X Trimester ke3  partus premature, kematian fetus intrauterine, grey


syndrome
- Tiamfenikol  X trimestser ke1 efek teratogenic
- Fluorokuinolon dan kotrimoksazol  x
- Yang boleh  ampisilin, amoksisilin seftriakson

Komplikasi

- Komplikasi intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus


- Komplikasi ekstraintestinal
o Komplikasi hematologic : trombositopenia, hipofibrino-genemia, peningkatan PT,
peningkatan fibrin degradation products dampai koagulasi intravascular diseminata
o Hepatitis tifosa
o Pankreatitis tifosa : terapi seftriakson atau kuinolon intravena
o TOKSIK TIFOID
Gejala demam tifoid diikuti suatu sindrom klinis berupa gg atau penurunan
kesadaran akut (kesadaran berkabut, apatis, delirium, somnolen, sopor, atau koma)
dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis lainnya dan dalam pemeriksaan
cairan otak masih dalam batas normal.
Manifes neuropsikiatrik berupa delirium dengan atau tanpa kejang, semi koma-
koma, Parkinson rigidity, mioklonus generalisata, meningismus, ensefalomielitits,
meningitis
Terapi  kombinasi kloramfenikol 4x500mg + ampisilin 4x1 gram + deksamethasone
3x5mg
Tifoid karier

Seseorang yang feses atau urinya mengandung S. typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid tanpa
disertai gejala klinis.

Dinyatakan bukan demam tifoid karier bila setelah dilakukan biakan secara acak serial minimal 6 kali
pemeriksaan tidak ditemukan kuman s. typhi

Diagnosis  pemeriksaan serologi Vi ditemukan kadar titer antibody Vi sebesar 160

Pemberian antibiotika pada tifoid karier

Tanpa disertai kolelitiasis

- Ampisilin 100mg/kg/hr + probenesid 30mg/kg/hr


- Amoksisilin 100mg/kg/hr + probenesid 30mg/kg/hr
- Trimetoptin-sulfametoksazol 2tab/2x/hr

Disertai kasus kolelitiasi

- Kolesistektomi + regimen diatas selama 28 hari atau


- Kolesistektomi + salah Satu
o Ciprofloxacin 750mg/2x/hr
o Norfloksasin 400mg/2x/hr

LEPTOSPIROSIS

Pathogenesis

Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lender, memasuki aliran darah dan
berkembang, menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon imunologi baik
secara seluler maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbemtuk antibody spesifik.

Walaupun demikian beberapa organisme masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara
imunologi spt di dalam ginjal dimana Sebagian mo akan mencapai convultes tubules, bertahan
disana dan dilepaskan melalui urin.

Leptospira dapat dijumpai dalam urin sekita 8 hari sampai beberapa minggu setelah infkesi.

Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin.

Setelah fase leptospiremia 4-7hari, mo hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler.
Leptospiruria berlangsung 1-4minggu.

Gambaran klinis
- Fase leptospiremia
Gejala awal sakit kepala di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha,
betis dan pinggang serta nyeri tekan. Mialgi diikuti hiperestesi kulit, demam tinggi, menggigil
, mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bisa penurunan kesadaran, rash pada
kulit, splenomegaly, hepatomegaly, limfadenopati.
Fase ini berlangsung 4-7 hari. Bila cepat ditangani dapat Kembali normal 3-6 minggu

- Fase imun
Demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi
demam Kembali.
Demam tinggi, nyeri otot, perdarahan spt epistaksis, kerusakan ginjal dan hati, uremia,
ikterik.
Conjungtiva injection dan conjunctiva suffusion dengan icterus  patognomonis
leptospirosis

INFEKSI NASOKOMIAL

- Infeksi nasokomial saluran kemih


Penyebab umumnya adalah uro-pathogenic e. coli (UPEC) dan proteus sp.
Terapi : sefalosporin gen 3, fluorokuinolon, trimetoprin sulfametoksazole atau anti
betalaktamase

- Infeksi luka operasi


Terapi : antibiotic broad specrum. Gram positif  fluklosasiklin, klindamisin atau
klaritomisin. Untuk gram positif yang multi resisten spt MRSA dan MRSE diberikan
vankomisin.

- Infeksi aliran darah, terakit kateter vascular


Primary blood stream infection  s. aureus, dimana terjadi perpindahan s. aureus selaku
kuman di kulit ke dalam blood stream pada tempat tusukan kateter. Infeksi jamur juga
dipikirkan pada kateter vena jugularis lama.
Secondary BSI  mo masuk ke dalam aliran darah.
Terapi empiric umunya diberikan pd pasien dengan perawatan >96 jam yang disertai gejala
klinis.

- Infeksi nasokomial saluran cerna


Infeksi clostridium difficile  diare akut cair, jarang berdarah. Dikaitkan dengan penggunaan
antibiotic lama, obat kemoterapi lama yang menyebabkan kematian flora normal usus.
Diagnosis : kultur feses, kolonoskopi  colitis pseudomembranosa
Th : metronidazole oral  resisten  vankomisin

- HAP
Early onset : s. aureus, pneumococcus, h. influenza  sefalosporin gen3, atau respiratory
tract quinolone spt levofloxacin
Late onset : klebsiella, pseudomonas, Acinetobacter sp
INFEKSI SSP
- Kriptokokosis
Infeksi oleh criptokokus neoformans
Kriptokokosis paru : demam, batuk dengan sputum tidak terlalu productif
Th/ amfoterisin B iv 0.7- 1 mg/kg/ht dan 5-fluorositosin oral 100mg/kg/hr selama 2 minggu
Meningitis kripokokus : kaku kuduk, edema papil, parese
Fluconazole 200-400mg/hr secara oral hingga CD4 >200
CT Scan  hidrosefalus, edema difus, atrofi, penyangatan meningen dan pleksus koroideus

- Toksoplasma
Ensefalitis tokso : demam, letih, sakit kepala, deficit neurologis (hemiparese, kejang, ataksia,
afasia, parkinsonism, koreaatetosis), penuruna esadaran, gg perilaku
Koriorenitinitis tokso : emam, letih, penglihatan kabur, scotoma, nyeri mata, fotofobia,
epifora
Penemuan umum : pembesaran KGB servikal kenyal, tidak nyeri, berkonfluens, ruam kulit,
hepatosplenomegaly.
(ensefalitis tokso) CT Scan  lesi tunggal/multiple hipodens menyangat kontras berbentuk
cincin disertai edema dan efek masa
(Koriorenitinitis tokso ) Fundukopi  nekrosis multifocal atau bilateral, bercak multiple
yellowish white di daerah kutub posterior.

Th/ pirimetamin 200mg oral hari pertama, selanjutnya 50-75 mg/hr + LEukovorin oral 10-20
mg/hr + Sulfasalazin oral 1000-1500 mg/hr
Di Indonesia  pirimetamin 25mg dan sulfadoksin 500mg )

- Pneumocystis pneumonia
Dema tidak tinggi, batuk kering, nyeri dad retrosternal yang memburuk saat inspirasi, sesak
napas
Rontgen  infiltral interstitial bilateral di perihilar, kadang ditemukan nodul soliter atau
multiple
Ct scan  ground glass atau lesi kistik.
Mikroskopik sputum  kista pneumocystis jiroveci

- Cytomegalovirus
Koriorenitinitis
gg penglihatan unilateral, penglihatan floater, fotopsia, scotoma, gg lapang pandang
unilateral.
Funduskopi  perdarahan retina brush fire, catchup sauce app, pigmentasi granuler atau
eksudat kekuningan spt pizza pie app, cotton wool spot pada perifer atau fundus

CMV sal cerna


Biopsy  tanda inflamasi dan CMV inclusion body

ANTRAKS
Disebabkan oleh kuman bacillus anthrasis
Basil gram + , non motil, bisa membentuk spora. Spora ini tidak terbentuk di jaringan hifuo,
tetapi di lingkungan yang aerobic akan muncul dan bertahan bertahun tahun di tanah yang
tahan temperature tinggi, kekeringan, juga tahan bahan dari binatangan atau pada industry
bahan dari binatang,

Mikroskop  rantai Panjang, pralel menyerupai gerbong barang (boxcar appearance)

Kasus agrikultur transmisi terjadi langsung dengan kontak dengan kotoran/secret binatang
yang terinfeksi seperti tinja, atau tidak langsung melalui gigitan lalat yang telah makan
bangkai binantan tsb. Atau bisa juga karena makan daging mentah atau kurang masak dari
binatang terinfeksi.
Kasus industry disebabkan kontak dengan spora yang terdapat pada bahan dari binatang
yang terinfeksi sot rambut, wol, kulit, tulang pada saat proses industry, spt selimut wol, ikat
pinggang dr kulit, dll

Spora akan masuk melalui kulit, sal napas, sal cerna, di dalam makrofag akan bertahan hidup

Manifestasi
- Cutaneous anathrax 90%
Lesi berbentuk papula kecil sedikit gatal pada tempat spora masuk (biasanya di lengan,
tangan, kemudian leher dan muka), yang dalam beberapa hari berubah menjadi bentuk
vesikel yang tidak sakit berisi cairan serosanguineous, tidak purulent dan menjadi ulkus
nekrotik yang sering dikelilingi vesikel2 kecil.
Khas dalam 2-6 hari akan timbul eschar berwarna hitam seperti batubara (black carbuncle).
Dasar kulit dari lesi terlihat indurasi , panas, merah, non pitting,

- Inhalation anthrax
Tidak memberikan gambaran pneumonia sehingga tidak didapatkan sputum yang purulent.
Pada foto thoraks selan infiltrate akan didapat gambaran khas berupa efusi pleura dan
pelebaran mediastinal oleh karena limfadenopati dan mediastinitis. Cairan pleura bersifat
hemoragik.

- Gastrointestinal anthrax
Demam, nyeri perut difus, muntah diare.

Diagnosis

Lab  leukosit normal atau sedikit meningkat dengan PMN dominan.

Cairan pleura  hemoragik.

Pemeriksaan gram dan kultur

Terapi

Penisilin G 4x4juta unit

Tertasiklin, kloramfenikol, eritromisin


Siprofloksacin 2x400mg atau doksisiklin 2x100mg ditambah dengan klindamisin 3x900mg dan atau
rifampisin 2x300mg

BURSELOSIS

Brucella adalah bakteri aerob gram negative intraseluler dengan pertumbuhan lambat, tidak
bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul.

b. melitensis (paling virulen ) dpt menyebabkan bruselosis berat dan akut  kambing, domba, unta

b. suis menyebabkan oenyakit kronik  kerbau, sapi, unta, yaks

b. abortus mybbkan oenakit ringan  babi

b. canis  anjing

penularan pada manusia terjadi setelah paparan di lingkungan kerja atau kontaminasi produk
makanan. Organisme ini menyerang organ reproduksi hewan kemudian menyebar ke urine, susu dan
cairan plasenta. Lokasi bakteri ini memudahkan penyebarakan ke manusia terutama pada petani,
dokter hewan, tukang potong hewan, konsumen

gejala

hepato splenomegaly, kelainan osteoarticular berupa bengkak sendi, bursitis, berkurangnya ROM
dan efusi.

Tatalaksana

Doksisiklin 100 mg po tiap 12 jam delama 45 hari

Gentamisin 5mg/kgbb dibagi 2 dosis selama 7 hari.

Trimethoprim sulfametoksazole 3x960mg selama 45 hari

HIV

Terapi ARV pada koinfeksi TB

OAT diberikan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan ARV dalam waktu 8 minggu pertama

Terapi ARV untuk hepatitis


TDF + 3TC atau FTC untuk HBV

Kombinasi interferon alfa dan ribavirin untuk HCV

Pencegahan penularan hiv dari ibu hamil ke bayi

AZT + 3TC + EFV

AZT + 3TC + NVP

TDF + 3TC atau FTC + EFV efavirenz tidak diberikan pada trimester 1

Pemberian ARV pada bayi baru lahir dari ibu HIV  AZT 2x/hari sejak lahir hingga usia 4-6 minggu,
dosis 4mg/kg/kali.

Morfologi HIV

Hiv memiliki sifat khusus yaitu memiliki enzim unik reverse transcriptase (RNA dependent DNA
polymerase). Melalui peran enxim reverse transcriptase ini HIV mampu mengubah informasi genetic
dari RNA ke DNA sehingga terbentuk provirus. Perubahan informasi genetic tsb diintegrasikan ke
dalam inti sel target. Kelihaian hiv juga memiliki kemampuan untuk memanfaatkan mekanisme yang
sudah ada di dalam sel target untuk membuat kopi diri sehingga terbentuk virus baru dan matur
yang memiliki karakter hiv.

Anda mungkin juga menyukai