ABSTRAK
Tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lam./ Thymelaeaceae) umumnya digunakan dalam
bidang pengobatan dan kosmetik. Namun belum diketahui bioaktivitas gaharu sebagai
antirayap, terutama bagian daun yang tidak banyak dimanfaatkan. Pada penelitian ini, ekstrak
daun gaharu digunakan sebagai antirayap terhadap rayap tanah Coptotermes sp.. Penelitian ini
dibagi atas tiga tahapan, yaitu ekstraksi dan fraksinasi, skrining fitokimia, serta uji aktivitas
antirayap dengan ‘metode umpan paksa’. Uji dilakukan selama 7 hari dengan variasi
konsentrasi 0% (kontrol negatif), 2%, 4%, 6%, 8%, 10% (b/v), serta fipronil 0,25% (v/v) (kontrol
positif). Ekstrak kasar metanol yang diperoleh dari 730 g daun gaharu kering sebesar 136,8 g
(18,74%), terdiri dari 7,23% fraksi n-heksana, 11,10% fraksi etil asetat, dan 81,67% fraksi
metanol. Skrining fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu menggunakan tabung
reaksi dan plat kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan ekstrak daun gaharu mengandung
senyawa golongan flavonoid, polifenol/tanin, steroid, triterpenoid, dan saponin. Analisis GC-MS
fraksi n-heksana menunjukkan adanya senyawa skualen yang tergolong ke dalam triterpenoid
serta beberapa senyawa steroid. Uji aktivitas antirayap dengan ‘metode umpan paksa’
dilakukan selama 7 hari dengan variasi konsentrasi 0% (kontrol negatif), 2%, 4%, 6%, 8%, 10%
(b/v), serta fipronil 0,25% (v/v) (kontrol positif). Hasil penelitian menunjukkan fraksi yang paling
aktif terhadap uji antirayap adalah fraksi etil asetat (LC50 1,192%) dan fraksi n-heksana (LC50
1,414%). Senyawa golongan steroid yang terdapat dalam kedua fraksi tersebut diduga
berperan aktif sebagai antirayap. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak daun
gaharu memiliki potensi sebagai antirayap terhadap rayap tanah Coptotermes sp..
Kata kunci: Coptotermes sp., Aquilaria malaccensis Lam., antirayap, skrining fitokimia,
steroid
6
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
pengendalian rayap alternatif yang bersifat rotary evaporator, dan seperangkat alat
alami dan tidak mencemari lingkungan. ekstraksi.
Tumbuhan memiliki berbagai kandungan
metabolit sekunder yang berfungsi sebagai Bahan
pertahanan diri terhadap serangan hama Bahan-bahan yang digunakan pada
dan serangga. Gaharu (Aquilaria penelitian ini adalah daun gaharu (A.
malaccensis Lam.) adalah salah satu malaccensis Lam.), akuades, aluminium foil,
tanaman yang berpotensi sebagai antirayap amoniak, asam asetat glasial, asam sulfat,
alami karena memiliki metabolit sekunder besi (III) klorida 2%, etil asetat, kertas
seperti senyawa golongan alkaloid, Whatmann, kloroform, metanol, n-heksana,
flavonoid, triterpenoid, steroid, tanin, dan pasir steril, plaster paris, plastik wrapping,
saponin (Huda et al., 2009 ; Khalil et al., pereaksi AlCl3, pereaksi Dragendroff, plat
2013). Senyawa-senyawa tersebut telah KLT, rayap tanah Coptotermes sp. kasta
dilaporkan memiliki aktivitas sebagai pekerja dan kasta prajurit.
antirayap (Ohmura et al., 2000 ; Sugita et
al., 2000 ; Hadi, 2008 ; Sudrajat b, 2012). Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Zaridah et al. Preparasi Sampel
(2006) juga mengemukakan bioaktivitas Sebanyak 2 kg daun gaharu dibersihkan
daun A. malaccensis Lam. sebagai dari kotoran ikutan dan dipisahkan dari
larvasida. batangnya lalu dikering-anginkan pada suhu
A. malaccensis Lam. merupakan salah ruangan. Daun selanjutnya dihaluskan
satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili menggunakan blender. Hasilnya disimpan
Thymelaeaceae yang tersebar luas di pada suhu ruangan dalam wadah tertutup.
daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman ini banyak dibudidayakan karena Ekstraksi dan Partisi Sampel
nilai ekonomi gubal gaharu yang sangat Sebanyak 730 g serbuk daun gaharu
tinggi. Gubal gaharu telah banyak dimaserasi degan pelarut metanol selama
dimanfatkan secara luas dalam bidang 3×24 jam pada suhu ruangan (28±2 ).
kosmetik maupun medis. Meski begitu, Larutan kemudian didekantasi dan disaring
bagian daun gaharu yang tidak terpakai dengan vakum. Maserat dipekatkan dengan
belum banyak dimanfaatkan oleh para vacuum rotary evaporator pada suhu
pembudidaya tanaman gaharu. Oleh karena maksimum 40°C untuk menghasilkan
itu daun gaharu digunakan pada penelitian ekstrak metanol yang kental.
ini untuk mengeksplor manfaat daun gaharu Ekstrak kasar metanol sebanyak 80 g
sehingga dapat menunjang nilai ekonomi selanjutnya dipartisi bertingkat dengan
gaharu dan mengurangi waste product. pelarut n-heksana dan etil asetat sehingga
Salah satunya adalah sebagai pengendali diperoleh fraksi n-heksana, fraksi etil asetat,
rayap tanah. Berdasarkan uraian di atas, dan fraksi metanol.
maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui aktivitas antirayap ekstrak daun Skrining Fitokimia
A. malaccensis Lam. terhadap rayap tanah Identifikasi senyawa metabolit sekunder
Coptotermes sp. serta metabolit sekunder pada ekstrak daun gaharu dianalisis
yang berperan di dalamnya. menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. Alkaloid
METODOLOGI PENELITIAN Larutan ekstrak ditotolkan pada plat
KLT, dielusi dengan eluen yang sesuai,
Alat dan Bahan
disemprotkan dengan reagen Dragendorff
Alat
lalu diamati di bawah lampu UV 254 nm dan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
UV 366 nm. Adanya bercak coklat jingga
adalah ayakan 40 mesh, bejana maserasi,
berlatar belakang kuning menunjukkan
bejana uji (diameter 5 cm, tinggi 5 cm),
ekstrak positif terhadap uji alkaloid
blender, botol semprot, bulp, chamber,
(Harborne, 1987).
desikator, hot plate, kain hitam, kain strimin,
lampu UV 254 nm dan 366 nm, neraca
b. Polifenol/ Tanin
analitik, oven, pinset, pipet mikro, vacuum
Larutan ekstrak ditambahkan 2 mL
larutan FeCl3 2%. Warna biru-hijau atau
7
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
8
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
9
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis GC- daun gaharu. Senyawa tersebut adalah
MS pada ekstrak fraksi n-heksana daun skualen, termasuk dalam golongan
gaharu. Terdapat 6 puncak senyawa serta 1 triterpenoid. Senyawa lain yang terkandung
puncak yang memiliki persentase area dalam ekstrak fraksi n-heksana daun gaharu
paling besar, yakni puncak 4 sebesar 68%. adalah senyawa-senyawa golongan steroid
Artinya puncak 4 merupakan senyawa seperti 3-chloro-cholest-6-one, 4-
mayor penyusun ekstrak fraksi n-heksana Stigmasten-3-one, dan Stigmast-5-en-3-ol.
10
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
Selain itu, pola fragmentasi yang dimiliki Tabel 5. Rentang Mortalitas Rayap
oleh senyawa puncak 4 bersesuaian dengan Klasifikasi Persentase (%)
pola fragmentasi skualen. Pola fragmentasi Lemah 0-33
skualen dapat dilihat pada Gambar 3 Sedang 34-66
(Rochmasari, 2011). Ion molekul (M+) 410 Kuat 67-99
berasal dari C30H50+•. Fragmen dengan m/z Sangat Kuat 100
273 berasal dari lepasnya C10H17 dari ion
molekul. Fragmen m/z 203 terpecah menjadi Ekstrak kasar metanol, fraksi n-
fragmen dengan nilai m/z 137 yang berasal heksana, dan fraksi etil asetat dapat
dari lepasnya C10H16. Fragmen m/z 69 (base mencapai mortalitas rayap 100% dalam
peak) berasal dari C5H9+• yang merupakan kurun waktu 7 hari pengujian. Hal ini
suatu bentuk isopren yaitu unit penyusun membuktikan bahwa ekstrak daun gaharu
senyawa terpen. Sedangkan fragmen m/z memiliki bioaktivitas sebagai antirayap yang
81 berasal dari hasil pecahan fragmen m/z sangat kuat, sesuai dengan klasifikasi
137 yang melepaskan C4H8. rentang mortalitas rayap (Lee et al., 2013)
yang disajikan pada Tabel 5.
Aktivitas Antirayap Daun Gaharu (A. Ekstrak yang memiliki mortalitas paling
malaccensis Lam.) tinggi terdapat pada fraksi n-heksana dan
Bioaktivitas antirayap daun gaharu fraksi etil asetat karena dapat mencapai
dapat dilihat dari mortalitas rayap yang mortalitas 100% pada konsentrasi 6%.
dihitung setelah 7 hari perlakuan. Data Kontrol positif (fipronil 0,25%, merek
mortalitas rayap ekstrak daun gaharu dapat Regent) menyebabkan mortalitas sebesar
dilihat pada Tabel 4. 100% pada hari pertama. Konsentrasi ini
jauh lebih kecil dibandingkan konsentrasi
Tabel 4. Mortalitas Rayap Setelah 7 Hari fraksi etil asetat dan n-heksana. Artinya,
Pengumpanan pemakaian termitisida fipronil masih jauh
Mortalitas (%) lebih efektif dan efisien.
Konsentrasi Data mortalitas rayap ini juga sebanding
Jenis (%) 0 2 4 6 8 10 dengan nilai LC50 yang dimiliki oleh masing-
Ekstrak masing ekstrak (Gambar 4). Nilai LC50
Metanol 2,7 25,3 31,3 44 52 97,3 menunjukkan tingkat konsentrasi yang dapat
Ekstrak kasar 6,7 22,7 35,3 51,3 78 100 mematikan 50% dari jumlah hewan uji.
n-Heksana 8,7 72,7 91,3 100 100 100 Semakin rendah nilai LC50 yang dimiliki oleh
Etil asetat 3,3 79,3 94 100 100 100 suatu ekstrak, maka tingkat toksisitas
ekstrak semakin tinggi. Data dari Gambar 4
Berdasarkan data pada Tabel 4, menunjukkan fraksi etil asetat dan n-
semakin besar konsentrasi ekstrak yang heksana memiliki nilai LC50 yang paling
diberikan pada rayap, semakin besar pula rendah, artinya kedua fraksi tersebut
nilai persentase mortalitas rayap. Hal ini merupakan fraksi teraktif. Namun, nilai LC50
disebabkan konsentrasi yang besar memiliki yang dimiliki kedua fraksi teraktif masih
zat ekstraktif yang lebih banyak sehingga sangat jauh dari nilai LC50 fipronil, yakni
lebih bersifat racun dibandingkan dengan sebesar 24,3×10-4 % (Manzoor et al., 2012).
konsentrasi yang kecil. Hal ini disebabkan fipronil memiliki
Kontrol negatif menyebabkan mortalitas mekanisme mengganggu sistem syaraf
<10%. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pusat yang menyebabkan gangguan pada
mortalitas rayap perlakuan kontrol negatif pertukaran ion-ion klorida melalui Gamma
(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan Amino Butyric Acid (GABA) pada serangga
perlakuan ekstrak daun gaharu konsentrasi (Nandika et al., 2003).
2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Hal ini Fraksi etil asetat memiliki nilai LC50 yang
menandakan bahwa penambahan ekstrak paling rendah, diikuti oleh fraksi n-heksana,
daun gaharu memberikan pengaruh ekstrak kasar metanol, dan fraksi metanol.
terhadap mortalitas rayap. Mortalitas yang Kemampuan ekstrak daun gaharu dalam
terjadi pada kontrol negatif diduga karena mematikan rayap uji diduga karena adanya
rayap masih belum bisa beradaptasi dengan kandungan senyawa metabolit sekunder
lingkungan barunya yakni gelas uji. dalam ekstrak. Senyawa golongan steroid
diduga memberikan pengaruh yang besar
11
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
terhadap bioaktivitas daun gaharu sebagai (daya hambat makan). Senyawa flavonoid
antirayap karena terdapat pada fraksi yang bersifat polar dapat menembus
teraktif, yakni fraksi etil asetat dan fraksi n- peptidoglikan yang bersifat polar pada sel
heksana. Steroid merupakan bahan aktif bakteri sehingga dapat menyebabkan
pengendali hama karena menyebabkan kerusakan sel. Peptidoglikan juga dapat
adanya aktivitas biologi yang khas seperti rusak oleh adanya senyawa tanin/polifenol
toksik, menghambat makan, antiparasit, dan yang berperan dalam memutuskan ikatan
pestisida (Harborne, 1987). Hal ini didukung peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 1988).
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugita et Senyawa fenolik mampu membentuk
al. (2000) membuktikan bahwa senyawa kompleks dengan protein (penyusun
steroid yang telah diisolasi memiliki membran sel) melalui ikatan hidrogen
bioaktivitas yang tinggi dalam membunuh (Harborne, 1987), sehingga racun dari zat
rayap. Menurut Sastrodihardjo (1999) ekstraktif dapat masuk ke dalam sel dan
steroid dapat merusak fungsi sel (integritas menyerang nukleus yang menyebabkan
membran sel) sehingga pada akhirnya akan sistem saraf rayap terganggu.
menghambat proses ganti kulit rayap Ekstrak fraksi n-heksana selain
(eksidis). Saat eksidis, kulit usus juga mengandung steroid juga mengandung
terlepas sehingga protozoa simbion yang senyawa golongan triterpenoid. Senyawa
terletak di kulit usus rayap juga ikut keluar. triterpenoid berfungsi sebagai pelindung
Protozoa simbion sangat dibutuhkan oleh untuk menolak serangga dan serangan
rayap untuk menyumbangkan enzim mikroba serta sebagai racun perut
selulase sebagai pengurai selulosa yang (Harborne, 1987). Hal ini didukung dengan
mengubahnya menjadi gula sederhana dan penelitian Sudrajat (2012) yang
asam asetat sebagai sumber energi bagi menyebutkan rayap mati akibat adanya
rayap (Nandika et al., 2003). Rayap yang gangguan respirasi oleh senyawa
tidak memiliki protozoa dalam ususnya tidak triterpenoid ekstrak batang kayu bawang.
akan mampu mencerna makanan dan Ekstrak daun kirinyuh pada penelitian Hadi
akhirnya akan mati. (2008) mengandung senyawa bioaktif
terpenoid, tanin, saponin, dan sesquiterpen
6 5.243
yang bersifat toksik terhadap rayap.
4.424 Bioaktivitas zat ekstraktif terhadap
5
Nilai LC50 (%)
12
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
Sebaliknya, apabila tidak terjadi penurunan lingkungan baru atau preparasi uji belum
berat kertas umpan namun mortalitas rayap dilakukan dengan benar (terdapat
tinggi, diduga rayap mati bukan karena mikroorganisme parasit maupun jamur).
racun zat ekstraktif, melainkan karena stres
tidak mampu beradaptasi dengan
80
Penurunan Berat Kertas
70
Ekstrak Metanol
60
Fraksi n-Heksana
Umpan (%)
50
Fraksi Etil Asetat
40 Fraksi Metanol
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (%)
13
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077
14