Anda di halaman 1dari 9

JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Aktivitas Antirayap Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.)


Terhadap Rayap Tanah Coptotermes sp.

Irma Tiara Puteri1*, Afghani Jayuska1, Andi Hairil Alimuddin1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*
email: irmatiaraputeri@student.untan.ac.id

ABSTRAK
Tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lam./ Thymelaeaceae) umumnya digunakan dalam
bidang pengobatan dan kosmetik. Namun belum diketahui bioaktivitas gaharu sebagai
antirayap, terutama bagian daun yang tidak banyak dimanfaatkan. Pada penelitian ini, ekstrak
daun gaharu digunakan sebagai antirayap terhadap rayap tanah Coptotermes sp.. Penelitian ini
dibagi atas tiga tahapan, yaitu ekstraksi dan fraksinasi, skrining fitokimia, serta uji aktivitas
antirayap dengan ‘metode umpan paksa’. Uji dilakukan selama 7 hari dengan variasi
konsentrasi 0% (kontrol negatif), 2%, 4%, 6%, 8%, 10% (b/v), serta fipronil 0,25% (v/v) (kontrol
positif). Ekstrak kasar metanol yang diperoleh dari 730 g daun gaharu kering sebesar 136,8 g
(18,74%), terdiri dari 7,23% fraksi n-heksana, 11,10% fraksi etil asetat, dan 81,67% fraksi
metanol. Skrining fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu menggunakan tabung
reaksi dan plat kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan ekstrak daun gaharu mengandung
senyawa golongan flavonoid, polifenol/tanin, steroid, triterpenoid, dan saponin. Analisis GC-MS
fraksi n-heksana menunjukkan adanya senyawa skualen yang tergolong ke dalam triterpenoid
serta beberapa senyawa steroid. Uji aktivitas antirayap dengan ‘metode umpan paksa’
dilakukan selama 7 hari dengan variasi konsentrasi 0% (kontrol negatif), 2%, 4%, 6%, 8%, 10%
(b/v), serta fipronil 0,25% (v/v) (kontrol positif). Hasil penelitian menunjukkan fraksi yang paling
aktif terhadap uji antirayap adalah fraksi etil asetat (LC50 1,192%) dan fraksi n-heksana (LC50
1,414%). Senyawa golongan steroid yang terdapat dalam kedua fraksi tersebut diduga
berperan aktif sebagai antirayap. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak daun
gaharu memiliki potensi sebagai antirayap terhadap rayap tanah Coptotermes sp..

Kata kunci: Coptotermes sp., Aquilaria malaccensis Lam., antirayap, skrining fitokimia,
steroid

PENDAHULUAN Pengendalian hama rayap secara


konvensional menggunakan termitisida yang
Rayap merupakan serangga yang telah
mengandung senyawa organoklorin (aldrin,
menyebabkan kerugian ekonomis yang
dieldrin, klordan, dan heptaklor) telah
sangat besar pada perkebunan. Kerugian
dilarang penggunaannya di Indonesia.
akibat serangan rayap di Indonesia
Termitisida tersebut memiliki persistensi
diperkirakan dapat mencapai 224-238 milyar
sangat tinggi, namun berbahaya terhadap
per tahun (Prasetiyo dan Yusuf, 2005),
manusia dan sulit terurai. Termitisida lainnya
sehingga rayap lebih dikenal sebagai hama
seperti golongan organofosfat, piretroid, fenil
tanaman dibandingkan sebagai dekomposer
pirazol, dan nitro guanidin sangat efektif
bahan organik. Rayap jenis Coptotermes sp.
pada dosis rendah, namun tidak bersifat
merupakan rayap yang paling banyak
selektif terhadap organisme sasaran,
menyebabkan kerusakan pada tanaman
mencemari sumber air dan perairan serta
perkebunan, yakni pohon kelapa, karet,
sulit terurai di tanah (Nandika et al., 2003).
coklat, dan kelapa sawit (Nandika et al.,
Oleh karena itu diperlukan upaya
2003).

6
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

pengendalian rayap alternatif yang bersifat rotary evaporator, dan seperangkat alat
alami dan tidak mencemari lingkungan. ekstraksi.
Tumbuhan memiliki berbagai kandungan
metabolit sekunder yang berfungsi sebagai Bahan
pertahanan diri terhadap serangan hama Bahan-bahan yang digunakan pada
dan serangga. Gaharu (Aquilaria penelitian ini adalah daun gaharu (A.
malaccensis Lam.) adalah salah satu malaccensis Lam.), akuades, aluminium foil,
tanaman yang berpotensi sebagai antirayap amoniak, asam asetat glasial, asam sulfat,
alami karena memiliki metabolit sekunder besi (III) klorida 2%, etil asetat, kertas
seperti senyawa golongan alkaloid, Whatmann, kloroform, metanol, n-heksana,
flavonoid, triterpenoid, steroid, tanin, dan pasir steril, plaster paris, plastik wrapping,
saponin (Huda et al., 2009 ; Khalil et al., pereaksi AlCl3, pereaksi Dragendroff, plat
2013). Senyawa-senyawa tersebut telah KLT, rayap tanah Coptotermes sp. kasta
dilaporkan memiliki aktivitas sebagai pekerja dan kasta prajurit.
antirayap (Ohmura et al., 2000 ; Sugita et
al., 2000 ; Hadi, 2008 ; Sudrajat b, 2012). Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Zaridah et al. Preparasi Sampel
(2006) juga mengemukakan bioaktivitas Sebanyak 2 kg daun gaharu dibersihkan
daun A. malaccensis Lam. sebagai dari kotoran ikutan dan dipisahkan dari
larvasida. batangnya lalu dikering-anginkan pada suhu
A. malaccensis Lam. merupakan salah ruangan. Daun selanjutnya dihaluskan
satu jenis tumbuhan yang berasal dari famili menggunakan blender. Hasilnya disimpan
Thymelaeaceae yang tersebar luas di pada suhu ruangan dalam wadah tertutup.
daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman ini banyak dibudidayakan karena Ekstraksi dan Partisi Sampel
nilai ekonomi gubal gaharu yang sangat Sebanyak 730 g serbuk daun gaharu
tinggi. Gubal gaharu telah banyak dimaserasi degan pelarut metanol selama
dimanfatkan secara luas dalam bidang 3×24 jam pada suhu ruangan (28±2 ).
kosmetik maupun medis. Meski begitu, Larutan kemudian didekantasi dan disaring
bagian daun gaharu yang tidak terpakai dengan vakum. Maserat dipekatkan dengan
belum banyak dimanfaatkan oleh para vacuum rotary evaporator pada suhu
pembudidaya tanaman gaharu. Oleh karena maksimum 40°C untuk menghasilkan
itu daun gaharu digunakan pada penelitian ekstrak metanol yang kental.
ini untuk mengeksplor manfaat daun gaharu Ekstrak kasar metanol sebanyak 80 g
sehingga dapat menunjang nilai ekonomi selanjutnya dipartisi bertingkat dengan
gaharu dan mengurangi waste product. pelarut n-heksana dan etil asetat sehingga
Salah satunya adalah sebagai pengendali diperoleh fraksi n-heksana, fraksi etil asetat,
rayap tanah. Berdasarkan uraian di atas, dan fraksi metanol.
maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui aktivitas antirayap ekstrak daun Skrining Fitokimia
A. malaccensis Lam. terhadap rayap tanah Identifikasi senyawa metabolit sekunder
Coptotermes sp. serta metabolit sekunder pada ekstrak daun gaharu dianalisis
yang berperan di dalamnya. menggunakan prosedur sebagai berikut:
a. Alkaloid
METODOLOGI PENELITIAN Larutan ekstrak ditotolkan pada plat
KLT, dielusi dengan eluen yang sesuai,
Alat dan Bahan
disemprotkan dengan reagen Dragendorff
Alat
lalu diamati di bawah lampu UV 254 nm dan
Alat yang digunakan pada penelitian ini
UV 366 nm. Adanya bercak coklat jingga
adalah ayakan 40 mesh, bejana maserasi,
berlatar belakang kuning menunjukkan
bejana uji (diameter 5 cm, tinggi 5 cm),
ekstrak positif terhadap uji alkaloid
blender, botol semprot, bulp, chamber,
(Harborne, 1987).
desikator, hot plate, kain hitam, kain strimin,
lampu UV 254 nm dan 366 nm, neraca
b. Polifenol/ Tanin
analitik, oven, pinset, pipet mikro, vacuum
Larutan ekstrak ditambahkan 2 mL
larutan FeCl3 2%. Warna biru-hijau atau

7
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

hitam menunjukkan adanya polifenol/tanin dalam desikator selama 24 jam, lalu


(Yadav dan Agarwala, 2011). ditimbang untuk mengetahui berat awal.
Setelah itu, kertas umpan direndam dalam
c. Identifikasi Flavonoid larutan ekstrak selama 1 jam dengan
Larutan ekstrak ditotolkan pada plat konsentrasi 0% (kontrol negatif), 2%, 4%,
KLT, dielusi dengan eluen yang sesuai, 6%, 8%, dan 10% (b/v). Kontrol positif yang
disemprotkan dengan reagen AlCl3 lalu digunakan adalah fipronil merek Regent
diamati di bawah lampu UV 254 nm dan 366 dengan konsentrasi 0,25% (2,5 mL dalam 1
nm. Adanya pendar bercak berwarna L air), sedangkan pada kontrol negatif tidak
kuning-hijau setelah disemprot reagen ada perlakuan penambahan ekstrak (hanya
penampak noda AlCl3 pada visualisasi UV pelarut). Setelah dilakukan perendaman,
366 nm menunjukkan ekstrak positif kertas umpan dikeringanginkan untuk
terhadap uji flavonoid (Harborne, 1987). menguapkan pelarutnya. Kain strimin
diameter 4 cm (modifikasi) diletakkan dalam
d. Identifikasi Saponin gelas uji dan di atas kain strimin diletakkan
Larutan ekstrak ditambahkan akuades, kertas umpan. Gelas uji diletakkan dalam
kemudian dikocok kuat-kuat. Larutan yang wadah yang bagian bawahnya diberi kapas
mengandung saponin akan menghasilkan basah. Sebanyak 50 ekor rayap aktif yang
busa setinggi 1-10 cm yang stabil dan tidak terdiri dari 45 kasta pekerja dan 5 kasta
kurang dari 10 menit (Harborne, 1987). prajurit dimasukkan ke dalam gelas uji.
Gelas uji ditutup dengan kain hitam dan
e. Steroid/Triterpenoid disimpan di tempat yang terlindung dari
Sampel ditambahkan asam asetat glasial cahaya selama 7 hari. Kertas umpan
sebanyak 10 tetes dan asam sulfat pekat 2 dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C
tetes. Larutan dikocok perlahan, dibiarkan selama 12 jam dan disimpan dalam
selama beberapa menit. Steroid desikator selama 24 jam, selanjutnya kertas
memberikan warna biru atau hijau, untuk ditimbang untuk mengetahui berat akhir.
triterpenoid memberikan warna merah atau Pengujian dilakukan dengan tiga kali
ungu (Harborne, 1987). pengulangan (triplo).

Uji Toksisitas Ekstrak Parameter Pengamatan


Aktivitas antirayap ekstrak daun gaharu a. Mortalitas Rayap
diuji menggunakan metode umpan paksa Pengamatan mortalitas dilakukan
(forced feeding test) yang telah dilakukan dengan menghitung jumlah rayap yang mati
oleh Ohmura et al. (2000) dengan beberapa setiap hari selama 7 hari, jumlah
modifikasi. Gelas uji terbuat dari bahan akumulatifnya dihitung pada hari ke-7.
plastik (diameter 5 cm, tinggi 5 cm). Bagian Persentase mortalitas rayap per gelas uji
bawah gelas uji terdapat plaster paris yang dihitung menggunakan rumus sebagai
berpori dan pasir steril sebanyak 10 g. berikut (Indrayani et al., 2011):

b. Persentase Penurunan Berat Kertas


Umpan
Persentase penurunan berat (PB) kertas
umpan setelah 7 hari dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Indrayani et al.,
2011):
% PB =

Gambar 1. Gelas Uji Rayap Keterangan:


B1 = berat kering kertas saring sebelum
Kertas umpan (diameter 2 cm; kertas pengumpanan (g)
Whatman No. 41) dimasukkan dalam oven B2 = berat kering kertas saring setelah
pada suhu 60°C selama 12 jam, disimpan pengumpanan (g)

8
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Analisis Data memberikan perubahan warna coklat


Data persentase mortalitas dan kemerahan yang menunjukkan adanya
persentase kehilangan berat yang diperoleh senyawa triterpenoid. Sedangkan fraksi n-
dianalisis dengan Analisis Varians (ANAVA) heksana positif mengandung steroid dan
pada taraf kepercayaan 95% dan triterpenoid (Harborne, 1987). Ekstrak
didapatkan hasil yang berbeda nyata metanol dan fraksi metanol menunjukkan
sehingga dilanjutkan dengan uji Least adanya busa yang tinggi dan stabil selama
Significance Difference (LSD). Nilai dugaan 10 menit karena adanya hidrolisis saponin
kematian 50% (LC50 dalam unit waktu) dalam air (Marliana et al., 2005).
ditentukan dengan menggunakan
persamaan garis regresi antara log Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak dan
konsentrasi dan probit kematian (analisis Fraksi Daun Gaharu
probit). Fraksi
Ekstrak
Uji
Kasar Etil n-
HASIL DAN PEMBAHASAN Metanol
Asetat Heksana
Ekstraksi dan Partisi Menggunakan
tabung reaksi:
Ekstraksi daun gaharu menggunakan Polifenol/
metode maserasi dengan pelarut metanol. Tannin + + + -
Hasil ekstraksi dan partisi sampel daun Triterpenoid + + - +
gaharu dapat dilihat pada Tabel 1. Steroid - - + +
Saponin + + - -
Menggunakan
Tabel 1. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi KLT:
Daun Gaharu Flavonoid + + + -
Alkaloid - - - -
Nama Massa Ekstrak Rendemen
Ekstrak (g) (%) Ekstrak kasar metanol, fraksi metanol,
Ekstrak kasar 136,80 18,74a dan fraksi etil asetat positif terhadap uji
n-Heksana 5,78 7,23b flavonoid yang ditandai dengan adanya
Etil asetat 8,88 11,10b pendar noda berwarna kuning-hijau setelah
Metanol 65,33 81,67b disemprot reagen penampak noda AlCl3
a : rendemen ekstrak terhadap 730 g daun pada visualisasi UV 366 nm (Harborne,
gaharu kering 1987; Handayani et al., 2014). Namun untuk
b : rendemen fraksi terhadap 80 g ekstrak uji alkaloid tidak menunjukkan hasil positif
metanol yang dipartisi terhadap keempat ekstrak karena tidak
terdapat bercak berwarna hijau kekuningan
Tabel 1. menunjukkan bahwa pelarut pada UV 366 nm (Marliana et al., 2005).
metanol memiliki rendemen yang paling
besar di antara fraksi lainnya. Metanol Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-
merupakan pelarut polar, sehingga dapat MS) Fraksi n-Heksana Daun Gaharu
disimpulkan sebagian besar penyusun Tabel 3. Senyawa Penyusun Ekstrak Fraksi
ekstrak daun gaharu adalah senyawa- n-Heksana Daun Gaharu (A.
senyawa polar yang terdistribusi ke dalam malaccensis Lam.)
pelarut metanol.
Puncak Waktu Area
Nama Senyawa
Senyawa Retensi (%)
Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia sampel daun 1 18,775 1,17 Hexadecanoic acid
2 24,064 5,01 Bis(2-ethylhexyl)
gaharu dapat diamati pada Tabel 2. Ekstrak hexanedioate
kasar metanol, fraksi metanol, dan fraksi etil 3 25,482 6,04 3-chloro-cholest-6-one
asetat menunjukkan hasil positif terhadap uji 4 28,125 68,00 (all-E)-2,6,10,15,19,23-
polifenol/tanin dengan adanya perubahan Hexamethyl-
2,6,10,14,18,22-
warna larutan ekstrak menjadi biru-hijau tetracosahexaene
atau hitam karena tanin membentuk 5 30,935 14,52 4-Stigmasten-3-one
kompleks dengan Fe3+ (Kristianto, 2013). 6 31,650 5,27 Stigmast-5-en-3-ol
Fraksi etil asetat positif mengandung steroid
yang memberikan warna hijau pada larutan
ekstrak. Ekstrak metanol dan fraksi metanol

9
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Tabel 3 menunjukkan hasil analisis GC- daun gaharu. Senyawa tersebut adalah
MS pada ekstrak fraksi n-heksana daun skualen, termasuk dalam golongan
gaharu. Terdapat 6 puncak senyawa serta 1 triterpenoid. Senyawa lain yang terkandung
puncak yang memiliki persentase area dalam ekstrak fraksi n-heksana daun gaharu
paling besar, yakni puncak 4 sebesar 68%. adalah senyawa-senyawa golongan steroid
Artinya puncak 4 merupakan senyawa seperti 3-chloro-cholest-6-one, 4-
mayor penyusun ekstrak fraksi n-heksana Stigmasten-3-one, dan Stigmast-5-en-3-ol.

Gambar 2. Spektra Massa Senyawa Puncak 4

Gambar 3. Mekanisme Fragmentasi Skualen (Rochmasari, 2011)

Spektra massa senyawa puncak 4 polihidrokarbon tak jenuh dengan rumus


(Gambar 2) memiliki indeks kemiripan kimia C30H50, memiliki berat molekul 410,
sebesar 98% dengan spektra massa dan terbentuk dari 6 unit isopren. Nama
senyawa skualen berdasarkan senyawa ini dalam sistem IUPAC adalah
perbandingan data dari Library NIST08.LIB. (all-E)-2,6,10,15,19,23-Hexamethyl-2,6,10,
Skualen merupakan senyawa 14,18,22-tetracosahexaene.

10
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Selain itu, pola fragmentasi yang dimiliki Tabel 5. Rentang Mortalitas Rayap
oleh senyawa puncak 4 bersesuaian dengan Klasifikasi Persentase (%)
pola fragmentasi skualen. Pola fragmentasi Lemah 0-33
skualen dapat dilihat pada Gambar 3 Sedang 34-66
(Rochmasari, 2011). Ion molekul (M+) 410 Kuat 67-99
berasal dari C30H50+•. Fragmen dengan m/z Sangat Kuat 100
273 berasal dari lepasnya C10H17 dari ion
molekul. Fragmen m/z 203 terpecah menjadi Ekstrak kasar metanol, fraksi n-
fragmen dengan nilai m/z 137 yang berasal heksana, dan fraksi etil asetat dapat
dari lepasnya C10H16. Fragmen m/z 69 (base mencapai mortalitas rayap 100% dalam
peak) berasal dari C5H9+• yang merupakan kurun waktu 7 hari pengujian. Hal ini
suatu bentuk isopren yaitu unit penyusun membuktikan bahwa ekstrak daun gaharu
senyawa terpen. Sedangkan fragmen m/z memiliki bioaktivitas sebagai antirayap yang
81 berasal dari hasil pecahan fragmen m/z sangat kuat, sesuai dengan klasifikasi
137 yang melepaskan C4H8. rentang mortalitas rayap (Lee et al., 2013)
yang disajikan pada Tabel 5.
Aktivitas Antirayap Daun Gaharu (A. Ekstrak yang memiliki mortalitas paling
malaccensis Lam.) tinggi terdapat pada fraksi n-heksana dan
Bioaktivitas antirayap daun gaharu fraksi etil asetat karena dapat mencapai
dapat dilihat dari mortalitas rayap yang mortalitas 100% pada konsentrasi 6%.
dihitung setelah 7 hari perlakuan. Data Kontrol positif (fipronil 0,25%, merek
mortalitas rayap ekstrak daun gaharu dapat Regent) menyebabkan mortalitas sebesar
dilihat pada Tabel 4. 100% pada hari pertama. Konsentrasi ini
jauh lebih kecil dibandingkan konsentrasi
Tabel 4. Mortalitas Rayap Setelah 7 Hari fraksi etil asetat dan n-heksana. Artinya,
Pengumpanan pemakaian termitisida fipronil masih jauh
Mortalitas (%) lebih efektif dan efisien.
Konsentrasi Data mortalitas rayap ini juga sebanding
Jenis (%) 0 2 4 6 8 10 dengan nilai LC50 yang dimiliki oleh masing-
Ekstrak masing ekstrak (Gambar 4). Nilai LC50
Metanol 2,7 25,3 31,3 44 52 97,3 menunjukkan tingkat konsentrasi yang dapat
Ekstrak kasar 6,7 22,7 35,3 51,3 78 100 mematikan 50% dari jumlah hewan uji.
n-Heksana 8,7 72,7 91,3 100 100 100 Semakin rendah nilai LC50 yang dimiliki oleh
Etil asetat 3,3 79,3 94 100 100 100 suatu ekstrak, maka tingkat toksisitas
ekstrak semakin tinggi. Data dari Gambar 4
Berdasarkan data pada Tabel 4, menunjukkan fraksi etil asetat dan n-
semakin besar konsentrasi ekstrak yang heksana memiliki nilai LC50 yang paling
diberikan pada rayap, semakin besar pula rendah, artinya kedua fraksi tersebut
nilai persentase mortalitas rayap. Hal ini merupakan fraksi teraktif. Namun, nilai LC50
disebabkan konsentrasi yang besar memiliki yang dimiliki kedua fraksi teraktif masih
zat ekstraktif yang lebih banyak sehingga sangat jauh dari nilai LC50 fipronil, yakni
lebih bersifat racun dibandingkan dengan sebesar 24,3×10-4 % (Manzoor et al., 2012).
konsentrasi yang kecil. Hal ini disebabkan fipronil memiliki
Kontrol negatif menyebabkan mortalitas mekanisme mengganggu sistem syaraf
<10%. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pusat yang menyebabkan gangguan pada
mortalitas rayap perlakuan kontrol negatif pertukaran ion-ion klorida melalui Gamma
(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan Amino Butyric Acid (GABA) pada serangga
perlakuan ekstrak daun gaharu konsentrasi (Nandika et al., 2003).
2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Hal ini Fraksi etil asetat memiliki nilai LC50 yang
menandakan bahwa penambahan ekstrak paling rendah, diikuti oleh fraksi n-heksana,
daun gaharu memberikan pengaruh ekstrak kasar metanol, dan fraksi metanol.
terhadap mortalitas rayap. Mortalitas yang Kemampuan ekstrak daun gaharu dalam
terjadi pada kontrol negatif diduga karena mematikan rayap uji diduga karena adanya
rayap masih belum bisa beradaptasi dengan kandungan senyawa metabolit sekunder
lingkungan barunya yakni gelas uji. dalam ekstrak. Senyawa golongan steroid
diduga memberikan pengaruh yang besar

11
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

terhadap bioaktivitas daun gaharu sebagai (daya hambat makan). Senyawa flavonoid
antirayap karena terdapat pada fraksi yang bersifat polar dapat menembus
teraktif, yakni fraksi etil asetat dan fraksi n- peptidoglikan yang bersifat polar pada sel
heksana. Steroid merupakan bahan aktif bakteri sehingga dapat menyebabkan
pengendali hama karena menyebabkan kerusakan sel. Peptidoglikan juga dapat
adanya aktivitas biologi yang khas seperti rusak oleh adanya senyawa tanin/polifenol
toksik, menghambat makan, antiparasit, dan yang berperan dalam memutuskan ikatan
pestisida (Harborne, 1987). Hal ini didukung peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 1988).
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugita et Senyawa fenolik mampu membentuk
al. (2000) membuktikan bahwa senyawa kompleks dengan protein (penyusun
steroid yang telah diisolasi memiliki membran sel) melalui ikatan hidrogen
bioaktivitas yang tinggi dalam membunuh (Harborne, 1987), sehingga racun dari zat
rayap. Menurut Sastrodihardjo (1999) ekstraktif dapat masuk ke dalam sel dan
steroid dapat merusak fungsi sel (integritas menyerang nukleus yang menyebabkan
membran sel) sehingga pada akhirnya akan sistem saraf rayap terganggu.
menghambat proses ganti kulit rayap Ekstrak fraksi n-heksana selain
(eksidis). Saat eksidis, kulit usus juga mengandung steroid juga mengandung
terlepas sehingga protozoa simbion yang senyawa golongan triterpenoid. Senyawa
terletak di kulit usus rayap juga ikut keluar. triterpenoid berfungsi sebagai pelindung
Protozoa simbion sangat dibutuhkan oleh untuk menolak serangga dan serangan
rayap untuk menyumbangkan enzim mikroba serta sebagai racun perut
selulase sebagai pengurai selulosa yang (Harborne, 1987). Hal ini didukung dengan
mengubahnya menjadi gula sederhana dan penelitian Sudrajat (2012) yang
asam asetat sebagai sumber energi bagi menyebutkan rayap mati akibat adanya
rayap (Nandika et al., 2003). Rayap yang gangguan respirasi oleh senyawa
tidak memiliki protozoa dalam ususnya tidak triterpenoid ekstrak batang kayu bawang.
akan mampu mencerna makanan dan Ekstrak daun kirinyuh pada penelitian Hadi
akhirnya akan mati. (2008) mengandung senyawa bioaktif
terpenoid, tanin, saponin, dan sesquiterpen
6 5.243
yang bersifat toksik terhadap rayap.
4.424 Bioaktivitas zat ekstraktif terhadap
5
Nilai LC50 (%)

kematian rayap juga ditunjang dari sifat


4 trofalaksis rayap, yakni aktivitas dalam
3 bentuk menjilat, mencium, dan
2 1.414 1.192 menggosokkan anggota tubuh sesama
1 individu rayap untuk menyampaikan
0 makanan dari kasta pekerja ke anggota
Ekstrak Fraksi n- Fraksi Etil Fraksi koloni lainnya serta berbagi protozoa bagi
Metanol Heksana Asetat Metanol individu yang baru saja ganti kulit (Nandika
Gambar 4. Nilai LC50 Ekstrak dan Fraksi et al., 2003). Bahan makanan yang
Daun Gaharu terhadap Rayap mengandung racun dari zat ekstraktif daun
Coptotermes sp. gaharu akan tersebar melalui trofalaksis
sehingga dapat menyebabkan mortalitas
Bioaktivitas fraksi etil asetat lebih tinggi dalam satu koloni rayap.
daripada fraksi n-heksana diduga karena Daya hambat makan rayap oleh zat
mengandung golongan senyawa lainnya ekstraktif dapat menunjukkan penyebab
selain steroid yang memperkuat aktivitasnya kematian rayap. Apabila terjadi penurunan
sebagai antirayap, yakni flavonoid dan berat kertas umpan dengan mortalitas rayap
polifenol/tanin. Rayap menghindari kayu yang tinggi, maka dapat diduga rayap mati
yang mengandung zat ekstraktif antioksidan, akibat zat ekstraktif yang bersifat racun
karena dapat mengganggu dalam proses perut. Zat ekstraktif tersebut akan termakan
pencernaan lignoselulosa oleh simbion dan masuk ke dalam usus di mana terdapat
rayap (Ragon et al., 2008). Ohmura et al. protozoa simbion penghasil enzim selulase
(2000) telah menguji berbagai senyawa untuk rayap. Kematian rayap dapat terjadi
murni golongan flavonoid di mana seluruh dengan menyerang protozoa sehingga
senyawa menunjukkan aktivitas antifeedant rayap tidak dapat mencerna makanannya.

12
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Sebaliknya, apabila tidak terjadi penurunan lingkungan baru atau preparasi uji belum
berat kertas umpan namun mortalitas rayap dilakukan dengan benar (terdapat
tinggi, diduga rayap mati bukan karena mikroorganisme parasit maupun jamur).
racun zat ekstraktif, melainkan karena stres
tidak mampu beradaptasi dengan
80
Penurunan Berat Kertas

70
Ekstrak Metanol
60
Fraksi n-Heksana
Umpan (%)

50
Fraksi Etil Asetat
40 Fraksi Metanol
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (%)

Gambar 5. Hubungan Variasi Konsentrasi Terhadap Penurunan Berat Kertas Umpan

Berdasarkan data yang disajikan SIMPULAN


pada Gambar 5, secara umum berat kertas
Berdasarkan penelitian yang telah
umpan mengalami penurunan seiring
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
dengan pertambahan konsentrasi ekstrak.
ekstrak yang memiliki aktivitas antirayap
Zat ekstraktif yang banyak pada konsentrasi
tertinggi adalah fraksi etil asetat (LC50
tinggi menyebabkan laju konsumsi rayap
1,192%) dan fraksi n-heksana (LC50
terhadap kertas umpan menurun karena
1,414%). Senyawa golongan steroid diduga
rayap menolak untuk makan. Rayap yang
berperan aktif terhadap aktivitas antirayap
mati juga menyebabkan penurunan berat
fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana daun
kertas karena jumlah rayap dalam bejana uji
gaharu.
semakin sedikit.
Persentase pengurangan berat
DAFTAR PUSTAKA
kertas umpan yang paling kecil hingga yang
paling besar berturut-turut adalah fraksi etil Hadi M., 2008, Pembuatan Kertas Antirayap
asetat, fraksi n-heksana, ekstrak metanol, Ramah Lingkungan dengan
dan fraksi metanol. Hal ini menunjukkan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh
bahwa fraksi etil asetat memberikan (Eupatorium odoratum), BIOMA, 6(2):
ketahanan yang paling baik terhadap kertas 12-18.
umpan yang terserang rayap. Penurunan Handayani V., Ahmad A.R., dan Sudir M.,
berat kertas umpan paling kecil terjadi pada 2014, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
fraksi etil asetat konsentrasi 10%, yakni Metanol Bunga dan Daun Patikala
sebesar 5%. Besar angka ini tidak jauh (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm)
berbeda dengan kontrol positif yang hanya Menggunakan Metode DPPH, J. Pharm
sebesar 5,30%. Namun hanya dibutuhkan Sci Res, 1(2): 86-93.
fipronil dengan konsentrasi 0,25% atau 40 Harborne J.B., 1987, Metode Fitokimia:
kali lebih kecil dibandingkan konsentrasi Penuntun Cara Modern Menganalisis
fraksi etil asetat. Berdasarkan hasil Tumbuhan, Padmawinata K. dan
tersebut, fraksi etil asetat daun gaharu Soediro I. (alih bahasa), ITB, Bandung.
berpotensi untuk dijadikan sebagai Huda A., Munira M., Fitrya S.D., and
antifeedant alami alternatif pengganti Salmah M., 2009, Antioxidant Activity of
antifeedant sintetik tetapi membutuhkan Aquilaria malaccensis (Thymelaeaceae)
konsentrasi yang lebih tinggi. Leaves, Pharmacognocy Research, 1:
270-273.
Indrayani Y., Oramahi H.A., dan Nurhaida,
2011, Evaluasi Asap Cair sebagai Bio-
Termitisida untuk Pengendalian Rayap

13
JKK, Tahun 2016, Volume 5(2), halaman 6-14 ISSN 2303-1077

Tanah Coptotermes sp., J. Coptotermes formosanus Shiraki, J.


Tengkawang, 1(2): 87-96. Wood Sci., 46:149-153.
Khalil A.S., Rahim A.A., Taha K.K., and Pelczar M.J. and Chan E.C.S., 1988, Dasar-
Abdallah K.B., 2013, Characterization of dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta.
Methanolic Extracts of Agarwood Prasetiyo K.W. dan Yusuf S., 2005,
Leaves, J. Applied and Industrial Sci., Mencegah dan Membasmi Rayap
1(3): 78-88. secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi,
Kristianto A., 2013, Pengaruh Ekstrak Kasar Agro Media Pustaka, Jakarta.
Tanin dari Daun Belimbing Wuluh Ragon K.W., Nicholas D.D., and Schultz
(Averrhoa bilimbi L.) pada Pengolahan T.P., 2008, Termite-Resistant
Air, Skripsi, Universitas Jember, Heartwood: The Effect of the Non-
Jember. Biocidal Antioxidant Properties of the
Lee S.H., H’ng T.L., Peng T.L., and Lum Extractives (Isoptera: Rhinotermitidae),
W.C., 2013, Response of Coptotermes Sociobiology, 52(1): 47-54.
curvignathus (Isoptera: Rhinotermitidae) Rochmasari Y., 2011, Studi Isolasi dan
to Formaldehyde Catcher-treated Penentuan Struktur Molekul Senyawa
Particleboard, Pakistan J. Biological Kimia dalam Fraksi Netral Daun Jambu
Sci., 16(21): 1415-1418. Biji Australia (Psidium guajava L.),
Manzoor F., Sayyed A.H., Rafique T., and Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Malik S.A., 2012, Toxicity and Sastrodihardjo, 1999, Pengantar
Repellency of Different Insecticides Entomologi Terapan, ITB Press,
Against Heterotermes indicola (Isoptera: Bandung.
Rhinotermitidae), J. Animal and Plant Sugita P., Darusman L.K., dan Setiawati T.,
Sci., 22(1): 65-71. 2000, Steroid dari Ekstrak Hopea
Marliana S.D., Suryanti V., dan Suyono, mengawan sebagai Bahan Baku
2005, Skrining Fitokimia dan Analisis Insektisida Bologis, J. Buletin Kimia, 37-
Kromatografi Lapis Tipis Komponen 41.
Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Sudrajat, 2012, Toksisitas Ekstrak Batang
Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Kayu Bawang (Scorodocarpus
Biofarmasi 3(1): 26-31. Borneensis Becc.) Fraksi Etanol-Air
Nandika D., Rismayadi Y., dan Diba F., terhadap Rayap Coptotermes sp.
2003, Rayap Biologi dan (Isoptera: Rhinotermitidae),
Pengendaliannya, Muhammadiyah Mulawarman Scientifie, 11(1): 29-40.
University Press, Surakarta. Zaridah M.Z., Nor Azah M.A., and Rohani
Ohmura W., Doi S., Aoyama M., and Ohara A., 2006, Mosquitocidal Activities of
S., 2000, Antifeedant Activity of Malaysian Plants, J. Tropical Food
Flavonoids and Related Compounds Science, 18(1): 74-80.
Against the Subterranean Termite

14

Anda mungkin juga menyukai