Anda di halaman 1dari 6

Meningitis

Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meningen. Meninges adalah tiga membran (dura
mater, arachnoid mater, dan pia mater) yang melapisi kanal vertebral dan tengkorak yang membungkus
otak dan sumsum tulang belakang.

Etiologi

Meningitis dapat disebabkan oleh proses infeksi dan non infeksi (gangguan autoimun, kanker/sindrom
paraneoplastik, reaksi obat).

Agen penyebab infeksi meningitis termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit (lebih jarang).

Faktor risiko

Faktor risiko meningitis meliputi:

 Gangguan medis kronis (gagal ginjal, diabetes, insufisiensi adrenal, cystic fibrosis)
 Usia yang ekstrem
 Kurang vaksinasi
 Keadaan imunosupresi (iatrogenik, penerima transplantasi, imunodefisiensi kongenital, AIDS)
 Hidup dalam kondisi ramai
 Eksposur:
o Bepergian ke daerah endemik (AS Barat Daya untuk kokus; AS Timur Laut untuk penyakit Lyme)
o Vektor (nyamuk, kutu)
 Gangguan penggunaan alkohol
 Adanya ventriculoperitoneal (VP) shunt
 Endokarditis bakterialis
 Keganasan
 Cacat dural
 penggunaan obat IV
 Anemia sel sabit
 Splenektomi

Epidemiologi

Insiden meningitis tertinggi di seluruh dunia adalah di daerah sub-Sahara Afrika yang disebut "the
meningitis belt" yang membentang dari Ethiopia hingga Senegal. 
Bakteri penyebab meningitis yang paling umum di Amerika Serikat adalah:
 Streptococcus pneumoniae (kejadian tahun 2010: 0,3/100.000)
 Streptokokus grup B
 Neisseria meningitidis (kejadian tahun 2010: 0.123/100.000)
 Haemophilus influenzae (kejadian tahun 2010: 0,058/100.000)
 Listeria monocytogenes
Di Indonesia, penderita meningitis yang meninggal pada 2016 mencapai 4.313 orang dari 78.018 kasus.
Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus dan tingkat kematian tertinggi di
Asia Tenggara akibat meningitis.

Meningitis sering menyerang bayi terutama berusia dibawah 2 bulan dan orang tua.

Klasifikasi
Berdasarkan pemeriksaan Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS),
yaitu:,
a. Meningitis serosa (Meningitis tuberkolosa), radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih. meningitis serosa dengan penyebab bakteri tuberkulosis ataupun
virus.Penyebab terseringnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain dari meningitis
serosa adalah virusToxoplasma gondhii serta virus Ricketsia.
b. Meningitis purulenta, radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escerichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa.

Berdasarkan penyebab

 Bacterial Meningitis, disebabkan oleh bakteri


 Viral Meningitis, disebabkan oleh virus
 Fungal Meningitis, disebabkan oleh jamur
 Parasitic Meningitis, disebabkan oleh parasit
 Amebic Meningitis, Meningoensefalitis amuba primer (PAM) adalah infeksi otak langka yang disebabkan
oleh  Naegleria fowleri dan biasanya berakibat fatal. 
 Non-Infectious Meningitis, Penyebab meningitis non-infeksius meliputi:
o Kanker
o Lupus eritematosus sistemik (lupus)
o Obat-obatan tertentu
o Cedera kepala
o Operasi otak

Patogenesis
Meningitis biasanya terjadi melalui dua rute inokulasi:
Penyemaian hematogen
 Bakteri menjajah nasofaring dan memasuki aliran darah setelah invasi mukosa. Saat berjalan ke
ruang subarachnoid, bakteri melintasi sawar darah-otak, menyebabkan reaksi inflamasi dan
kekebalan yang dimediasi langsung.
Penyebaran bersebelahan langsung
 Organisme dapat memasuki cairan serebrospinal (CSF) melalui struktur anatomi tetangga (otitis
media, sinusitis), benda asing (alat medis, trauma tembus), atau selama prosedur operasi.
Virus dapat menembus sistem saraf pusat (SSP) melalui transmisi retrograde sepanjang jalur saraf atau
dengan penyemaian hematogen.

Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis : Menanyakan keluhan trias klasik dari meningitis yaitu nyeri, demam, dan kaku kuduk
(nuchal rigidity). Selanjutnya juga bisa ditanyakan terhadap riwayat infeksi yang mungkin sebelumnya
pernah dialami.
Pemeriksaan fisik : Vital sign, pemeriksaan meningeal sign (dilihat dari nuchal rigidity, brudzinski sign)

Pemeriksaan penunjang : CSF examination, CT scan contrast


Meningitis didiagnosis melalui analisis cairan serebrospinal (CSF), yang meliputi jumlah sel darah putih,
glukosa, protein, kultur, dan dalam beberapa kasus, reaksi berantai polimerase (PCR).  CSF diperoleh
melalui pungsi lumbal (LP), dan tekanan pembukaan dapat diukur. 

Pengujian tambahan harus dilakukan disesuaikan dengan etiologi yang dicurigai:


 Virus: Multipleks dan PCR spesifik
 Jamur: Kultur jamur CSF, noda tinta India untuk Cryptococcus
 Mycobacterial: CSF BTA dan biakan tahan asam
 Sifilis: CSF VDRL
 Penyakit Lyme: antibodi CSF burgdorferi
Temuan CSF yang diharapkan pada meningitis bakteri, virus, dan jamur tercantum dalam grafik: Temuan
CSF yang diharapkan pada meningitis bakteri versus virus versus jamur.
Idealnya, sampel CSF harus diperoleh sebelum memulai antimikroba. Namun, ketika diagnosis
meningitis bakterial dipertimbangkan secara serius, dan pasien sakit parah, antibiotik harus dimulai
sebelum melakukan LP.

Komplikasi
 Gangguan pendengaran (6%)
 Gangguan perilaku (2,6%)
 Kesulitan kognitif (2,2%)
 Dfisit motorik (2,3%)
 Gangguan kejang (1,6%)
 Gangguan penglihatan (0,9%)
 Peningkatan tekanan intrakranial dari edema serebral yang disebabkan oleh peningkatan cairan
intraseluler di otak. Beberapa faktor yang terlibat dalam perkembangan edema serebral:
peningkatan permeabilitas sawar darah otak, sitotoksisitas dari sitokin, sel imun, dan bakteri.
 Hidrosefalus
 Komplikasi serebrovaskular
 Defisit neurologis fokal

Prognosis
Hasil tergantung pada karakteristik pasien seperti usia dan status kekebalan, tetapi juga bervariasi
tergantung pada organisme etiologi. Di Amerika Serikat, untuk meningitis bakterial secara keseluruhan,
tingkat kematian kasus tahunan pada tahun 2010 adalah 14,3%.
Kematian spesifik patogen:
 Meningitis Streptococcus pneumoniae : tingkat kematian kasus, 17,9%
 Meningitis Neisseria meningitidis : tingkat kematian kasus, 10,1%
 Meningitis streptokokus grup B : angka kematian kasus, 11,1%
 H. i nfluenzae meningitis: tingkat kematian kasus, 7%
 Listeria monocytogenes meningitis: tingkat kematian kasus, 18,1%

Anda mungkin juga menyukai