Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325572015

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA α-MANGOSTIN DARI EKSTRAK KAYU


DAN KULIT AKAR Garcinia tetrandra Pierre

Article  in  Akta Kimia Indonesia · January 2018


DOI: 10.12962/j25493736.v3i1.3099

CITATIONS READS

0 1,383

2 authors, including:

Taslim Ersam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
90 PUBLICATIONS   659 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The exploration of chemicals constituent from tropical rains forrest and bioactivities agents View project

Theodore Y K Lulan View project

All content following this page was uploaded by Taslim Ersam on 03 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AKTA KIMIA
INDONESIA
Akta Kimindo Vol. 3(1), 2018: 96-103

α-Mangostin dari Ekstrak Kayu dan Kulit


Akar Garcinia tetrandra Pierre
Ahmad Ubaidillah Ihsany dan Taslim Ersam*
Departemen Kimia, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
*Penulis korespondensi: paktichem@gmail.com

Abstract

Satu senyawa santon berhasil diisolasi dari ekstrak pekat diklorometana kayu dan kulit akar dari Garcinia
tetrandra yaitu α-Mangostin (1). Metode ekstraksi menggunakan pelarut diklorometana dan fraksinasi
dilakukan dengan kromatografi cair vakum, kromatografi kolom gravitasi dan kromatografi sistem radial
atau kromatotron serta kromatografi kolom dengan menggunakan sephadex. Penentuan struktur dilakukan
dengan menganalisa data dari spektrum UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR dan 13C-NMR.

Kata kunci: Garcinia tetrandra Pierre, santon, kromatografi.

I. Pendahuluan metabolit primer dan metabolit sekunder.

Indonesia merupakan negara kepulauan Metabolit primer digunakan untuk proses

yang memiliki iklim tropis setiap tahun pertumbuhan makhluk hidup itu sendiri [2],

sehingga terdapat berbagai macam Sedangkan senyawa metabolit sekunder

ekosistem. Oleh karena itu, negara Indonesia digunakan untuk mempertahankan

disebut sebagai megabiodiversitas. Di eksistensinya dari pengaruh alam seperti

belahan dunia ini diperkirakan terdapat perlindungan diri. Senyawa metabolit

250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi sekunder merupakan produk khas yang

sedangkan 30.000 spesies lainnya terdapat di ditemukan pada tumbuhan tertentu seperti

Indonesia. Keanekaragaman hayati ini terpenoid, fenolat, alkaloid, steroid dll [3].

memiliki peran yang sangat penting bagi Berdasarkan taksonominya, tumbuhan


kesejahteraan manusia serta kaya akan tingkat tinggi diklasifikasikan menjadi
sumber senyawa-senyawa organik bahan beberapa family salah satunya adalah
alam yang memiliki aktifitas biologi yang Clusiaceae (Guttiferae), yang sangat
beraneka ragam [1]. berpotensi sebagai sumber bahan kimia alam

Kawasan hutan tropis di Indonesia dan bersifat bioaktif. Clusiaceae memiliki

memiliki produk kimia hayati yang empat genus yang paling utama, salah

dihasilkan tumbuhan berupa senyawa satunya adalah Garcinia. Garcinia merupakan

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 96
A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

sumber senyawa-senyawa turunan fenolat kaca, kaca arloji, pinset, pipa kapiler, botol
dari golongan santon, kumarin dan vial, peralatan kromatografi cair vakum
benzofenon yang memiliki beraneka ragam (KCV), chamber kromatografi lapis tipis
bioaktifitas [4]. preparatif, seperangkat alat uji titik leleh
Salah satu spesies dari genus Garcinia Fisher-John, spektrometri UV pada panjang
penghasil senyawa-senyawa kimia santon gelombang 200-600 nm, spektrometer FTIR

adalah Garcinia tetrandra Pierre, di dengan metode pelet KBR pada daerah 4000-
masyarakat lebih dikenal dengan nama 400 cm-1, seperangkat alat kromatografi
wadung. G. tetrandra merupakan tumbuhan lapis tipis (KLT), kromatotron, lampu UV
endemik yang terdapat di kawasan Taman dengan panjang gelombang 254 nm dan 366
Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur nm dan spektrometer NMR Bruker 400
dan dijadikan objek pada penelitian ini. AVANCE (400 MHz untuk 1H-NMR dan
Berdasarkan penelitian sebelumnya 400 MHz untuk 13C-NMR).
tumbuhan ini dikenal menghasilkan senyawa- Bahan yang digunakan dalam percobaan
senyawa santon terprenilasi dan memiliki ini adalah kayu dan kulit akar dari G.
sifat aktifitas sebagai antioksidan, antibakteri, tetrandra Pierre sebanyak 6 kg yang
antimikroba dan antimalaria. Beberapa didapatkan dari Taman Nasional Meru Betiri,
senyawa santon telah berhasil diisolasi dari Jember, Jawa Timur dan telah diidentifikasi
G. tetrandra Pierre oleh peneliti-peneliti di Kebun Raya Purwodadi dengan nomor
sebelumnya seperti pada bagian kulit akar spesimen XVII.J.11.22, sillika gel 60 G
yaitu 1-hidroksi-7-metoksi-8-prenil- untuk kromatografi kolom, alumunium sheets
(3,4),(5,6)-dikromanosanton [5], kayu akar 20x20 cm silika gel 60 F254 merck untuk
yaitu Dulsanton D [6] dan kulit batang yaitu kromatografi lapis tipis (KLT), SephadexTM
3-isomangostin [7]. LH-20, silika gel 60 (70-230 mesh) untuk
Pada tulisan ini akan dibahas isolasi dan impregnasi, larutan penampak noda serium
penentuan struktur dari α-mangostin yang sulfat [Ce(SO4)2] 1,5% dalam H2SO4 2N,
diisolasi dari kayu dan kulit akar G. tetrandra KBr untuk spektrometri infra red (IR),
Pierre. Penentuan struktur menggunakan pelarut teknis maupun pro anaisis seperti n-
spektrometri UV-Vis, IR, 1H-NMR dan 13C- heksan (C6H12), diklorometana (CH2Cl2), etil
NMR. asetat (EtOAc), metanol (MeOH), natrium
hidroksida (NaOH), asam klorida (HCl) dan
II. Percobaan
alumunium klorida (AlCl3).
2.1 Alat dan Bahan
2.2 Isolasi dan Pemurnian Senyawa
Peralatan yang diperlukan dalam
percobaan ini adalah rotari evaporator Berat kering dari kayu dan kulit akar

vakum, gelas ukur, pipet tetes, pengaduk yang telah dihaluskan sebanyak 2,3 kg.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 97
A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

Sampel tersebut dilakukan ekstraksi secara Subfraksi JG2 difraksinasi


maserasi menggunakan pelarut menggunakan metode KCV dan didapatkan 9
diklorometana. Dari proses maserasi subfraksi yaitu M, N, O, P, Q, R, S, T dan U.
didapatkan ekstrak padat sebanyak 59,5 g. Fraksi JN dipisahkan menggunakan metode
Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi KKG dan dielusi dengan campuran etil
dengan menggunakan kromatografi cair asetat, n-heksana dan metilena klorida.
vakum (KCV). Diperoleh subfraksi GJN1, GJN2, GJN3,
Proses KCV diawali dengan eluen 100% GJN4, GJN5, GJN6 dan GJN7.
n-heksana dilanjutkan dengan eluen GJN2 difraksinasi menggunakan metode
diklorometana: n-heksana mulai dari KKG. Eluen yang digunakan adalah
perbandingan (25% ; 45% ; 65% dan 85%). diklorometana : n-heksana (30%, 35%,40%,
Profil kromatogram yang memiliki Rf dan 45%, 60% dan 80%). Hasil fraksinasi
noda yang mirip dikelompokkan lagi dan dari didapatkan subfraksi JJ1, JJ2 dan JJ3. Profil
hasil KCV didapatkan 6 fraksi yaitu fraksi A, kromatogram JJ3 menunjukkan noda tunggal
B, C, D, E, dan F. sehingga proses selanjutnya dilakukan uji
Fraksi C difraksinasi menggunakan kemurnian sehingga disebut senyawa (1).
sephadex dengan eluen metanol : Proses uji tiga eluen pada senyawa (1)
diklorometana (1:1). Didapatkan 3 subfraksi menggunakan campuran eluen yaitu 15% etil
yaitu CC1, CC2, CC6. Pemisahan fraksi D asetat : n-heksan, 2% etil asetat :
menggunakan sephadex dan didapatkan 3 diklorometana dan 20% metanol : aseton.
subfraksi yaitu DD1, DD2, DD5. Dilakukan Titik leleh sampel yang telah murni diukur
uji KLT antara subfraksi dari C, D dan fraksi dengan meletakkan padatan sampel pada plat
E. Profil kromatogram menunjukkan CC6, titik leleh Fisher john. Suhu dinaikkan secara
DD5 dan fraksi E ada kemiripin Rf dan noda bertahap sehingga titik leleh diperoleh saat
maka dikelompokkan menjadi fraksi G. padatan mulai meleleh sampai meleleh
Pemisahan pada fraksi G digunakan sempurna dengan rentang suhu ± 1°C.
metode KCV. Pemisahan dilakukan dengan Selanjutnya dilakukan pengukuran
eluen etil asetat : n-heksana (3%, 5%, 10%, menggunakan spektrofotometri UV-vis,
15%, 25%, 30%, 50%, 75%). Dari hasil KCV spektrofotometri Infra merah (IR),
ini didapatkan 4 subfraksi yaitu H, I, J dan K. spektrometeri 1H-NMR dan 13C-NMR.
Fraksi J dilakukan pemisahan menggunakan
III. Hasil dan Pembahasan
sephadex. Setelah dimonitoring
menggunakan KLT diperoleh fraksi JG1, JG2 3.1 Penentuan Struktur
dan JG3. Puncak serapan spektrum UV pada pita
II 𝜆 maks 291 nm menunjukkan adanya eksitasi

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 98
A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

elektron dari ke . Ini merupakan Berdasarkan spektra infra merah (IR),

kromofor yang khas untuk sistem ikatan serapan pita pada bilangan gelombang 3423
rangkap terkonjugasi (-C=C-C=C-) pada cm-1 merupakan ciri khas adanya gugus

cincin aromatik. Sedangkan serapan pada pita hidroksi bebas (-OH) sedangkan pada
-1
I 𝜆 maks 320 nm menunjukkan adanya eksitasi bilangan gelombang 3265 cm menunjukkan
adanya gugus hidroksi terkhelat dengan
n ke . Ini merupakan kromofor khas untuk
gugus karbonil (-C=O) pada bilangan
sistem terkonjugasi dari heteroatom dengan
gelombang 1642 cm-1. Pita pada bilangan
ikatan rangkap terkonjugasi (-C=C=C=C=O).
gelombang 1611 cm-1 dan 1458 cm-1
Penambahan pereaksi geser pada
memperlihatkan adanya serapan yang khusus
pengujian spektrofotometer UV-Vis
untuk ikatan rangkap pada sistem aromatik (-
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
C=C).
gugus hidroksi yang tersubtitusi pada posisi
Pada bilangan gelombang 1275 cm-1
orto dan para. Adanya pereaksi geser dapat
menunjukkan adanya gugus eter (-C-O).
menyebabkan perubahan panjang gelombang
Selanjutnya adanya gugus -CH sp3 pada
yang lebih besar maupun lebih kecil.
bilangan gelombang 2924 cm-1. Hal ini
Penambahan NaOH menyebabkan
merupakan gugus alifatik yang tersubitusi
pergeseran batokromik pada pita I dari 𝜆 maks
pada kerangka dasar senyawa santon.
320 nm ke 367 nm. Hal ini menunjukkan
Berdasarkan analisis spectra UV-Vis dan IR
adanya gugus hidroksi yang merupakan
dapat diperoleh informasi bahwa senyawa (1)
pendorong elektron kemudian mengalami
merupakan struktur dasar santon yang
kesetimbangan keto-enol.
memiliki yang memiliki gugus hidroksi
Penambahan pereaksi geser AlCl3
terkhelat dengan gugus karbonil, gugus
bertujuan untuk mengetahui adanya gugus
hidroksi terletak pada posisi para dengan
orto hidroksi yang ditandai dengan
gugus karbonil dan terdapat gugus -C-H
pergeseran batokromik. Setelah penambahan
alifatik serta berada dalam sistem aromatik.
AlCl3 pada spektrum UV tidak menunjukkan
1
Spektrum H-NMR senyawa (1)
adanya pergeseran batokromik dan setelah
menunjukkan adanya beberapa kelompok
penambahan HCl nilai pergeseran relatif
sinyal yang terdiri dari 26 proton. Sinyal
sama atau berhimpit sehingga pada senyawa
(1) tidak adanya gugus hidroksi yang berada pada pergeseran kimia ) 13,66 ppm (1H,

pada posisi orto. Berdasarkan analisa s, OH) berada pada daerah downfield karena

spektrum UV senyawa (1) dimungkinkan memperlihatkan adanya proton dari gugus

golongan santon yang memiliki khelat namun hidroksi yang mengalami ikatan hidrogen

tidak memiliki sistem hidroksi yang (terkhelat) dengan gugus karbonil. Hal ini

tersubtitusi pada posisi orto. merupakan ciri khas untuk senyawa santon.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 99
A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

Pernyataan ini diperkuat dari spectra IR pada Berdasarkan analisis data pergeseran
-1 -1
bilangan gelombang 3265 cm dan 1642 cm proton maka terdapat sinyal untuk 2 proton
yang merupakan adanya gugus hidroksi metin, 4 proton metilen dan 12 proton metil.
terkhelat dengan karbonil. Hal ini menunjukkan sinyal yang khas dari
Sedangkan sinyal dengan multiplisitas dua gugus prenil [8]. Kecenderungan gugus
prenil tersubtitusi pada C-8 dari kerangka
singlet 3,76 (3H, s) merupakan sinyal
santon yaitu adanya sinyal proton metilen
khas dari gugus metoksi dan sinyal singlet
pada pergeseran kimia 4,03 [9].
pada 6,22 (1H), 6,67 (1H) merupakan
1
sinyal dari proton aromatik. Kemudian pada Berdasarkan data spektrum H-NMR
pada senyawa (1) memiliki kerangka santon
pergeseran kimia 6,91 dan 6,93
yang tersubtitusi 1 gugus metoksi, 2 proton
menunjukkan adanya dua gugus hidroksi
aromatik, 2 gugus hidroksi bebas dan 2 gugus
bebas namun tidak memiliki sistem hidroksi
prenil.
yang tersubtitusi pada posisi orto seperti yang
13
dijelaskan pada analisis UV diatas. Gugus Berdasarkan sinyal C-NMR bahwa

hidroksi ini cenderung berada diposisi C-3 jumlah atom C ada 24. Hal ini diperkuat oleh

atau C-6 pada kerangka santon. Hal ini data spektrum 1H-NMR pada senyawa (1)

diperkuat dari spektrum UV adanya yang memiliki kerangka santon (dengan 13

pergeseran batokromik pada pita I dari 𝜆 maks karbon) yang tersubtitusi 1 gugus metoksi (1

320 nm ke 367 nm yang mengalami karbon), 2 proton aromatik, 2 gugus hidroksi

kesetimbangan keto-enol. bebas dan 2 gugus prenil (10 karbon).

Kelompok sinyal dengan multiplisitas Pada pergeseran karbon 183,13 ppm

triplet pada 5,28 (2H, t, J=7,0 Hz) merupakan sinyal khas untuk karbonil

menunjukkan adanya gugus metin. terkhelat pada senyawa santon. Sedangkan

Selanjutnya kelompok sinyal dengan kelompok sinyal pada pergeseran kimia

multiplisitas duplet pada 4,03 dan 3,27 22,26; 123,90; 131,84; 26,03; 17,99; 27,16;

dengan konstanta kopling 7 Hz 125,12; 131,92; 26,03; 18,39 menunjukkan

mengindikasikan adanya dua gugus metilen pola yang sama dengan serapan karbon untuk

serta sinyal dengan multiplisitas singlet pada dua gugus prenil. Pada pergeseran karbon

1,78; 1,82; 1,68 dan 1,67 (3H, s) sehingga 61,42 merupakan kelompok C metoksi. Hal

ada empat gugus metil. Hal ini diperkuat ini diperkuat oleh 3,76 (3H, s) merupakan
dengan spectra IR pada bilangan gelombang sinyal khas dari gugus metoksi. Selanjutnya
2924 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus - 144,76; 138,49; 112,26; 111,49; 103,80;
3
CH sp . 102,83 dan 93,31 merupakan sinyal dari pada
kelompok C kuartener dan CH aromatis.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 100


A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

Adapun kelompok sinyal dari C-oksi aril telah dilaporkan sebelumnya, sehingga perlu
seperti 161,50; 161,83; 157,77; 156,68 adanya perbandingan spektrum NMR antara
dan 156,15. Struktur seperti ini identik senyawa (1) dengan α-mangostin (Tabel 1).

dengan struktur senyawa α-mangostin yang

Tabel 1.

Data perbandingan pergeseran (δ) 1H-NMR dan 13C-NMR senyawa (1) dan α-mangostin

δH (ppm) (ppm)
No
Senyawa 1 α-mangostin Senyawa 1 α-mangostin
1 13,66 (1H, s, OH) 13,69 (1H, s, OH) 161,50 161,66
2 - - 111,49 111,50
3 - - 161,83 163,68
4 6,22 (1H, s) 6,21 (1H, s) 93,31 93,21
4a 156,15 156,76
5 6,67 (1H, s) 6,67 (1H, s) 103,80 102,82
6 157,77 156,24
7 3,76 (3H, s, OCH3) 3,78 (3H, s, OCH3) 144,76 144,82
8 - - 138,49 138,54
8a - - 112,26 112,29
9 - - 183,13 183,20
9a - - 102,83 103,83
10a - - 156,68 157,92
11 4,03 (2H, d, J=7,0 Hz) 4,08 (2H, d, J=7,0 Hz) 22,26 22,31
12 5,28 (2H, t, J=7,0 Hz) 5,23 (2H, t, J=7,0 Hz) 123,90 123,99
13 - - 131,84 131,73
14 1,78 (3H, s) 1,78 (3H, s) 26,03 26,08
15 1,82 (3H, s) 1,82 (3H, s) 17,99 18,02
16 3,27 (2H, d, J=7,0 Hz) 3,31 (2H, d, J=7,0 Hz) 27,16 27,21
17 5,28 (2H, t, J=7,0 Hz) 5,23 (2H, t, J=7,0 Hz) 125,12 125,25
18 - - 131,92 131,85
19 1,68 (3H, s) 1,67 (3H, s) 26,03 26,10
20 1,67 (3H, s) 1,65 (3H, s) 18,39 18,43
7-OCH3 - - 61,42 61,41

Berdasarkan data UV-Vis, IR, 1H-NMR 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-diprenil


13
dan C-NMR bahwa senyawa (1) yang telah santon atau α-mangostin yang sebelumnya
diisolasi dari ekstrak metilena klorida pada pernah ditemukan pada ekstrak n-heksana
kayu dan kulit akar G. tentrandra adalah kulit batang G. tetrandra [7] dan pada

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 101


A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

ekstrak diklorometana dari kulit akar G. Daftar Pustaka


tetrandra [10]. [1] Ersam, T. (2001). Senyawa Kimia
Mikromolekul Beberapa Tumbuhan
Artocarpus Hutan Tropika Sumatera Barat.
15 14
Disertasi, ITB, Bandung.
11 20
O OH [2] Lenny, S. (2006). Karya Tulis Ilmiah
16
MeO 9 Senyawa Terpenoid dan Steroid. Medan:
8 8a 9a 1

5
10 a 4a
4 Kimia USU.
HO O OH
[3] Sumaryono, W. (1999). Produksi Metabolit
Sekunder Tanaman Secara Bioteknologi.
Prosdiing Seminar Nasional Kimia Bahan
(1) Alam. Jakarta: Universitas Indonesia.

[4] Kosela, S., Rachmalia, T., & Hanafi, M.


IV. Kesimpulan (2000). Dilxhantones F-H, Three New
Senyawa -Mangostin (1) berupa serbuk Pyranoxhantones from Garcinia dulcis. J.
Nat. Prod, 63, 2351-2355.
yang berwarna kuning dengan titik leleh
173-174 °C berhasil diisolasi dari kayu dan [5] Meilani, A. (2006). Santon Terprenilasi dan
Tersiklisisasi Baru Fraksi Non-polar dari
kulit akar Garcinia tetrandra Pierre yang
Ekstrak n-heksan pada Akar Garcinia
berasal dari Taman Nasional Meru Betiri, tetranda Pierre. Surabaya: ITS.
Jember, Jawa Timur.
[6] Riyanto, A. (2006). Isolasi dan Uji Bakterial
Ucapan Terimakasih Senyawa Santon dari Kayu Akar Garcinia
Penulis mengucapkan terima kasih kepada, tetranda Pierre. Surabaya: ITS.

yang terhornat bapak/ibu pimipinan dari : 1. [7] Astuti, S. E. (2005). α-mangostin dan 3-
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat isomangostin dari Fraksi Polar
Diklorometana pada Ekstrak Metanol Kulit
(DRPM) Kemristekdikti sebagai penyandang dana
Batang Wadung (Garinia tetranda Pierre).
"Penelitian Hibah Tim Pascasarjana (PHTP) th
Surabaya: ITS.
2017-2019. 2. LPPM ITS sebagai pengelola dana
[8] Ito, C., Miyamoto, Y., & Kawai, M. D.
penelitian. 3. Laboratorium Kimia Bahan
(1997). A Novel Depsidone and Some New
Alam dan Sintesis Departemen Kimia-ITS, 4. Xanthone From Garcinia Species.
Balai Taman Nasional Meru Betiri, Jember tempat Chem.Pharm.Bull, 45, 1403-1413.
pengambilan sampel, 5. UPT Balai Konservasi
[9] Dutta, P., Sen, A., Sakkar, K., & Banerji, N.
Tumbuhan Kebun Raya, Purwodadi -Pasuruan, (1987). Acid-catalyzed Cyclication of
Jawa Timur, yang melukan identifikasi Xanthones : Structure of New Xanthone from
tumbuhan, dan juga semua pihak yang membantu Garcinia mangostana Linn. Indian Journal of
Chemistry, 281-282.
terlaksananya penelitian.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 102


A. U. Ihsany dan T. Ersam, Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 96-103

[10] Rizani, N., & Ersam, T. (2006). Dua Pierre). Prosiding Seminar Nasional Kimia
Senyawa Santon Diprenilasi dari Ekstrak (hal. 370-378). Surabaya: Unesa
Diklorometana Kulit Akar (Garcinia tetranda

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3099 103

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai