Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

MENINGITIS
Pembimbing :
dr. Tutwuri Handayani, Sp.S, M.Kes.
Disusun oleh :
Alvionita Citra Mayrani - 2016730113

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD R. SYAMSUDIN SH. SUKABUMI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 27 JULI – 2 AGUSTUS 2020
Introduction
 Pada umumnya meningitis disebabkan oleh infeksi kuman patogen
yang menginvasi meninges melalui pembuluh darah dibagian lain
dari tubuh, seperti virus, bakteri, spiroketa, fungus, protozoa dan
metazoa.
 Meningitis menyebabkan berbagai macam gejala klinis dari ringan
sampai berat seperti; demam, mual-muntah, nafsu makan
menurun, sakit kepala, kejang, penurunan kesadaran, dan defisit
neurologis lain yang dapat berlangsung lama atau menetap dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
EPIDEMIOLOGI
 Pada tahun 2015 terdapat 8,7 juta kasus meningitis di seluruh dunia dengan angka
kematian mencapai 379.000 jiwa.
 Meningitis dapat mengenai semua usia.
Pada sebagian besar kasus, sekitar 70% kasus meningitis terjadi pada anak < 5 tahun dan
orang tua > 60 tahun.
 Di Amerika, insidens rate meningitis akibat bakteri mengenai 3 per 100.000 penduduk
pertahun. Sedangkan karena virus mengenai 10 per 100.000 penduduk pertahun.
 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2007), angka kematian akibat meningitis
dan ensefalitis mencapai 0,8% dari seluruh kematian yang terjadi pada semua usia.
DEFINISI
 Inflamasi pada selaput otak atau meninges.
 Meninges : Tiga membran yang terdiri dari duramater,
arakhnoideamater, dan piamater yang melapisi otak dan
medulla spinalis.
 Meningitis dapat disebabkan oleh proses infeksi dan non-
infeksi, namun kebanyakan terjadi oleh karena infeksi virus
atau bakteri.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
KLASIFIKASI
Perubahan warna pada cairan otak

Perjalanan waktu penyakit

Etiologi

Berdasarkan :
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak

Meningitis serosa


Ditandai dengan cairan CSS jernih

Tekanan yang bervariasi

Jumlah leukosit meningkat

Glukosa dan Protein normal

Meningitis purulenta


Ditandai dengan cairan CSS keruh

Tekanan meningkat

Jumlah leukosit dan Protein meningkat

Glukosa menurun
Berdasarkan perjalanan waktu penyakit

Akut Kronik
Gejala biasanya tiba-tiba dengan Gejala dapat menetap, berfluktuasi atau perlahan-
perburukan dalam beberapa jam lahan memburuk
(<24 jam)

Terjadi antara 0 -14 hari Terjadi selama 4 minggu atau lebih


Kebanyakan disebaban oleh bakteri Kebanyakan disebabkan oleh jamur, M. tuberculosa,
atau virus rickettsiae, SLE

Diagnosis dengan Kultur CSS Kultur CSS perlu dilakukan berulang. Bahkan biopsi,
pungsi cisternal/ventrikel diperlukan.
Infeksi
Bakteri Virus
 Streptococcus pneumoniae  Non-polio enterovirus (echovirus, coxsackievirus)
 Neisseria meningitidis  Mumps
 Haemophilus influenzae  Paraechovirus
 Listeria monocytogenes  Influenza
 Mycobacterium tuberculosis  Herpesvirus (EBV, herpes simplex virus, varicella-zoster
 Staphylococcus aureus virus)
 Borrelia burgdorferi  Measles
 Treponema pallidum  Arbovirus
 Escherichia coli

Jamur Protozoa dan parasit


 Cryptococcus neoformans  Angiostrongylus cantonensis
 Blastomyces  Baylisascaris procyonis
 Histoplasma  Gnathostoma spinigerum
 Coccidioides  Naegleria fowleri
 Candida

https://www.cdc.gov/meningitis/
Berdasarkan etiologi

Bakteri

Non-infeksi
 Kanker
Streptococ Mycobacte
Neisseria Haemophil Listeria Staphyloco  Lupus Eritematosus Sistemik
cus rium Borrelia Treponem Escherichia
meningitidi us monocytog ccus  Cedera Kepala
pneumoni tuberculosi burgdorferi a pallidum coli
s influenzae enes aureus  Pembedahan otak
ae s
Meningitis Virus
 Infeksi virus adalah penyebab paling umum dari semua tipe meningitis
 Seringkali lebih ringan daripada meningitis bakteri dan kebanyakan orang sembuh
dengan sendirinya (tidak memerlukan pengobatan khusus).
Namun, orang dengan imunitas tubuh lemah cenderung memiliki gejala yang parah.
Non-polio enterovirus adalah penyebab tersering di Amerika Serikat.
 Semua usia memiliki risiko penularan yang sama.
Namun beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi yaitu anak usia < 5 tahun dan
orang dengan kelemahan sistem imun yang diakibatkan oleh penyakit, pengobatan,
dan pasca transplantasi organ.
Meningitis Bakteri
 Meningitis bakteri merupakan salah satu yang paling serius dengan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi.
 Infeksi meningitis bakteri biasanya terjadi secara sekunder akibat bakteremia,
meskipun infeksi juga dapat terjadi secara perkontinuitatum dari fokus infeksi yang
berdekatan seperti di telinga, fraktur tengkorak atau sinus.
 Terdapat beberapa contoh paling umum, bagaimana orang dapat menyebarkan
beberapa tipe bakteri ke orang lain:
Streptococcus grup b pada saat proses melahirkan
S. pneumoniae & Hib melalui droplet ketika batuk atau bersin
N. meningitidis melalui air liur
E.coli melalui makanan yang disiapkan oleh orang yang tidak mencuci tangannya setelah
memakai toilet.
Meningitis Bakteri
(Meningokokus)

 Meningokokus adalah bakteri komensal pada saluran pernapasan atas.


 Meningokokus dikaitkan dengan ruam purpura pada 70% kasus. Kadang disertai
dengan septikemia.
 Meningococcemia adalah diseminasi meningokokus ke dalam aliran darah dimana
pasien dapat merasa tidak sehat selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-
bulan dengan demam berulang, nyeri kepala, mialgia, muntah, ekstremitas dingin,
muntah, berkeringat, takikardi, dan ruam maculopapular eritematosa.
Meningitis Bakteri
(Meningitis Tuberkulosa)
 Meningitis Tuberkulosa adalah manifestasi dari tuberkulosis ekstrapulmoner yang
disebabkan oleh penyebaran Mycobacterium tuberculosa ke meninges, membentuk
kompleks subependimal (Rich focus).
 Kompleks ini dapat pecah memasuki ruang subarakhnoid dan menyebabkan respon
inflamasi yang intens. Eksudat yang timbul akibat inflamasi ini dapat merusak nervus
kranial dan menyebabkan palsi nervus, memasuki pembuluh darah sehingga
menyebabkan vaskulitis dan memblokade cairan serebrospinal.
 Patofisiologi dari meningitis tuberkulosis terjadi paling sering segera setelah infeksi
primer pada masa kanak-kanak atau dari tuberkulosis milier.
Meningitis Jamur
 Meningitis jamur sangat jarang terjadi.
 Hal ini dapat berkembang setelah infeksi primer, lalu menyebar
hematogen/limfogen menuju otak atau sumsum tulang belakang dan menyebabkan
infeksi sekunder.
 Jamur tersebut berukuran sangat kecil dan menyebar sesuai dataran dan musim.
Orang dapat terinfeksi hanya dengan menghirup jamur.
 Walaupun semua orang dapat terinfeksi meningitis jamur, namun orang dengan
kelemahan sistem imun merupakan kelompok yang paling berisiko tinggi.
 Beberapa pengobatan yang dapat menyebabkan menurunnya sistem imun yaitu,
steroid, pengobatan yang diberikan pasca transplantasi organ, dan anti-TNF.
Penularan patogen Faktor predisposisi: ISNA, otitis media,
lewat carrier, droplet mastoiditis, prosedur bedah saraf baru,
infection trauma kepala, pengaruh imunologi
Invasi patogen

Kolonisasi patogen di nasofaring


PATOFISIOLOGI posterior, telinga bagian tengah atau
mastoid

Koloni menyebar secara hematogen


Nyeri kepala atau perkontinuitatum Nyeri leher

Merangsang nosiseptor
Koloni memasuki ruang subarakhnoid
melalui pleksus koroideus Spasme otot paravertebral
Peningkatan TIK

Peregangan pada struktur yang


Edema serebri Menyebar ke jaringan serebral
inflamasi

Adhesi leukosit ke pembuluh


Patogen bermultiplikasi, merangsang
darah otak, permeabilitas sawar Inflamasi dan iritasi meninges
sitokin proinflamasi
darah

Mengeluarkan pirogen
endogen

Demam
Meisadona, Gogor dkk. 2015. Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. Jakarta: CDK Jurnal
GAMBARAN KLINIS
Meningitis dapat ditandai dengan gejala klinis yang bervariasi tergantung dari usia
pasien, status imunitas tubuh dan etiologinya

Meningitis virus Meningitis bakteri


Gejala umum berupa demam, nyeri kepala, kaku kuduk, Onset cepat dapat berupa demam tinggi, nyeri kepala, dan
fotofobia, sering tidur, mual, muntah, iritabilitas, nafsu makan kaku kuduk, mual, muntah, fotofobia, dan penurunan status
menurun, letargi. mental

Meningitis meningokokus Meningitis tuberkulosa


Demam, nyeri kepala, defisit neurologis fokal, dan perubahan sensori.
Perburukan kondisi dalam hitungan jam (delirium atau sopor),
Meningitis tb yang tidak diobati berakibat fatal dalam beberapa
timbul ruam berupa petekie atau purpura dan biasanya minggu, namun jika pengobatan dimulai sebelum munculnya tanda-
terdapat pada remaja dan dewasa. tanda fokal atau stupor, maka dapat terjadi pemulihan total.

https://www.cdc.gov/meningitis/
DIAGNOSIS – PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Rangsang Meningeal
◦ Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa rotasi kepala ke
lateral dan fleksi kepala agar dagu mencapai dada.
kaku kuduk (+): terdapat tahanan saat kepala dirotasikan dan difleksikan serta terasa
nyeri (meningismus)
◦ Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, lalu fleksikan sendi panggul pasien kemudian ekstensi
tungkai bawah pada sendi lutut.
Kernig’s sign (+): nyeri saat tungkai bawah di ekstensi

Manual CSL Pemeriksaan Neurologik Lainnya 2017 – Universitas Hasanuddin


◦ Pemeriksaan Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang, lalu fleksikan kepala dengan cepat kearah dada.
Brudzinski I (+): fleksi involunter pada tungkai bawah
◦ Pemeriksaan Tanda Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang, lalu fleksikan satu tungkai pada sendi lutut dan fleksi maksimal pada sendi
panggul, kaki lainnya dalam keadaan ekstensi
Brudzinski II (+): fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

Manual CSL Pemeriksaan Neurologik Lainnya 2017 – Universitas Hasanuddin


DIAGNOSIS – PEMERIKSAAN
PENUNJANG
◦ Pemeriksaan Pungsi Lumbal
o Diagnosis pasti meningitis adalah pemeriksaan CSS melalui pungsi
lumbal, bertujuan untuk menganalisa jumlah leukosit, glukosa, protein,
kultur dan polymerase chain reactions (PCRs).
o Lumbal pungsi biasanya dilakukan dengan syarat tidak ditemukan
adanya peningkatan tekanan intrakranial. Oleh karena itu lakukan CT
Scan kepala sebelum melakukan pungsi lumbal.
o Idealnya pengambilan sampel dari CSS dilakukan sebelum diberikan
pengobatan antimikroba.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan Radiologi (CT Scan/MRI) Virus: Multipel dan spesifik PCRs
Jamur: Kultur CSS, Pewarnaan Tinta India untuk
Indikasi sebelum Pungsi Lumbal Cryptococcus
o Immunocompromised Bakteri:
o Riwayat penyakit SSP o Darah lengkap: hb, LED, glukosa, ureum kreatinin,
o Defisit neurologi fokal elektrolit
o Papilledema o Pemeriksaan latex aglutinasi atau PCR untuk 3
o Penurunan tingkat kesadaran kuman penyebab, kultur darah dan kultur CSS serta
tes kepekaan antibiotik
o Pemeriksaan mikrobiologi: pewarnaan gram pada
darah dan CSS
o EEG bila terdapat kejang

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
Gambar 1 Multiplex PCRs
Gambar 3 India Ink Cryptococcal

Gambar 2 Neisseria meningitidis culture


Pasien dengan gejala suspek
meningitis

PENATALAKSA
Status pernapasan, sirkulasi darah
Tidak
dan status koagulasi berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
normal

Ya Inisiasi terapi untuk respirasi,


sirkulasi dan status koagulasi AN
Penyakit SSP (pasien dengan onset
kejang baru atau gang. kesadaran Tidak Lakukan pungsi lumbal, DPL
sedang hingga berat) atau
dan kultur darah Inisiasi terapi
penundaan dalam melakukan pungsi
lumbal?
Ya
CSS keruh? Ya
Ya
Tidak
Kecurigaan terhadap meningitis bakterial
interpretasi mengarah ke Tidak menjadi tinggi pada usia muda, neutropenia,
Kultur darah dan inisiasi terapi
empiris, lakukan CT Scan/MRI meningitis bakteri imunosupresi, atau bukti meningitis
meningokokus?

Tidak

Terdapat massa atau edema Tidak


Lakukan pungsi lumbal
serebral

Ya

CSS mengarah ke meningitis Tidak


Pertimbangkan diagnosis bakterial?
berdasarkan klinis, laboratorium,
dan penemuan radiologi Ya

Tidak
Dugaan meningitis Pertimbangkan kembali diagnosis

Ya
Management Initiation of Meningitis -
Lanjutkan terapi definitif setelah American Family Physician
mendapatkan hasil kultur
Pilihan terapi sesuai karakter pasien dan etiologi

Karakter Pasien Etiologi tersering

Neonatus Streptococcus grup b, L. monocytogenes, E. coli

Usia 2 bulan – 18 tahun N. meningitidis, S. pneumonia, H. influenzae

Usia 18 – 50 tahun S. penumonia, N. meningitidis

Usia >50 tahun S. pneumonia, L. monocytogenes, bakteri gram negatif

Fraktur basis cranii S. pneumonia, H. influenzae, Streptococcus grup A

Cedera kepala; pasca bedah otak Staphylococcus, basil gram negatif aerob

Meisadona, Gogor dkk. 2015. Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. Jakarta: CDK Jurnal
Pilihan terapi sesuai karakter pasien dan faktor predisposisi
Usia dan faktor prediposisi Antibiotik
Usia 0-4 minggu Ampicillin IV + cefotaxime IV + Acyclovir IV

Usia 1 bulan sampai 17 tahun Ampicillin IV + ceftriaxone IV


Usia dewasa (18 sampai 49 tahun) Ceftriaxone IV + vancomycin IV

Dewasa di atas 50 tahun dan gangguan Ceftriaxone IV + vancomycin IV + Ampicillin IV


imunitas selular

Meningitis non-infektif Cefepime IV / cefzidime IV / meropenem IV +


vancomycin IV

Meningitis jamur Amphotericin B IV + flucytosine oral

Meisadona, Gogor dkk. 2015. Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. Jakarta: CDK Jurnal
Rekomendasi terapi antimikroba untuk patogen akut spesifik meningitis
Mikroorganisme Pilihan pertama Alternatiif
Streptococcus pneumoniae Vancomycin + ceftriaxone atau cefotaxime Meropenem, fluroquinolone

Neisseria meningitidis Ceftriaxone atau cefotaxime Penicillin G, ampicillin, fluoroquinolon, aztreonam

GBS (Streptococcus agalactiae) Ampicillin atau penicillin +/- aminoglycoside Cefotaxime or ceftriaxone

Listeria monocytogenes Ampicillin atau penicillin +/- aminoglycoside Meropenem

Haemophilus influenzae Ceftriaxone or cefotaxime Chloramphenicol, cefepime, meropenem, fluoroquinolone

Staphylococcus aureus;    
Methicillin-sensitif Nafcillin or oxacillin Vancomycin meropenem, linezolid,dapromisin
Methicillin-resisten Vancomisin +/- rimfapin Trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid, daptomycin

Enterococcus:    
Ampicillin sensitive Ampicillin+gentamicin NA
Ampicillin resisten Vancomisin +/- rifampin NA
Vancomycin resisten linezolid NA

Escherichia coli dan Ceftriaxone or cefotaxime Cefepime,meropenem, fluoroquinolone, trimethoprim-


enterobacteriaeceae lainnya sulfamethoxazole, aztreonam
 Meningitis Tuberculosis
Kemoterapi harus dimulai dengan menggunakan salah satu regimen termasuk
pirazinamid. Isoniazid, rifampin, pyrazinamide, ethambutol, streptomycin untuk 9 – 12
bulan. Tambahkan dexamethasone jika ada bukti defisit neurologis atau penurunan fungsi
mental
 Meningitis Virus
Meningitis virus tidak ada perawatan khusus karena kondisinya biasanya jinak dan dapat
sembuh sendiri. Pasien harus dirawat secara simtomatik di lingkungan yang tenang.
Diberikan terapi supportive. HSV – acyclovir gunakan untuk encephalitis, CMV -
gangciclovir atau foscarnet.
KOMPLIKASI
Gangguan pendengaran
Kejang
Peningkatan TIK
Perubahan status mental
Defisit neurologis fokal
Kerusakan serebrovaskular
Defisit intelektual

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
PROGNOSIS
 Hasil tergantung dari karakteristik pasien seperti usia dan kekebalan sistem imun,
etiologi penyakit, dan lama penyakit sebelum diberi terapi.
 Meningitis bakteri memiliki prognosis lebih buruk dari meningitis virus.
 Penderita usia neonatus, anak-anak, dan dewasa mempunyai prognosis yang
semakin buruk, yaitu menimbulka cacat berat dan kematian, sementara penderita
yang selamat akan mengalami gejala sisa.
Di Amerika Serikat, meningitis bakteri memiliki tingkat kematian sekitar 14,3% pada
tahun 2010. Tingkat kematian S. pneumoniae 17,9%, H. influenzae 7%, N.
meningitidis 10,1%, L. monocytogenes 18,1%.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459360/
Panduan Praktik Klinik Neurologi PERDOSSI 2016

Anda mungkin juga menyukai