Anda di halaman 1dari 25

ANCYLOSTOMIASIS

Penyebab : genus Ancylostoma


Spesies dan Hewan yang Diserang
A. caninum anjing, serigala, rubah, kucing,
& pada manusia.
A. tubaeformae kucing
A. braziliense anjing, kucing, & manusia.
A. duodenale pada manusia, bisa pada
babi dan carnivora.

Habitat Penvebab usus halus


Cara Penularan :
Per oral tertelannya L3
Per cutan larva ke-3 menembus kulit hospes
Prenatal.
Colostral/lactogenic infection

Patogenesis dan Gejala Klinis


Berat ringannya infeksi bergantung :
- keganasan spesies.
- jumlah larva infektif yang menginfeksi.
- resistensi IS tgt. umur hewan, nutrisi & Fe dlm. tbh.
Ancylostoma spp. menghisap darah IS anemia
(GK terpenting) ini mulai hr ke-4 & puncaknya hari
ke-10 s/d. 15 pasca infeksi.
Gejala tampak lebih nyata pd anak anjing yang
tertular melalui air susu dan yang baru dilahirkan.
Diare permulaan tampak pd hari ke-4 setelah
infeksi, pd hari ke-8 pasca infeksi diare bercampur
darah dan mukus.
Penularan per kutan lesi pd kulit terutama pada
kaki berupa eksema basah sampai ulcerasi.
Infeksi berat kadang menyebabkan
kelainan paru
Penularan berat dari prenatal dan
kolostral anemia parah mati 3 mg
setelah dilahirkan.

Gejala klinis yg penting: anemia, hidremia,


kadang oedema, kelemahan, kekurusan
bila berlanjut terjadi eosinofilia.
Infeksi kronis: nafsu makan menurun,
pertumbuhan terhambat, kondisi kulit jelek dan
pada infeksi berat oleh A. tubaeformae disertai
diare periodik.

Perubahan Pascamati Anemia, kaheksia,


sering disertai oedema dan asites. Liver coklat
muda dan perlemakan, intestin hemoragis &
mukosa bengkak diliputi cairan mukus, tampak
bintik merah bekas gigitan cacing, ditemukan
banyak cacing.
Diagnosis:

Melilhat gejala klinis dan diperkuat dgn


pemeriksaan feses untuk menemukan telur
cacing.
Pencegahan:

- Lantai kandang harus kering dan


dibersihkan 2 kali seminggu.
- Untuk membunuh larva pada lantai
kandang dapat digunakan larutan
sodium borate (2 kg/meter persegi)
- Hewan yang terinfeksi diberi
anthelmintik yang memadai.
Pengobatan:
~ Senyawa bephenium
bephenium chloride
bephenium bromide single dose 20 mg/Kg BB
bephenium iodide
hydroxy naphtoate
~ Thenium (thenium chlorobenzene sulphonate)
Dosis: 200-250 mg/kg BB 2x sehari.
~ Mebendazol Dosis: 40 mg/kg BB atau 10 mg/kg BB
2 - 5 kali per oral.
~ Thiabendazol Dosis: 20 mg/kg BB per oral (PO)
~ Fenbendazole Dosis: 20 mg/kg BB single dose
~ Tetramizole dosis 7,5 dan 10 mg/kg BB SC atau 20
mg/kg BB PO
~ Pyrantel pamoat Dosis: 10 mg/kg BB PO sebaiknya
diulangi 10-14 hr kemudian
Aspek Kesmavet zoonosis
A 30-year-old Townsville woman complained of anorexia, abdominal pains,
diarrhea, and a 6-kg weight loss during a period of 4 weeks. A clinical
examination was normal, but the blood eosinophil count was 2.96 x 109/L.
The results of a fecal culture and microscopic examination were normal. The
colonoscope was passed approximately 20 cm into the ileum. The only
abnormal finding was a hookworm feeding in the cecum; it was removed with
biopsy forceps and identified as a 10-mm long, adult male A. caninum, with
spicules 785 and 800 microns long
CLM = Cutaneus Larva Migrans
Figure 20.3 is a low power view which shows the pattern of the skin reaction. There is
some oedema (fluid accumulation) at the dermo-epidermal junction and a scab on the
skin surface. Presumably the scab is a result of scratching. There is an inflammatory
cell infiltrate throughout the whole thickness of the dermis.

Figure 20.4 shows the infiltrate around sweat ducts. It consists mainly of eosinophils.

Fig. 20.3 Fig. 20.4


PENYAKIT CACING MATA
Pada Ruminansia
Penyebab dan Hospes
1. Thelazia gulosa sapi
2. Thelazia rhodesii sapi, kb, db, & kerbau
3. Thelazia lacrimalis kuda
4. Thelazia californiensis sapi, & rusa

Pada Carnivora
Penyebab dan Hospes
1. Thelazia callipeda ajg, kcg, kcl & manusia
2. Thelazia californiensis anjing & kucing
Habitat :
membrana nictitans, d. lacrimalis, d. asolacrimalis &
permukaan conjunctiva.
Cara Penularan :
mll vektor Musca larvipara, M. covexifrons, & M. amica.
Patogenesis :
Bila terjadi lesi keratitis
Lesi dapat terjadi pada satu/kedua sisi mata
Infeksi berat kekeruhan cornea, lacrimasi, dan
mata bengkak
Bila tidak segera diobati ulcerasi bola mata
Gejala Klinis :
Keratitis & Conjuctivitis Kongesti conjunctiva &
cornea
Kekeruhan cornea, lacrimasi & mata bengkak
Bila parah ulcerasi cornea (progresif keratitis)

Diagnosis:
Menemukan cacing dewasa dalam mata
Periksa sekreta mata mencari larva stadium I dan
telur cacing
Terapi:
Secara manual dengan bantuan anastesi
lokal
Methyridine dosis 20 ml s.c.
Tetramisole dosis 15 mg/kg BB p.o. / p.i.
Levamisole dosis 5 mg/kg BB p.o. / p.i.
Levamisole dosis 2 ml/kg BB di bawah
saccus conjunctiva
Salep mata morantel tartrat 4% atau
levamisole 1%
Pada Unggas
Penyebab & Hospes :
1. Oxyspirura mansoni ayam, kalkun &
unggas
2. Oxyspirura parvorum ayam, kalkun &
unggas
Habitat : membrana nictitans

Cara Penularan : kecoak yg mengandung


larva infektif tmakan hospes
Patogenesis:
Dapat menyebabkan ophthalmitis dengan
inflamasi menyebabkan mata berair
Iritasi bagian mata penderita menggaruk
mata

Diagnosis:
Menemukan cacing dewasa pada mata
Terapi:
Cc dws diambil secara manual
Tetramisole solution 10% 1-3 tetes
membunuh cc dewasa
Tetramisole dosis 40 mg/kg BB p.o.

Pengendalian:
- Perhatikan kesehatan secara umum
- Kontrol terhadap vektor kecoak
STEPHANOFILARIASIS
Penyebab Stephanofilaria dedoesi

Habitat, Hospes dan Penyebaran


Kulit leher, gumba, punggung, gelambir, sekitar
mata sapi Sulawesi, Sumatra, Jawa

Cara Penularan :
mel. vektor Musca autumnalis, Siphona exigua,
& Stomoxys calcitrans, Hematobia irritans,
Lyperosia titilans, & Sarcophaga spp.
Patogenesis :
- Cacing dws dpt menyebabkan dermatitis berkerak
Kaskado
- Papula menjadi luka lbh besar dan tertutup krusta
luka melebar diameter mencapai 25 cm.
- Ulcerasi, hiperkeratosis & kebotakan folikel rambut
rusak
- Rasa gatal menggosokkan luka pd dinding, kayu
luka bertambah parah.
- Predileksi ccg pd epitel kulit keradangan merusak
sel epitel, folikel rambut dan kelenjar kulit.
- Luka pada kulit dapat mengandung mikrofilaria dan ccg
dws dapat terjadi infeksi sekunder.
Gejala Klinis:
Luka pd kulit yg tertutup oleh keropeng dan kelihatan
tebal
Tahap awal lepuh-lepuh kecil menyatu menjadi
luka besar bila blanjut menjadi luka dg. 25 cm.
Luka yg ditimbulkan oleh S. dedoesi terdapat pd.
leher, gelambir, pundak, sekitar mata, bahu & telinga.

Gambaran Histopatologis :
- Tgt. umur, proses & keberadaan infeksi sekunder
- Tdp akantosis dan hiperkeratosis yg bervariasi dan
infiltrasi sel radang mononuklear & eosinofil yg
menyebar pd kulit (dermis)
- Sebagian folikel rambut telah berubah mjd jaringan
granuler cc dws dapat ditemukan pd dermis
biasanya di dalam kista di dasar folikel rambut
- Di sekell. bagian yg mengandung parasit infiltrasi
eosinofil, makrofag, fibroblast, jaringan ikat dan larva

Diagnosis:
Scraping lesi yg agak dalam setelah kerak dibuka
terdapat mikrofilaria (0,1 mm)
Isolasi cacing dws dengan menggunakan NaCl fis pd
hewan yg dipotong masukkan dlm NaCl fis
inkubasi 37C 30-60 periksa dg. Disecting
microscope
Pengendalian :
Kontrol terhadap vektor (pengendalian
meminimalkan populasi)

Terapi:
Salep Asuntol 2%
Trichlorphon 10% dalam petroleum jelly
atau minyak castor
Sumithion 4%
Salep Coumaphos 2%

Anda mungkin juga menyukai