Anda di halaman 1dari 15

MENINGITIS

A. Definisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan aracnoid
dan piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil,
2012).
Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput meningeal
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai
adanya gejala spesifik dari sistem syaraf pusat yaitu gangguan kesadaran,
gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intra kranial, &
gejala deficit neurologi (Widagdo, 2011)
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput otak yang
mengenai lapisan piameter dan ruang subarkanoid termasuk CSS yang
dapat disebabkan oleh bakteri yang menyebar masuk ke dalam ruang
subarkanoid (Hoffman dan Weber, 2009).
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai
lapisan piameter dan ruang subarkanoid maupun arknoid dan termasuk
cairan serebrospinal (CSS). Peradangan yang terjadi pada meningitis yaitu
membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak
(Wordpress, 2009).
Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan
medulla spinalis.gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri
(infeksi sekunder) seperti sinusitis, otitis media, pneumonia, edokarditis
atau osteomyelitis. Meningitis bakteri adalah inflamasi arkanoid dan
piameter yang mengenai CSS, meningeotis juga bisa disebut
Leptomeningitis adalah infeksi selaput arkanoid dan CSS di dalam
ruangan subarkhanodi ( Lippincott Williams & Wilkins, 2012).
B. Anatomi fisiologi organ terkait
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang
melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh darah dan
sekresi cairan serebrospinal. Meningen terdiri dari 3 lapis yaitu :
1. Lapisan luar ( Durameter)
Merupakan tempat yang tidak kenyal dan membungkus otak,
sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah.
Durmeter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput
tulang tengkorak (periostem) dan durameter bagian dalam (meningeal)
meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,
tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selapu halus yang
memisahkan duramater dengan piameter , membuat sebuah kantung
atau balon berisi cairn otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
Ruangan di antara durameter dan arachnoid disebut subdural yang
berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening.
3. Lapisan dakam (piameter)
Merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil
yang mengsuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak.
Ruangan diantara arachnoid dan piameter disebut subarkhanoid. Pada
reaksi radang ruangan ini berisi sel radang, disini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
C. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Sementara
meningitis bakteri lebih berbahaya.
1. Meningitis bakteri
a. Bakteri meningokokus atau meningococcal bakteri. Ada beberapa
jenis bakteri meningococcal disebut grup A, B, C, W135 dan Z.
saat ini sudah ada vaksin yang tersedia untuk perlindungan trhadap
grup C meningococcal bakteri.
b. Streptococcus pneumonia bakteri atau pneumokokus bakteri ini
cenderung mempengaruhi bayi dan anak-anak dan orang tua karena
system kekbalan tubuh mereka lebih lemah dari kelompok usia
lain.
c. Mereka yang memiliki CSF shunt atau memiliki cacat dural
mungkin bisa terkena meningitis yang disebabkan oleh
Staphylococcus.
d. Pasien yang memiliki tulang belakang prosedur (misalnya: tulang
belakang anesthesia) beresiko meningitis yaitu disebabkan oleh
Pseudomonas spp.
e. Sifilis dan Tuberkolosis menuju meningitis serta jamur meningitis
langka penyebab tetapi terlihat dalam individu positif HIV dan
orang-orang yang kekebalan yang ditekan.
Menurut kelompok usia, beberapa bakteri kemungkinan penyebab
meningitis meliputi :
a. Dalam newborns
Pneumokokus bakteri atau grup B steptokokus, listeria
monocytogenes, Escherichia coli.
b. Bayi dan anak-anak
H. influenza tipe B, pada anak-anak kurang dari 4 tahun dan
menjadi unvacinted menimbulkan resiko meningitis.
c. Anak-anak dan orang dewasa
d. S. pneumonia, H. Influenza tipe B, N. meningitidis , Gram
negative Basil.
e. Orang tua dan orang-orang dengan kekebalan ditekan
S. pneumniae, TB,Organisme gram negative
f. Setelah cedera kepala atau infeksi
Colli, Pseudemonas aeruginosa
2. Transmisi infeksi
Meningococcal baktri yang menyebabkan meningitis yang
biasanya tersebar melalui kontak dekat yang berkepanjangan.
Penyebaran dimungkinkan karena pasien berada dekat dengan orang
yang terinfeksi melalui batuk, bersin dll. Namun dalam kebanyakan
kasus hal ini hanya menyebabkan infeksi ringan.
3. Meningitis penyebab virus
Ada beberapa virus yang dapat menyebabkan meningitis.
Vaksinasi terhadap banyak virus ini telah banyak menyebabkan
penurunan kejadian kepada beberapa kasus meningitis. Contoh
campak, gondok dan rubella. Vaksinisasi tersedian bagi anak dengan
kekebalan rendah terhadap gondok, yang dulunya merupakan
penyebab utama dari virus meningitis pada anak. Virus yang
menyebabkan meningitis meliputi :
a. Virus herpes simpleks
b. Enterviruses virus
c. Gondok
d. Echovirus
e. Coxsackie
f. Virus herpes zoster
g. Campak
h. Arbovirus
i. Influenza
j. HIV
D. Fatofisologi
Meningitis pada umumnya sebagi akibat dari penyebaran penyakit
di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar scara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis,
tonsillitis, pneumonia dan endocarditis. Penyebaran bakteri atau virus
dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan
yang ada di dekat selaput otak. Penyebaran juga bisa terjai akibat trauma
kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-
kuman ke dalam ruang subarkanoid menyebabkan reaksi radang pada
piameter dan akranoid, CSS dan system vetrkulus.
Mula-mula pembuluh arah meningeal yang kecil dan edang
mengalami hiperemi dalam waktu yang sangan singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarkandoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear
dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan thrombosis, infark otak, dan degenerasi
neuron-neuron. Thrombosis serta organisasi eksudat perineural yang
fibrono-furulen menyebabkan kelainan kranial. Pada meningitis yang
disebabkan oleh virus, CSS tampak jernih dibandingkan meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.
E. Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat meningitis :
1. Trombosisi vena cerebral, yang menyebabkan kejang, koma, dan
kelumpuhan
2. Efusi atau abses subdural, penumpukan cairan diruangan subdural
Karena adanya infeksi yang disebabkan oleh kuman.
3. Hidrosefalus, pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal
yang disebabkan oleh penyumbatan cairan cerebrispinalis.
4. Ensefalitis, peradangan pada otak.
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak
karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung ke
saluran pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena aanya
retardasi mental yang mengakibatkan perkembangan mental dan
kecerdasan anak terganggu.
F. Pathway

G. Manifestasi klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala, rasa nyeri ini dapat
menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tekuk. Bia hebat,
terjadi opistotonus. Yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda kernig
dan brudzinsky positif. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan
pningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat
iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama
perjalanan penykit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dengan gangguan memori biasanya merupkan
awal adanya penyakit individu terhadap proses fisiologik. Manifestasi
prilaku juga umumnya terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargik dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tada yang mudah dikenali
yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
4. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher. Fleksi paksaan menyebbkan nyeri bert.
5. Tana kernig positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
kedalam fleksi kea rah abdomen , kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurana.
6. Tanda brudzinsky : bila leher di fleksian, maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pad ekstremitas bawah salah
satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada ekstremitas yang
berlawanan.
7. Pasien mengeluh mengalami fotophobia atau sensitive berlebihan pada
cahaya.
8. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan meningitis.
Kejang terjadi sekunder akibat area vocal koltilar yang peka. Tanda-
tanda peningkatan TIK skunder akibat eksudat purulent dan edema
serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-tanda vital.
Melebarnya tekanan pulse dan bradikardia, pernafasan tidak teratur,
sakit kepala, muntah, penurunan tingkat kesadaran.
9. Adanya ruam merupakan salah satu ciri yang menyolok pada
meningitis meningokokal. Sekitar dari semua pasien dengan tipe
meningitis mengembangkan lesi-lesi pada kulit, diantaranya ruam
ptekie dengan lesi purpura.
10. Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% dengan meningitis
meningokokus, dengan tanda-tanda septicemia, demam tinggi yng
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar , syok dan tanda-tanda
koagulopati, kematian mungkin terjadi setelah beberapa jam serangan
infeksi.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi dan rotasikepala. Tanda kaku kuduk positif atau
negatif bila didapatkan kekauan dan tahanan pada pergerakan
fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
b. Pemeriksaan tanda kernig
Pasien berbaing terlentang , tangan diangkat dan dilakukan
fleksi pada panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi
lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyri. Tanda kernig positif atau
negatif bila ekstendi sendi lutut tidak mencapat sudut 135 (kaki
tidak dapat eksensi sempurna).
c. Pemeriksaan tanda brudzinski I (leher)
Pasien berbaring terlentang, dan pemeriksa meletakan
tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada
pasien, kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat ke arah
dada sejauh mungkin. Tanda positif atau negatif bila pada
pemeriksan terjadi fleksi involunter pada leher.
d. Pemeriksaan tanda brudzinski II
Pasien berbaring terlentang dan diakukan fleksi pasif paha
pada sendi panggul (seperti pemeriksaan kernig). Tanda positif
negatif bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi
panggul dan lutut kontralateral.
2. Pemeriksaan penunjang meningitis
a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak , meningitis
dibagi menjadi dua golongan yaitu meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
1) Meningitis purulenta, diagnose diperkuat dengan hasil positif
pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil
biakan. Pada permeriksaan diperoleh cairan serebrospinal yang
keruh karena mengandung pus
2) Meningitis serosa, diperoleh hasil pemeriksaan cairan
serbrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah
protein yang tinggi.
3. Pemeriksaan darah
a. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit
b. Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit dan pada
meningitis tuberkolosa didapatkan peningkatan LED.
4. Pemeriksaan radiologi
a. Meningitis purulenta, foto kepala dan daa
b. Meningitis serosa, foto dada, kepala, CT-scan
I. Penatalaksanaan medis
1. Terapi antibiotik
Pemilihan obat-obatan antibiotic harus terlebih dahulu dilakukan
kultur darah dan lumbal punksi guna untuk pemberian antibiotic
disesuaikan dengan kuman penyebab.
a. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa)
1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari, minimal
500mg selama setngah tahun
2) Rifamipisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2x sehari, selama 3
bulan
b. Obat anti-infeksi (meningitis bacterial)
1) Sefalosporin generasi ketiga
2) Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam, IV, 4-6x sehari
3) Kloramfenikol 50 mg/kgBB/24jam, IV, 4x sehari
c. Pengobatan simptomatis
1) Antikonvulsi : Diazepam IV, 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis. Rectal
0,4-0,6 mgkgBB/dosis, atau Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam 3x
sehari. Femobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam 3x sehari
2) Antipiretik : parasetamol / asam salisilat 10mg/kgBB/dosis
3) Antieema serebri : diuretikosmotik (manitol)
4) Oksigenasi O2
5) Pemenuhan hidrasi
6) Pencegahan syok
J. Asuhan keperawatan (teoritis) pengkajian-evaluasi
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis,
neoplasma riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala.
2. Pada neonates : kaji adanya prilaku menolak untuk makan, reflek
menghisap kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang
gerak dan menangis lemah.
3. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit
kepala, muntah, kejang mudah terstimulasi, fotophobia, delirium,
halusinasi, prilaku agresif, penurunan kesadaran, kaku kuduk,
tanda kernig dan Bruzinski positif,ptekie.
B. Pemeriksaan penunjang
1. Lumbal fungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisis
hitung jenis sel dan protein, cairan serebrospinal, dengan syarat
tidak dietemukan adanya peningkatan TIK.
2. Meningitis bacterial
Tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultrur positif terhadap
beberapa jenis bakteri.
3. Glukosa dan LDH : meningkat
4. LED/ESRD : meningkat
5. CT-scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom,
hemoragik.
6. Rontgen kepala : mengindikasikan infeksi intracranial
7. Kultur darah dan kultur swab hidung dan tenggorokan.
C. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d peningkatan intracranial
Tujuan :
- Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
- Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Rasa sakit kepala berkurang
- Kesadaran meningkat
- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya
tanda-tanda intracranial yang meningkat.
INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bedrest total dengan Perubahan pada tekanan
posisi tidur terlentang tanpa intracranial akan dapat
bantal menyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
Monitor tanda-tanda neurologis Dapat mengurangi kerusakan
dengan GCS otak lebih lanjut
Monitor tanda-tanda vital Pada keadaan normal
autoregulasi mempertahankan
keadaan tekanan darah
Resoirasi dan hati-hati pada Sistemik berubah secara
hipertensi sistolik fluktuasi. Kegagalan akan
menyebabkan kerusakan
vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diikuti
oleh penurunan tekanan
diastolik
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak
sadar, nausea yang menunjukan
intake peroral
Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan
muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intracranial dan intra
untuk mengeluarkan nafas abdomen. Mengeluarkan nafas
apabila bergerak atau berbalik sewaktu bergerak atau merubah
tidur posisi dapat melindungi dari
efek valsava
Kolaborasi berikan cairan Meninimalkan fluktuasi pada
perinfus dengan perhatian ketat beban vaskuler dan tekanan
intracranial, vetriksi cairan dan
cairan dapat menurunkan edema
cairan
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis
pemberian oksigen disertai dengan pelepasan
oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya
iskemim serebral
Berikan terapi sesuai advis Terapi yang diberikan dapat
dokter seperti : menurunkan permeabilitas
steroid,aminofel, antibiotik kapiler. Menurunkan edema
serebri, menurunkan metabolic
sel/ konsumsi dan kejang.

2. Nyeri b.d adanya infeksi bagian otak


Tujuan :
- Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien dapat tidur dengan tenang
- Memverbalisasikan penurunan rasa sakit
INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau berat ringan nyeri yang Mengetahui tingkat nyeri yang
dirasakan dengan dirasakan sehingga memudahkan
menggunakan skala nyeri pemberian intervensi
Pantau saat muncul rasa nyeri Menghindari pencetus nyeri
merupakan salah satu metode
distraksi yang efektif
Usahakan membuat lingkungan Menurunkan reaksi terhadap
yang nyaman dan tenang rangsangan eksternal atau
kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan pasien untuk
beristirahat
Kompres dingin pada kepala Dapat menyebabkan
dan kain dingin pada mata vasokontriksi pembuluh darah
otak
Lakukan latihan gerak aktif Dapat membantu relaksasi otot-
atau pasif sesuai kondisi otot yang tegang dan dapat
dengan lembut dan hati-hati menurunkan rasa sakit disconfort
Kolaborasi pemberian obat Mungkin diperlukan untuk
analgesik menurunkan rasa sakit. Catatan :
narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak
pada status neurologis sehingga
sukar untuk dikaji

3. Hipertermi b.d proses infeksi


Tujuan :
- Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 36,5 – 37,5
INTERVENSI RASIONALISASI
Ukur suhu pada setiap 4 jam Suhu 38,9 – 41,1 menunjukan
proses penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu
badan mendekati normal
Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam
dengan proses konduksi
Berikan selimut pendingin Untuk mengurangi demam lebih
dari 39,5
Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam
pemberian antipiretik dengan aksi sentralnya di
hipotalamus
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
=https://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_
Askep (Diakses pada Jum’at, 29 November 2019)

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
=http://repository.ump.ac.id/5917/3/DEVIKA%2520MELIANA
(Diakses pada Jum’at, 29 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai