Bakterial
Yulia Widiastuti - 1910221020
DEFINISI,
0 BASIC SCIENCE
0 ETIOLOGI,
1 2 GEJALA KLINIS,
PATOFISIOLOGI
0 DIAGNOSIS, DIAGNOSIS
BANDING
0 TATALAKSANA,
3 4 PROGNOSIS
0
1
BASIC SCIENCE
-LAPISAN MENINGEN
-CEREBROSPINAL FLUID
Tortora’s Principles of Anatomy & Physiology, 2014.
Tortora’s Principles of Anatomy & Physiology, 2014.
Cairan Serebrospinal (CSF)
Fungsi
CSF:
• Cairan serebrospinal (CSF) adalah cairan
bening dan tidak berwarna yang terutama
terdiri dari air yang melindungi otak dan Fungsi
sumsum tulang belakang dari cedera kimia dan Mekanik
fisik.
• Volume total CSF adalah 80 hingga 150 mL (3
hingga 5 oz) pada orang dewasa. Fungsi
• CSF mengandung sejumlah kecil glukosa, Homeostati
protein, asam laktat, urea, kation (Na, K, Ca2+, k
Mg2+), dan anion (Cl– dan HCO3–) itu juga
mengandung beberapa sel darah putih.
Sirkulasi
Trauma kepala; post-bedah saraf S. aureus, basil Gram negative aerob (termasuk
P.aeruginosa), stapilokokus koagulase negatif (terutama
S. epidermidis).
MANIFESTASI
KLINIS
Meningitis dapat muncul sebagai penyakit fulminan akut
yang berkembang pesat dalam beberapa jam atau
sebagai infeksi sub-akut yang semakin memburuk
selama beberapa hari.
Trias klinis klasik dari meningitis adalah demam, sakit
kepala, dan kaku kuduk, tetapi trias klasik mungkin tidak
ada.
PATOFISIO
LOGI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PX FISIK
PX PENUNJANG
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan tanda-tanda infeksi sistemik atau parameningeal,
seperti abses kulit atau otitis. Ruam petekie terlihat pada 50% sampai 60% pasien dengan
N. meningitidis meningitis. Tanda-tanda iritasi meningeal (meningismus) terlihat pada
sekitar 80% kasus, tetapi sering tidak ditemukan pada usia yang sangat muda dan sangat
tua, atau dengan imunosupresi atau gangguan kesadaran yang parah.
Pemeriksaan Penunjang
• Darah tepi dapat menunjukkan leukositosis polimorfonuklear
akibat infeksi sistemik atau leukopenia yang disebabkan oleh
imunosupresi.
• Pemeriksaan pungsi lumbal segera dan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSF) sangat penting pada semua kasus dengan
dugaan meningitis
Pemeriksaan Penunjang
• CT scan atau MRI kranial tidak membantu dalam diagnosis bakteri akut
meningitis dan mungkin normal di awal perjalanan infeksi. Namun, salah
satu dari modalitas ini harus dipertimbangkan selama perjalanan penyakit
pada pasien yang mengalami demam persisten atau berkepanjangan,
bukti klinis peningkatan tekanan intrakranial, adanya kejang atau
neurologis fokal, pembesaran lingkar kepala (pada neonatus), disfungsi
neurologis persisten, atau parameter atau kultur CSF yang abnormal
persiste
DIAGNOSI
S
BANDING
TATALAKS
ANA
• Pemberian antibiotic harus segera dimulai sambil menunggu hasil tes diagnostic
dan nantinya dapat diubah setelah ada temuan laboratorik. Pilihan antibiotik
empirik pada pasien meningitis bacterial harus berdasarkan epidemiologi lokal,
usia pasien, dan adanya penyakit yang mendasari atau faktor risiko penyerta.
Antibiotik empirik bisa diganti dengan antibiotik yang lebih spesifik jika hasil kultur
sudah ada
• Terapi antibiotic minimal 7 hari untuk meningitis meningokokal dan haemofilus; 10-
14 hari untuk terapi antibiotik pada meningitis pneumokokal
• Terapi dexamethasone yang diberikan sebelum atau bersamaan dengan dosis
pertama antibiotic dapat menurukan morbiditas dan mortalitas secara bermakna,
terutama pada meningitis pneumokokal. Dexamethasone diberikan selama 4 hari
dengan dosis 10mg setiap 6 jam secara intravena
PROGNOSI
S
Prognosis
Prognosis meningitis bakterialis
tergantung pada kecepatan
mendiagnosis dan memberi terapi. Angka kematian sebesar 3–
Dengan pemberian antibiotika yang 7% untuk meningitis yang
tepat penyakit ini pada umumnya disebabkan oleh H.
dapat diatasi, walaupun seringkali influenzae, N. meningitidis,
kematian disebabkan oleh hebatnya atau streptokokus grup B;
respons imunologi pada pasien 15% atau karena L.
monocytogenes; dan 20%
atau S. pneumoniae.
Faktor Risiko Kematian akibat
Meningitis Bakterial
Penurunan tingkat kesadaran saat masuk
Adanya kondisi komorbidit termasuk syok dan atau kebutuhan atau ventilasi
mekanis
5. Tunkel, AR, Hartman, BJ, Kaplan, SL, Kaufman, BA, Roos, KL, Scheld, M, Whitley, RJ. (2004). Practice Guidelines for the Management
of Bacterial Meningitis. Clinical Infectious Diseases, Vol.39, Hlm. 1267-1284. https://doi.org/10.1086/425368./ [Accessed 25 Jan. 2021]
6. Oordst-Speets, AM, Bolijn, R, Hoom, RC, Bhavsar, A, Kyaw, MH. (2018). Global Etiology of Bacterial Meningitis: A Systematic Review
and Meta-analysis. PLoS ONE, Vol.13, No.06, Hlm. 1-16. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0198772 [Accessed 24 Jan. 2021]
7. Standar Pelayanan Medik (SPM) PERDOSSI.
8. Basuki, A, Dian, S. (2010). Neurology in Daily Practice. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD/RS Hasan Sadikin. ISBN: 978-602-
95204-1-5
9. Meisadona, G, Soebroto, AD, Estiasari, R. (2015). Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. Cermin Dunia Kedokteran, Vol. 42,
No.01, Hlm. 15-19. http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/1048 [Accessed 26 Jan. 2021]
10. Misulis, KE, Head, TC. (2017). Netter’s Concise Neurology. China: Elsevier.
11. Tortora, GJ, Derrickson, B. (2014). Principles of Anatomy & Physiology. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons Inc.
TERIMA
KASIH