Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Afrikans ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ALKIMI: JURNAL KIMIA

Artikel Penelitian

Aktivitas Pemulungan Radikal Bebas (FRSA) dari Metabolit Sekunder Diekstraksi dari
bahasa IndonesiaEucheuma Spinosum

Nurul Inayah1, Masruri Masruri2*

1Departemen Kimia, Institut Sains dan Teknologi (IST) Annuqayah, Sumenep Madura, Indonesia, 69463
2Jurusan Kimia Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Indonesia, 65145

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Sejarah Artikel Indonesia merupakan negara terbesar penghasil rumput laut merah atauEucheuma

Diterima 7 Desember 2020 spinosum. Rumput laut merah memiliki senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas
Direvisi 2 Februari 2021 potensial seperti senyawa fenolik serta karagenan dan pigmen. Makalah ini

Tersedia online 8 April 2021 melaporkan analisis fitokimia dariE. spinosumdipanen oleh petani lokal di Pulau
Sumenep, Jawa Timur dan aktivitas penangkapan radikal bebas (FRSA) yang berasal
dari 2,2'-difenil-1-pikrilhdrazil (DPPH) untuk beberapa pelarut organik. Untuk
ekstraksi, serbuk kering ditambahkan 5,0 mL berbagai pelarut diikuti dengan
ekstraksi berbantuan ultrasonikasi selama 30 menit. Ekstrak dipisahkan dengan
sentrifugasi untuk analisis fitokimia dan evaluasi penangkapan radikal. Prospek
* Penulis yang sesuai:
masruri@ub.ac.id ekstrak diklorometana, etil asetat, dan n-heksana menunjukkan potensi penangkap
radikal. Alkaloid, terpenoid, dan saponin merupakan metabolit sekunder yang
mengindikasikan adanya ekstrak. IC terbaik50
nilai disajikan oleh ekstrak etil asetat (384,86 ppm) dengan 38,78% untuk 50
ppm, sedangkan IC50nilai ekstrak n-heksana, metanol, diklorometana berturut-
turut adalah 410,12, 677,76 dan 685,08 ppm.

Kata kunci:Eucheuma spinosum, analisis fitokimia, pemulungan radikal


aktivitas

1. Perkenalan

Budidaya rumput laut telah berkembang secara luas di Indonesia, khususnyaEucheumaspesies yang telah ditanam
beberapa dekade yang lalu [1].Eucheuma spinosumatau, nama lain,Eucheuma denticulatum(NL Burman) Collin [2] adalah
sumber utama karagenan. Rata-rata produksi karagenan sekitar 6.500 ton per tahun [3]. Karagenan merupakan polimer
alam yang memiliki banyak fungsi untuk aditif, produk makanan, dan industri farmasi [4, 5]. Struktur karagenan terdiri
dari polisakarida sulfat [6, 7, 8]. Karagenan adalah produk metabolit utama dariE. spinosum, dan masih ada produk
penting lainnya yang tidak memiliki fungsi khusus bagi tumbuhan, yaitu produk metabolit sekunder.

Baru-baru ini, banyak penelitian telah melaporkan fungsi lain dari metabolit sekunder dariE. spinosumyang bisa menjadi
sumber potensial. Metabolit sekunder tersebut digunakan sebagai senyawa anti-oksidatif [9, 10, 11, 12], anti bakteri [13], anti
tumor [14], anti hiperkolesterolemia [15], anti inflamasi dan aktivitas penghambatan amilase [ 16]. Senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalamE. spinosumadalah alkaloid [17], flavonoid [13], isoprenoid [18], monoterpen [19], diterpene [20], dan
myrcene [21].

Penelitian dariE. spinosumdilaporkan dari Kalimantan Utara (Sabah Malaysia) [9] dan Sulawesi Utara [22, 23].
Ekstraksi metanol sampel dari pulau yang berbeda menunjukkan adanya fenolik dan polifenol (metabolit sekunder) [9,
24]. Senyawa yang diprediksi pada kedua sampel memiliki struktur fenolik yang sederhana, seperti flavonoid dan tanin
terkondensasi.E. spinosumdari Pulau Bali (Indonesia) diekstraksi menggunakan etanol dan sampel mengandung gugus
fenolik dengan penambahan karotenoid [25]. Karotenoid dikategorikan sebagai kelompok terpenoid dan terdiri dari:
Inayah & Masruri / ALCHEMY: JURNAL KIMIA, 9:1 (2021) 1-6

hidrokarbon tak jenuh ganda dengan 40 rantai karbon. Dua struktur karotenoid yang berbeda adalah alfa- dan beta-karoten [26].

Aktivitas penangkapan radikal bebas merupakan pengukuran untuk menguji kemampuan suatu senyawa dalam menghambat
radikal bebas. Spesies radikal bebas lainnya dapat dihasilkan dari elektron atau radikal hidrogen. 2,2'-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH)
memiliki struktur molekul dengan kemampuan untuk mentransfer elektron radikal atau radikal hidrogen [27]. Elektron radikal dapat
diterima oleh metabolit sekunder dengan berbagi proton radikal dan membentuk DPPH terhidrogenasi (Gambar 1). Struktur
terhidrogenasi ini memiliki serapan spektrum yang berbeda dengan DPPH. Sehingga akan mengurangi spektrum serapan pada panjang
gelombang maksimum DPPH (517 nm). Penelitian tentangE. spinosumdari Makassar dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat
dengan IC50nilai 75,98 ppm [28]. Garis bawahi fakta-fakta tersebut dan beberapa bioaktivitas potensial dariE. spinosumatauE.
denticulatum (NL Burman) Collin, mengeksplorasi metabolit sekunder dan mengevaluasi bioaktivitas penangkap radikal bebas dalam
rumput laut menjadi langkah penting untuk prospeksi dan pengembangan lebih lanjut.

Gambar 1. Skema aktivitas anti-oksidatif dengan DPPH

2. Bahan-bahan dan metode-metode

2.1. bahan
Eucheuma spinosumdibeli dari petani lokal dari Sumenep, Jawa Timur, Indonesia. Sampel dikeringkan di bawah sinar matahari dan
digiling hingga menjadi serbuk kering. Beberapa bahan kimia yang digunakan berasal dari Merck dan Smartlab seperti ethyl acetate, n-
hexane (Smartlab), ethanol, methanol, chloroform (Smartlab), dichloromethane (Smartlab), DPPH, iron (III) chloride, acetic anhydride, dan
reagen fitokimia segar lainnya. -disiapkan sebelum digunakan.

2.2. Ekstraksi Sampel

50 mg bubuk keringE. spinosumdalam tabung reaksi ditambahkan 5,0 mL etil asetat. Campuran ini disonikasi selama 15
menit dan disentrifugasi untuk pemisahan supernatan. Supernatan selanjutnya diuapkan di bawah tekanan tereduksi untuk
mendapatkan ekstrak etil asetat dan ekstrak diukur evaluasi fitokimia dan radikalnya. Prosedur ini diterapkan dengan
menggunakan pelarut yang berbeda seperti metanol, diklorometana, dan heksana.

2.3. Evaluasi Fitokimia


Prosedur penyaringan fitokimia dilakukan mengikuti Masruri et al. [29] dengan modifikasi.

2.3.1. Uji Alkaloid


100 mg ekstrak kasar ditambahkan 0,5 mL larutan asam klorida 2%. Selanjutnya ditambahkan pereaksi Dragendorf.
Alkaloid positif ditunjukkan dengan endapan jingga. Reagen lain juga diterapkan menggunakan reagen Mayer. Endapan
kekuningan merupakan indikasi positif adanya alkaloid.

2.3.2. Uji Flavonoid


100 mg ekstrak kasar ditambahkan 1-2 mL metanol berair dan dipanaskan. Campuran ini selanjutnya ditambahkan dengan
0,5 mL asam klorida pekat dan bubuk magnesium. Flavonoid positif dideteksi dengan mengubah warna larutan menjadi merah
atau jingga.

2.3.3. Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebuah 100 mg ekstrak kasar dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 0,5 mL anhidrida asetat dan 1,0 mL asam sulfat.
Adanya cincin coklat atau ungu dalam larutan merupakan indikasi positif dari triterpenoid. Sedangkan keberadaan steroid
ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hijau-biru.

2.3.4. Uji Saponin


Kehadiran saponin diuji dengan pembentukan busa permanen. Ekstrak kasar ditambahkan 0,5 mL asam klorida 2%. Campuran ini
dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk relatif permanen merupakan indikasi positif adanya saponin.

2
Inayah & Masruri / ALCHEMY: JURNAL KIMIA, 9:1 (2021) 1-6

2.3.5. Tes Tanin


100 mg ekstrak kasar dalam tabung reaksi ditambahkan 1,0 mL metanol panas dan 1,0 mL besi (III) klorida 1,0%. Adanya
tanin dalam ekstrak ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna biru tua atau hijau tua.

2.4. Evaluasi Kegiatan Pemulungan Radikal

Aktivitas pemulungan radikal dariE. spinosumekstrak dilakukan mengikuti Taroreh et al. [30] dengan sedikit
modifikasi. 1,0 mL ekstrak (variasi konsentrasi 50; 100; 200; dan 400 ppm) ditambahkan 2,0 mL larutan 0,08 mM DPPH.
Campuran ini dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Campuran diukur absorbansinya pada
517 nm. Sampel kosong dibuat dengan menambahkan 1,0 mL metanol ke dalam 2,0 mL larutan DPPH. Efek pemulungan
DPPH persen dihitung menggunakanPersamaan 1.

(1)
Aktivitas Memulung (%) =Sampel kosong-Ax 100%
Kosong

Dimanakosongadalah nilai absorbansi untuk larutan DPPH dalam metanol dan ASampeladalah nilai absorbansi untuk sampel.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Ekstraksi dan Penyaringan Fitokimia


Ekstraksi dengan polaritas pelarut yang berbeda dikhususkan untuk memperoleh metabolit sekunder ke dalam afinitas pelarut yang
berbeda. Sebagian besar pelarut polar (metanol) dapat melarutkan metabolit sekunder dengan polaritas tinggi, seperti senyawa fenolik,
flavonoid, tanin, dan alkaloid [12, 29]. Sebaliknya, pelarut non polar seperti n-heksana dapat mengekstrak metabolit sekunder yang
bersifat non polar, misalnya; triterpenoid, saponin, steroid, dan senyawa alkaloid yang kurang mudah menguap [29, 31].

Hasil fitokimia ditunjukkan padaTabel 1.Metanol dan etil asetat dapat digunakan untuk mengekstrak dua kelompok
metabolit sekunder yaitu triterpenoid dan alkaloid untuk ekstrak metanol serta triterpenoid dan saponin untuk ekstrak etil asetat.
Ekstrak diklorometana dan n-heksana memiliki hasil yang sama, yaitu mengandung triterpenoid, alkaloid, dan saponin.
Berdasarkan penelitian sebelumnya,E. spinosumekstrak mengandung senyawa alkaloid [31, 32], terpenoid [33], dan saponin [31].

Tabel 1. Metabolit Sekunder Beberapa Ekstrak MentahEucheuma spinosum


Ekstrak mentah
Metabolit Sekunder
metanol Diklorometana Etil asetat n-Heksana

Flavonoid - - - -
Triterpenoid + ++ + ++
Steroid - - - -
Alkaloid (Dragendroff) + + - +
Alkaloid (Mayer) + - - -
Tanin - - - -
saponin - ++ + ++
"++" berarti ekstrak yang memberi warna lebih pekat atau lebih banyak mengendap, "+" berarti ekstrak yang mengandung
senyawa adil atau memberi warna terang atau memberi sedikit endapan, dan "-" berarti tidak ada indikasi senyawa tertentu
dalam ekstrak.

3.2. Kegiatan Pemulungan Radikal Gratis

Hasil aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan diklorometana menggunakan DPPH scavenging dirangkum dalamMeja 2
danTabel 3. Secara keseluruhan, ekstrak metanol dan diklorometana memiliki kisaran aktivitas penangkapan radikal bebas yang
sama, masing-masing 27,68 dan 27,22% untuk 50 ppm. Sedangkan aktivitas tertinggi diperoleh 54,62 dan 56,44% untuk
konsentrasi ekstrak tertinggi. IC50nilai kedua ekstrak berada pada kisaran yang sama (677,76 ppm untuk ekstrak metanol dan
685,08 ppm untuk ekstrak diklorometana. Namun, kedua ekstrak memiliki kandungan metabolit sekunder yang berbeda. Saponin
terdeteksi pada ekstrak diklorometana, tetapi tidak terdeteksi pada ekstrak metanol.

Berdasarkan hasil penelitian, persentase aktivitas antioksidan meningkat setelah peningkatan konsentrasi, dapat dilihat
pada konsentrasi 800 ppm memiliki nilai aktivitas antioksidan tertinggi. Kemampuan radikal DPPH dipengaruhi oleh besarnya
konsentrasi ekstrak. Umumnya aktivitas DPPH meningkat dengan penambahan ekstrak pada konsentrasi tertentu [23]. Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwaE. spinosummenggunakan pelarut metanol dan etanol (konsentrasi 50% dan 95%) memiliki
aktivitas radikal scavenging (IC50), IC50Nilai dariE. spinosummenggunakan metanol 50 dan 95% adalah 223.305 dan

3
Inayah & Masruri / ALCHEMY: JURNAL KIMIA, 9:1 (2021) 1-6

238,128 ppm, sedangkan IC50Nilai dariE. spinosummenggunakan etanol 50 dan 95% berturut-turut adalah 113.882 dan 97.522 ppm.
Semakin kecil IC50nilai, semakin tinggi aktivitas pemulungan radikal [34].

Meja 2.Aktivitas Pemulungan Radikal Ekstrak Metanol


Konsentrasi Pengukuran Absorbansi UV (au) Radikal IC50
(ppm) Kosong 1 2 3 Aktivitas mengais (%) (ppm)
50 0,7154 0,523 0,517 0,512 27,68 ± 0,76
100 0,507 0,504 0,495 29,83 ± 0,87
200 0,483 0,478 0,458 33,88 ± 1,85 677.76
400 0.442 0,433 0,427 39,34 ± 1,06
800 0.332 0,331 0.311 54,62 ± 1,66

Tabel 3.Aktivitas Pemulungan Radikal Ekstrak Diklorometana


Konsentrasi Pengukuran Absorbansi UV (au) Radikal IC50
(ppm) Kosong 1 2 3 Aktivitas Memulung (%) (ppm)
50 0,7154 0,521 0,525 0,516 27,22 ± 0,63
100 0,519 0,487 0,501 29,78 ± 2,24
200 0,493 0,489 0,478 31,97 ± 1,09 685.08
400 0,484 0,465 0,459 35,84 ± 1,82
800 0.311 0.311 0.313 56,44 ± 0,16

Evaluasi aktivitas scavenging ekstrak heksana menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan ekstrak metanol dan
diklorometana. Ekstrak N-Heksana memberikan aktivitas penangkap radikal sebesar 43,43% untuk 50 ppm (Tabel 4). IC50nilai
ekstrak n-heksana yang diperoleh adalah 410,12 ppm. Namun, aktivitas pemulungan ekstrak etil asetat (IC50= 384,86 ppm)
memiliki sedikit lebih tinggi dari ekstrak n-heksana (Tabel 5).E. spinosumdiekstraksi dengan metanol dan dipartisi dengan etil
asetat memiliki nilai aktivitas penangkapan radikal bebas yang kuat, IC50atau 41,94 ppm [35]. Ekstrak etil asetat padaE. spinosum
hanya mengandung gugus terpenoid dari metabolit sekunder (triterpenoid dan saponin). Terpenoid merupakan senyawa fenolik
yang berpotensi sebagai antioksidan atau penangkal radikal bebas [36, 37]. Penelitian lain menyatakan bahwa terpenoid aktif
sebagai penangkal radikal bebas dengan IC .50nilai 61 ppm [38] dan IC50nilai 6.751 ppm [39].

Tabel 4.Aktivitas Pemulungan Radikal Ekstrak n-Heksana


Konsentrasi Pengukuran Absorbansi UV (au) Radikal IC50
(ppm) Kosong 1 2 3 Aktivitas Memulung (%) (ppm)
50 0,7154 0,417 0,371 0,426 43,43 ± 4,12
100 0,402 0,347 0,414 45,81 ± 4,99
200 0,385 0,385 0,396 45,67 ± 0,89 410.12
400 0,355 0,353 0.36 50,24 ± 0,50
800 0.311 0.311 0,312 56,48 ± 0,08

Tabel 5.Aktivitas Pemulungan Radikal Ekstrak Etil Asetat


Konsentrasi Pengukuran Absorbansi UV (au) Radikal IC50
(ppm) Kosong 1 2 3 Aktivitas Memulung (%) (ppm)
50 0,7154 0,437 0,438 0,439 38,78 ± 0,14
100 0,431 0,432 0,434 39,56 ± 0,21
200 0.422 0,418 0,405 41,99 ± 1,24 384.86
400 0,389 0,389 0,389 45,62 ± 0,00
800 0.221 0.223 0.221 69,01 ± 0,16

4. Kesimpulan

Metabolit sekunder dariE. spinosumekstrak berhasil dideteksi dengan uji fitokimia. Gugus terpenoid (triterpenoid dan
saponin) dan alkaloid dapat dideteksi pada ekstrak metanol, diklorometana, dan n-heksana. Aktivitas pembilasan radikal dariE.
spinosummenggunakan empat macam pelarut menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memiliki IC . tertinggi50nilai 384,86 ppm,
kemudian diikuti oleh ekstrak n-heksana (410,12 ppm), ekstrak metanol (677,76 ppm), dan ekstrak diklorometana (685,08 ppm).

4
Inayah & Masruri / ALCHEMY: JURNAL KIMIA, 9:1 (2021) 1-6

Pengakuan
Penulis berterima kasih kepada Dr. Edi Priyo Utomo atas bimbingan dan diskusinya selama penelitian skripsi, serta terima kasih juga kepada
semua tenaga kerja dan teknisi di Lab Kimia Organik dan UPT Instrumen (Bpk. Hadi Kurniawan, Amd dan Bpk. Widji Sulistijo).

Referensi
[1] H. Adnan & H. Porse, “BudayaEucheuma cottoniidanEucheuma spinosumdi Indonesia, "Hidrobiologi, vol. 151-
152, hal. 355-358, 1987.
[2] MD Guiry, GM Guiry, L. Morrison, F. Rindi, SV Miranda, AC Mathieson, BC Parker, A. Langangen, DM John, I.
Barbara, CF Carter, P. Kuipers, & DJ Garbary, "AlgaeBase : Sumber Daya On-Line untuk Alga, ”Kriptogami.
Algalogi, vol. 35, tidak. 2, hal. 105-115, 2014.
[3] DJ McHugh, "Distribusi Sumber Daya Komersial Rumput Laut Termasuk Gelidium di Seluruh Dunia,"Hidrobiologi, penuh. 221,
hal. 19-29, 1991.
[4] S. Mohamed, SN Hashim, & HA Rahman, "Rumput Laut: Makanan Fungsional Berkelanjutan untuk Terapi Pelengkap
dan Alternatif,"Tren Ilmu & Teknologi Pangan, vol. 23, tidak. 2, hal. 83-96, 2012.
[5] N. Stanley, "Produksi, Sifat dan Penggunaan Karagenan, ”diProduksi dan Pemanfaatan Produk dari Rumput Laut
Komersial, DJ McHugh Ed. Roma: Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1987.
[6] VL Campo, DF Kawano, DB da Silva Jr, & I. Carvalho, "Karagenan: Sifat Biologis, Modifikasi Kimia dan
Analisis Struktural - Tinjauan,"Polimer karbohidrat,penuh. 77, tidak. 2, hal. 167-180, 2009.
[7] MCR de Souza, CT Marques, CMG Dore, FRF da Silva, HAO Rocha, & EL Leite, "Aktivitas Antioksidan
Polisakarida Sulfat dari Rumput Laut Coklat dan Merah,"jurnal Fikologi Terapan,penuh. 19, no.2, hal.
153-160, 2007.
[8] G. Jiao, G. Yu, J. Zhang, & HS Ewart, "Struktur Kimia dan Bioaktivitas Polisakarida Sulfat dari Alga
Laut,"obat laut,penuh. 9, tidak. 2, hal. 196-223, 2011.
[9] P. Matanjun, S. Mohamed, NM Mustapha, K. Muhammad & CH Ming, “Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Fenolik
Delapan Jenis Rumput Laut dari Kalimantan Utara,”jurnal Fikologi Terapan,penuh. 20, hal. 367-373, 2008.
[10] M. Fayaz, KK Namitha, KNC Murthy, MM Swamy, R. Sarada, S. Khanam, PV Subbarao, & GA Ravishankar,
"Komposisi Kimia, Bioavailabilitas Besi, dan Aktivitas Antioksidan dariKappaphycus alvarezzi(Doti), "Jurnal
Kimia Pertanian dan Pangan,penuh. 53, tidak. 3, hal. 792-797, 2005.
[11] SD Amora & S. Sukesi, “Ekstraksi Antioksidan Pada Nugget-Rumput Menurut Merah,Eucheuma cottonii," Jurnal Sains
dan Seni ITS, vol. 2, tidak. 2, hal. C23-C25, 2013.
[12] S. Afif, AG Fasya, & R. Ningsih, “Ekstraksi, Uji Toksisitas dan Identifikasi Senyawa Aktif Alga Merah
(Eucheuma cottonii)dari Sumenep Madura,”ALKIMI: Jurnal Kimia,penuh. 4, tidak. 2, hal. 101-106, 2015.
[13] R. Thirunavukkarasu, P. Pandiyan, D. Balaraman, K. Subramaniyan, GEG Jothi, S. Manikkam, & B. Sadaiyappan, “Isolasi
Senyawa Bioaktif dari Rumput Laut Laut Terhadap Bakteri Patogen IkanVibrio alginolyticus(Va09) dan Karakterisasi
dengan FTIR,”Jurnal Kedokteran Kehidupan Pesisir, vol. 1, no.1, hal. 26-33, 2013.
[14] H. Noda, H. Amano, K. Arashima, S. Hashimoto, & K. Nisizawa, "Studi tentang Aktivitas Antitumor Alga Laut," Nippon
Suisan Gakkaishi, vol. 55, tidak. 7, hal. 1259-1264, 1989.
[15] T. Wresdiyati, AB Hartanta, & M. Astawan, “Pengaruh Rumput LautEucheuma cottoniipada Superoxide Dismutase
(SOD) Hati Tikus Hiperkolesterolemia,”Jurnal Hayati Biosains,penuh. 15, tidak. 3, hal. 105-110, 2008.
[16] V. Balasubramaniam, JC Lee, MFM Noh, S. Ahmad, IA Brownlee, & A. Ismail, "Alpha-Amylase, Antioksidan, dan
Aktivitas Anti-Inflamasi dariEucheuma denticulatum(NL Burman) FS Collins dan Hervey, "Jurnal Psikologi
Terapan,penuh. 28, hal. 1965-1976, 2016.
[17] G. Guella, I. N'Diaye, M. Fofana, & I. Mancini, “Isolasi, Sintesis dan Sifat Fotokimia Almazolon, Alkaloid Indole
Baru dari Alga Merah Senegal,"Segi empat, vol. 62, tidak. 6, hal. 1165-1170, 2006.
[18] M. Lohr, J. Schwender, & JEW Polle, "Biosintesis Isoprenoid dalam Fototrof Eukariotik: Sebuah Sorotan pada Alga,"Ilmu
Tumbuhan, vol. 185-186, hal. 22-09, 2012
[19] JJ Polzin, GL Rorrer, & DP Cheney, “Analisis Fluks Metabolik Biosintesis Monoterpen Halogenasi di
Mikroplant dari Alga Merah MakrofitikOchtodes Sekunder,Rekayasa Biomolekuler, vol. 20, tidak. 4-6, hal.
205-215, 2003.
[20] A.-S. Lin, EP Stout, J. Prudhomme, KL Roch, CR Fairchild, SG Franzblau, W. Aalbersberg, ME Hay, & J.
Kubanek, “Bioactive Bromophycolides RU from the Fiji Red AlgaCallophycus Serratus,Jurnal Produk Alami
, vol. 73, tidak. 2, hal. 275-278, 2010.
[21] ML Wise, GL Rorrer, JJ Polzin, & R. Croteau, “Biosintesis Produk Alam Laut: Isolasi dan
Karakterisasi Sintase Myrcene dari Jaringan Budidaya Alga Merah LautOchtodes Sekunder,
“Arsip Biokimia dan Biofisika, vol. 400, tidak. 1, hal. 125-132, 2002.

5
Inayah & Masruri / ALCHEMY: JURNAL KIMIA, 9:1 (2021) 1-6

[22] V. Dotulong, SB Widjanarko, Yunianta, & LP Mamahit, “Kandungan Fenol Total dan Aktivitas Antioksidan Tiga Jenis
Alga Laut Yang Diambil Di Perairan Sulawesi Utara,”Ilmu Pangan dan Manajemen Mutu,penuh. 17, hal. 40-46, 2013.

[23] LJ Damongilala, SB Widjanarko, E. Zubaidah, & MRJ Runtuwene, “Aktivitas Antioksidan Terhadap Ekstraksi Metanol
Eucheuma cottoniidanE. spinosumDikumpulkan dari Perairan Sulawesi Utara, Indonesia,"Ilmu Pangan dan
Manajemen Mutu,penuh. 17, hal. 7-14, 2013.
[24] SJ Lim, WMW Aida, MY Muscat, S. Mamot, J. Ropien, & DM Mohd, “Isolasi dan Kapasitas Antioksidan Fucoidan
dari Rumput Laut Malaysia Terpilih,"Hidrokoloid Makanan, vol. 42, hal. 280-288, 2014.
[25] KSM Julyasih, IGP Wirawan, WS Harijani, & W. Widajati, "Kegiatan Antioksidan Beberapa Jenis Rumput Laut (Rumput
laut)Komersial di Bali, ”dalam Seminar Nasional Akselerasi Pengembangan Teknologi Pertanian dalam Mendukung
Revitalisasi Pertanian, Surabaya, 2009.
[26] A. Trchounian, M. Petrosyan, & N. Sahakyan, "Homeostasis Redoks Sel Tumbuhan dan Spesies Oksigen Reaktif," Dalam Status
Redoks sebagai Pengatur Pusat Respons Stres Sel Tumbuhan, Berlin: Springer, 2016, hlm 25-50.
[27] SB Nimse & D. Pal, "Radikal Bebas, Antioksidan Alami, dan Mekanisme Reaksinya,"Kemajuan RSC, vol. 5, hal.
27986-28006, 2015.
[28] M. Muawanah, A. Ahmad, & H. Natsir, “Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Polisakarida dari Alga Merah
Eucheuma cottoniidanEucheuma spinosum, “Marina Chimica Acta, vol. 17, tidak. 2, hal. 15-23, 2016
[29] M. Masruri, M. Lutfillah, A. Sumaryanto, R. Retnowati, & A. Aulanni'am, “Kegiatan Kuratif Pecahan Terisolasi dariSpathodea
campanulataBeauv Stem Bark pada Tikus yang Terkena Benzopyrene, "Jurnal Ilmu Kehidupan Tropis, penuh. 4, tidak. 3, hal.
161-165, 2014.
[30] M. Taroreh, S. Raharjo, P. Hastuti, & A. Murdiati, “Aktivitas Antioksidatif Berbagai Fraksi Ekstrak Daun Gedi (
Abelmoschus manihotL.Medik)”Procedia Pertanian dan Ilmu Pertanian,penuh. 9, hal. 271-278, 2016.
[31] BL Sari, N. Susanti, & S. Susanto, “Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Alga MerahEucheuma
spinosum, “Ilmu & Penelitian Farmasi,penuh. 2, tidak. 2, hal. 59-68, 2015.
[32] A. Podungge, LJ Damongilla, & HW Mewengkang, “Kandungan Antioksidan pada Rumput LautEucheuma s
pinosumDiekstrak dengan Metanol dan Etanol,”Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, vol. 6, tidak. 1, hal.
1-5, 2018.
[33] V. Gressler, EM Stein, F. Dorr, MT Fujii, P. Colepicolo, & E. Pinto, “Seskuiterpen dari Minyak Atsiri
Laurencia dendroidea(Ceramiales, Rhodophyta): Isolasi, Aktivitas Biologis, dan Distribusi Rumput Laut, “
Majalah Brasileira de Pharmacognosia, vol. 21, tidak. 2, hal. 248-254, 2011.
[34] P. Molyneux, "Penggunaan Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) Radikal Bebas Stabil untuk Memperkirakan Aktivitas
Antioksidan,"Jurnal Sains Teknologi Songklanakarin, vol. 26, tidak. 2, hal. 211-219, 2004.
[35] U. Mardiyah, AG Fasya, B. Fauziyah, & S. Amalia, “Ekstraksi, Uji Aktivitas Antioksidan dan Identifikasi Golongan
Senyawa Aktif Alga MerahEucheuma spinosumdari Perairan Banyuwangi,”ALKIMIA, vol. 3, tidak. 1, hal. 39-46, 2014.
[36] JB Harbourne,Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.Bandung: ITB Press, 1987.
[37] AJ Parr, & GP Bolwell, ”Phenol dalam Tanaman dan Manusia. Potensi Peningkatan Nutrisi Diet dengan
Memodifikasi Kandungan atau Profil Fenol,Jurnal Ilmu Pangan dan Pertanian, vol. 80, tidak. 7, hal. 985
-1012, 2000.
[38] S. Wulandari & A. Fidyasari, “Senyawa Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Buah Sirsak Gunung
(Annona montana), ”Skripsi, Akademi Pharmasi Putera Indonesia, Malang, 2017.
[39] B. Prayitno, K. Rosyidah, & MD Astuti, “Uji Antioksidan Senyawa Terpenoid dari Fraksi M-17 Ekstrak Metilena Klorida
Kulit Batang Tumbuhan Kasturi(Mangifera casturi), ”Jurnal Ilmu Farmasi, vol. 3, tidak. 1, hal. 32-36, 2016.

Anda mungkin juga menyukai