TERSTRUKTUR
FARMASI RUMAH SAKIT
Karakteristik Pneumonia dan Standar Penggunaan Obat
KELAS
:B
NO. ABSEN
: 26
NAMA
: MICHIKO TANADI
NPM
: 2014001246
JAKARTA
2015
A. DEFINISI / PENGERTIAN
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat
disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. (1)
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. (2)
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract
(LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi bermacam-macam dan diketahui
ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia maupun partikel. (3). Penyakit ini dapat terjadi pada
semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua
dan penderita penyakit kronis.
2. Patofisiologi (1,3,4)
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Masuknya
mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara:
1. Inhalasi langsung dari udara
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
4. Penyebaran secara hematogen
Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme
dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru
sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme
mencapai permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara
Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme
atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5
-2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan
selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas
atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah
pneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa
sering
Gambar 2 Perbandingan foto radiologi paru normal (kiri) dan paru terinfeksi
pneumonia (kanan) (13)
H. PENATALAKSANAAN (1,4,7)
1. Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian
antibiotik
pada
penderita
pneumonia
sebaiknya
berdasarkan
data
resusitasi
cairan
intravena
untuk
memastikan
stabilitas
10
Tabel 2 Tabel Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT (4)
11
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih'
kriteria di bawah ini:
1. Kriteria minor:
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
Tekanan sistolik < 90 mmHg
Tekanan diastolik < 60 mmHg
2. Kriteria mayor adalah sebagai berikut :
Membutuhkan ventilasi mekanik
Infiltrat bertambah > 50%
Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada
penderita
riwayat
penyakit
ginjal
atau
gagal
ginjal
yang
membutuhkan dialisis
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap
pneumonia komuniti adalah :
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini.
Frekuensi napas > 30/menit
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg
Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
12
13
14
15
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk selama
24 - 72 jam maka pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji
sensitivitas serta harus meninjau kernbali diagnosis, faktor-faktor penderita,
obat-obat yang telah diberikan dan bakteri penyebabnya, seperti dapat dilihat
pada gambar.
16
17
yang mungkin
terbaru. Sedangkan untuk CAP yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung
pilihan jatuh pada amoksisilin-klavulanat. Golongan makrolida yang
18
dapat
dipilih mulai
merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari.
Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif
dibedakan
20
b. Golongan Makrolid
Kelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin dengan derivatnya
klaritromisin, roksitromisin, azitromisin, dan diritromisin. Semua
makrolida diuraikan dalam hati, sebagian oleh sistem enzim oksidatif
sitokrom-P450 menjadi metabolit inaktif. Efek samping yang terpenting
adalah pengaruhnya bagi lambung-usus berupa diare, nyeri perut, nausea,
dan kadang-kadang muntah, yang terutama terlihat pada eritromisin
akibat penguraiannya oleh asam lambung. Eritromisin pada dosis tinggi
dapat menimbulkan ketulian yang reversibel. Semua makrolida dapat
mengganggu fungsi hati, yang tampak sebagai peningkatan nilai-nilai
enzim tertentu dalam serum (5,12).
c. Golongan aminoglikosida
21
gentamisin,
amikasin,
kanamisin,
neomisin,
dan
paramomisin (11).
d. Golongan Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh
yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam
nalidiksat
berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin,
norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif
infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri
dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lomefloksasin,
fleroksasin dengan spektrum aktivitas yang lebih luas untuk terapi infeksi
community-acquired maupun infeksi nosokomial. Mekanisme kerja
golongan quinolon secara umum adalah dengan menghambat DNAgyrase. Aktivitas antimikroba secara umum meliputi, Enterobacteriaceae,
P. aeruginosa, srtaphylococci, enterococci, streptococci. Aktivitas
terhadap bakteri anaerob pada generasi kedua tidak dimiliki. Demikian
pula dengan generasi ketiga quinolon seperti levofloksasin,gatifloksasin,
moksifloksasin. Aktivitas terhadap anaerob seperti B. fragilis, anaerob
lain dan Gram-positif baru muncul pada generasi keempat. (1)
e. Golongan Florokuinolon
1) Kloramfenikol
Berkhasiat bakteriostatik terhadap hampir semua kuman gram-positif
dan sejumlah kuman gram-negatif, juga terhadap
Chlamydia
22
23
a. Analgesik Antipiretik
Obat ini seringkali digunakan untuk mengurangi gejala letargi, malaise,
demam terkait infeksi pernapasan. (1)
b. Mukolitik
Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk mengencerkan mukus
yang kental, sehingga mudah dieskpektorasi. Perannya sebagai terapi
tambahan pada pneumonia. Pada bronchitis kronik terapi dengan
mukolitik hanya berdampak kecil terhadap reduksi dari eksaserbasi akut,
namun berdampak reduksi yang signifikan terhadap jumlah hari sakit
pasien.
Agen yang banyak dipakai adalah Acetylcystein yang dapat diberikan
melalui nebulisasi maupun oral. Mekanisme kerja adalah dengan cara
membuka ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein sehingga menurunkan
viskositas mukus. (1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik DirJen BINFAR.
Pharmaceutical Care pada Penyakit infeksi Pernapasan. 2005. Jakarta:
DepKes RI
2. Dahlan Zul. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2000
3. Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Medical Series. Hal. 76-77.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti Pedoam
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia . 2013. Jakarta.
5. Sukandar EY. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
24
25