Lumowa
FKIP UNMUL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang ada pada daun gamal (Gliricidia
sepium) dan kulit buah nanas (Ananas comosus L) serta untuk menghasilkan pestisida nabati dari ekstrak
daun gamal dan kulit buah nanas dengan kualitas berstandar laboratorium yang dapat diaplikasikan pada
tanaman pangan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis fitokimia. Sampel penelitian ini adalah daun gamal dan kulit buah nanas.
Pengambilan sampel dilakukan di kabupaten Mahakam Ulu. Selanjutnya dilakukan ekstraksi dan maserasi
terhadap daun gamal dan kulit buah nanas. Kemudian dilakukan uji fitokimia pada ekstrak daun gamal dan
kulit nanas yangmeliputi analisis alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, steroid, dan triterpenoid.
Berdasarkan hasil uji fitokimia ekstrak daun gamal mengandung steroid, tanin, dan saponin, serta
ekstrak kulit buah nanas mengandung flavonoid dan alkaloid. Kandungan bahan aktif yang terdapat pada
kedua tanaman tersebut memiliki potensi sebagai pestisida nabati karena mampu menekan serangan serangga
hama dan insidensi penyakit.
170
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL
setelah 72 jam perlakuan uji bioassay pada skala Prosedur Pengambilan Sampel untuk
laboratorium. Ekstraksi
Di daerah Mahakam Ulu sering dijumpai Pelaksanaan pengambilan sampel daun
limbah kulit nanas banyak menumpuk dipasar dan gamal untuk proses identifikasi agar dapat
penjual buah yang terbuang begitu saja. Limbah dilakukan uji fitokimia dan pembuatan ekstraksi
kulit nanas ini termasuk limbah organik yang dilakukan di Kecamatan Long Apari, Kecamatan
masih mengandung banyak nutrisi yang dapat Long Pahangai, Kecamatan Long Bangun,
dimanfaatkan. Pada limbah kulit nanas di duga Kecamatan Laham dan di Kecamatan Long
terdapat senyawa alkaloid, yaitu sebuah golongan Hubung Kabupaten Mahakam Ulu. Adapun
senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan banyaknya daun yang diambil sekitar 3 kg.
heterosiklik dan terdapat di tumbuhan. Hampir Selanjutnya daun gamal yang telah diambil
seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan dibawah ke Laboratorium UGM untuk dilakukan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan proses identifikasi. Kemudian daun gamal dan
(Aminuddin, 2013). Kulit nanas yang dibuang kulit buah nanas dilakukan proses uji fitokimia,
begitu saja sebagai limbah, mengandung vitamin selanjutnya untuk proses ekstraksi dilakukan di
C, karotenoid dan flavonoid (Erukainure etal., Laboratorium MIPA Unmul.
2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Hatam,dkk (2013) dapat diketahui bahwa Prosedur Uji Fitokimia
ekstrak kulit nanas dengan metode ekstraksi Disediakan terlebih dahulu alat bahan yang
maserasi memiliki kandungan total flavonoid akan digunakan. Alat-alat yang akan digunakan
yaitu 3,51 µg/mL. Kandungan senyawa aktif lain yaitu, blender, pipet tetes, plat tetes, tabung reaksi,
yang terdapat pada kulit nanas adalah saponin, gelas kimia, botol tempat sampel, dan lainnya.
tanin, dan flavonoid yang bisa dimanfaatkan Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun gamal
untuk pengendalian hama pada tanaman melalui (Gliricidia sepium L), HCl 2 N, serbuk logam Mg,
proses ekstraksi. pereaksi Dragendorff, pereaksi Liebermann-
Dengan melihat keunggulan dari pestisida Burchard, pereaksi asam sulfat (H2SO4) 50%, dan
nabati yang sangat ramah lingkungan, manfaat pereaksi FeCl3 1%.
dari senyawa kimia yang terdapat pada daun Daun gamal yang sudah disiapkan
gamal dan kulit buah nanas dan ketersediaannya dikeringkan atau dianginkan hingga kering,
yang melimpah serta belum termanfaatkan secara kemudian diblender hingga terbentuk serbuk dan
optimal maka hal tersebut yang mendorong siap diuji begitu juga dengan kulit buah nanas. Uji
penulis melakukan penelitian ini dengan fitokimia yang dilakukan meliputi:
menggunakan tanaman kacang hijau sebagai a. Analisa Alkaloid
tanaman uji untuk melihat pengaruh pemberian Disiapkan ekstrak isolat gamal dan kulit
ekstrak daun gamal (Gliricidia sepium L) dan buah nanas diambil beberapa tetes kemudian
kulit nanas (Ananas comosus L) sebagai pestisida dimasukkan ke dalam tabung reaksi. sampel
nabati dalam menekan serangga hama dan isidensi tersebut ditambahkan 2 tetes pereaksi
penyakit pada tanaman kacang hijau (Vigna Dreagendroff. Perubahan yang terjadi diamati
radiata L) dalam upaya peningkatan tanaman setelah 30 menit, hasil uji dinyatakan positif
pangan di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan apabila dengan pereaksi Dreagendroff terbentuk
Timur. Manfaat dari penelitian ini adalah warna jingga.
memberikan informasi kepada masyarakat luas b. Analisa Tanin
melalui publikasi dan seminar tentang Disiapkan ekstrak sebanyak 1 mL. Di
pemanfaatan daun gamal (Gliricidia sepium) dan tambahkan beberapa tetes larutan besi (III)
kulit nanas (Ananas comosus L) sebagai potensi Klorida 10%. Perubahan yang terjadi diamati,
pestisida nabati yang dapat dikembangkan. terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan
menunjukkan adanya senyawa tanin.
METODE PENELITIAN c. Analisa Flavonoid
Penelitian ini akan dilakukan di lahan Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan
pertanian Kecamatan Bagun, Kabupaten ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan pada
Mahakam Ulu. Adapun waktu penelitian akan sampel berupa serbuk Magnesium 2 mg dan di
dilakukan selama 2 tahun (2017-2019) karena berikan 3 tetes HCl pekat. Sampel dikocok dan
untuk mencapai keberhasilan program ini tidak diamati perubahan yang terjadi, terbentuknya
dapat dilakukan hanya dalam jangka pendek. warna merah, kuning atau jingga pada larutan
menunjukkan adanya flavonoid.
171
Sonja V. T. Lumowa
FKIP UNMUL
172
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Daun Gamal Kering dengan Pelarut Etanol 96% sebagai Pengikat
Kandungan Kimia Metode Pengujian Hasil Keterangan
Flavonoid Wilstater Kuning keruh -
Alkaloid Dragendroff Kuning muda, tidak -
terbentuk endapan
Steroid/Terpenoid CHCl3+ Liebermen-Burchad Cincin hijau +
Tanin/Polifenol FeCl3 1 % Hijau kehitaman +
Saponin Forth Busa selama ±30 menit +
Antrakuinon/Antracena NaOH 5% + HCl 2N Kuning keruh, tanpa -
reaksi bolak-balik
Triterpenoid Liebermen-Burchad Kuning keruh -
Keterangan:
+ = Terdapat kandungan kimia
− = Tidak terdapat kandungan kimia
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Kulit Buah Nanas Kering dengan Pelarut Etanol 96% sebagai Pengikat
Kandungan Kimia Metode Pengujian Hasil Keterangan
Flavonoid Wilstater Warna jingga +
Alkaloid Dragendroff Terbentuk endapan dan +
berwarna jingga
Steroid/Terpenoid CHCl3 + Liebermen-Burchad Tidak terbentuk cincin -
hijau dan larutan berwarna
kuning keruh
Tanin/Polifenol FeCl3 1 % kuning -
Saponin Forth Tidak menunjukkan busa -
masih terbentuk/telah
hilangBusa selama ±30
menit
Antrakuinon/Antracena NaOH 5% + HCl 2N Kuning keruh, tanpa reaksi -
bolak-balik
Triterpenoid Liebermen-Burchad Kuning keruh -
Keterangan:
+ = Terdapat kandungan kimia
− = Tidak terdapat kandungan kimia
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia Penelitian yang dilakukan oleh Martin et al (2012)
pada kulit buah nanas yang terdapat pada Tabel 2 memperlihatkan hasil bahwa senyawa kimia yang
diketahui bahwa kandungan kimia kulit buah terkandung pada kulit buah nanas setelah melalui
nanas yaitu flavonoid dan alkaloid. Aminuddin uji skrining fitokimia antara lain flavonoid dan
(2013) Pada limbah kulit nanas terdapat senyawa alkaloid.
alkaloid, yaitu sebuah golongan senyawa basa Sementara itu, hasil pengujian skrining
bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan fitokimia sari kulit buah nanas ini berbeda dengan
terdapat di tumbuhan. Hampir seluruh alkaloid hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakasiwi
berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam (2013) menggunakan ekstrak etanol kulit buah
berbagai jenis tumbuhan. Hasil penelitian ini nanas yang menyebutkan bahwa adanya
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian kandungan senyawa bioaktif metabolit sekunder
yang dilakukan oleh Manaroinsong dkk (2015), golongan flavonoid, glikosida, saponin,
dimana hasil penelitiannya mengungkapkan triterpenoid/steroid. Perbedaan tersebut dalam hal
bahwa kulit buah nanas setelah diuji fitokimia kandungan senyawa triterpenoid yang dalam
menunjukkan hasil kandungan senyawa kimia pengujianya tidak terdapat perubahan warna
yaitu flavonoid dan alkaloid. Selain itu, penelitian merah kecoklatan. Adanya perbedaan kandungan
yang dilakukan oleh Makalew dkk (2016) senyawa kimia tersebut kemungkinan terjadinya
memperlihatkan hasil uji skrining fitokimia pada aktivitas farmakologis yang dihasilkan (Sangi
kulit buah nanas yaitu alkaloid dan flavonoid. dkk, 2008). Selain perbedaan aktivitas
173
Sonja V. T. Lumowa
FKIP UNMUL
farmakologis, pelarut yang digunakan juga dapat digunakan larutan FeCl3. Perubahan warna
mempengaruhi uji bioaktif senyawa metabolit coklat kekuningan dari larutan FeCl3 menjadi
sekunder (Harborne, 1987). coklat kehijauan atau biru kehitaman
menunjukkan adanya tanin. Menurut Syarifuddin
Alkaloid (1994 dalam Mustarichie, dkk., 2011)
Alkaloid merupakan senyawa organik disampaikan bahwa hal ini terjadi disebabkan
bahan alam yang terbesar jumlahnya baik dari karena terbentuknya Fe3+-tanin dan Fe3+-
segi jumLah maupun sebarannya. Alkaloid dapat polifenol.
didefinisikan sebagai kelompok senyawa yang
bersifat basa (alkalis), karena mengandung atom Saponin
nitrogen yang berasal dari tumbuhan maupun Saponin merupakan senyawa glikosida
hewan. Hasil positif alkaloid pada uji kompleks, yaitu senyawa hasil kondensasi suatu
Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang
endapan coklat muda sampai kuning. Endapan apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula
tersebut adalah kaliumalkaloid. Pada penelitin ini (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa.
larutan ekstrak daun gamal setelah diuji Timbulnya busa inilah yang menjadikan
Dragendorff larutan berubah berwarna Kuning mudahnya indikasi adanya saponin ketika
muda, tidak terbentuk endapan. dilakukan uji skrining fitokimia.
Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Dragendorff, nitrogen digunakan untuk Steroid/Terpenoid
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ Adanya kardenolin/bufadienol dapat
yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji dilakukan juga uji Lieberman-Burchard yang
Dragendorff ditunjukkan pada Gambar 4 merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak
(Miroslav, 1971). Untuk menegaskan hasil positif jenuh dan triterpen (Santos et al., 1978). Hasil
alkaloid yang didapatkan, dilakukan uji Mayer, positif pada uji Lieberman-Burchard ditandai
Wagner dan Dragendorff pada fraksi CHCl3 dan dengan terbentuknya cincin hijau yang berasal
fraksi air dari sampel. dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen
dengan asam (CH3COOH dan H2SO4). Adanya
Flavonoid kardenolin/bufadienol dapat dilakukan juga uji
Untuk mengetahui adanya kandungan Lieberman-Burchard yang merupakan uji
flavonoid digunakan Uji Wilstater cyaniding. Uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen
ini biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa (Santos et al., 1978). Hasil positif pada uji
yang mempunyai inti -benzopyron. Warna orange Lieberman-Burchard ditandai dengan
yang terbentuk pada uji Bate Smith-Mertcalf dan terbentuknya cincin hijau yang berasal dari reaksi
warna merah pada uji Wilstater disebabkan karena antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan
terbentuknya garam flavilium (Tukiran et al, asam (CH3COOH dan H2SO4).
2014). Marliana et al (2005) menyatakan bahwa
senyawa yang positif mengandung senyawa KESIMPULAN
flavonoid terjadi perubahan warna merah sampai Penelitian pada tahap pertama bertujuan
jingga yang diberikan oleh senyawa flavon, warna untuk mengetahui kandungan fitokimia daun
merah tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, gamal dan kulit buah nanas. Berdasarkan skrining
warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon fitokimia yang telah dilakukan, ekstrak etanol
atau glikosida. Pada penelitian ini yang positif daun gamal mengandung bahan aktif
mengandung senyawa flavonoid adalah ekstrak tanin/polifenol, saponin, steroid/terpenoid dan
kulit buah nanas yang diindikasikan dengan ekstrak etanol kulit buah nanas mengandung
terjadinya perubahan warna menjadi jingga. alkaloid dan flavonoid.
Tanin SARAN
Senyawa tannin merupakan senyawa yang Pada hasil skrining fitokimia dan hasil kaji
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan, literatur terdapat beberapa perbedaan kandungan
memiliki peran proteksi terhadap predator kimia pada ektrak daun gamal dan ekstrak kulit
(sebagai pestisida) dan mengatur pertumbuhan buah nanas. Pada penelitian lain sejenis
suatu tumbuhan. Tanin merupakan gambaran hendaknya dilakukan pengujian fitokimia dengan
umum untuk senyawa golongan polimer fenolik menggunakan pelarut yang berbeda,misalnya
(polifenol). Untuk mengetahui senyawa tanin klorofom, air, dan petroleum eter agar dapat
174
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL
diketahui kandungan kimi pada kedua daun [12] Purwono, 2011. Budidaya 8 Jenis Tanaman
dengan lebih lengkap. Pangan Unggul. Penebar Swadaya : Jakarta
[13] Rakasiwi, M. 2013. Efek Antiagregasi
DAFTAR PUSTAKA Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas
[1] Badan Pusat Statistik Kaltim, 2016, (online) (Ananas comosus Merr) Pada Mencit Putih
kaltim.bps.go.id, diakses 10 Oktober 2016. Jantan. Skripsi Sarjana Fakultas MIPA
[2] bagai Konsentrasi. Universitas Program Ekstensi Sarjana Farmasi
Muhammadyah Surakarta Universitas Sumatera Utara, Medan
[3] Dinata, L. P. 2009. Formulasi Tablet [14] Suwastika,A. A. N. G., Sutari, N, W. S., &
Ekstrak Herba Tapak Dara (Catharantus Muriani, N. W. 2015. Analisis Kualitas
ros Larutan Mikroorganisme Lokal Daun
[4] Elevitch C.R. and John, K. 2006. Gliricidia Gamal (Gliricidia sepium) pada Beberapa
sepium (Gliricidia) Fabacceae (legume Waktu Ink ubasi. AGROTROP, 5 (2): 206 –
family) Species Profiles For Pacific Island 215
Agrofrorestry. www.traditionaltree.org. [15] Trengginas, F., 2012. Metode Ekstraksi dan
Diakses 10 Oktober 2016 Uji Fitokimia Pada Genjer (Limnocharis
[5] Katno. 2008. Pengelolaan Pasca Panen Flava), Departemen Teknologi Hasil
Tanaman Obat. Jakarta: B2P2TOOT Badan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Depkes RI. Hal. 21-37. [16] Tukimin dan Rizal. 2002. Pengaruh Ekstrak
[6] Makalew, M.A.J, Nangoy, e, & Wowor, Daun Gamal Terhadap (Gliricidia sepium)
P.M. 2016. Uji Efek Antibakteri Air Terhadap Mortalitas Kutu Daun Kapas
Perasan Daging Buah Nanas (Ananas (Aphis gossypii) Glover. Balittas. Litbang.
Comosus (L)Merr) Terhadap Deptan.
Bakteriklebsiella Pneumoniae. Jurnal e- [17] Tukiran, 2013. Phytochemical Analysis of
Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Some Plants In Indonesia, Journal of
Januari-Juni Biology, Agriculture and Healthcare, 3(4),
[7] Martin, A.F., Aviana, A. A., Hapsari, B.W., pp. 6-10.
Rantau, D. E., & Ermayanti, T.M. 2012. Uji [18] Wardani, Ratih Sri dkk. 2010. Pengaruh
Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Pada Konsentrasi Ektrak Daun Tembelekan
Tanaman Ex Vitro Dan In Vitro Tacca (Lantana camara L) terhadap Kematian
Leontopetaloides. Prosiding Seminar Larva Aedes aegypti. Fakultas Kesehatan
Nasional XV “Kimia dalam Pembangunan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
“ Yogyakarta, 6 September 2012. ISSN Semarang Vol.6 no.2 tahun 2010
:0854-4778.
[8] Moore, K. L. (2010). Clinically Oriented
Anatomy. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
[9] Nismah, E.L. Widiastuti dan E. Sumiyani.
2009. Uji Efikasi Daun Gamal (Gliricidia
maculata Hbr.) Terhadap Hama Bisul
Dadap (Quadrastichus erythrinae Kim.).
Seminar Nasional Biologi XX Dan Kongres
Perhimpunan Biologi Indonesia XIV.
Biologi Fmipa Universitas Lampung.
[10] Nukmal, N, N.Utami, dan Suprapto. 2010.
Skrining Potensi Daun Gamal (Gliricidia
maculata Hbr.) Sebagai Insektisida Nabati.
Laporan Penelitian Hibah Strategi Unila.
Universitas Lampung. 2010
[11] Oktari, T, Fitmawati, & Sofiyanti, N. 2014.
Identifikasi dan Uji Fitokimia Ekstrak
Alami . Tanaman Antiurolithiasis. JOM
FMIPA Volume 1 No. 2 OktobeR 2014.
175
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
ABSTRACT
Jatropha gossypifolia L. is a plant which in the same genus to Jatropha curcas, and
which previously been shown to have antibacterial activity. This research was aimed to find
out antibacterial activity, the optimum concentration of antibacterial and compounds that
contribute to antibacterial activity of ethanol extract of J. gossypifolia L. leaves to
Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Extraction of an active compound was done
using maceration method with ethanol solvent. Testing of antibacterial activity was tested
with the variants of concentration, i.e. 20%, 40%, 60%, 80% and 100%,based on agar
diffusion method. The results showed that the ethanol extract of J.gossypifolia L. leaves had
antibacterial activity against S. aureus and E. coli in the optimum concentration of, 60%
(S.aureus) and 80% (E. coli). Based on bioautographic testing and TLC with eluent of n-
hexane: ethyl acetate (1:2) using chromogenic reagents, than the compound suspected having
contribution in antibacterial activity is terpenoid.
Keywords : Jatropha gossypifolia L. leaves, antibacterial, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli
117
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
ABSTRAK
Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) merupakan tumbuhan dari genus yang sama
dengan Jarak Pagar (Jatropha curcas) yang sebelumnya telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri, konsentrasi
optimum antibakteri dan senyawa yang berperan terhadap aktivitas antibakteri dari ekstrak
etanol daun jarak merah (Jatropha gossypifolia L.) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Ekstraksi senyawa aktif menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan varian konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80% dan 100% dengan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun jarak merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dan E.coli
dengan konsentrasi optimum penghambat pertumbuhan bakteri yaitu 60% (S.aureus)
dan 80% (E.coli). Berdasarkan pengujian bioautografi dan KLT dengan eluen n-
heksana:etil asetat (1:2) menggunakan pereaksi kromogenik senyawa yang diduga berperan
terhadap aktivitas antibakteri adalah terpenoid.
Kata kunci : Daun jarak merah (Jatropha gossypifolia L.), antibakteri,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
118
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
119
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
kemudian larutan ini menjadi larutan stok Kemudian plat KLT ditempelkan pada
dengan konsentrasi 100%. Selanjutnya, permukaan medium selama 15 menit.
untuk konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC
dibuat dengan cara mengambil masing- selama 1x24 jam. Diamati zona jernih yang
masing 0,4 mL, 0,8 mL, 1,2 mL dan 1,6 terbentuk pada medium.
mL dari larutan stok lalu ditambahkan Identifikasi Senyawa
dengan DMSO masing-masing hingga 2 Lempeng KLT hasil uji KLT
mL. bioautografi dilakukan identifikasi
Pengujian Aktivitas Antibakteri golongan senyawa antibakteri
Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan pereaksi semprot dengan
dengan menggunakan metode difusi agar, menyemprotkan reagen penampak noda
yaitu dengan cara Muiller Hilton Agar pada lempeng seperti FeCl3 1% untuk
(MHA) dalam keadaan cair dimasukkan ke deteksi senyawa fenolik, H2SO4 10% untuk
dalam cawan petri yang berisi 0,1 mL deteksi senyawa saponin, AlCl3 untuk
suspensi bakteri kemudian dihomogenkan deteksi flavonoid, pereaksi Dragendorff
lalu dibiarkan memadat secara merata. Di untuk deteksi alkaloid, pereaksi
atas permukaan agar diletakkan paper disc anisaldehid-asam sulfat untuk deteksi
(diameter = 6 mm) kemudian ditetesi bahan senyawa terpenoid, dan pereaksi
uji sebanyak 5 µL dengan konsentrasi 20%, Lieberman-Burchard untuk steroid. Hasil
40%, 60%, 80% dan 100% untuk bakteri positif untuk fenolik yaitu hitam kebiruan,
S.aureus dan E.coli lalu diinkubasi pada ungu untuk saponin, kuning untuk
suhu 37oC selama 18 - 24 jam. flavonoid, orange berlatar kuning untuk
KLT Bioautografi alkaloid, biru keunguan untuk terpenoid,
Pengujian antibakteri dilakukan dan coklat untuk steroid.
dengan menggunakan 2 bakteri yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Escherichia coli sebagai bakteri gram
Pembuatan Ekstrak Etanol
negatif dan Staphylococcus aureus sebagai
Ekstrak etanol daun jarak merah yang
bakteri gram positif. Sebanyak 0,1 mL
diperoleh melalui metode maserasi dengan
suspensi bakteri diinokulasikan ke dalam
cairan penyari etanol adalah sebanyak
cawan petri steril lalu ditambahkan 10 mL
170,65 gram dengan hasil rendemen yang
medium MHA. Kemudian sampel ekstrak
diperoleh yaitu 21,23 % dari serbuk
ditotol pada plat KLT dan dielusi
simplisia kering sebanyak 803,69 gram.
menggunakan eluen dengan pemisahan
terbaik yaitu n-heksana : etil asetat (1:2).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
121
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
122
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
tersebut pada medium agar (Nimri et al., dengan meggunakan lempeng KLT yang
1999). Sedangkan perbedaan konsentrasi telah diberi tanda batas bagian bawah dan
yang efektif terhadap pertumbuhan kedua bagian atas lempeng sebagai tanda batas
bakteri disebabkan karena kemampuan elusi. Jarak elusi yang dibuat adalah 7 cm
setiap bakteri dalam melawan aktivitas dengan harapan jarak ini cukup untuk
antibakteri yang berbeda-beda bergantung memisahkan senyawa-senyawa yang akan
pada ketebalan dan komposisi dinding terelusi pada plat KLT. Pemilihan eluen n-
selnya. Menurut Kimball dkk. (1983) heksana:etil asetat (1:2) didasarkan pada
terdapat perbedaan komposisi dan struktur hasil orientasi eluen yang telah dilakukan
dinding sel pada setiap bakteri. Bakteri sebelumnya yang mana pada eluen ini
Gram negatif mengandung lipid, atau menghasilkan pemisahan terbaik dengan
substansi seperti lemak dalam persentase jumlah noda terbanyak. Lempeng hasil
lebih tinggi daripada yang dikandung elusi kemudian didiamkan beberapa saat
bakteri Gram positif. Dinding sel bakteri untuk menghilangkan cairan eluen dan
Gram negatif lebih tipis dibanding bakteri dikontakkan di permukaan medium padat
Gram positif. Struktur bakteri Gram negatif berisikan masing-masing inokulum bakteri
memiliki membran lapisan luar yang E.coli dan S.aureusselama 30 menit
menyelimuti lapisan tipis peptidoglikan. (Syahruddin, 2014). Lempeng selanjutnya
Struktur luar peptidoglikan ini adalah diangkat dan media agar diinkubasi selama
lapisan ganda yang mengandung fosfolipid, 1 x 24 jam, sehingga diperoleh zona
protein dan lipopolisakarida. hambatan dipermukaan medium bekas
Lipopolisakarida terletak pada lapisan luar lempeng dikontakkan yang menunjukkan
dan merupakan karakteristik bakteri Gram lokasi dari senyawa yang bertanggung
negatif. Sementara sel bakteri Gram positif jawab terhadap aktivitas antibakteri
memiliki dinding sel yang terdiri atas (Fadlila, 2015).
lapisan peptidoglikan yang tebal dimana di Hasil uji aktivitas antibakteri dengan
dalamnya mengandung senyawa teikoat metode KLT bioautografi dapat dilihat
dan lipoteikoat (Pelczar and Chan, 1986). pada gambar 1
KLT Bioautografi Kontak
Pengujian KLT bioautografi bertujuan
untuk melokalisir aktivitas senyawa pada
kromatogram dengan melihat zona hambat
yang terbentuk pada media agar (Djide dan
Sartini, 2008). Pengujian ini dilakukan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
123
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
pada lempeng yang disemprotkan dengan bahwa ekstrak etanol dari daun jarak merah
pereaksi penampak noda anisaldehid-asam (J.gossypifolia L.) memiliki aktivitas
sulfat noda pada nilai Rf 0,28 berwarna antibakteri terhadap bakteri E.coli dengan
ungu (violet) setelah dipanaskan diatas konsentrasi optimum 80% dan terhadap
hotplate menunjukkan bahwa senyawa bakteri S.aureus dengan konsentrasi
tersebut positif terpenoid (Merck, 1974). optimum 60%, serta golongan senyawa
Senyawa terpenoid akan memberikan hasil aktif yang diduga memiliki aktivitas
positif bila terjadi perubahan warna antibakteri yaitu terpenoid.
menjadi ungu setelah disemprot
UCAPAN TERIMA KASIH
menggunakan pereaksi anisaldehid-asam Terima kasih kami sampaikan kepada
sulfat (Putiyanan et al. 2008). Reaksi bapak Prof. Dr. Ramadanil Pitopang, M.Si.
triterpenoid dengan pereaksi anisaldehid- dan Sahlan, S.Si yang telah membantu
asam sulfat menghasilkan warna ungu mengidentifikasi tumbuhan yang digunakan
didasari oleh kemampuan senyawa dalam penelitian ini.
triterpenoid membentuk warna oleh H2SO4
DAFTAR PUSTAKA
dalam pelarut anhidrat asam asetat
(Haryati, 2015). Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A.
(2008). Mikrobiologi Kedokteran
Aktivitas daya hambat terhadap Jawetz, Melnick, & Adelberg, Ed.23.
bakteri E.coli oleh senyawa diduga Hartono, H., Rachman, C., Dimanti,
A., Diani., A. (penerjemah); Elferia,
terpenoid dari ekstrak daun jarak merah R.N., Ramadhani, D., Karolina, S.,
diduga terjadi karena mekanisme dari Indriyani, F., Rianti, S.S.P., Yulia, P.
Jakarta: EGC. Terjemahan dari
terpenoid yang bereaksi dengan porin Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
(protein transmembran) pada membran luar Medical Microbiology, 23thEd.
dinding sel bakteri, membentuk ikatan Cowan, M. (1999). Plant Product as
Antimicrobial Agent. Clinical
polimer yang kuat sehingga mengakibatkan Microbiology Reviews. Vol 12 : 564-
rusaknya porin. Rusaknya porin yang 582
Djide, N. dan Sartini. (2008). Analisis
merupakan pintu keluar masuknya senyawa Mikrobiologi Farmasi. Fakultas
akan mengurangi permeabilitas dinding sel Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar.
bakteri yang akan mengakibatkan sel Fadlila, W.R. (2015). Identifikasi Senyawa
bakteri kekurangan nutrisi, sehingga Aktif Antibakteri Dengan Metode
KLT Bioautografi Terhadap Ekstrak
pertumbuhan bakteri terhambat atau mati Etanol Tangkai Daun Talas
(Cowan, 1999). (Colocasia esculenta L. Schott).
Skripsi. UISBA. Bandung.
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
125
Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p: 2338-0950
Vol 7 (1) : 117 – 126 (Maret 2018) ISSN-e: 2541-1969
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
(Semuel Torokano dkk)
126
JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM
(www.teknolabjournal.com)
Vol.6, No.2, September 2017, pp. 41 ~ 45
ISSN: 2338 – 5634 (print); ISSN: 2580-0191 (online)
ABSTRACT
Guava (Psidium guajava Linn) is found throughout Indonesia. The leaves contain tannins
that can be used as antibacterial and antifungal. The aims in this research is to determine the
antiseptic power of guava leaf as antifungal and antibacterial.
This research is pre experiments research with laboratory test to determine the inhibitory
power of guava ethanol extract as anti-bacterial and anti-fungal. Guava leaves are old made
70% ethanol extract in LPPT UGM using maseration method. The extract made 3
concentrations ie 25%, 50% and 75%. Each concentration was tested for inhibitory by knowing
the diameter of growth barrier to Candida albicans and Staphylococcus aureus. Each
concentration is repeated 5 times, resulting in 15 data. The data were analyzed descriptively to
illustrate their potential comparisons with chlorhexidine as standard materials. The extract of
guava leaf using ethanol 70% in laboratory test resulted in average inhibitory zone diameter as
follows: for mushroom C.albicans with extract 25%, 50% and 75% were 13.4mm, 17.6mm and
19.4mm. While for S. aureus is 2.2mm, 25.6mm, and 27.2mm. The effect of antifungal power of
guava leaf extract (Psidium guajava Linn.) on the growth of Candida albicans fungus is smaller
compared to Staphylococcus aureus bacteria
Keywords: Guava, antibacterial, antifungal
© 2017 Jurnal Teknologi Laboratorium
ABSTRAK
Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn) ditemukan di seluruh kawasan Indonesia.
Daunnya mengandung tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri dan antijamur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antiseptik daun jambu biji sebagai antijamur
dan antibakteri.
Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan uji laboratorium untuk
mengetahui daya hambat ekstrak ethanol daun jambu biji sebagai anti bakteri dan anti jamur.
Daun jambu biji yang sudah tua dibuat ekstrak etanol 70% di LPPT UGM menggunakan
metode maserasi. Ekstrak dibuat 3 konsentrasi yaitu 25%, 50% dan 75%. Masing-masing
konsentrasi dilakukan uji daya hambat dengan cara mengetahui diameter hambatan
pertumbuhan terhadap Candida albicans dan Staphylococcus aureus. Tiap konsentrasi
dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga menghasilkan 15 data. Data di analisis
secara diskriptif untuk menggambarkan perbandingan potensinya dengan bahan klorheksidin
sebagai bahan standar. Ekstrak daun jambu biji menggunakan etanol 70 % pada uji
laboratorium menghasilkan rata-rata diameter zona hambat sebagai berikut: untuk jamur
C.albicans dengan ekstrak 25%, 50% dan 75% adalah 13.4mm, 17.6mm dan 19.4mm.
Sedangkan untuk S. aureus adalah 2.2mm, 25.6mm, dan 27.2mm. Pengaruh daya antifungi
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans
lebih kecil di banding terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Kata Kunci : Tanaman jambu biji , antibakteri, antifungi
42
1. PENDAHULUAN
Kandidiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans,
selain dapat menyerang permukaan tubuh seperti kulit tetapi juga dapat menjadi
masalah pada rongga mulut. Selain jamur diatas, dalam rongga mulut ditemukan
bakteri yang dapat menyebabkan terbentuknya biofilm atau plak serta infeksi. Salah
satu bakteri itu adalah Staphylococcus aureus.
Upaya pencegahan dengan membunuh atau mengurangi jumlah bakteri dan
jamur dalam rongga mulut perlu dilakukan. Obat kumur yang dipakai hendaknya
mempunyai efek samping yang sangat sedikit sehingga tidak membahayakan
pemakainya, seperti rekomendasi WHO. Obat tradisional adalah suatu ramuan atau
bahan yang telah digunakan untuk pengobatan, yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, sedian sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut [1]. Obat
tradisional yang berasal dari tumbuhan menggunakan bagian-bagian tumbuhan seperti
akar, rimpang, batang, buah, daun atau bunga [2].
Daun Jambu biji telah banyak dimanfaatkan untuk mengobati diare, mencret,
dan sakit kembung. Kandungan daun jambu biji adalah senyawa tanin 9-12%, minyak
atsiri, minyak lemak dan asam malat [3]. Penelitian Claus dan Tyler, tanin mempunyai
daya antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur [4].
Manfaat daun jambu biji (Psidium guajava L.) dibuktikan dapat mempercepat
penyembuhan infeksi pada kulit yang biasanya di sebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus, Streptococcus spp, Escherichia coli, Salmonella typhi, Proteus
mirabilis, dan Shigella dysenteria [5] .Ekstrak daun jambu biji diperoleh dengan cara
maserasi memakai larutan etanol. Konsentrasi ehanol yang digunakan mempengaruhi
jumlah tannin dalam ekstrak. Menurut penelitian Erfan Yudapraja (2012) kadar etanol
70 % menarik tanin lebih banyak dan merupakan konsentrasi optimal untuk
menghasilkan yield [6].
Berdasarkan uraian diatas diperlukan pengujian ekstrak daun jambu biji untuk
mengetahui kegunaan sebagai antiseptik terhadap mikroorganisme bakteri dan jamur.
Penelitian ini diperlukan sebagai dasar teori dan dasar praktis dalam memanfaatkan
daun jambu biji sebagai bahan obat tradisional untuk mengetahui pengaruh daya
antifungi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans dan Staphylococcus aureus secara in vitro.
2. METODE PENELITIAN
Pra eksperimen dengan uji laboratorium untuk mengetahui daya hambat
ekstrak ethanol daun jambu biji sebagai anti bakteri dan anti jamur. Daun jambu biji
yang sudah tua dibuat ekstrak etanol 70% di LPPT UGM menggunakan metode
maserasi. Ekstrak dibuat 3 konsentrasi yaitu 25%, 50% dan 75%. Masing-masing
konsentrasi dilakukan uji daya hambat dengan cara mengukur diameter atau zona
hambatan pertumbuhan menggunakan tes difusi
terhadap Candida albicans dan Staphylococcus aureus. Tiap konsentrasi dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali, sehingga menghasilkan 15 data. Data di analisis secara
diskriptif untuk menggambarkan perbandingan potensinya dengan bahan klorheksidin
sebagai bahan standar.
Tabel 1. Rata-rata diameter hambat ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan jamur
Candida albicans dan bakteri Staphylococcus aureus .
Ekstrak Kontrol Kontrol Bahan ekstrak
Klorheksidin akuades
Kadar ekstrak 25% 50% 75%
C.albicans 23 0 13.4 17.6 19.4
S. aureus 22 0 23.2 25.6 27.2
Tabel 2. Persentase daya hambat ekstrak daun jambu biji dibanding daya hambat oleh
obat standar klorheksidin.
Kadar ekstrak 25% 50% 75%
Persentase daya hambat terhadap 61 80 88
C.albicans
Persentase daya hambat terhadap S. 105 116 124
aureus
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi
25%, 50% dan 75% mampu menghambat pertumbuhan kedua mikroorganisme. Data
kontrol menggunakan suatu obat kumur klorheksidin sebagai obat standar
menghasilkan diameter hambat sebesar 23mm untuk jamur dan 22mm untuk bakteri.
Kontrol akuades sebagai bahan yang tidak mengandung suatu unsur kimia yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan keduanya menunjukkan diameter 0mm yang berarti
bahwa air tidak mempunyai daya hambat terhadap jamur Candida albicans dan
bakteri Staphylococcus aureus.
Gambar 1. Grafik Diameter zona hambat ekstrak daun jambu terhadap jamur Candida
albicans dan bakteri Staphylococcus aureus
Grafik di atas menunjukkan perbedaan daya hambat ekstrak daun jambu biji
terhadap jamur Candida albicans dan bakteri Staphylococcus aureus pada tiap
konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan etanol 70%. Pengujian ekstrak daun
jambu dilakukan dengan membandingkan hasil antara ekstrak tersebut dengan suatu
obat kumur standar sebagai kontrol positif yaitu klorheksidin. Cara kerja klorheksidin
adalah menyerang bakteri Gram postif dan negatif, ragi, jamur, protozoa, alga dan
virus. Mekanisme kerja klorheksidin dengan mengikat mikroba, hal ini karena interaksi
antara muatan positif dari molekul klorheksidin dan dinding sel yang bermuatan negatif.
Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel mikroba yang menyebabkan
Pemanfaatan Ekstrak Daun … (Siti Nuryani, dkk)
44
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Depkes RI, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. 2000. Pedoman
Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
[2]. Sukmono, R.J., 2009, Mengatasi Aneka Penyakit dengan Terapi Herbal. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
[3]. Yuliani, S., L. Udarno & E. Hayani. 2003. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe
Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Buletin Tanaman Rempah dan
Obat.14(1):17-24 http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id
[4]. Chinthia Sari Yusriana, Chrisnawan Setya Budi, Trisna Dewi. 2014. Uji Infusa
daun nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap pertumbuhan bakteri
(Staphylococcus aureus). Jurnal Permata Indonesia .Volume 5, Nomor 2.
[5]. Lydia Septa Desiyana, Muhammad Ali Husni, Seila Zhafira. 2016. Uji efektivitas
sediaah gel fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava Linn) terhadap
penyembuhan luka terbuka pada mencit (Mus musculus). Jurnal natural no 16 vol
2. Hal. 23
[6]. Tamzil Azis, Sendry Febrizky, Aris D. Mario. 2014. Pengaruh jenis pelarut
terhadap persen Yiel alkaloid dari daun salam India (Murraya koenigii) Teknik
Kimia , No. 2, Vol. 20, hal. 5
[7]. Mervrayano Jeanne, Rahmatini , Elizabeth Bahar , Perbandingan Efektivitas Obat
Kumur yang Mengandung Chlorhexidine dengan Povidone Iodine terhadap
Streptococcus mutans , http://jurnal.fk.unand.ac.id hal. 168
[8]. Erma Sofiani1, Dhita Ardian Mareta2 Perbedaan Daya Antibakteri antara
Klorheksidin Diglukonat 2% dan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
Linn) Berbagai Konsentrasi IDJ, Vol. 3 No. 1 Bulan Mei Tahun 2014
[9]. Efendi Yuli Nurullaili, 2013, Antimicrobial potency of ant-plant extract
Myrmecodia tuberosa Jack. Againtst Candida albicans, Escherichia coli and
Staphylococcus aureus, Trad. Med. J., Vol. 18(1), p 53-58
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respon aplikasi hormon atonik terhadap stek bunga asoka.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorioum dan kebun percobaan dan peternakan universitas pembangunan panca
budi pada bulan Februari – maret 2020. Penelitian ini memakai Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial.
Faktor dari rancangan ini adalah interval perendaman atonik dengan interval perendaman 0 menit, 2 menit, 4 menit
dan 6 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ZPT atonik menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap stek bunga asoka pada penelitian ini.
Abstract
The purpose of this study was to determine the response of the application of atonic hormones to asoka flower
cuttings. The research was carried out in the Laboratory and experimental gardens and animal husbandry of the
universitas pembangunan panca budi in February- march 2020. The study used a randomized block design (RAK)
non factorial. This study uses a non factorial randomized block design. Factors of this design are atonic immersion
intervals with 0 minute, 2 minute, 4 minute and 6 minute immersion intervals. The results showed that the
application of atonic ZPT showed no significant effect on the asoka flower cuttings in this study.
38
Jurnal of Animal Science and Agronomy Panca Budi Volume. 05 Nomor.01 Juni 2020
dapat meningkatkan perkembangan akar dan memacu Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase
pertumbuhan tunas. Senyawa dinitrophenol pada tumbuh terbaik terdapat pada pemberian ZPT atonik
atonik dapat mengaktifkan penyerapan hara dan A3 (6 menit) yaitu 100% dan terendah pada A1 (2
memacu keluarnya kuncup (Hidayanto, et.al., 2003). menit) yaitu 83.33%. Perlakuan A3 merupakan
Kandungan yang berbeda pada tiap sumber batang perlakuan yang terbaik dibandingkan perlakuan A0
akan menghasilkan respon pertumbuhan yang (kontrol), A1 (2 menit) dan A2 (4 menit).
berbeda juga terhadap ZPT atonik. ZPT atonik yang terbaik adalah A3 (6 menit)
yang merupakan ZPT atonik terbaik dibandingkan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ZPT atonik lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorioum dan semakin lama perendaman akan membuat persentase
kebun percobaan dan peternakan universitas tumbuh yang yang lebih baik. ZPT atonik memiliki
pembangunan panca budi pada bulan Februari kandungan auksin dan giberelin yang mampu
sampai maret 2020. Penelitian ini memakai merangsang akar dan pertumbuhan tunas baru pada
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial. stek.
Faktor dari rancangan ini adalah interval Pada pengamatan stek untuk persentase
perendaman atonik dengan interval perendaman 0 tumbuh setiap perlakuan memiliki tingkat persentase
menit, 2 menit, 4 menit dan 6 menit. Alat yang yang berbeda-beda serta jumlah daun yang beragam
digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, alat pula. Persentase tumbuh pada perendaman 6 menit
tulis, kamera, sprayer Sedangkan bahan yang memiliki persentase tumbuh paling tinggi
digunakan batang bunga asoka, kompos, topsoil, dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini
atonik, plastik, karet dan polybag. Prosedur kerja disebabkan semakin lama perendaman dengan ZPT
pada penelitian ini adalah Dipilih cabang yang atonik untuk batang asoka menunjukkan konsentrasi
memiliki ruas. Dipotong 1 ruas secara miring dari sisi yang ideal. Kandungan auksin yang terdapat pada
samping dengan silet yang tajam. Direndam ruas atonik menjadikan stek cepat tumbuh dan menyerap
dengan atonik dengan waktu perendaman selama 2, 4 banyak nutrisi dari dalam tanah (Deaman, 2006).
dan 6 menit. Ditanam di polibeg. Disiram batang. ZPT merupakan zat pengatur tumbuh yang
Dibungkus hasil setekan dengan plastik bening memilikin senyawa organik yang berfungsi
selama 14 hari. Setelah 14 hari dibuka plastik dan mempengaruhi proses fisiologis pada tanaman
lihat apakah stek berhasil atau tidak. Parameter yang sehingga memicu pertumbuhan tanaman dari luar
dimati berupa persentase tumbuh (%) dan Jumlah (Gunawan, 2014).
tunas (tunas) diamati pada umur 3 dan 4 minggu
setekah tanam. Data dianalisa dengan menggunakan Jumlah Tunas (tunas)
analisa sidik ragam. Hasil analisa sidik ragam secara statistik
menunjukkan bahwa perlakuan ZPT atonik
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
Persentase Tumbuh (%) terhadap jumlah tunas stek bunga asoka pada umur 3
Hasil analisa sidik ragam secara statistik dan 4 minggu setelah tanam (MST). Jumlah tunas
menunjukkan bahwa perlakuan ZPT atonik pada stek bunga asoka terlihat pada Tabel 2.
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap persentase tumbuh stek bunga asoka. Tabel 2. Rataan Jumlah Tunas (tunas) Bunga Asoka
Persentase tumbuh pada stek bunga asoka terlihat Akibat Pemberian ZPT Atonik pada umur 3
pada Tabel 1. dan 4 Minggu Setelah Tanam
39
Jurnal of Animal Science and Agronomy Panca Budi Volume. 05 Nomor.01 Juni 2020
40
POTENSI DAUN SALAM (Syzigium polyanthum Walp.)
DAN BIJI JINTEN HITAM (Nigella Sativa Linn) SEBAGAI KANDIDAT OBAT HERBAL
TERSTANDAR ASAM URAT
ABSTRAK
Pengujian aktivitas antihiperurisemia secara in vivo dari ekstrak tunggal dan kombinasi ekstrak serta
standarisasi ekstrak dari daun Salam (Syzigium polyanthum Walp) dan biji Jinten Hitam (Nigella sativa
Linn) telah dilakukan. Ekstraksi daun Salam dan Jinten Hitam dilakukan metode infundasi. Ekstrak dari
masing-masing bahan, diuji antihiperurisemia secara in vivo terhadap mencit putih jantan galur Balb-C
yang diinduksi dengan potasium oksonat dosis 250 mg/kgBB. Kadar asam urat setelah pemberian ekstrak
tunggal daun Salam dan Jinten Hitam dosis 200 mg/kgBB masing-masing adalah sebesar 0,640 dan 1,20
mg/dL. Sedangkan kombinasi ekstrak daun Salam-Jinten Hitam adalah sebesar 0,840 mg/dL. Ekstrak Secara
keseluruhan berdasarkan hasil pemeriksaan standar umum ekstrak tumbuhan obat, kedua bahan yang diteliti
telah memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan oleh Badan POM RI
Kata kunci : Syzigium polyanthum Walp, Nigella sativa Linn, antihiperurisemia, standarisasi ekstrak
ABSTRACT
Keywords: Syzigium polyanthum Walp., Nigella sativa Linn, antihyperuricemia, standardized extract
Tabel 2- Kadar Asam Urat Dalam Serum Setelah Perlakuan dengan Ekstrak dan Persen Penuruanannya
Kadar Asam Urat (n=5) + SD
Kelompok Perlakuan Persentase Penurunan (%)
mg/ dL
Kontrol Negatif
3,100 + 0,346* -
(Potasium Oksonat 250 mg/kgBB)
Kontrol Positif
0,200 + 0,100 93,55
(Allopurinol 10 mg/kgBB)
Ekstrak Daun Salam
0,640 + 0,167 79,35
(200 mg/kgBB)
Ekstrak Biji Jinten hitam
1,200 + 0,561* 61,29
(200 mg/kgBB)
Ekstrak Salam – Jinten hitam
0,840 + 0,358* 72,90
(200 mg/kgBB)
keterangan * : menunjukkan perbedaan signifikan terhadap kontrol positif p< 0,05
Berdasarkan Tabel 2. maka allopurinol, Salam meskipun masih lebih rendah penurunan yang
ekstrak daun salam, Jinten Hitam maupun kombinasi dihasilkan oleh ekstrak tunggal daun salam. Oleh
ekstrak salam dan Jinten Hitam mampu menurunkan karena itu dapat disimpulkan bahwa ekstrak Jinten
kadar asam urat dalam darah mencit putih jantan Hitam kurang poten dalam menurunkan kadar asam
galur Balb-C jika dibandingkan dengan kontrol urat darah mencit putih jantan jika dibandingkan
negatif (Potasium oksonat). Hasil uji anova terhadap dengan ekstrak tunggal daun salam.
kadar asam urat dari kelompok hewan uji didapatkan
bahwa kadar asam urat antara kontrol positif dengan Hasil dan Pembahasan Uji Standarisasi Ekstrak
kontrol positif, ekstrak jinten dan kombinasi ekstrak Parameter standarisasi ekstrak yang
menununjukkan perbedaan signifikan. Namun dilakukan antara lain meliputi analisis non-spesifik
kelompok perlakuan ekstrak daun salam yaitu analisis susut pengeringan, bobot jenis, kadar
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, air, kadar abu, cemaran aflatoksin, cemaran logam
sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan berat, dan analisis spesifik yang meliputi identitas
menurunkan kadar asam urat antara alopurinol ekstrak, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, juga
dengan ekstrak daun salam adalah sama. uji kandungan kimia ekstrak. Hasil uji standarisasi
Sedangkan setelah dikombinasikan ekstrak ekstrak daun salam selengkapnya dapat dilihat pada
Salam-Jinten Hitam penurunan yang dihasilkan Tabel 3.
hampir sama dengan penurunan oleh ekstrak tunggal
Senyawa Identitas
Senyawa identitas : Fluoretin (Salam) dan Luteolin (Biji Jinten hitam)
Rumus bangun :
Gambar 3- Rumus bangun dari Fluoretin Gambar 4- Rumus bangun dari Luteolin
S S
Gambar 5 - Profil KLT
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Dirjen POM Depkes RI, Jakarta.
Ariyanti, R., 2007, Pengaruh Pemberian Infusa Daun Salam (Eugenia polyantha Wight.)Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah Mencit Putih Jantan hiperurisemia, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Chang, C., Yang, M., Wen, H., Chern, J., 2002, Estimation of Total Flavonoid Content in Propolis by Two
Complementary Methods, Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 10, No. 3, 178-182.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid 4. Jakarta. 109-111.
Hadjzadeh, M A R., Khoei, A., Hadzadeh, Z., Parizady, M., 2007, Ethanolic Extract of Nigella sativa L
Seeds on Ethylene Glycol-Induced Kidney Calculi in Rats, Urology Journal, 4 (2),86-90
Handadari, H. R., 2007, Efek Decocta Daun Salam (Eugenia polyantha Wight.) Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat dalam Darah Mencit Putih (Mus muculus) Jantan hiperurisemia, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
El Dakhakhny, M., Darwish, I E., El Sakkar, M G., and Gumei, A A., 2006, Role of Nigella sativa Oil,
Thymoquinone With and Without Pyrimethamine in Freund’s Adjuvant Arthritis in Rat, Bull. Alex.Fac.
med.,42(1), 191-197
Martin, D. W., 1987, Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin dalam Biokimia Harper, Edisi 20,
diterjemahkan oleh Darmawan, Iyan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi Kelima, ITB, Bandung,
217-221.
Schunack, W., Mayer, and K., Manfred, H., 1990, Senyawa Obat Kimia Farmasi, diterjemahkan oleh Joke,
Witlmena dan Soebita, S., Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Subijanto, A A., & Diding, H P., 2008, Pengaruh Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) terhadap
Derajat Inflamasi Saluran Napas, Majalah Kedokteran Indonesia,58(6); 200-204
Thippeswamy, N B., & Naidu, K A., 2005, Antioxidant potency of cumin varieties—cumin, black cumin and
bitter cumin—on antioxidant systems, Eur Food Res Technol (220); 472–476
Wijayakusuma, H., 2002, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia Rempah, Rimpang dan Umbi. Prestasi
Instan Indonesia, Jakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui sifat kimia dan sensoris terhadap 3 jenis olahan kersen dari daun,
bunga,dan buah. Parameter yang diuji adalah rasa, warna, aroma, tekstur dan kesukaan. Metode yang
dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang 3 kali sebagai blok untuk tiap produk.
Pengujian organoleptik secara uji pembedaan nilai dan Hedonic scale test. Panelis yang digunakan 30 panelis
tidak terlatih yakni masyarakat khususnya anggota KWT Karya Bunda di Dusun Patukan, Ambarketawang,
Gamping, Sleman dan mahasiswa. Pembuatan produk olahan daun diolah menjadi kripik bunga menjadi
teh yang diseduh, kemudian buah diolah menjadi selai. Hasil penelitian meliputi analisis kimia pada kersen
segar dan olahan. Berturut-turut daun, bunga dan buah segar yaitu kadar air adalah 68,33%; 76,12% dan
80,43%, kadar lemak (%b/b) 1,1; 0,50; dan 0,05, kadar protein (%b/b) adalah 2,99; 2,06 dan 0,53, kadar
abu (%b/b) adalah 5,08; 2,32 dan 0,78, kadar karbohidrat by different (%b/b) adalah 28,76; 7,43 dan 16,85,
serta kadar serat (%b/b) adalah 49,6%; 11,61% dan 4,22%. Sedangkan pada bunga juga mengandung kadar
tanin sebesar 0,37(% b/b); pada buah mengandung kadar gula total 4,53 (%b/b); vitamin C 23,79 mg/100 g
(b/b) dan kadar pektin 0,05 (%b/b). Berturut-turut olahan daun(kripik), bunga (teh) dan buah (selai) yaitu
kadar air adalah 8,33%; 20,21% dan 70,50%, kadar lemak (%b/b) 8,71; 0,72; dan 0,20; kadar protein (%b/b)
adalah 6,45; 2,06 dan 0,26, kadar abu (%b/b) adalah 3,26; 7,60 dan 1,02, kadar karbohidrat by different
(%b/b) adalah 39,05; 48,53 dan 33,30, serta kadar serat (%b/b) adalah 16,46%; 16,42% dan 5,70%. kadar
tanin (% b/b) sebesar 0,10; 0,49; 0,70. Hasil uji organoleptik terhadap kripik daun kersen, 66,67% panelis
menyatakan suka; terhadap teh bunga kersen 36.67% panelis menyatakan suka serta selai 70% panelis
menyatakan suka .
ABSTRACT
This study aims to determine the chemical and sensory properties of 3 types of processed kersen from
leaves, flowers, fruit. Parameters tested are taste, color, aroma, texture and likes. The method was used RCBD
(Randomized Complete Block Design) and replicate 3 times for each product. Organoleptic testing by Scoring
different test and Hedonic scale test. Panelists used 30 untrained panelists namely the community, especially
members of KWT Karya Bunda village Ambarketawang, Gamping, Sleman and students. Preparation of leaf
products processed into chips, flowers into tea brewed, then fruit is processed into jam. The results include
chemical analysis on fresh and processed product. Successive leaves, flowers and fresh fruit ie water content is
68.33%; 76.12% and 80.43%, fat content (% w / w) 1.1; 0.50; And 0.05, protein content (% w / w) was 2.99; 2.06
and 0.53, ash content (% w / w) was 5.08; 2.32 and 0.78, carbohydrate levels by different (% b / b) were 28.76;
7.43 and 16.85, and fiber content (% w / w) was 49.6%; 11.61% and 4.22% respectively. While the flowers also
contain tannin content of 0.37 (% w / w); On fruit contains a total sugar content of 4.53 (% w / w); Vitamin C
23.79 mg / 100 g (w / w) and pectin levels of 0.05 (% w / w). Successive leaf preparation (kripik), flower (tea)
128
digunakan sebagai bahan pencegahan yang digunakan meliputi seperangkat
penyakit diantaranya tanaman cincau, alat uji kimia dan alat produksi olahan
pandan, kayu manis, keladi tikus, sirih kersen baik kripik, teh maupun selai serta
merah, kumis kucing dan kersen. seperangkat alat untuk uji organoleptik.
Daun kersen juga mempunyai banyak
kasiat di antaranya sebagai anti septik, anti Metode penelitian
inflamasi, anti tumor, dan anti asam urat Metode penelitian dilakukan dengan
(Esty dan Hariyatmi, 2013). Macam-macam tiga tahap.
olahan buah kersen antara lain, sirup Tahap pertama : Pembuatan produk
buah kersen, pudding, selai, dan dodol. (kripik daun, teh bunga dan selai buah).
Sedangkan bunga kersen sebagai teh herbal Adapun pembuatan kripik daun dengan
dan olahan daun kersen seperti kripik daun, cara daun kersen dicuci, ditiriskan dan
pepes serta bahan sayur. dicelupkan dalam adonan tepung komposit
Menurut Handajani dkk. (2009) adanya (200 g tepung beras dan 20 g tapioka),
kesadaran yang tinggi pada masyarakat selanjutnya digoreng pertama dalam minyak
akan kesehatan maka mulai gencar gerakan berlebih pada suhu 200ºC selama 5 menit,
makan makanan herbal yang biasa disebut pendinginan selama 3 jam pada suhu kamar
kembali ke alam (back to nature). Gerakan kemudian digoreng yang kedua pada suhu
memanfaatkan obat alam karena banyaknya 190ºC selama 1 menit. 2.Pembuatan produk
efek samping akibat obat kimia murni teh bunga dengan cara bunga kersen segar
(Handoko, 1997). Hal ini diyakini oleh dicuci, ditiriskan kemudian dikeringkan
masyarakat akan kemanfaatannya dibanding dengan oven cabinet dryer pada suhu 40ºC
dengan kerugiannya, misalnya dalam hal selama 5 jam dengan alas allumuniumfoil.
batasan jumlah yang dikonsumsi lebih 3.Pembuatan selai buah dengan cara buah
leluasa sebab apabila sedikit berlebih masih kersen segar dicuci, ditiriskan kemudian
sangat dimungkinkan terekskresi secara diblender, dilanjutkan pemasakan dan
alami dalam metabolisme tubuh sehingga pengadukan dengan api sedang suhu 80ºC
dampak toksisitas dapat dicegah. selama 30 menit, dengan ditambahkan gula
Salah satu olahan herbal bunga kersen pasir perbandingan buah dan gula, 1 : 2.
dalam penelitian ini daun diolah menjadi Ta h a p ke d u a : Pe n g u j i a n k a d a r
kripik, bunga menjadi teh dan buah menjadi makronutrien daun, bunga dan buah kersen
selai. Akan tetapi sejauh ini belum diketahui segar, meliputi analisis kadar air, protein,
tentang daya terima produk olahan tersebut. lemak, abu, karbohidrat, gula total, serat,
Oleh karena itu tujuan penelitian ini ingin pektin, vitamin C dan tannin (Sudarmadji
diketahui sejauh mana respon panelis dkk., 1984).
terhadap daya terima kripik daun kersen, Tahap ketiga: Pengujian daya terima
teh bunga kersen, dan selai buah kersen panelis secara organoleptik meliputi rasa,
harapannya dapat dikembangkan sebagai warna, aroma, tekstur (scoring different test)
unit usaha pengolahan kersen. dan kesukaan secara keseluruhan (Hedonic
BAHAN DAN METODE scale test) (Kartika, 1998).
Bahan penelitian adalah daun kersen
segar dengan kriteria sedang atau bagian Rancangan percobaan
tengah dalam satu tangkai dari tiga lembar Rancangan percobaan dengan metode
daun atas dan bawah. Buah kersen matang Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
yang berwarna merah serta bunga kersen terdiri dari 3 perlakuan. Tiap perlakuan
segar. Bahan/reagen untuk analisa kimia dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Pro Analysis produk E. Merck. Peralatan
129
HASIL DAN PEMBAHASAN dianalisis komposisi kimia makro termasuk
Hasil olahan kersen baik daun, bunga, bahan segar untuk mengetahui kondisi
dan buah menjadi kripik, teh, dan selai akan bahan mula-mula maupun kandungan gizi.
Tabel 1 Komposisi kimia daun, bunga dan buah kersen segar per 100 gram
Parameter Daun Kersen Bunga Kersen Buah Kersen
Kadar Air (%) 68,33 76,12 80,43
Kadar abu (%) 5,08 2,32 0,78
Kadar lemak (%) 1,10 0,50 0,05
Kadar protein (%) 2,99 2,06 0,53
Kadar karbohidrat (%) 28,76 7,43 16,85
Kadar serat (%) 49,60 11,61 4,22
Kadar tanin (%) - 0,37 0,84
Vitamin C(%) mg/100g - - -
Kadar Pektin(%) - - 0,05
Kadar gula total(%) - - 4,53
Energi (kal/100g) 133,45 41,93 67,59
Tabel 2 Komposisi kimia Kripik daun, Teh bunga,dan Selai buah kersen per 100 gram
Parameter Kripik Daun Kersen Teh Bunga Kersen Selai Buah Kersen
Kadar Air (%) 8,33 20,21 70,50
Kadar abu (%) 3,26 7,60 1,02
Kadar lemak (%) 8,71 0,72 0,20
Kadar protein (%) 6,45 4,46 0,26
Kadar karbohidrat (%) 39,05 49,53 33,30
Kadar serat (%) 16,46 16,46 5,70
Kadar tanin (%) 0,10 0,49 0,70
Vitamin C(%) mg/100g - - -
Kadar Pektin(%) - - 0,11
Energi (kal/100g) 256,71 216,24 131,13
Dari hasil tersebut di atas pada Tabel akan dihasilkan kripik yang renyah tetapi
2. dapat digunakan sebagai dasar untuk rasanya pahit dan warnanya gelap.Semakin
perlakuan selanjutnya dan kemungkinan besar penambahan daun kersen rasa krupuk
adanya efek positif maupun negatif terhadap semakin pahit (Anam, 2017)
hasil olahan kersen baik kripik daun, Uji organoleptik/sensorik : terhadap
teh bunga maupun selai buah. Hal ini produk diversifikasi olahan kersen (kripik
terbukti dari hasil penelitian pendahuluan daun) meliputi rasa, warna, kerenyahan,
(hasil orientasi pembuatan produk) bahwa dan kesukaan secara keseluruhan, untuk
penggunaan daun kersen yang terlalu produk teh bunga dan selai buah meliputi
muda akan dihasilkan kripik yang tidak rasa, warna, aroma dan kesukaan secara
renyah dan waktu penggorengan lebih lama keseluruhan. Hasil uji organoleptik dapat
serta kenampakan tidak baik. Begitu juga dilihat pada Tabel 3.
sebaliknya daun kersen yang terlalu tua
130
Tabel 3 Produk olahan kersen (kripik daun)
No. Kriteria mutu Nilai Frekwensi Prosentase Keterangan
1. Kerenyahan 5 11 36,67 Sangat renyah
4 17 56,67 Renyah
3 1 3,33 Agak renyah
2 0 0,00 Tidak renyah
1 1 3,33 Sangat tidak renyah
2. Rasa 5 6 20,00 Sangat tidak pahit
4 14 46,67 Tidak pahit
3 10 33,33 Agak pahit
2 0 0 Tidak pahit
1 0 0 Sangat pahit
3. Warna 5 0 0 Krem hijau cerah
4 9 30,00 Krem kehijauan
3 18 60,00 Agak coklat kehijauan
2 1 3,33 Coklat
1 2 6,67 Sangatcoklat kehitaman
4. Kesukaan 5 9 30,00 Sangat suka
4 20 66,67 Suka
3 1 3,33 Agak suka
2 0 0 Tidak suka
1 0 0 Sangat tidak suka
131
Tabel 4 Produk olahan kersen (Teh bunga)
No. Kriteria mutu Nilai Frekwensi Prosentase Keterangan
1. Aroma 5 2 6,67 Sangat beraroma
4 13 43,33 Beraroma
3 11 36,67 Agak beraroma
2 3 10,00 Tidak beraroma
1 1 3,33 Sangat tidak beraroma
Rasa teh bunga kersen terdeteksi agak inaktif dan bunga kersen sudah sangat
sepat sampai sangat sepat, 66,66% panelis, kering. Selain itu diduga dalam bunga juga
menyatakan sepat. Hal ini diduga selain mengandung gula yang sedikit banyak
sensitifitas panelis yang berbeda-beda juga mempengaruhi reaksi maillard. Selama
disebabkan oleh kemungkinan adanya pengamatan uji organoleptik berlangsung
senyawa kandungan tannin dalam bunga khusus seduhan teh bunga kersen semakin
kersen. Hasil uji kadar tannin bahan dasar lama dan semakin dingin ditemukan adanya
bunga kersen sebesar 1,55%. Priharjanti perubahan warna yang semakin pudar serta
(2007) dan Zakaria (2007) menyatakan menjadi keruh yang semula jernih dan
bahwa kersen mengandung flavonoid, berwarna kuning kecoklatan/keemasan. Hal
tannin, triterpene, saponin, polifenol, dan ini belum diketahui penyebabnya.
lain-lain). Aroma teh bunga kersen menurut
Warna teh bunga kersen agak coklat panelis sekitar 50% menyatakan beraroma
sampai coklat kekuningan seperti teh teh. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya
pada umumnya. Sebagian panelis kurang senyawa-senyawa volatil/minyak atsiri
lebih 70 % menyatakan coklat kekuningan. dalam teh bunga kersen. Komponen ini
Hal ini diduga dipengaruhi oleh adanya mungkin tergabung dalam uji kimia bahan
perubahan aktivitas enzim baik katalase dasar bunga kersen yakni mengandung kadar
maupun peroksidase sehingga memacu lemak 2,10%. Kesukaan secara keseluruhan
pencoklatan secara enzimatis selama proses terhadap teh bunga kersen 33,54% panelis
pengeringan sampai peristiwa enzimatis menyatakan suka dan sangat suka.
132
Tabel 5 Produk olahan kersen (selai buah)
No. Kriteria mutu Nilai Frekwensi Prosentase Keterangan
1. Aroma 5 0 0 Sangat beraroma
4 3 10,00 Beraroma
3 15 50,00 Agak beraroma
2 9 30,00 Tidak beraroma
1 3 10,00 Sangat tidak beraroma
Rasa selai buah kersen 40,41% panelis, memacu pencoklatan secara enzimatis
menyatakan terasa buah kersen. Hal ini selama proses pengeringan sampai peristiwa
diduga selain sensitifitas panelis yang enzimatis inaktif dan bunga kersen sudah
berbeda-beda juga disebabkan oleh sangat kering. Selain itu juga diduga dalam
kemungkinan adanya penambahan gula bunga juga mengadung gula yang sedikit
yang tinggi yaitu bahan : gula berdasarkan banyak mempengaruhi reaksi maillard.
berat segar adalah 1 : 2, sehingga flavour Selama pengamatan uji organoleptik
alami buah kersen kurang terdeteksi, berlangsung khusus seduhan teh bunga
namun rasa alami ciri buah kersen tetap kersen semakin lama dan semakin dingin
ada karena biji-biji buah kersen tetap utuh. ditemukan adanya perubahan warna
Selain itu adanya pemanasan dapat pula yang semakin pudar serta menjadi keruh
menguapkan senyawa-senyawa aromatis yang semula jernih dan berwarna kuning
dari buah kersen tersebut. Hasil uji kadar kecoklatan/keemasan. Hal ini belum
gula total bahan dasar buah kersen sebesar diketahui penyebabnya.
17,94%. Akibatnya rasa manis dari gula Aroma selai buah kersen menurut
sukrosa lebih dominan bahkan ada panelis panelis sekitar 50% menyatakan agak
memberikan penilaian berasa seperti madu beraroma buah kersen. Hal ini diduga
manis dan harum. disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa
Warna selai buah kersen kuning volatil/minyak atsiri dalam selai buah kersen
kecoklatan sampai sangat coklat. Sebagian menguap selama pemasakan akibatnya
panelis kurang lebih 70 % menyatakan coklat aroma selai semakin berkurang sampai tidak
kekuningan. Hal ini diduga dipengaruhi terdeteksi. Kesukaan secara keseluruhan
oleh adanya perubahan aktivitas enzim baik terhadap selai buah kersen, 70% panelis
katalase maupun peroksidase sehingga menyatakan suka.
133
KESIMPULAN uji inderawi bahan pangan. PAU
Hasil uji sensoris panelis terhadap Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
produk olahan kersen adalah :96% panelis Meiliza, E.R., dan Hariyatmi, 2013. Pengaruh
menyatakan suka terhadap kripik daun jus buah kersen terhadap kadar asam
kersen.33% panelis menyatakan suka urat
terhadap teh bunga kersen.70% panelis darah mencit putih (Mus musculus). Skripsi
menyatakan suka terhadap selai buah Prodi Pendidikan Biologi Fakultas
kersen. Keguruan dan Ilmu Pendidika
Ketiga produk olahan kersen ini sangat UniversitasMuhamadiyahSurakarta.
berpotensi untuk dilakukan pengembangan Mohandis, H., 2009. Efek ekstrak daun
sebagai salah satu unit usaha pengolahan talok terhadap aktivitas enzim
pohon kersen baik daun, bunga maupun SGPT pada mencit yang diinduksi
buah kersen secara kontinyu. karbontetrakorida (CCl4). Skripsi
F K . Un ive r s i t a s S e b e l a s Ma re t
Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA Pusat Data dan Informasi Perhimpunan
Anam K., 2017. Studi penambahan daun Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003.
kersen (Muntingia calabura L.) Fitonutrisi bisa menjadi pelindung
pada pembuatan kerupuk tapioka Radikal bebas. Jakarta
terhadap daya terima konsumen. Priharjanti Dwi, 2007. Muntingia calabura.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian http://florabase.calm.wa.gov.au/
Universitas Widya Mataram browse/flora? [Diakses 2 Desember
Yogyakarta. 2016].
Duryatmo, S. 2005., Dulu hiasan, kini Obat, Robinson, T. 1995. Kandungan organik
Trubus. Jakarta Terbitan No.427: hal tumbuhan tinggi. Terjemahan Prof.
37 Dr. Kosasih Padmawinata., ITB
Ekasari W., 2009. Kersen atau Talok tanaman Bandung
obat berkhasiat besar. Departemen Sudarmadji Slamet, Bambang Haryono dan
Fa r m a ko g n o s i d a n Fi to k i m i a . Suhardi, 1984. Prosedur analisa untuk
Universitas Airlangga Surabaya bahan makanan dan pertanian.
Handajani, Sri. 2006. The queen of seeds : Penerbit Liberty. Yogyakarta
Potensi agribisnis komoditas Wijen, Verdayanti, TE. 2009. Uji efektifitas jus buah
Andi offset. kersen terhadap penurunan kadar
Yogyakarta glukosa darah pada tikus puti. UMM.
Handoko, T. 1997. Manajemen dan Sumber Malang.
Daya Manusia. Liberty. Yogyakarta. Winarno, FG. 1994. Kimia Pangan dan Gizi.
Harbone, JB, 1987. Metode fitokimia : Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Penuntun cara modern menganalisis Jakarta.
tumbuhan. Terbitan kedua . Penerbit Zakaria ZA., Mohamed AM, Jamil NSM.,
ITB Bandung. 2011. In vitro antiproliferative and
Hodgsons E. dan Levi P.E., 2000. Metode antioxidatif activities of the Extracts
farmasi : Penentuan cara modern of Muntingia calabura leaves. The
menganalisis America Journal of Chinese medicine.
tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung. 39 (1). P 183-200.
Kartika Bambang, Pudji Hastuti dan
Wahyu Supartono. 1998. Pedoman
134