Anda di halaman 1dari 70

PENGKAJIAN

SISTEM PERSARAFAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Menjelaskan tujuan pengkajian sistem persarafan
 Menjelaskan komponen pengkajian riwayat
kesehatan
 Memahami dan mendemonstrasikan pemeriksaan
fisik sistem persarafan
TUJUAN PENGKAJIAN
SISTEM PERSARAFAN
 Menegakkan database neurologi pasien
 Mengidentifikasi adanya disfungsi sistem saraf
 Menentukan efek disfungsi sistem saraf terhadap
ADLs dan fungsi mandiri pasien
 Mendeteksi situasi yang mengancam kehidupan
pasien
 Membandingkan data saat ini dengan data
sebelumnya untuk menentukan kecenderungan dan
perlunya perubahan intervensi
 Memberikan database untuk menegakkan diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif
KOMPONEN, FOKUS, FREKUENSI
 Komponen tergantung : KEADAAN KESADARAN dan
KOOPERATIF PASIEN pada kondisi stabil
 Fokus : komponen kritikal yang beresiko berubah dan
menggambarkan kondisi pasien secara keseluruhan
 Minimum meliputi :
 TINGKAT KESADARAN (orientasi dan kognitif)
 PERILAKU DAN STATUS MENTAL
 REFLEKS PUPIL
 KEKUATAN MOTORIK EKSTREMITAS
 Frekuensi ???
 Stabilitas pasien & kondisi yang mendasari
RIWAYAT KESEHATAN
 DATA DEMOGRAFI
Usia, jenis kelamin, pekerjaan

 RIWAYAT KEPERAWATAN
 Riwayat kesehatan saat ini : keluhan utama – PQRST,
OLDCART
 Riwayat kesehatan masa lalu

 Riwayat perkembangan
 Riwayat keluarga
 Riwayat pengobatan
OLDCART
 O : Onset (serangan)
 L : Location (lokasi)
 D : Duration (lamanya)
 C : Characteristic (Karakteristik)
 A : Associated Symptoms
 R : Relieving or Aggravating factors (faktor2
yang meringankan/mengganggu)
 T : Treatment (Pengobatan)
ONSET

 Kapan keluhan ini dimulai?


 Pernahkan pengalaman ini terjadi sebelumnya?
 Berapa lama keluhan terakhir dirasakan?
 Apakah gejala berbeda tiap hari?
 Apa yang akan dilakukan ketika keluhan
terjadi?
 LOCATION
 Di bagian mana keluhan dirasakan?
 Apakah keluhan berpindah2 /di tempat yang
sama?

 DURATION
 Berapa lama itu terjadi?
 Apakah terjadi kadang2/terus menerus?
 Berapa lama mengalami keluhan tsb?
 CHARACTERISTIC

 Kualitas gejala. Coba menggunakan kata2


pasien atau keluarga sendiri
 Seperti apa keluhan yang dirasakan
 Apakah tingkat kelemahan fungsional
mempengaruhi hubungan dengan orang lain?
 Rata2 skala, contoh skala nyeri 0 – 10, dari 0
tidak nyeri sampai 10 paling nyeri
 Apakah keluhan berubah sejak pertama
dirasakan?
 ASSOCIATED SYMPTOMS
 Adakah gejala lain yang menyertai?
 Adakah gejala2 lain yang dialami?

 RELIEVING OR AGGRAVATING FACTORS (Faktor2


yang meringankan/memberatkan?)

 TREATMENT
 Sesuatu yang dilakukan untuk membantu
 Obat-obatan/herbal/obat-obatan di rumah
 Apakah sebelumnya sudah mendapatkan
pengobatan/penanganan? Apakah efektif?
KELUHAN
 Sakit kepala  Kelemahan, gerakan tidak
 Kejang dan hilang disadari
kesadaran  Paresthesia, hilang sensori
atau nyeri
 Dizziness atau vertigo
 Kesulitan bicara
 Penglihatan buram,
 Dysphagia
diplopia, hilang
 Disfungsi bladder, bowel,
 Tinnitus, hilang seksual
pendengaran
 Hilangnya kemampuan
 Gangguan tidur intelektual, gangguan
 Kesulitan berjalan atau memori, sulit konsentrasi,
gangguan koordinasi perubahan personality,
depresi
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
 Riwayat DM, anemia pernisiosa, kanker, infeksi,
hipertensi, penyakit jantung, kelainan jantung,
gangguan fungsi ginjal, stroke sebelumnya,
epilepsi, trauma kepala atau tulang belakang, dll.
 Riwayat penggunaan pengaman saat
berkendaraan
 Apakah pernah dirawat di RS & masalah apa yg
dialami saat itu ?

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Riwayat perinatal : terpajan agen toksik, trauma
kepala saat lahir ? Lahir spontan, menggunakan
alat atau pembedahan ?
RIWAYAT KELUARGA dan SOSIAL
 Riwayat herediter atau kongenital : epilepsi,
stroke, retardasi mental, kanker, multiple
sclerosis, dll
 Riwayat penggunaan alkohol, merokok, narkoba,
perilaku seksual beresti

RIWAYAT PENGOBATAN
 Penggunaan sedatif, narkotik, obat anti kejang,
dan efek obat
 Pembedahan sistem persarafan : kapan,
penyebab, prosedur (termasuk pemeriksaan
penunjang), pemulihan setelah operasi
MASALAH-MASALAH YANG DIJUMPAI

 NUTRISI
 ELIMINASI
 AMBULASI, KEKUATAN & KOORDINASI MOBILISASI
 PERSEPSI-SENSORI-KOGNITIF
 REPRODUKSI-SEKSUALITAS
 KONSEP DIRI : gambaran diri, harga diri, peran
 MEKANISME KOPING, toleransi terhadap stres
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tingkat kesadaran 3. Sistem sensorik :
2. Fungsi serebral : status tes diskriminasi
mental, fungsi kognitif 4. Refleks :fisiologis,
 orientasi : tempat, patologis
orang, waktu 5. Sistem motorik :
 Memori massa & tonus otot,
 Cara bicara kekuatan otot,
 Mood pergerakan
 Kalkulasi 6. Fungsi serebelum dan
propriosepsi
7. Observasi cara berjalan
2. 12 saraf kranial
TINGKAT KESADARAN
KUANTITATIF
 Compos KUALITATIF
Mentis ???
 Apatis
KUALITATIF
 Somnolen
 Full consciousness
 Sopor
 Confusion
 Soporocomatous
 Lethargy
 Coma
 Obtundation
 Stupor
 Coma
PERUBAHAN KESADARAN
 Perubahan kesadaran bervariasi dalam keparahannya
mulai dari ringan hingga berat.
 Menunjukkan disfungsi otak atau kegagalan otak.
Durasi yang lebih lama dan disfungsi yang lebih berat
 pemulihan secara lengkap <<<
 Tingkat kesadaran dapat berubah secara cepat,
seperti pada hematom epidural atau berubah sangat
lambat lebih dari 1 minggu seperti pada hematom
subdural
PENYEBAB UTAMA PERUBAHAN
TINGKAT KESADARAN
 Kerusakan struktur anatomi dari pusat kesadaran
karena proses penyakit
 Efek toksik substansi endogen atau eksogen
(gangguan metabolik) pada struktur
 Perubahan substrat energi yang dibutuhkan untuk
berfungsinya struktur anatomi dalam kesadaran,
misal kondisi kejang, edema serebri
 INGAT: mnemonics AEIOU dan TIPSS
AEIOU = alkohol, epilepsi, insulin, opium dan uremia
TIPSS = tumor, injury, psychiatric, stroke, sepsis
COMA
 Akibat: 1) disfungsi hemisfer serebri difus dan
bilateral; 2) gangguan batang otak (otak tengah dan
pons termasuk RAS); 3) keduanya (1) dan (2)
 Merefleksikan proses penyakit penyebab coma:
 Masalah SSP
 Kondisi sistemik atau metabolik
THE GLASGOW COMA SCALE

Digunakan untuk menentukan status kesadaran pasien,


seperti kasus :
 Cedera kepala
 Shock
 Penggunaan obat2 tertentu
 Intoksikasi
 Gangguan metabolik: 4H (hipoksia, hipoglikemia,
hipotensi, hipoventilasi karena efek sedatif, overdosis
obat)
 etc
4 Spontaneous eye opening
EYE 3 Eye opening in response to speech
OPENING 2 Eye opening in response to pain
1 No eye opening

6 Carrying out request (obeying command)


5 Localizes to pain
BEST 4 Flexion to pain
MOTOR 3 Abnormal Flexion /decortication
RESPONSE 2 Extension to pain/ decerebration
1 No response

5 Normal conversation
BEST 4 Disoriented conversation
VERBAL 3 Words, but not coherent
RESPONSE 2 No words, only sounds
1 No verbal response
Eye opening
Verbal Response
Motor Response
KASUS
Tn. G masuk ke rumah sakit dengan diagnosa stroke
hemorrhage. Pasien dapat membuka matanya
secara spontan. Tn. G tampak nervous dan anxious,
ia berbicara dengan kata-kata yang tidak
berhubungan. Kaki dan tangan kirinya tidak dapat
digerakkan, kaki dan tangan kanan dapat
digerakkan secara normal. Pasien dapat mengikuti
perintah sederhana : “angkat tangan kanannya Pak”

Berapa nilai GCS Tn. G ?


Ny. B masuk dengan diagnosa stroke infark.
Pasien cenderung tidur, dapat membuka
mata setelah diberi stimulus nyeri. Ketika
perawat menanyakan keluhannya, pasien
tidak menjawab. Ekstremitas dapat
digerakkan secara normal

Berapa nilai GCS Ny. B ?


Nona dibawa ke RS karena KLL. Ketika
kecelakaan terjadi, kepalanya membentur
jalan. Ia cenderung tidur, mata tertutup dan
tenang. Perawat mennyentuh bahunya,
tetapi Nona tidak berespon. Ketika diberi
stimulus nyeri, ia dapat membuka matanya
sebentar dan menarik tangan kanannya.

BERAPA NILAI GCS NONA ?


PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
 Penampilan dan behaviour
Depresi, ansietas, perubahan mood
Halusinasi visual, auditorik, delusi, ilusi,
gangguan personaliti.

 Fungsi kortikal tinggi.


Mini Mental State Examination (MMSE) :
orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, recall,
bahasa, visuospatial
Normal skor 30.
FUNGSI KOGNITIF TINGGI
1. Atensi
Sebutkan nama bulan dari depan dan belakang
Digit span dari depan dan belakang
Normal : 7 digit pengulangan dari depan, 5 digit
pengulangan dari belakang
2. Recent memori dan long term memori
Recent: Sebutkan 3 kata yang tidak berhubungan dan
setelah 5 menit tanya kembali
Long term : Sebutkan nama-nama presiden, tgl lahir,
nama SD, SMP
Fungsi kognitif tinggi

 Bahasa : spontanitas bicara, pengertian, penamaan,


pengulangan, membaca, menulis  deteksi aphasia
(gangguan bahasa)
 Kalkulasi: tanya perhitungan sederhana, seperti: 3 x 9 ,
11 + 7, lalu serial 7’s ( 100-7, dikurangi 7 lagi hingga 5x
pengurangan). Normal dalam 90 detik dg sedikit error
 Berpikir logik dan abstrak
Table 9-1: The Cranial Nerves
Saraf Kranial/Nervus I
= Nervus Olfactorius
Tes penciuman pasien dengan mata tertutup
diberikan bau yang sudah dikenal pasien seperti
teh, kopi bergantian hidung kiri dan kanan
Normal penciuman: normosmi
Berkurang : hiposmi
Tidak dapat mencium sama sekali : anosmi
Saraf Kranial Nervus II
 Lapangan penglihatan
= Nervus Optikus (N II)
Ketajaman penglihatan Dengan alat kampimetri/ perimetri
Pasien dan pemeriksa duduk/ berdiri
Dengan tabel Snellen,
berhadapan jarak 60-100 cm, pasien
hitung jari, gerakan
menutup satu mata dan pemeriksa
tangan, rangsangan
cahaya menutup juga satu mata yang
berlawanan dengan mata pasien
Penglihatan dekat ditutup, pemeriksa menggerakkan
dengan membaca buku tangan dari arah luar lapang
pandang atas, bawah,dari kedua sisi
Saraf Kranial Nervus II
 Funduskopi
dengan alat opthalmoskop
 Reflek pupil dengan rangsangan cahaya langsung ke
satu mata, lihat perubahan pupil
 Reflek ancam
Tangan pemeriksa menunjuk ke mata, mata pasien
akan timbul kedipan dari mata yang ditunjuk.
Saraf Kranial Nervus III, IV, VI
N. Occulomotor, trochlear, Abducens
1. Celah kelopak mata : inspeksi adanya ptosis,
eksoftalmus, enoftalmus
2. Gerakan bola mata, gerakan konjugate
3. Pupil. Normal ukuran 4-6 mm bentuk bulat, isokor (sama
kanan kiri), posisi di tengah
Miosis < 2mm, sangat kecil pin-point pupil
Refleks pupil konsensual/ tidak langsung dan langsung
4. Amati adanya Nistagmus : gerakan bola mata yang cepat
Lihat arahnya horizontal, vertikal, atau berputar/rotatoar
Lihat arah komponen cepatnya
Saraf Kranial Nervus II & III
 Refleks akomodasi, konvergensi
Pasien melihat jauh kemudian lihat tangan
pemeriksa 30 cm di depan hidung respon normal
pupil akan mengecil, kedua mata bergerak ke
arah nasal
Saraf Kranial Nervus V/ trigeminus
1. Sensorik wajah dalam 3 cabang: oftalmik (dahi),
maksilaris (pipi-rahang atas), mandibularis (dagu)
2. Otot pengunyah
Otot maseter dan temporalis
Pasien diminta menutup atau mengatupkan
mulut kuat-kuat dan dipalpasi ototnya
Otot pterigoideus: pasien diminta membuka
mulut lihat apakah ada deviasi, gerakan rahang
ke kanan dan kiri
Saraf Kranial Nervus V/ trigeminus
 Refleks kornea
Sentuh kornea dengan kapas lihat kedipan secara
reflek dan rasa nyeri yang timbul ( NV dan N VII)
 Refleks maseter
Letakan jari telunjuk di atas dagu pasien secara
horizontal, mulut pasien sedikit terbuka lalu telunjuk
diketok dengan palu. Normal timbul elevasi rahang
Saraf Kranial Nervus VII Fasialis
1. Serat motorik untuk otot wajah
Observasi wajah pasien waktu diam, tertawa
meringis, bersiul, menutup mata
Minta pasien mengerutkan dahi, menutup mata
kuat-kuat lalu pemeriksa berusaha membuka
kelopak mata, menggembungkan pipi,
memperlihatkan gigi, tersenyum
Normal : simetri pada semua gerakan kanan kiri.
2. Sensorik pengecapan
Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin
Saraf Kranial Nervus VII
3. Sekresi kelenjer ludah sublingual,
submaksilar dan glandula lakrimalis

 Paresis N VII perifer : separuh muka kurang


setiap gerakan
 Paresis N VII sentral : bila otot wajah bagian
bawah terkena, otot dahi normal
Saraf Kranial/Nervus VIII-Vestibulo koklearis
1. Koklearis
Tes pendengaran : whisper test, mendengarkan gesekan
tangan pemeriksa atau rambut atau kertas, detik arloji
Tes Rinne, Weber, Schwabach: dengan garpu tala 128,
256, 512 Hz
 Rinne : garpu tala ditempel di tulang mastoid, bila tidak
mendengar lagi dipindahkan ke depan liang telinga
 Weber: Garpu tala diletakkan di puncak kepala atau dahi
pasien.
 Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan kiri
 Tuli konduktif : lateralisasi ke sisi sakit
 Tuli saraf :lateralisasi ke sisi sehat
Saraf Kranial/Nervus VIII
 Schwabach
Membandingkan garpu tala yang digetarkan
di depan telinga pasien dengan telinga
pemeriksa

2. Nervus vestibularis
Lihat nistagmus pada mata, keluhan vertigo
Tes kalori
Saraf Kranial/Nervus IX Glosofaringeus

Saraf pengecapan lidah 1/3 belakang untuk rasa


pahit.
Pasien dianjurkan membuka mulut, lihat
palatum dan uvula. Ucapkan aaa…
Normal dinding pharing terangkat simetris,
uvula di tengah  N.IX bekerja sama dgn N X
Saraf Kranial Nervus X Vagus
 Tes menelan bersama N IX
 Tes artikulasi, suara serak
 Denyut jantung pasien
 Reflek muntah atau gag reflex
Saraf Kranial Nervus XI Aksesorius
1. Otot sternokleidomastoideus
Pasien diminta menoleh ke satu sisi melawan tangan
pemeriksa
2. Otot trapezius
Pasien disuruh mengangkat bahu pemeriksa
menahan ke bawah.
Saraf Kranial Nervus XII Hipoglosus
 Untuk otot intrinsik  Lesi unilateral lidah
dan ekstrinsik lidah akan membelok kesisi
 Pasien diminta untuk lesi waktu dijulurkan
dan pada posisi diam di
menjulurkan lidah
dalam mulut deviasi ke
kemudian menarik sisi sehat
dan menjulurkan lidah  Lihat atrofi lidah dan
dengan cepat liat gerakan fasikulasi
deviasi  Lihat cara pasien bicara
apakah ada disartri
PARESE N XII / HYPOGLOSSUS

DI DALAM MULUT
Tonus sisi sehat menarik lidah
Jadi akan tertarik dan miring ke sisi sehat

DI LUAR MULUT
Bila dijulurkan akan keluar dan miring ke sisi sakit
http://www.tu-dresden.de/mednch/nhome/
Sensibilitas (tes sensori)
Alat pemeriksaan
 Kapas yang digulung, jarum, 2 botol berisi air dingin
(10 0C) air panas (43 0C)
 Garpu tala
 Kliper/ jangka

1. Sensibilitas permukaan : rasa raba, nyeri, suhu


2. Sensibilitas dalam : rasa sikap, getar, nyeri dalam
(dari struktur otot, ligamen, fasia, tulang)
3. Fungsi kortikal untuk sensibilitas/diskriminasi :
stereognosis, pengenalan rabaan/graphestesia,
pengenalan 2 titik, lokalisasi stimulus, extinction
MOTORIK
1. Bentuk otot
2. Tonus otot
3. Kekuatan otot
4. Cara berdiri / berjalan
5. Gerakan spontan abnormal
MOTORIK
1. Bentuk otot
Observasi apakah ada hipotrofi, atrofi, hipertrofi
2. Tonus otot (ketegangan otot dalam keadaaan
istirahat)
Diraba otot bandingkan kanan kiri.
Tonus meninggi akan dirasakan ada tahanan
Spastik : hipertoni mengenai hanya satu sistim saja,
ekstensor atau fleksor.
Pada awal terasa ada tahanan, bila dilawan terus
mendadak tahanan hilang (phenomena pisau lipat)
Rigiditas: tahanan tersendat-sendat (fenomena roda
gigi)
3. Kekuatan otot
Nilai dalam derajat kekuatan:
5 : Normal seluruh gerakan dapat dilakukan dengan
tahanan maksimal
4 : Dapat melawan gaya berat dan melawan tahanan
ringan dan sedang dari pemeriksa
3 : dapat melawan gaya berat tetapi tidak dapat
melawan tahanan dari pemeriksa
2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya
berat dihilangkan
1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada
otot bersangkutan tanpa mengakibatkan
gerakan
0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali.
Paralisis total
Tes Kekuatan Otot
 Biceps – flexion
 Triceps - extension
 Wrist – extension
 Finger grip
 Finger adduction
 Thumb opposition
 Hip-flexion, adduction, abduction
 Knee – extension dan flexion
 Dorsal dan plantar flexion
MOTORIK
 Gambaran kelumpuhan:
Piramidal (ekstensor > fleksor di tangan, di kaki fleksor
> ekstensor

MOTORIK HALUS
 Finger and foot tapping ( catat kecepatan dan
regularitasnya)
 Skill aksi motorik tangan (membuka / memasang
kancing baju)
Reflek
 Reflek tendon dalam
Derajatnya : 0 = absen reflek
1= Menurun
2 = Normal
3 = Hiperreflek
4 = Hiperreflek dengan klonus

1. Biceps, brachioradialis ( C 5 & C 6)


2. Tricep ( C 7 & C 8)
3. Platelar reflek ( L 3 & L 4)
4. Ankle reflek ( L 5,S 1-2 )
Reflek superficial
1. Reflek kulit perut : epigastrium T 6-9, abdomen tengah T 9-
11, Hipogastrium T 11-L1
Abdomen digores dari arah luar menuju umbilikus ---
kontraksi dinding perut
2. Kremaster ( L 1-2)
Paha bagian dalam digores dari arah atas ke bawah—
kontraksi kremaster dan penarikan testis ke atas (skrotum
berkerut pada sisi yang distimulasi)
3. Reflek anus ( S3-4-5)
Gunakan sarung tangan lalu ujung jari dimasukkan ke dalam
anus normal terasa kontraksi sfingter ani
4. Reflek bulbokavernosus (S3-S4)
Gunakan sarung tangan, satu jari masukkan ke anus dan
saat yang bersamaan glans penis disentuh (Jika terpasang
foley kateter, tarik kateter) terlihat kontraksi
bulbokavernosus.
5. Reflek Plantar ( L 5, S 1-5)
Telapak kaki dirangsang akan timbul fleksi jari kaki seperti
pemeriksaan Babinski
Reflek primitive
 Grasp di tangan dan kaki
Sentuh telapak tangan atau kaki timbul reflek
menggenggam
 Suck, snout, rooting, palmomental
Sentuh di depan mulut timbul reflek mengisap,
mencucu
Gores telapak tangan timbul reflek gerakan wajah
(palmomental)
 Glabelar
Ketok dahi dari belakang pasien timbul mata
berkedip
Reflek Patologis
 Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral
menuju pangkal ibu jari
(+) : timbul dorso fleksi ibu jari dan abduksi jari-jari
lainnya
 Chaddock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores
punggung kaki dari arah lateral ke depan
 Oppenheim
Mengurut tibia dengan ibu jari, jari telunjuk, jari tengah
dari lutut menyusur ke bawah (+ = babinski)
Reflek Patologis
 Gordon  Hoffmann –Tromner
Otot gastroknemius Positif timbul gerakan
ditekan (= Babinski) mencengkram pada
petikan kuku jari telunjuk
 Schaeffer atau jari tengah
Tanda babinski timbul  Rossolimo
dengan memijit tendon
Achiles Mengetok bagian basis
telapak jari kaki, (+) fleksi
jari-jari kaki
TES PROPRIOSEPSI dan FUNGSI SEREBELUM
Posisi berdiri
Minta pasien untuk melakukan 2 dari 7 hal berikut :
 Heel to shin
 Romberg test : pasien diminta berdiri, kaki dirapatkan,
mata terbuka amati apakah goyang, lalu mata tertutup
amati apakah goyang
 Walk heel to toe
 Walk on heels/walk on toes
 Hop in places on one foot, then the other
 Shallow knee bends
 Pronator drift
Tes steping (jalan di tempat) mata tertutup, lihat deviasi
atau maju ke depan. Abnormal deviasi > 300, maju 1 m
Tes Koordinasi
Observasi pada saat pasien melakukan gerakan
1. Point to point movements (Tes hidung jari-
hidung)
2. Rapid alternating movements (Tes pronasi
supinasi)
Gerakan tangan yang bergantian pronasi dan
supinasi, taping dengan jari tangan, taping jari
kaki
3. Tes tumit lutut (heel to shin)
Sikap berbaring, pasien diminta menjalankan
tumit di atas lutut dan menyusuri ke bawah
atas berulang-ulang
Gait /cara berjalan
1. Jalan mundur
2. Jalan lurus lalu berputar
TANDA RANGSANGAN MENINGEAL

Perangsangan meningen oleh pergeseran


struktur intrakranial, ketegangan saraf spinal
yang hipersensitif dan meradang
1. Tanda kaku- kuduk
Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan
anterofleksi leher.
Bila (+), adanya kekakuan dan tahanan
disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu
tidak dapat disentuh ke dada
Tanda rangsangan meningeal
2. Tanda Brudzinski I
Pasien baring terlentang, gerakan anterofleksi
leher sampai dagu menyentuh sternum
(+) jika fleksi involunter pada kedua tungkai
3. Tanda Brudzinski II tungkai kontra lateral
Pasien baring terlentang, lakukan fleksi pasif
paha pada sendi panggul
(+) bila terjadi fleksi involunter sendi panggul
dan lutut kontralateral
Tanda rangsangan meningeal
4. Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, paha diangkat dan
fleksi pada sendi panggul, kemudian ekstensi
tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin
tanpa rasa nyeri
(+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135 derajat disertai nyeri

5. Tanda Laseque
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi
panggul pada waktu tungkai dalam sikap lurus
(+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau
tahanan pada waktu fleksi < 60 derajat
SIMPULAN
 Pengkajian sistem persarafan penting dilakukan
sebagai data dasar dan evaluasi tindakan/
penanganan

 Setiap komponen pengkajian memiliki fungsi


yang penting dan berkaitan dengan komponen
lain
REFERENSI :

Hickey, V.J. (2014) The Clinical Practice of Neurological and


Neurosurgical Nursing. 7th Edition. Philadelphia :
Lippincott

Silverthorn, DU. (2004). Human Physiology. An Integrated


Approach. Third Edition. Pearson Education Inc.
publishing as Benjamin Clummings

Thompson. (2002). Mosby’s Clinical Nursing, 5th ed. St.


Louis : Mosby Inc.

http://www.tu-dresden.de/mednch/nhome

Anda mungkin juga menyukai