Anda di halaman 1dari 22

MENTAL HEALTH PADA KASUS

NEROLOGI

Dr. Maria Susila Sumartiningsih, Dra., MPd., MSc., PhD


SISTEM SARAF

2
SISTEM SARAF

Sistem saraf adalah sistem penghubung


yang sangat kompleks yang dapat
mengirim dan menerima informasi dalam
jumlah besar secara bersamaan.

Sistem ini memiliki dua bagian, yaitu sistem


saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang), serta sistem
saraf tepi atau perifer (semua elemen saraf
yang menghubungkan sistem saraf pusat
dengan berbagai organ tubuh).
3
KELAINAN YANG TERJADI PADA SSO PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
• Cerebral palsy
• Erb palsy
• Muscular distrophy
• Contracture
• Club foot
• Polio
• Rickets
• Spina bifida
• Artrogriposis
• Hidrocephalus
• Mikrocephaly

4
Bentuk Gg. MUSLULAR

5
Neuron motoris (efferent): berfungsi mengontrol
organ sasaran

Neuron sensoris (afferent): menerima rangsang


dari lingkungan sekitar maupun dari tubuh

6
Perjalanan Saraf
• Saraf keluar dari otak menuju organ-organ tubuh seperti mata,
telinga, wajah, hidung, dan medulla spinalis
• Dari medulla spinalis saraf diteruskan menuju bagian tubuh yang
lebih rendah seperti tangan dan kaki
• Neuron sensoris menerima rangsangan dari lingkungan diteruskan ke
medulla spinalis dan secara cepat diteruskan ke otak
• Otak mengolah pesan dan memberikan respon
• Respon diteruskan oleh neuron motoris ke bagian tubuh yang lain

7
8
Penyakit Neurologi
• Penyakit saraf adalah gangguan, kelainan, atau kerusakan yang
terjadi pada sistem saraf manusia, sehingga memengaruhi
fungsinya.
• Penyakit pada sistem saraf dapat terjadi secara perlahan dan
menyebabkan hilangnya fungsi secara bertahap (degeneratif).
Namun, kondisi ini juga bisa terjadi secara tiba-tiba dan
menyebabkan masalah yang mengancam jiwa (akut).

9
Gangguan Mental Pada Penyakit Saraf
Gangguan Neurologi adalah gangguan yang terjadi pada otak, sumsum tulang belakang, dan sistem saraf secara
keseluruhan

Penyakit saraf dapat disebabkan oleh beberapa hal:


• Faktor keturunan atau genetik.
• Masalah pasokan darah (gangguan vaskuler).
• Cedera atau trauma, terutama pada kepala (cedera otak) dan sumsum tulang belakang (cedera tulang belakang
).
• Masalah yang muncul pada saat lahir (kongenital).
• Masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau psikosis.
• Paparan zat beracun, seperti karbon monoksida, arsenik, atau timah.
• Rusak atau matinya sel saraf yang menyebabkan hilangnya fungsi secara bertahap (degeneratif), seperti
penyakit Parkinson, multiple sclerosis (MS), Amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit Alzheimer, penyakit 
Huntington, dan neuropati perifer.
• Infeksi, seperti penyakit ensefalitis, abses otak, atau meningitis.
• Penggunaan berlebihan atau penarikan obat-obatan resep dan nonbebas, obat-obatan terlarang, atau alkohol.
• Jaringan sel yang abnormal (tumor atau kanker). 10
Pencegahan penyakit saraf

• Olahraga teratur, seperti berjalan atau jenis olahraga untuk kesehatan otak lainnya.


• Berhenti merokok.
• Istirahat yang cukup.
• Tangani kondisi kesehatan yang dapat menurunkan fungsi sistem saraf, seperti diabetes
atau tekanan darah tinggi.
• Terapkan pola makan yang sehat dan seimbang, dengan mengurangi lemak serta
memperbanyak asupan vitamin B6, B12, dan folat.
• Minum banyak air putih untuk membantu mencegah dehidrasi, yang dapat
menyebabkan linglung dan masalah memori.
• Hindari mengonsumsi alkohol dan narkoba.
• Konsumsi obat-obatan sesuai dengan dosis dan ketentuan yang direkomendasikan
dokter.
• Lakukan perlindungan diri untuk mencegah cedera
11
TEST DIAGNOSTIK
• CT scan, untuk melihat gambar bagian tubuh: tulang, otot, atau organ tubuh tertentu.
• Magnetic resonance imaging (MRI), untuk melihat struktur tubuh atau organ secara
lebih detail.
• Elektroensefalografi (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik di otak.
• Tes elektrodiagnostik, seperti elektromiografi (EMG) dan studi konduksi saraf, untuk
mendiagnosis gangguan otot dan neuron motorik.
• Angiogram, untuk mendeteksi penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah.
• Positron emission tomography (PET), untuk mengukur aktivitas metabolisme sel.
• Pungsi lumbal (spinal tap), dengan mengambil sampel cairan serebrospinal dari tulang
belakang untuk mendeteksi infeksi atau masalah saraf lainnya.
• Evoked potentials, untuk mencatat respons listrik otak terhadap rangsangan visual,
pendengaran, dan sensorik.
• Neurosonografi, untuk menganalisis aliran darah jika terjadi stroke 12
1. Phsycotic Disorder / Neurobiological respon / Skizofrenia
2. Asuhan Keperawatan Pada Masalah
• Harga Diri rendah
• Isolasi sosial
• Defisit perawatan diri
• Ansietas
• Pemberian gizi pada penatalaksanaan diet klien dengan
gangguan jiwa.
Sejarah perkembangan istilah skizofrenia
 Emil Kraepelin: dementia preacox


Morel : demence precoce Epidemiologi
Eugene Bleuler: schizophrenia
(menunjukkan terpisahnya pikiran,  Amerika:
emosi dan perilaku) dengan ciri 4A:  Prevalensi seumur hidup ~ 1%

 Sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki d.p
Asosiasi

perempuan, meskipun secara umum seimbang
Afek

 Muncul pertama kali biasanya pada remaja akhir atau
Autisme
awal masa dewasa
 Ambivalensi
 Banyak laki-laki yg didiagnosis pada usia sedikit lebih
Ditambah dengan halusinasi dan delusi muda
 Bagaimana situasi di Indonesia?
Perkembangan gangguan

 Diawali dengan fase prodromal; yaitu periode dimana mulai terjadi penurunan fungsi
dalam kehidupan. Ditandai dengan:
 Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial
 Meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung jawab/tuntutan hidup sehari-hari
 Timbul secara gradual, jarang disadari oleh orang lain hingga masuk fase akut

Kriteria diagnosis
Untuk dapat menegakkan diagnosis skizofrenia, kriteria A-F harus terpenuhi:
 Kriteria A: karakteristik simtom (dua atau lebih, menonjol dalam kurun waktu 1 bulan):
 Delusi
 Halusinasi
 Disorganized speech
 Hidup sangat tidak teratur, catatonic behavior
 Negative symptoms: affective flattening, alogia, avolition
Cat: hanya 1 kriteria yang diperlukan bila delusi dan halusinasi bizzare
Kriteria diagnosis (2)
 Kriteria B: ada disfungsi sosial atau pekerjaan
 Kriteria C: durasi terus-menerus selama 6 bln
 Kriteria D: bukan termasuk gangguan skizoafektif atau gangguan mood
 Kriteria E: bukan karena penyalahgunaan obat atau kondisi medis tertentu
 Kriteria F: tidak berhubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Gangguan perkembangan pervasif


 Pervasive developmental disorder:
 Beberapa kondisi anak dianggap mengalami gangguan autistik, namun sesungguhnya mengalami skizofrenia
usia dini. Cara membedakannya: pada gangguan skizofrenia delusi/halusinasi sangat menonjol
Deskripsi klinis

 Tidak memiliki simtom esensial: manifestasi gangguan dapat berbeda dari orang ke orang
 Tidak memiliki gejala yang “patognomonik” (gejala khas yang membedakan dengan
gangguan lain).
Misalnya : halusinasi, salah satu simtom utama skizofrenia, mungkin saja dialami seseorang
yang mengalami demam tinggi atau pasien demensia.

Simtom positif
Tanda-tanda yg berkelebihan, yg biasanya tidak ada pada kebanyakan orang

Delusi (Waham) Halusinasi


• Pengertian: keyakinan salah yg dipegang teguh, tidak sesuai • Pengertian: pengalaman sensoris yang dialami tanpa adanya
dg kenyataan, dan tidak dapat diubah (resisten) meskipun stimulasi sensoris; bedakan dengan ilusi
diberikan bukti-bukti yang menunjukkan kebalikannya • Bentuk yang umum: halusinasi visual, halusinasi auditorik:
• Bentuk yang umum: persecutory (misal: dikejar-kejar mendengar suara, percakapan-saling bersahutan, suara yang
intel/Densus 88), thought insertion, thought broadcasting, mengomentari perilaku
waham kebesaran (grandiose), ideas of reference • Ditemukan peningkatan aktivitas di daerah Broca di otak,
ketika halusinasi terjadi
18
Teori Neurotransmitter
 Teori dopamin:
 Gangguan terjadi karena tingkat dopamin berlebihan
 Reseptor dopamin berlebihan atau sangat sensitif
 Terutama terpusat pada jalur mesolimbik
 Abnormalitas dopamin utamanya terkait dengan simtom positif
 Selain dopamin, ada neurotransmitter lain yang berperan: serotonin, GABA, Glutamate

Teori struktur dan fungsi otak


 Hilangnya sel-sel otak
 Berkurangnya aktivitas di korteks prefrontal
 Faktor congenital:
 Kerusakan pada saat pembentukan otak janin atau kelahiran
 Serangan virus pada otak janin
 Faktor perkembangan otak
Kesulitan hidup bersama klien skizofrenia
 Halusinasi, delusi, dan paranoia yg dialami pasien sulit dipahami/diterima orang lain
 Adanya defisit dlm keterampilan sosial : menyendiri, kontak sosial yg sangat terbatas (sebagai
bagian dari penyakitnya)
 Penyakit tidak bisa sembuh total, melainkan ”sembuh terkontrol”: mungkin kambuh pada
situasi tertentu (misal: stres tinggi). Oleh karenanya harus dipastikan klien patuh terhadap
pengobatan

Terapi medis:Obat-obatan antipsikotik untuk menghilangkan simtom => Dosis


Terapi Medis pemeliharaan (maintenance dosage) untuk mencegah kekambuhan

Intervensi psikososial sebagai pendamping pengobatan medis:


Terapi  Pelatihan keterampilan sosial:
psikologis  Membantu klien mengatasi masalah interpersonal melalui bermain peran dan latihan-latihan
 Bisa dalam kelompok maupun secara individual
Terapi psikologis (2)
 Terapi keluarga untuk mengurangi ekspresi emosi:
 Mengajarkan pada keluarga mengenai skizofrenia
 Menekankan pentingnya pengobatan medis
 Membantu keluarga agar tidak menyalahkan pasien
 Meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah dalam keluarga
 Mendorong pengembangan dukungan sosial: support group
 Menumbuhkan harapan
 Cognitive behavioral therapy
 Mengenali dan men-challenge keyakinan yang sifatnya delusional
 Mengenali dan men-challenge harapan terkait dengan simtom negatif
 Misal: ”saya toh tidak bisa sembuh, jadi buat apa berobat?”
 Cognitive enhancement therapy (CET)
 Meningkatkan perhatian, ingatan, pemecahan masalah dan simtom-simtom lain yang dasarnya kognitif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai