TERSTRUKTUR
OBAT BAHAN ALAM
PROPOSAL PENELITIAN
FORMULASI GARGARISMA EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN
(Nephelium lappaceum L.) SEBAGAI ANTIKARIES GIGI DAN UJI
EFEKTIVITASNYA PADA PROBANDUS
KELAS
: A
DISUSUN OLEH
: Michiko Tanadi
(2011210156)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan oleh
MICHIKO TANADI
NPM : 2011210156
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
April 2014
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
MICHIKO TANADI
NPM
2011210156
PEMINATAN
JUDUL
ANTIKARIES
GIGI
DAN
UJI
Disetujui oleh:
Pembimbing
April 2014
April 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di
masyarakat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007,
prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 23,5%, di mana 43,4%
merupakan penderita karies (1). Angka tersebut tidak dapat diabaikan karena secara
signifikan mempengaruhi produktivitas masyarakat. Karies merupakan suatu
kerusakan jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan
oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (2). Bakteri
yang menyebabkan karies cukup banyak macamnya, seperti Veillonella,
Lactobacillus, dan Streptococcus. Walaupun demikian, Streptococcus mutans
disebutkan
sebagai
penyebab
utama
karies
karena
bersifat
asidogenik
diformulasikan
menjadi
sediaan
gargarisma
untuk
mengoptimalkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Marga
: Sapindaceae
Genus
: Nephelium
Spesies
: Nephelium lappaceum L. (10)
b. Nama simplisia.
Nephelii lappacei Pericarpium (kulit buah rambutan)
c. Nama lain
Sumatera: rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui,
bairabit, puru biancak, p. biawak, hahujam, kakapas, likis, takujung alu.
Jawa: rambutan, corogol, tundun, bunglon, buwa buluwan.
Nusa Tenggara: buluan, rambuta. Kalimantan: rambutan, siban, banamon,
beriti, sanggalaong, sagalong, beliti, malit;, kayokan, bengayau, puson.
Sulawesi: rambutan, rambuta, rambusa, barangkasa, bolangat, balatu,
balatung, walatu, wayatu, wilatu, wulangas, lelamu, lelamun, toleang.
Maluku: rambutan, rambuta.
Nama asing: Shao tzu (China), rambutan (Tagalog), ramboutan (Portugis),
ramustan (Spanyol).
d. Uraian tumbuhan.
Rambutan banyak ditanam sebagai pohon buah dan kadang-kadang ditemukan
tumbuh liar. Tumbuhan tropis ini memerlukan iklim lembab dengan curah
hujan tahunan paling sedikit 2000 mm. Rambutan merupakan tanaman dataran
rendah yang ketinggiannya mencapai 300-600 m dpl. Pohon dengan tinggi 1525 m ini mempunyai banyak cabang. Rambutan berbunga pada akhir musim
kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, sekitar November sampai
Februari. Ada banyak jenis rambutan, seperti rapiah, simacan, sinyonya, lebak
bulus, dan binjai (11).
2. Habitat dan Penyebaran
Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian antara 30500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun
tidak begitu baik hasilnya. (9)
3. Kandungan kimia
Kulit buah rambutan mengandung tanin dan saponin (11). Penelitian yang telah
dilakukan oleh Thitilerdecha et al. tahun 2010 berhasil mengisolasi senyawa
yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antimikroba dari kulit buah rambutan,
yaitu senyawa tanin geraniin, asam ellagat, dan corilagin dari ekstrak metanol
kulit buah rambutan (5).
a. Karakteristik geraniin.
10
11
C. Streptococcus mutans
1. Klasifikasi
Kingdom
: Monera
Divisi
: Firmicutes
Kelas
: Bacili
Ordo
: Lactobacilalles
Marga
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
12
Spesies
: Streptococcus mutans
(3)
2. Karakteristik
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak
bergerak), berbentuk kokus, tunggal maupun berkelompok. Metabolismenya
secara anaerob fakultatif. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu 37 0C
selama 24-48 jam dalam media selektif.
Streptococcus mutans merupakan bakteri utama penyebab karies karena
bersifat bersifat asidogenik, asidurik, dan menghasilkan suatu polisakarida
lengket yang disebut dextran. Streptococcus mutans memproduksi kandungan
asam yang dapat menghancurkan jaringan-jaringan pada gigi sehingga
menyebabkan lubang pada gigi (3).
D. EKSTRAKSI
1. Ekstraksi dan ekstrak
Ekstraksi adalah penyarian senyawa yang terdapat dalam larutan campuran
atau campuran padatan dengan menggunakan pelarut yang cocok. Ekstraksi
dapat dilakukan dengan pelarut organik terhadap bahan segar atau bahan
kering.
Pada dasarnya prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang
berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Pelarut
polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan senyawa
semipolar, pelarut non polar melarutkan senyawa non polar.
Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak. Ekstrak
adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (16).
2.
Metode ekstraksi
13
senyawa
aktif
yang
terkandung
dalam
simplisia
akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Berikut ini cara
ekstraksi dengan menggunakan pelarut:
a. Cara dingin.
1) Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan.
b. Cara panas.
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konsisten
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk
proses ekstraksi sempurna.
2) Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
berkelanjutan dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
3) Digesti
Digesti ialah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan yaitu dilakukan sekitar 400 500 C.
4) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air pada temperatur terukur 960980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5) Dekok
14
Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti keterampilan
menghias dan mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/Men.Kes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut. Kosmetik adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan penyakit (28).
Kosmetik berbeda dengan obat farmasetik. Kosmetik tidak dirancang
untuk mengobati suatu penyakit serta aman dan tidak mempunyai efek samping
sedangkan obat farmasetik dirancang untuk mengobati suatu penyakit, harus
mempunyai efek terapetik, dan terkadang timbul efek samping yang tidak bisa
dihindari.
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah
untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar UV, polusi dan faktor lingkungan lain, mencegah penuaan dan secara umum
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (29).
New Cosmetics Science mengklasifikasikan kosmetik berdasarkan
penggunaannya yaitu kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics), kosmetik
perawatan tubuh (body cosmetics), kosmetik perawatan rambut (hair care
cosmetics), kosmetik untuk mulut (oral cosmetics) dan wangi-wangian (fragrances)
(29).
F.
Gargarisma
1. Definisi dan penggunaan
Gargarisma
adalah
larutan
yang
digunakan
sebagai
pembersih
untuk
15
dalam
rongga
mulut
seperti
heksilresorsinol,
16
17
1) Pemeriksaan organoleptik
Pemeriksaan organoleptik meliputi pengamatan terhadap warna, bau, dan
rasa dari sediaan gargarisma.
2) Uji kejernihan
Kejernihan ditentukan dengan cara memendarkan suatu berkas cahaya
terfokus ke dalam larutan gargarisma yang telah dibuat. Suatu cairan
dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang
digunakan atau jika okupalensinya tidak lebih nyata dari suspensi
padanan I.
3) Uji bobot jenis
Penentuan bobot jenis dilakukan menggunakan piknometer dan
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.
b. Uji parameter mutu kimia.
1) Uji pH
Harga pH ditentukan dengan menggunakan alat potensiometrik (pH
meter) yang telah dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan 7. Elektroda
dibilas air suling dan dicelupkan ke dalam sediaan gargarisma (19).
G. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Aktivitas antibakteri suatu zat dapat ditetapkan melalui kadar minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya masingmasing dikenal sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM). Pada uji aktivitas antibakteri terdapat 2 metode yang
dapat digunakan, yaitu:
1. Metode dilusi (cara pengenceran tabung)
Pengujian cara ini dilakukan dengan mencampur zat antibakteri dalam
konsentrasi yang bervariasi dalam media yang kemudian diinokulasi dengan
bakteri, diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 jam. Umumnya pengenceran
dilakukan dengan kelipatan dua.
2. Metode difusi agar
18
Pada metode ini zat antibakteri diletakkan pada perbenihan padat yang telah
diinokulasi dengan bakteri yang akan diuji, kemudian diinkubasi pada suhu
370C selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi, adanya zona jernih di sekeliling zat
antibakteri menunjukkan daya hambat zat antibakteri terhadap bakteri uji.
Metode ini dibedakan menjadi 3, yaitu cara cakram, cara silinder, dan cara
sumur (20).
H. HITUNGAN CAWAN
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba amat diperlukan di dalam berbagai macam
penelaahan mikrobiologis. Terdapat 2 macam pengukuran dasar, yaitu penentuan
jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran jumlah sel dilakukan bagi
organisme bersel tunggal misalnya bakteri, sedangkan penentuan massa sel
dilakukan untuk organisme bersel tunggal dan juga bagi organisme berfilamen
misalnya kapang. Pengukuran jumlah sel dapat dilakukan dengan cara hitungan
cawan (plate count) atau dengan cara hitungan mikroskopik langsung.
Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang
dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Teknik yang harus dikuasai
dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil
pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan
diamati, nyatakan rata-rata jumlah mikroba tiap gram atau mL spesimen. Untuk
memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah
yang mengandung antara 30 300 koloni karena jumlah mikroorganisme dalam
sampel tidak diketahui sebelum penuangan. Jika tidak ditemukan koloni mikroba di
dalam cawan dengan enceran awal (1 : 10), nyatakan hasil pengujian sebagai
kurang dari 10 mikroba per gram atau mL spesimen (20,21).
I.
76,18%
Asam benzoat
0,04%
Natrium benzoat
0,10%
19
Gliserin
8,00%
Natrium sakarin
0,08%
Setilpiridinium klorida
0,05%
0,0002%
15,00%
Perasa
0,25%
Polysorbate 80
0,30%
(18)
J.
1% dan 2%
Etanol 96%
4% dan 8%
Sorbitol
10%
Propilen glikol
15%
Mentol
0,5%
Air suling
ad 100 ml
Nama kimia
Rumus kimia
: C12H25NaO4S
Bobot molekul
: 288,37
Rumus struktur
:
Gambar II.9 Rumus struktur natrium lauril sulfat (22)
Pemerian
20
Kelarutan
pH
Stabilitas
Inkompatibel
Aktivitas antimikroba
Penyimpanan
2. Etanol
Sinonim
Nama kimia
: Etanol
Rumus kimia
: C2H5OH
Bobot molekul
: 46,07
Rumus struktur
Pemerian
21
Kelarutan
Bobot jenis
Sisa penguapan
Inkompatibel
oksidator,
dengan
senyawa
alkali
Penyimpanan
3. Sorbitol cair
Sinonim
Nama kimia
: D-Glucitol
Rumus kimia
: C6H14O6
Bobot molekul
: 182,17
Rumus struktur
Pemerian
Kelarutan
Indeks bias
22
pH
Stabilitas
Inkompatibel
Penyimpanan
4. Propilen glikol
Sinonim
Rumus kimia
: C3H8O2
Bobot molekul
: 76,09
Rumus struktur
:
Gambar II.12 Rumus struktur propilen glikol (22)
Pemerian
Kelarutan
Indeks bias
Bobot jenis
Stabilitas
Inkompatibel
Aktivitas antimikroba
23
Penyimpanan
5. Mentol
Sinonim
: Hexahydrothymol;
2-isopropyl-5
methlcyclohexano;
4-isopropyl-1-
: 5-metil-2-(1-metiletil)-sikloheksanol
Rumus molekul
: C10H20O
Bobot molekul
: 156,27
Rumus struktur
Pemerian
Kelarutan
Jarak lebur
: 41-44oC
Inkompatibel
: Kamfer, kloralhidrat,
kalium permanganat,
Penyimpanan
24
6. Air suling
Sinonim
Rumus molekul
Bobot molekul
Pemerian
:
:
:
:
Kelarutan
tidak berasa.
: Dapat bercampur dengan pelarut polar, tidak
pH
Stabilitas
Fungsi
bentuk fisik.
: Sebagai pelarut dengan konsentrasi sampai
100%
: Dalam wadah tertutup baik (19,22).
Penyimpanan
K. RANCANGAN FAKTORIAL
Rancangan faktorial merupakan aplikasi persamaan garis regresi berupa teknik yang
memberikan gambaran model hubungan antara variabel respon dengan salah satu
atau lebih variabel bebas yang digunakan untuk menentukan secara simulasi efek
dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Rancangan penelitian dengan
menggunakan rancangan faktorial digunakan untuk melihat pengaruh dari masingmasing faktor dan interaksinya terhadap respon. Setelah dilakukan analisis data
menggunakan rancangan faktorial maka akan diperoleh persamaan polinomial yang
menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor. Keuntungan
dari rancangan faktorial adalah lebih efisien dalam menggunakan sumber-sumber
yang ada, informasi yang diperoleh lebih komprehensif karena dapat mempelajari
berbagai interaksi yang ada, dan hasil percobaan dapat diterapkan dalam suatu
kondisi yang lebih luas karena dipelajari kombinasi dari berbagai faktor (23).
Dalam penelitian ini, digunakan rancangan faktorial 23 (2x2x2) dengan 3
faktor meliputi ekstrak kulit buah rambutan, natrium lauril sulfat, dan etanol 96%,
masing-masing level pada 2 konsentrasi yang berbeda sehingga akan terbentuk 8
formula.
Tabel II.1 Level faktor
25
Faktor
A = ekstrak kulit buah rambutan
B = natrium lauril sulfat
C = etanol 96%
Kombinasi
(1)
A
B
C
AB
AC
BC
ABC
Keterangan:
Level rendah
1x KHM
1%
5%
Level tinggi
3x KHM
2%
10%
Formulasi
Etanol 96%
+
+
+
+
L. LANDASAN TEORI
Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan nilai Konsentrasi Bunuh
Minimum sebesar 1,25% (4) sehingga dapat digunakan sebagai antikaries. Ekstrak
kulit buah rambutan dibuat dalam bentuk sediaan gargarisma yang praktis, memiliki
waktu simpan yang lama, menutupi rasa pahit dari kulit buah rambutan, dan dapat
meningkatkan efektivitasnya sebagai antikaries gigi.
Mutu fisika dan kimia sediaan gargarisma dilihat dari kejernihan dan
perubahan pH. Kejernihan dipengaruhi oleh kelarutan komponen dalam formulasi,
terutama ekstrak kulit buah rambutan, dan mentol. Upaya peningkatan kelarutan
dilakukan melalui mekanisme kosolvensi (penggunaan kosolven) dan solubilisasi
miselar (penggunaan surfaktan). Efektivitas sediaan dipengaruhi oleh aktivitas
26
antibakteri dari ekstrak kulit buah rambutan. Oleh karena itu dalam penelitian ini
digunakan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah rambutan, natrium lauril sulfat, dan
etanol 96% yang diduga mempengaruhi mutu fisika, kimia, dan efektivitas sediaan.
Natrium lauril sulfat berperan dalam menurunkan tegangan permukaan
sehingga memungkinkan pembersihan sampai ke sela-sela gigi. Natrium lauril sulfat
juga berperan dalam meningkatkan kelarutan bahan melalui mekanisme solubilisasi
miselar. Penggunaan surfaktan nonionik seperti tween 80 inkompatibel dengan tanin
karena menyebabkan terjadinya presipitasi (22). Kosolven berperan dalam
meningkatkan kelarutan bahan dalam sediaan sehingga diperoleh produk yang
jernih. Kosolven yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96%, sorbitol,
dan propilen glikol. Etanol dibutuhkan untuk melarutkan bahan, terutama mentol.
Penggunaan gargarisma yang mengandung alkohol dengan konsentrasi 10% atau
lebih (24) dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko kanker mulut (25)
sehingga dalam penelitian ini, konsentrasi etanol diturunkan hingga 8%. Sorbitol
berfungsi sebagai kosolven, pemanis untuk menutupi rasa pahit dari kulit buah
rambutan (tingkat kemanisannya 60% sukrosa), humektan untuk mencegah
penguapan zat aktif dan bahan lain yang mudah menguap dalam sediaan, dan
bersifat nonkariogenik. Propilen glikol berperan sebagai kosolven, humektan, dan
pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba sehingga dapat meningkatkan
stabilitas sediaan. Penelitian sebelumnya (26) menyimpulkan bahwa kombinasi
natrium lauril sulfat dan gliserin menghasilkan sediaan yang kurang jernih. Bahan
tambahan lain adalah mentol sebagai flavoring agent yang memberikan efek segar
saat berkumur untuk meningkatkan penerimaan konsumen.
Ekstrak kulit buah rambutan mengandung senyawa tanin yang
menyebabkan lisis pada membran sel bakteri (27). Penambahan bahan tambahan
dalam formulasi akan mempengaruhi efektivitas sediaan. Bahan tambahan yang
diduga mempengaruhi efektivitas sediaan adalah natrium lauril sulfat, etanol 96%,
dan propilen glikol yang memiliki aktivitas antimikroba (22).
Untuk melihat pengaruh faktor (ekstrak kulit buah rambutan, natrium
lauril sulfat, etanol 96%) dan interaksinya terhadap respon yang meliputi
27
organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total maka digunakan
rancangan faktorial 23. Selanjutnya, masing-masing respon dibuat persamaan
polinomial, contour plot, dan superimposed contour plot untuk memperoleh formula
optimum. Formula optimum yang diperoleh disimpan selama 1 bulan pada suhu
400C untuk melihat pengaruh waktu penyimpanan pada suhu yang ditingkatkan
terhadap mutu fisika, kimia, dan efektivitas sediaan.
M. HIPOTESIS
1. Ekstrak kulit buah rambutan dapat diformulasikan menjadi sediaan gargarisma
yang memenuhi syarat mutu fisika dan kimia.
2. Sediaan gargarisma yang dihasilkan efektif dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans dalam rongga mulut probandus.
3. Diperoleh formula optimum gargarisma ekstrak kulit buah rambutan yang
memenuhi syarat mutu fisika dan kimia, serta efektif sebagai antikaries gigi.
BAB III
RENCANA PENELITIAN
28
A. PRINSIP PENELITIAN
Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dikeringkan, diblender,
dimaserasi, dan dikentalkan dengan rotavapor. Ekstrak ditentukan nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM), diformulasikan dalam bentuk sediaan gargarisma yang
dirancang menggunakan rancangan faktorial 23 dengan faktor ekstrak kulit buah
rambutan, natrium lauril sulfat, dan etanol 96%. Sediaan gargarisma dibiarkan
berkesetimbangan selama 3 hari pada suhu kamar, dilakukan evaluasi parameter
mutu fisika, kimia, dan efektivitas meliputi uji organoleptik, kejernihan, bobot jenis,
pH, dan angka lempeng total bakteri rongga mulut probandus. Hasil evaluasi dibuat
persamaan polinomial, contour plot, dan superimposed contour plot sehingga
diperoleh formula optimum. Formula optimum dibuat berdasarkan analisa data,
disimpan selama 1 bulan pada suhu 400C, dilakukan evaluasi parameter mutu fisika,
kimia, dan efektivitas pada minggu ke 0, 2, dan 4. Hasil evaluasi formula optimum
dianalisis menggunakan ANOVA 1 arah.
B. TEMPAT PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Skripsi, Laboratorium Teknologi
Bahan Alam, Laboratorium Teknologi Farmasi Sediaan Setengah Padat dan Cair,
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.
C. RANCANGAN PENELITIAN
1. Tinjauan pustaka
Meliputi penelaahan literatur.
2. Pengumpulan dan penyiapan bahan penelitian
Bahan yang digunakan adalah kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.)
yang diperoleh dari sentra budidaya rambutan di Subang. Kulit buah rambutan
dicuci, diiris tipis-tipis, dikeringkan di oven pada suhu 40oC 50oC selama 24
jam.
3. Determinasi tanaman
Determinasi kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.
4. Pemeriksaan bahan tambahan
5. Pembuatan serbuk simplisia kulit buah rambutan
29
BAB IV
BAHAN, ALAT, DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN
Kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.); Etanol 96% (Brataco); Natrium
lauril sulfat (Brataco); Sorbitol (Lokal); Propilen glikol (Brataco); Mentol (China);
Air suling (Brataco); Ferri(III)klorida 1%; Formaldehid 30%; HCl pekat; Natrium
asetat; Hidrazin sulfat P (Merck); Heksamina P (Merck); Agar Darah; Kaldu pepton;
Nutrient Agar; Bakteri Streptococcus mutans ATCC 67371 (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia).
B. ALAT
30
dilakukan di
31
yaitu formaldehid 30% dan HCl pekat (2:1), dipanaskan diatas penangas air,
terbentuk endapan merah muda menunjukan adanya tanin katekuat (tanin
terkondensasi). Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan natrium
asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan Fe(III)klorida 1%, timbul warna biru
tinta menunjukkan adanya tanin galat (tanin terhidrolisa).
6. Pembuatan ekstrak kulit buah rambutan
a. Maserasi.
Serbuk kulit buah rambutan dimaserasi menggunakan etanol 96% (1:10 b/v)
selama 24 jam dengan bantuan orbital shaker pada 220 rpm.
b. Pengentalan dengan rotavapor.
Ekstrak dikentalkan dengan rotavapor pada suhu 400C, kecepatan putar 70
rpm, dan tekanan 175 mbar.
7. Karakterisasi ekstrak kulit buah rambutan
Karakterisasi bertujuan untuk reproduksibilitas dari ekstrak etanol kulit buah
rambutan. Karakterisasi ekstrak etanol kulit buah rambutan yang dilakukan pada
penelitian ini meliputi :
1. Pemeriksaan organoleptik.
Diamati warna, bau, dan rasa dari ekstrak.
2. Ketercampuran ekstrak.
Dilakukan dengan mencampurkan ekstrak kental kulit buah rambutan
dengan air, etanol 96%, sorbitol, dan propilen glikol.
3. Rendemen.
Rendemen ekstrak kulit buah rambutan merupakan perbandingan jumlah
total simplisia kulit buah rambutan yang dimaserasi dengan jumlah ekstrak
kental kulit buah rambutan yang dihasilkan.
8. Penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
a. Sterilisasi alat
1) Sterilisasi menggunakan autoklaf
Alat volumetrik disterilkan pada suhu 1210C, tekanan 1 atm selama 15
menit.
2) Sterilisasi menggunakan oven
Alat non volumetrik disterilkan pada suhu 1500C selama 60 menit.
b. Pembuatan media
32
2) Konsentrasi 1,0%
hingga 10 mL
: 2 ml larutan induk ditambah kaldu pepton hingga
3) Konsentrasi 0,75%
10 mL
: 1,5 ml larutan induk ditambah kaldu pepton
4) Konsentrasi 0,5%
hingga 10 mL
: 1 ml larutan induk ditambah kaldu pepton hingga
5) Konsentrasi 0,25%
10 mL
: 0,5 ml larutan induk ditambah kaldu pepton
hingga 10 mL
g. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
33
1)
2)
3)
suspensi bakteri.
Nutrient Agar dituangkan ke cawan Petri, didiamkan hingga memadat.
Dengan menggunakan jarum ose steril, hasil uji dari setiap tabung
diinokulasikan pada media Nutrient Agar di cawan Petri, diinkubasi
4)
F8
(abc)
3x
buah rambutan
Natrium lauril
KHM
1
KHM
1
KHM
2
KHM
1
KHM
2
KHM
1
KHM
2
KHM
2
sulfat
Etanol 96%
Sorbitol
Propilen glikol
Mentol
Air suling ad
4
10
15
0,1
20
4
10
15
0,1
20
4
10
15
0,1
20
8
10
15
0,1
20
4
10
15
0,1
20
8
10
15
0,1
20
8
10
15
0,1
20
8
10
15
0,1
20
34
35
Air (mL)
95,0
90,0
70,0
50,0
36
1) pH
Penentuan pH sediaan gargarisma menggunakan pH meter dengan
prosedur sebagai berikut:
a) Elektrode dicuci dan dibilas dengan air suling.
b) pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan 7.
c) Sediaan gargarisma yang akan diukur disiapkan.
d) Elektrode pH meter dicelupkan sampai ujung elektrode tercelup ke
dalam sediaan.
e) pH yang didapat dicatat, pembacaan dilakukan 3 kali.
c. Evaluasi efektivitas.
Efektivitas dari gargarisma diuji dengan cara membandingkan angka
lempeng total bakteri dalam rongga mulut probandus sebelum dan sesudah
menggunakan gargarisma.
1) Penentuan probandus
Probandus ditentukan sebanyak 3 orang wanita berusia 20-25 tahun,
sehat, tidak sedang mengandung, tidak menderita penyakit sistemik, dan
tidak mengkonsumsi obat antimikroba yang dapat mempengaruhi flora
normal rongga mulut. Probandus diminta menandatangani informed
consent.
2) Sterilisasi alat
a) Sterilisasi menggunakan autoklaf
Alat volumetrik disterilkan pada suhu 1210C, tekanan 1 atm selama
15 menit.
b) Sterilisasi menggunakan oven
Alat non volumetrik disterilkan pada suhu 1500C selama 60 menit.
3) Pengambilan sampel bakteri dari rongga mulut probandus
a) Satu jam sebelum menggunakan gargarisma, probandus diminta
berpuasa untuk menyamakan kondisi rongga mulut.
b) Pengambilan sampel sebelum penggunaan gargarisma : probandus
diminta kumur-kumur dengan 20 mL aquadest steril selama 30 detik
(larutan induk 1)
c) Probandus diberikan gargarisma sebanyak 20 mL, dikumur selama 30
detik, dibuang, kemudian kumur dengan menggunakan 20 mL
aquadest selama 30 detik, dibuang.
d) Pengambilan sampel setelah 1 jam penggunaan gargarisma :
probandus berpuasa selama 1 jam, kemudian segera kumur-kumur
37
38
Formula optimum dibuat berdasarkan hasil analisa data, disimpan pada suhu
400C selama 1 bulan, dilakukan evaluasi parameter mutu fisika, kimia, dan
efektivitas meliputi uji organoleptik, kejernihan, bobot jenis, pH, dan angka
lempeng total bakteri rongga mulut probandus pada minggu ke 0, 2, dan 4.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
41
42