Anda di halaman 1dari 9

Dizziness  sensasi, kepala terasa ringan, seperti akan pingsan, berputar, perasaan mabuk, dan busa

juga tidak mengarah, seperti gangguan mental, pandangan kabur, pusinh, atau perasaan perih

Penyebab dizziness

- Vestibulopati perifer
- Vestibulopati sentral
- Psikiatris
- Tidak diketahui

Faktor predisposisi

- Ansietas
- Depresi
- Menggunakan lima atau enam obat
- Gangguan keseimbangan
- Infark miokard terdahulu
- Hipotensi postural
- Gangguan pendengaran

Subtype

1. Vertigo
- BPPV : akumulasi debris dalam kanal semisirkularis. Terapi manuver Epley ataupun
senam vertigo
- Labirinitis : inflamasi pada saraf vestibular
2. Presinkop (nerasinkop)
- Sensasi spt akan pingsan atau hilangnya kesadaran, seringkali diawali pandangan yang
buram, dan terdengar suara gemuruh di telinga.
3. Disekuilibrium
- Terjadi gangguan keseimbangan dan melangkah dalam kondisi tidak adanya gangguan
sensasi di kepala / dizziness in the feet.  disebabkan krn deficit sensoris tunggal atau
multiple, gangguan system saraf pusat.
4. Vague light headedness
- Digunakan untuk memasukan gejala yang tidak dapat diidentifikasi sbg tipe 1,2,3
- Mengeluhkan seakan merasa selalu dalam keadaan berkabut

Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan ortostatik, kardiovaskular, neurootologik,tajam penglihatan, hiperventilasi


selama 2 menit, tes Romberg, tandem gait tes, pemijatan sinus karotis, manuver
hallpike, status kognitif, symptom depresi, ansietas

Indicator kualitas spesifik untuk vertigo:

- Lama episode
- Hubungan dengan perubahan kepala
- Tinnitus dan hilangnya pendengaran
- Pemeriksaan telinga
- Pemeriksaan neurologis
- Nystagmus spontan
- Nystagmus possisional

Indicator presinkop

- Hubungannya dengan perubahan posisi


- Symptom kardial
- Sinkop
- Perubahan tekanan darah ortostatik
- Apakah dimintakan pemeriksaan EKG atau Holter monitoring

Indicator disekuilibirum

- Roboh
- Pemeriksaan neurologis
- Tanda-tanda cerebellar
- Pemeriksaan gaya berjalan
- Tanda Romberg
- Ketajaman penglihatan

Indicator vague light headedness

- Adanya dokumentasi dari symptom dperesi dan ansietas

DEPRESI PADA USIA LANJUT

Etiologi : polifarmasi, kondisi medik, obat-obatan

Deperesi pada usia lanjut lebih sulit dideteksi karena

- Penyakit fisis yang didertia sering mengacauakan gambaran depresi antara lain mudah
Lelah dan penurunan BB
- Usia lanjut sering menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukkan dia lebih aktif
- Kecemasan histeria dan hipokondria yangs erring merupakan gejala depresi justru sering
menutupi depresisnya
- Masalah sosial sering membuat depresi menjadi lebih rumit

Depresi pada usia lanjut : keluhan fisis seperti insomnia, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan,
masalah pencernaan, dan sakit kepala

Ciri khas depresi usia lanjut antara lain


- Fluktuasi yang jelas dari gejala
- Gejala depresi mungkin tertutup keluhan somatic
- Adanya depresi yang berbarengan dengan demensia menggangu pengenalan dan
pelaporan depresi
- Terdapat hubungan yang erta antara penyakit fisis dan depresi

Terapi antidepresi  gg depresi sedang sampai berat, episode depresi berulang dan depresi dengan
gambaran melankolia atau psikotik

Antidepresi generasi baru bekerja pada reseptor susunan saraf otak, bersifat lebih selektif dan
spesifik sehingga profil efek sampingnya lebih baik.

Serotonin selective reuptake inhibitor/SSRI (fluoxetine, sertraline, paroksetin, fluvoksamin,


sitalopram), serotonin enchancer (tianeptine), reversivle MAOIs (moclobemide), antidepresi lainnya (
trazodone, nefazodone, mitrazepin, venlafaksin)

SSRI dianjurkan sebagai lini pertama  sitalopram dan sertraline . efek samping : sakit kepala, mual,
diare, insomnia, dan agitasi psikomotor. Salah satu efek berbahaya SSRI adalah central serotonine
syndrome, dapat timbul bila digunak Bersama obat2 yang dapat memacu transmisi serotonin, spt
MAOIs dan obat dekongestan

Fase akut  dosis optimal 6-12 minggu

Fase lanjutan  4 – 9 bulan untuk mencegah relaps

Terapi rumatan  1 tahun atau lebih.

Terapi elektrokonvulsi (ECT)

Utk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, intolenrasi terhadap efek samping obat
antidepresi atau gagal terapi, kecenderungan tidak patuh minum obat, niat bunuh diri  ECT 1-2 kali
seminggu pada pasien rawat inap, unilateral untuk mengurangi problem memori.

Terapi ect diberikan sampai ada perbaikan mood sekita 5-10 kali, dilanjutkan dengan antidepresi
untuk mencegah kekambuhan.

Perawatan rumah

Antidepresi dilanjutkan sedikitnya 6 bulan lagi, untuk resiko tinggi kambuh harus mendapat
sedikitnya 1-2tahun. Antidepresi yang dipakai adalah sertraline, fluoxetine, dan paroxetine.
Iatrogenesis

Terjadinya efek negative yang disebabkan oleh prosedur medis.

Bbrp predictor penting terjadinya iatrogenesis

Usia tua, jumlah obat uang diminum per hari, kondisi patologis yg berhubungan, kondisi media yang
buruk saat masuk rs, gg fungsi ginjal dan penggunaan akses intravena. Dari sekian banyak tiper
iatrogenic, yg paling sering ditemukan adalah berhubungan dengan obat atau efek samping obat
(adverse drug reaction-ADR)

Tipe tipe efek samping obat )ADR)

Peningkatan efek samping obat pada lansia disebabkan karena penurunan kemampuan
memetabolisme obat, perubahan sifat obat dan reseptor, dan sensitivitas jaringan yang
berhubungan dengan usia dan interaksi antar obat.

Pencegahan

- Menajemen pelayanan menfasilitasi komunikasi antara praktisi medis, menyakinkan


bahwa pelayanan yang dibutuhkan memang diberikan
- Tim interdisipliner geriatric mengevaluasi semua kebutuhan pasien, mengembangkan
rencana pelayanan yang terkoordinasi dan memberikan pelayanan
- Konsultasi farmasi
- Unit pelayanan akut utk lansia : bangsal2 di rs dengan protocol yang meyakinkan bahwa
apasien lansia secara seksama dievaluasi utk potensi masalah iatogenik

Gg keseimbangan, jatuh, fraktur

Keseimbangan  proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan integrasi input sensorik serta
perencanaan dan pelaksanaan Gerakan untuk mencapai tujuan yang membutuhkan postur gerak

Batas stabilitas : jarak terjauh pada arah manapun seseorang dapat bergerak dari garis tengah tanpa
mengubah landasan penopang awal dengan melangkah, menggapai, atau jatuh.

Derajat stabilitas tubuh tergantung 4 faktor:

Tinggi pusat gravitasi di atas landasan penopang, besarnya ukuran landasan penopang, lokasi garis
gravitasi pada landasan penopang, dan berat badan.
Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara konstan mengubah dan mengkoreksi posisi
pusat gravitasi terhadap landasan penopang disebut sbg ayunan postural (postural sway). Control
ayunan postural berasal dari input visual, vestibular, proprioseptif, dan organ eksteroseptif.

Terdapat dua komponen keseimbangan

- Keseimbangan statis untuk mempertahankan suatu posisi dalam periode tertentu


- Keseimbangan dinamis untuk memelihara keseimbangan pada saat melakukan gerakan

Perubahan komponen dari kapabilitas biomekanik meliputi latensi mioelektrik, waktu untuk
bereakis, proprioseptif, lingkup gerak sendi, dan kekuatan otot. Selain itu terdapat pula perubahan
postur tubuh, gaya berjalan, ayunan postural, system sensorik, dan mobilitas fungsional.

Usia lanjut dikaitkan dengan input proprioseptif yang berkurang, proses degenerative pada system
vestibular, refleks posisi yang melambat, dan melamhnya kekuatan otot. Kelemahan otot dan
ketidakstablian atau nyeri sendi dapat menjadi sumber gangguan postural selama Gerakan
volunteer.

Latensi mioelektrik atau waktu pramotor adalah keterlambatan antara stimulus yang diberikan
hingga timbulnya perubahan pertama dari aktivitas mioelektrik otot yang dapat diukur. Latensi
mioelektrik pada usia lanjut 10-20 mili detik lebih lama disbanding pada dewasa muda

Penurunan massa otot merupakan penyebab langsung menurunnya kekuatan otot. Perubahan
massa otot terjadi karena gg pada sintesis dan degradasi protein, yang pada lansia dipengaruhi oleh
wasting yaaitu proses pemecahan protein sel untuk memenuhi kebutuhan asam amino bagi sintesis
protein dan metabolsime energi pada kondisi asupan kalori yang tidak adekuat.

Defisiensi vitamin D, metabolit vit D dapat mempengaruhi metabolisme otot melalui mediasi
transkripsi gen melalui jalur cepat yang tidak melibatkan sintesis DNA dan melalui vairan alel
reseptor vitamin D

Faktor yang berperan terjadi instabilitas dan jatuh

- Faktor instrinsik : PPOK, pneumonia, infark miokard akut, gagal jantung, ISK,
hyponatremia, hipoglikemia, hiperglikemia, hipoksia, stroke, TIA
- Faktor ekstrinsik : faktor yang berada di lingkungan. Obat obatan misal : diuretika yang
menyebabkan seseorang berulang kali ke kamar kecil , efek mengantuk dari obat
sedative.
Ulkus decubitus

Kerusakan jaringan setempat pada kulit dan atau jaringan di bawahnya akibat tekanan, atau
kombinasi antara tekanan dengan oergeseran (Shear) pada bagian tubuh (tulang) yang menonjol.

Predileksi : sacrum, koksigeal, tuberositas ischialdia dan trokanter mayor.

Faktor resiko

- Primer : gg neurologis dengan paralisis, gg fungis kognitif dan penuruna kesadaran,


intervensi bedah, gg psikiatrik dan obat psikotropik, nyeri hebat
- Sekunder :
o Faktor yang menurunkan tekanan intravascular : syok, overdosis obat
antihipertensi ; dehidrasi : pemakaian diuretic, diare, sengatan matahari
o Faktor yang menurunkan transport oksigen ke sel faktor : anemia, penyakit
oklusi arteri perifer, mikroangiopati diabetic, hipotensi, bradikardi
o Faktor yang meningkatkan konsumsi O2 : demam, hipermetabolsime, infeksi,
sitokinemia
o Faktor yg menyebabkan def nutrient dalam sel : malnutrisi, kakeksia
o Faktor yang melemahkan pertahanan kulit : proses menua pad akulit, hygiene
buruk, penyakit kulit, kulit menjadi halus mudah maserasi pada inkontinesia urin
dan alvi karena sering terpapar urin dan feses, pemakaian steroid menyebabkan
kulit atrifu, tipis, mudah luka

Skala Norton untuk menilai resiko ulkus decubitus  skor <26 resiko tinggi ; skor >25 resiko rendah

Stadium ulkus decubitus

1. Peradangan terbatas pada epidermis  tampak kemerahan/eritema dan berindurasi


2. Kehilangan lapisan kulit epidermis/dermis
3. Kerusakan pada seluruh lapisan kulit, meluas ke lapisan fasia
4. Jaringan otot, tendon, dan tulang sudah terlibat
5. Unstageable  lapisan atas kulit ditutupi jaringan nekrotik yang tebal berwarna kuning, abu,
coklat, atau hijau.
6. Kerusakan jaringan dalam (deep tissue injury)  kulit yang intak berwarna ungu atau merah
maroon, tampak seperti memar yang dalam. Stadium ini cepat menjadi stadium ¾

Komplikasi

- Infeksi
- Keterlibatan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomyelitis, artritis septic
- Septikemia
- Anemia
- Hypoalbuminemia
- Kematian dgn angka mortalitas 48%
Sindrom gagal pulih

Memiliki 4 tanda :

- Penurunan kemampuan fisik


- Malnutrisi
- Depresi
- Penurunan kognitif

Gangguan tidur

Penyebab gg tidur pada lansia

- Perubahan2 ritme sikardian


- Gg tidur primer
- Hipertiroid, artritis
- Penyakit jiwa ( depresi, gg ansietas)
- Pengobatan poli farmasi, alcohol, kafein
- Demensia
- Kebiasaan hygiene tidur yang tidak baik
Gg tidur primer

- Gg tidur karena gg pernapasan (sleep disordered breathing)


- Sindrom kaki kurang tenang (restless legs syndrome) dan gangguan Gerakan tungkai
yang periodis (periodic limb movement disorder)
- Gg perilaku REM rapid eye movement

Gg tidur karena gg pernapasan

Faktor resiko : obesitas, laki laki, ras kulit hitam, usia lanjut, depresi system saraf pust (alcohol, obat
sedtif), penyempitan saluran napas atas, hipertensi, penyakit jantung, stroke, hipotiorid, akromegali,
keturunan, ppok.

Klinis : Saat tidur mengorok keras, tersedak, batuk, henti napas beberapa detik, terdapat Gerakan
spt orang kehabisan napas.

Pemeriksaan : Pemeriksaan di Lab tidur (apneu hipopneu index AHI ) menghitung jumlah total
episode apneu dan hipopneu dibagi lama tidur. AHI >5x perjam  henti napas krn obstruksi OSA ;
multiple sleep latency tes MSLT ; repeated test of sustained wakefulness RTSW ; pemeriksaan
refleksi akustik ; somnofluoroskopi; ct scan jalan napas atas

Terapi : posisi tidur miring, terapi hidung tersumbat, hentikan alcohol dan obat sedative serta
penurunan bb.

Sindrom kaki kurang tenang

Ditandai dengan rasa tidak enak yang berlebihan terutama pada kaki selama malam hari saat
istirahat. Sindrom ini adalah bentuk dari akathisia, sering disebut sebagai perasaan spt dirayapi
semut atau hewan kecil. Perasaan ini menyebabkan pasien menggerakan kakinya atau bangun lagi
untuk berjalan berkeliling guna menghilangkan rasa tidak enak tsb.

Terapi : merendam kaki dan tungkai atas dengan air hangat serta olahraga ringan (jalan kaki) yang
dikerjakan teratur . bila belum berhasil dapat digunakan antiparkinson karbidopa atau levodopa
dengan dosis awal 1x setengah tablet saat mau tidur.

Imobilisasi pada lansia

Keadaan tidak bergrak / tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomic tubuh
menghilang akibat oerubahan fungsi fisiologik.

Faktor resiko : kontraktur, demensia berat, osteoporosis, ulkus, gg penglihatan, dan fraktur

Penyebab : rasa nyeri,lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.

Lemah  malnutrisi, gg elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia, gg neurologi atau miopati,

Kekakuan  Parkinson, artritis rheumatoid, gout, obat psikotik spt haloperidol


Ketidakseimbangan  kelemahan, faktor neurologis (Stroke, kehilangan refleks tubuh, neuropati
karena dm, malnutrisi, gg vestibuloserebral), hipotensi ortostatik, obat spt diuretic, antihipertensi,
neuroleptic, antidepresan

Gg fungsi kognitif berat spt pada demensia dan gg fungsi mental spt depresi

Komplikasi imobilisasi

- Thrombosis vena
Faktor resiko : adanya luka di vena dalam karena truma atau pembedahan, sirkulasi drah
yang tidak baik pada vena dalam, berbagai kondisi yg meningkatkan resiko pembekuan
darah

- Emboli paru
Disebabkan oleh lepasnya thrombus yang biasanya berlokasi pada tungkai bawah yang
pada gilirannya akan mencapai pembuluh darah paru dan menimbulkan sumbatan

- Kelemahan otot
Imobilisasi lama mengakibatkan atrofi otot dgn penurunan ukuran dan kekuatan otot.
Perubahan otot selama imobilisasi lama menyebabkan degenerasi serat otot,
peningkatan jaringan lemak, serta fibrosis

- Kontraktur otot dan sendi


- Osteoporosis
- Ulkus decubitus
- Hipotensi postural
Adalah penurunan tekanan darah sebanyak 20 mmHg dari posisi baring ke duduk
dengan salah satu gejala klinik yang sering timbul adalah iskemia serebral, khusunya
sinkop.
- Pneumonia dan ISK
- Gg nutrisi (hypoalbuminemia)
Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut dengan imobilisasi dibandingkan
dengan usia lanjut tanpa imobilisasi. Kadar plasma kortisol yang lebih tinggi mengubah
metabolisme menjadi katabolisme sehingga metabolisme protein akan lebih rendah
pada pasien usia lanjut dengan imobilisasi.
- Konstipasi dan skibala
Imobilisasi lama akan menurunkan wktu tinggal feses di kolon. Semakin lama feses
tinggal di usus besar sehingga feses akan menjadi lebih keras.

Anda mungkin juga menyukai