Anda di halaman 1dari 13

Penanganan Terkini Infeksi Meningitis meningokokus

(Latest Treatment of Meningitis meningococcal Infections)


Muslimatin (Mahasiswa)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: DPU@unej.ac.id

Abstrak
Infeksi Meningitis meningokokus merupakan penyakit yang banyak
tersebar khususnya di daerah NSW (New South Wales) , penyakit ini disebabkan
oleh bakteri diantaranya Neisseria meningitis. Bakteri ini menyerang selaput otak.
Bakteri Neissera meningitis merupakan bakteri dari filum proteobacteria,
Ciri khas bakteri ini adalah berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter
kira-kira 0,8 μm. Neisseria meningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu
membentuk spora. Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan
bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus ini dapat
mengalami otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan alkali.
Manusia adalah satu-satunya inang dimana meningococci menjadi
patogen. Hidung dan tenggorokan merupakan pintu masuk bagi penyakit yang
disebabkan oleh meningococci.
Perlakuan pertama yang berhasil melumpuhkan bakteri penyebab
meningitis yaitu dengan penisilin intravena dan intratekal dilaporkan pada tahun
1944, dan uji klinis pertama menggunakan dosis tinggi penisilin intravena sebagai
monoterapi untuk pengobatan meningitis dilaporkan pada tahun 1950. Sejak itu,
penisilin tetap menjadi obat pilihan untuk pengobatan meningitis meningokokus.
Kata Kunci : Meningokokus, Neisseria meningitis, Penisilin, Vaksinasi
meningitis,
Abstract
Infection Meningococcal Meningitis is a disease that widely spread
especially in the NSW (New South Wales), the disease is caused by bacteria such
as Neisseria meningitis. These bacteria attack the lining of the brain.
Bacterial meningitis is a bacterial Neissera of the phylum proteobacteria,
characteristic of these bacteria is gram negative diplokokus shape, diameter of
about 0.8 μm. Neisseria meningitis are not moving (nonmotil) and unable to form
spores. Each of kokusnya shaped like a kidney with a flat or concave parts
adjacent. Meningococcal bacteria can undergo autolysis rapidly, it is particularly
in the alkaline environment.
Humans are the only host which becomes pathogenic meningococci. Nose
and throat is the entrance to the disease caused by meningococci.
The first successful treatment of the bacteria that cause meningitis are
paralyzed with intravenous and intrathecal penicillin was reported in 1944, and
the first clinical trial using high-dose intravenous penicillin as monotherapy for
the treatment of meningitis were reported in 1950. Since then, penicillin remains
the drug of choice for the treatment of meningococcal meningitis.
Keywords: Meningococcal, Neisseria meningitis, penicillin, meningitis
vaccination.

Pendahuluan
Penyakit meningokokus merupakan penyakit yang jarang namun parah.
Di New South Wales, kira-kira 200 kasus dilaporkan setiap tahun. Walaupun
penyakit ini dapat menyerang golongan usia manapun, jumlah penderita yang
tertinggi adalah di kalangan anak-anak dan kaum remaja. Kasus-kasus lebih sering
terjadi pada musim dingin dan awal musim semi.
Ada berbagai jenis bakteri yang menyebabkan penyakit ini, salah satunya
adlah bakteri Neisseria meningitis. Orang dapat dijangkiti penyakit ini tanpa
memperhatikan usia, tetapi lebih sering ditemui di kalangan anak-anak dan kaum
remaja. Penyakit ini tidak mudah menular, dan dijangkiti melalui kontak dekat
sesama orang melalui air liur, mis. ciuman mulut, minum dari botol yang sama,
menggunakan sikat gigi yang sama atau mengisap rokok yang sama. Infeksi
meningokokus dapat mengakibatkan meningitis (infeksi selaput otak), septisemia
(keracunan darah) dan penyakit lain. Gejala mungkin berupa demam mendadak,
sakit kepala, kecapaian, ketegangan leher, muntah atau mual, mata sakit dan
sensitif terhadap cahaya, sakit sendi dan ruam.
Sering kali gejala kurang spesifik di kalangan anak-anak dan mungkin
berupa demam, penurunan kesadaran, muntah, kurang enak dan ruam. Ruam ini
cukup khusus dan mungkin kelihatan seperti pendarahan ke dalam kulit atau
bintil-bintil ungu-merah.
Kontak merupakan orang yang telah ditentukan mempunyai hubungan
yang sangat dekat dengan orang yang mempunyai penyakit ini, misalnya saudara
dan anggota rumah tangga, atau orang yang telah terdedah kepada air liur
penderita. Kontak diberi antibiotik khusus untuk membunuh bakteri dalam hidung
atau tenggorok, dan dengan itu mengurangi risiko kasus selanjutnya. Antibiotik
ini tidak mengobati penyakit ini tetapi hanya mencegah kemungkinan bakteri
dibawa dalam hidung dan tenggorok. Antibiotik lain digunakan jika timbulnya
gejala.
Ada beberapa vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini,
namun hanya untuk beberapa jenis meningokokus, misalnya seperti yang
disebabkan oleh Neisseria meningitis ini.
Penelitian baru menunjukkan bahwa vaksin bakteri meningitis, yang
sebelumnya harus disimpan dalam suhu dingin saat diangkut ke seluruh Afrika,
sekarang dapat dikirim dan disuntikkan dengan aman tanpa pendinginan sampai
empat hari. Pakar kesehatan masyarakat menyebut temuan ini berpotensi
mengubah upaya imunisasi di negara tropis yang miskin sumber daya.
Dengan adanya penemuan vaksin diharapkan dapat mengurangi
bertambahnya penyakit ini, vaksinasi yang dilakukan sejak dini juga dapat
mengurangi angka penderita penyakit ini.

Tinjauan Pustaka
1. Morfologi Bakteri Neisseria meningitis
Bakteri Neisseria meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada
warna dan karakteristik morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae. Ciri khas
bakteri ini adalah berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter kira-kira 0,8
μm. Neisseria meningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu
membentuk spora. Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjal
dengan bagian yang rata atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus ini
dapat mengalami otolisis dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan
alkali.
Struktur koloni bakteri ini terdiri dari minimal 8 golongan sero
menigokokus (A, B, C, D W-135, X, Y dan Z). Golongan telah dikenal melalui
kekhusuan imunologi dari masing-masing kapsul polisakaridanya. Pada
polisakarida golongan A adalah suatu polimer dari suatu N-asetilmanosamin
fosfat. Sedangkan polisakarida golongan C adalah suatu polimer dari asam N
asetil O asetineuraminat.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan
cairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang
disebabkan oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous
golongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh
golongan A.
Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik
untuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.

Sumber : Wikipedia, the free encyclopedia


2. Taksonomi Bakteri Neisseria meningitis
Dalam hal ini akan disampaikan beberapa hal mengenai bakteri
Neisseria meningitidis (meningokokus) yang merupakan salah satu penyebab
penyakit meningitidis tersebut. Penyakit meningitis meningokokus merupakan
peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang akut, yang disebabkan
oleh bakteri Neisseria meningitidis. Bakteri ini hanya menyerang manusia dan
dalam hal ini hewan bukan merupakan pembawanya. Penyakit ini hanya berasal
dari bakteri meningitis yang bersifat endemis.
Klasifikasi bakteri Neisseria meningitidis adalah :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Order : Neisseriales
Family : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Species : Neisseria meningitis
3. Definisi Penyakit Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis
serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinal yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang
bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman dapat terjadi secara
kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan
ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita.17 Saluran
nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-
bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan
dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran
darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya
sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.
4. Infectious Agent Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing
dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta
mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan
neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria
monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh
H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun
disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan
Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh
Meningococcus, Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria.
Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman
Tuberculosis dan virus.
Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih
baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang
paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus ,
sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi
penyebab
meningitis aseptik(viral).
5. Patofisiologi Meningitis
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput
otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus
dan Sinusitis.
Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak.23 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah meningeal
yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat
terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang
subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma.
Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapa makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus,
cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri.
Manusia adalah satu-satunya inang dimana meningococci menjadi
patogen. Hidung dan tenggorokan merupakan pintu masuk bagi penyakit yang
disebabkan oleh meningococci. Pada organ tersebut, organisme menempel pada
sel epitel dengan bantuan pilinya; mereka membentuk flora transient (yang
berumur pendek) tanpa menampakkan gejala. Dari hidung dan tenggorokan
(nasopharynx), organisme menuju aliran darah menimbulkan bakteremia; gejala
yang timbul mungkin mirip dengan infeksi pada saluran pernafasan atas.
Fulminant meningococcemia lebih parah lagi dengan demam yang tinggi dan
ruam-ruam yang bisa menjadi koagulasi diseminasi intravaskular dan kolaps pada
aliran darah (sindrom Waterhouse-Friderichsen).
Meningitis adalah suatu komplikasi yang paling banyak ditemui pada
meningococcemia. Muncul gejala mendadak dengan sakit kepala yang terus-
menerus, muntah dan leher kaku dan hal ini dapat berkembang ke arah koma
hanya dalam waktu beberapa jam. Selama proses meningococcemia, terdapat
thrombosis pada pembuluh darah kecil di berbagai organ, dengan infiltrasi
perivaskuler dan petechial hemorrhages. Mungkin terjadi mycarditis interstisial,
arthritis dan lesi pada kulit. Pada meningitis, selaput otak akan terinflamasi akut
dengan thrombosis pada pembuluh darah dan eksudasi pada leukosit
polimorfonukleat, sehingga permukaan otak akan tertutupi oleh eksudat nanah
yang kental. Tidak diketahui apa yang mengubah sebuah infeksi yang tanpa gejala
pada hidung dan tenggorokan menjadi meningococcemia dan meningitis, namun
hal ini dapat dicegah dengan antibodi serum bakterisidal spesifik yang dapat
melawan senotipe yang menginfeksi.
Neisseria bakterimia menyukai kondisi yang tidak ada antibodi
bakterisidalnya (IgM dan IgG), terhambatnya kinerja serum bakterisidal oleh
blokade antibodi IgA atau kekurangan komponen-komponen komplemen (C5, C6,
C7 atau C8). Meningococci siap berfafositosis
dalam keadaan opsonin spesifik. Infeksi berlaku secara epidemik terutama di
kalangan anak-anak yang berumur 5
tahun ke bawah. Yang paling rentan ialah bayi berumur 6 - 24 bulan. Kadar
kematian pada kanak-kanak mencapai 80% jika tidak dirawat. Dengan perawatan
kadar ini boleh dikurangkan ke 10% dalam populasi. Kadar komplikasi neurologi
adalah rendah berbanding meningitis yang disebabkan oleh organisma lain.
6. Penyembuhan dan Pencegahan
Untuk pencegahan terhadap adanya infeksi oleh bakteri N. meningitidis ini
yang terpenting adalah dengan pengurangan kontak langsung dalam lingkungan
dengan orang yang terinfeksi penyakit tersebut. Polisakarida spesifik golongan A
dan C dapat merangsang respon antibody dan melindungi orang yang peka
terhadap
infeksi. Sealin itu untuk mencegah meularnya penyakit meningitis tersebut dapat
dilakukan antara lain dengan cara :
1. Memberikan Imunisasi
Adanya infeksi oleh bakteri N. meningitidis tidak semata-mata diterima
dan tanpa perlawanan dari tubuh. Pada situasi tersebut tubuh memiliki
kekekebalan terhadap infeksi meningokokus yaitu dengan adanya antibody
bakterisidal dari luar yang spesifik serta tergantung pada komplemen dalam
serum. Antibody ini timbul setelah infeksi subklinik dengan strain-strain yang
berbeda atau penyuntikan antigen dan bersifat spesifif untuk tiap golongan.
Antigen yang menimbulkan kekebalan pada golongan A dan C adalah
polisakarida kapsul. Polisakarida grup C menghasilkan respon immun yang lebih
rendah dibandingkan dengan polisakarida grup A, dan mempunyai efek
immunogenic yang amat rendah pada anak dibawah usia 2 tahun.
Immunoprofilaksis terhadap infeksi meningococcus menggunakan vaksin
polisakarida quadrivalent (seregrup A, C, Y dan W 135). Seorang bayi
memperoleh kekebalan pasifnya melalui antibody IgG yang dipindahkan dari
ibunya.
Untuk mencegah terinfeksi oleh meningokokus adalah dengan pemberian
suatu vaksin. Vaksin meningococcus sangat penting untuk epidemis controlling
di Negara ketiga dimana selalu terdapat infeksi meningococcus group A, dengan
epidemi setiap beberapa tahun.
Vaksin ini terutama digunakan jika terjadi wabah, pada populasi yang
terancam wabah dan pada orang-orang yang mengalami pemaparan bakteri yang
berulang. Imunitas yang didapat ini tidak bertahan selamanya, dan akan
berkurang dalam 3-5 tahun setelah vaksinasi.

Vaksinasi hanya direkomendasikan untuk individu dengan resiko tinggi,


termasuk pengunjung negara dengan penyakit hiperendemik atau epidemik, pada
keadaan ledakan yang disebabkan oleh serogrup yang terdapat dalam vaksin,
orang-orang dalam barak militer, dan orang-orang dengan resiko tinggi berupa
defisiensi komponen terminal komplemen serta individu yang telah mengalami
splenectomy.
2. Pemberian Chemoprophylaxis
Pada kasus yang melakukan kontak langsung dengan penderita, secepatnya
harus diberikan chemoprophylaxis. Kontak ini didefinisikan sebagai keluarga,
perawat yang kontak dengan sekret oral dari pasien dan petugas kesehatan yang
melakukan tindakan resusitas mouth to mouth secara langsung.
Chemoprofilaxis meningitis meningococcus ini merupakan antibiotic
dengan dosis :
1. Rifampin (pemberian secara peroral) sesuai dengan kebutuhannya untuk
: Dewasa : 600 mg setiap 12 jam selama 2 hari; Anak (> 1 tahun): 10 mg/KgBB
setiap 12 jam selama 2 hari; Anak (< 1 tahun): 5 mg/KgBB setiap 12 jam selama 2
hari
2. Ceftriaxone (IM) sesuai dengan kebutuhannya untuk : Dewasa: 250 mg;
Anak: 125 mg.
3. Ciprofloxacin (oral) 750 mg.
4. Sulfisoxazole (oral) sesuai dengan kebutuhannya untuk : Dewasa: 1 g
setiap 12 jam selama 2 hari; Anak (1-12 tahun): 500 mg setiap 12
jam selama 2 hari; Anak (< 1 tahun): 500 mg/hari selama 2 hari.

Pembahasan
Penyakit meningokokus secara potensial bisa menjadi fatal dan harus selalu
dipandang sebagai keadaan darurat medis. Perawatan  rumah sakit pada
penderitanya sangat diperlukan. Untuk mencegah morbiditas neurologis yang
serius dan kematian, terapi antibiotik sangat penting ketika diagnosis meningitis
bakteri sudah mulai dicurigai.
Sebuah studi telah menyarankan bahwa setidaknya pada anak-anak, CSF
sterilisasi dapat terjadi lebih cepat setelah memulai antibiotik parenteral dari
sebelumnya, dengan sterilisasi lengkap meningokokus dalam waktu 2 jam akan
lumpuh.
Penisilin merupakan obat pilihan untuk pengobatan meningitis
meningokokus dan septikemia. Chemoprophylactic antimikroba yang paling
sering digunakan untuk membasmi meningokokus termasuk rifampisin, kuinolon
(misalnya, ciprofloxacin), ceftriaxone. Juga termasuk dalam kelas ini adalah
minocycline dan spiramisin.
 Ciprofloxacin (Cipro) : Dosis tunggal (500 mg) ciprofloxacin mungkin
efektif untuk pemberantasan meningokokus pada orang dewasa.
 Penisilin G (Pfizerpen) Pasien penyakit meningokokus diduga harus
menerima dosis tinggi obat ini, yang mengganggu sintesis dinding sel
mucopeptide selama multiplikasi aktif, sehingga aktivitas bakterisida
terhadap mikroorganisme rentan.
 Ceftriaxone (Rocephin) Agen ini adalah generasi ketiga sefalosporin
dengan spektrum luas, gram negatif aktivitas. Ini memiliki khasiat lebih
rendah terhadap organisme gram positif dan kemanjuran lebih tinggi
terhadap organisme resisten.
 Rifampisin (Rifadin, Rimactane) Rifampisin menghambat DNA-
dependent bakteri, tetapi tidak mamalia, RNA polimerase. Obat ini adalah
untuk kemoprofilaksis saja.
 Kloramfenikol Kloramfenikol bertindak dengan menghambat sintesis
protein bakteri.
 Minocycline (Minocin, Dynacin) Minocycline adalah anggota dari kelas
tetrasiklin agen antimikroba. Ini adalah agen spektrum luas yang
menghambat organisme rentan dengan menghambat sintesis protein
mereka.
 Spiramisin Spiramisin adalah antibiotik makrolida yang digunakan
sebagai antimikroba chemoprophylactic untuk membasmi meningokokus.
 Vaksinasi
Vaksin meningokokus dapat digunakan untuk mencegah dan
mengendalikan wabah penyakit meningokokus grup C sesuai dengan pedoman
CDC. Mereka merangsang pembentukan antibodi bakterisidal terhadap antigen
meningokokus. Mereka digunakan untuk imunisasi aktif terhadap penyakit
meningokokus invasif yang disebabkan oleh inklusif.
Menactra digunakan untuk imunisasi aktif untuk orang yang berusia 2-55
tahun untuk pencegahan penyakit meningokokus invasif. Menomune telah
disetujui untuk digunakan pada orang dari usia 2 tahun. Menveo telah disetujui
pada tahun 2010 untuk digunakan pada orang berusia 11-55 tahun.
Penelitian baru menunjukkan bahwa vaksin bakteri meningitis, yang
sebelumnya harus disimpan dalam suhu dingin saat diangkut ke seluruh Afrika,
sekarang dapat dikirim dan disuntikkan dengan aman tanpa pendinginan sampai
empat hari. Pakar kesehatan masyarakat menyebut temuan ini berpotensi
mengubah upaya imunisasi di negara tropis yang miskin sumber daya. 
Fakta bahwa vaksin meningitis A dapat ditarik dari apa yang disebut
“rantai dingin” dan dapat diangkut ke seluruh Afrika pada suhu ruangan berarti
anak-anak dan remaja yang belum menerima vaksin tersebut, kini dapat
memperoleh vaksin yang dapat menyelamatkan jiwa itu.
Terobosan itu diumumkan oleh pejabat kesehatan masyarakat internasional
pada pertemuan American Society of Tropical Medicine and Hygiene  di Atlanta,
Georgia. Godwin Enwere kepala Proyek Vaksin Meningitis, mengatakan temuan
bahwa vaksin bisa diangkut sampai empat hari tanpa mesin pendingin atau bahkan
kotak berisi es batu ini muncul setelah data stabilitas dievaluasi kembali secara
ekstensif oleh para pengawas obat di India dan Kanada. Proyek Vaksin Meningitis
merupakan kerjasama antara Organisasi Kesehatan Dunia dan Program Teknologi
Tepat Guna dalam Kesehatan, atau PATH.
Sebelum adanya temuan tersebut, lembaga obat menyarankan agar vaksin
meningitis diangkut pada suhu antara dua sampai delapan derajat celcius.
Kemampuan untuk mengangkut dengan aman pada suhu ruangan hingga 40
derajat akan memungkinkan vaksin itu mencapai puluhan ribu anak-anak yang
membutuhkannya.
Vaksin yang disebut MenAfriVac itu awalnya diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan kawasan yang rentan meningitis di 21 negara Afrika. WHO
memperkirakan 400 juta orang tinggal kawasan itu, yang membentang mulai dari
Senegal sampai Ethiopia. Sementara harga vaksin kurang dari lima ribu rupiah per
dosis dan sangat efektif, hambatan terbesar adalah menjaganya agar tetap  dingin
dalam pengiriman sehingga tidak rusak sebelum sampai ke tujuan.
Para peneliti sekarang menyelidiki apakah vaksin rantai dingin lainnya
dapat dikirimkan pada suhu ruangan. Secara khusus, mereka sedang mempelajari
vaksin bakteri pneumonia, penyakit yang membunuh 500 ribu anak setiap tahun.
Kesimpulan dan Saran
 Kesimpulan
Infeksi meningokokus merupakan penyakit yang menyerang selaput otak
yang diakibatkan oleh bakteri Neisseria meningitis. Gejalanya yaitu pusing,
gangguan saluran pernafasan, muntah dan ruam. Infeksi ini memang berbahaya,
namun bias disembuhkan. Hal dini yang bias dilakukan yaitu pemberian imunisasi
sejak dini. Penanganan terkini terhadap penyakit ini sudah semakin banyak
dengan pemberian vaksin yang anti terhadap infeksi meningokokus.
 Saran
Dengan ilmu sains khususnya aplikasi mikrobiologi yang semakin canggih,
diharapkan dapat menurunkan angka penderita infeksi meningokokus. Pemberian
vaksin seharusnya tidak hanya dilakukan pada penderita, tetapi mulai diterapkan
sejak dini.

Daftar Pustaka
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_InfeksiIntrakranial.pdf/10_InfeksiIntrakranial
l - 38k - Tembolok - Halaman sejenis
www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=4&judul=Meningitis
%20Bakterialis&iddtl=334&UID=2... - 34k - Tembolok - Halaman sejenis
Bruce, B. (Eds.). 1997. Genome Analysis, a laboratory manual. vol 1 (Ana-
lyzing DNA). USA: Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Innis, M.A.(Eds.). 1990. PCR Protocols a Guide to Methods and Applications.
California: Academic Press, Inc..
Newton, C.R. and A. Graham. 1994. PCR. UK: Bios Scientific Publisher.
WHO (1996). Meningococcal meningitis update. Fact sheet. 105: 1-4.

Anda mungkin juga menyukai