Anda di halaman 1dari 10

JKK, Tahun 2015, Vol 4(3), halaman 84-93 ISSN 2303-1077

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN SOMA (Ploiarium alternifolium Melch)


TERHADAP JAMUR Malassezia furfur dan BAKTERI Staphylococcus aureus

Silvia1*, Savante Arreneuz1, Muhamad Agus Wibowo1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*e-mail: kimia_silvia@yahoo.com

ABSTRAK
Soma (Ploiarium alternifolium Melch) merupakan tanaman yang secara empiris dimanfaatkan
sebagai shampo. Penelitian ini bertujuan menentukan senyawa metabolit sekunder dan aktivitas
antimikroba ekstrak serta fraksi daun soma terhadap Malassezia furfur dan Staphylococcus
aureus. Serbuk daun soma diekstraksi dengan metode maserasi dan dilanjutkan dengan partisi,
kemudian dilakukan skrining fitokimia serta uji aktivitas terhadap M. furfur dan S. aureus
menggunakan metode difusi sumur. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak metanol
mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, steroid dan triterpenoid. Fraksi metanol
mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin dan triterpenoid. Fraksi etil asetat
mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin, dan steroid. Serta pada fraksi n-heksan
mengandung polifenol, flavonoid, dan steroid. Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat
memiliki aktivitas dalam menghambat M. furfur pada konsentrasi 1 g/mL sebesar 3,975 mm.
Sedangkan pada S. aureus daun soma memiliki aktivitas penghambatan pada konsentrasi 0,1;
0,05; 0,025; 0,0125 g/mL berturut-turut yaitu ekstrak metanol sebesar 10,038; 7,063; 5,463 dan
2,738 mm. Fraksi metanol sebesar 11.288; 8,350; 5,388 dan 4,300 mm dan pada konsentrasi
0.1 dan 0,05 g/ml fraksi etil asetat sebesar 6,775 dan 4.263 mm. Serta fraksi n-heksan sebesar
5,550 dan 4,138 mm. Hal ini menunjukkan bahwa daun soma memiliki aktivitas yang lebih baik
dalam menghambat S. aureus daripada M. furfur.

Kata kunci: Ploiarium alternifolium M., Malassezia furfur, Staphylococcus aureus,


fitokimia, aktivitas antimikroba

PENDAHULUAN dan busana, serta merusak desain tatanan


rambut oleh penggarukan (Kusumadewi,
Rambut merupakan mahkota bagi setiap
2003). Akibat garukan yang dilakukan pada
orang, dan sebagai salah satu bagian yang
kulit kepala, akan menyebabkan pelepasan
penting dari manusia. Rambut memiliki peran
keratin epidermal yang kemudian akan
penting dalam proteksi terhadap lingkungan
menempel pada batang rambut dan jatuh ke
yang merugikan, antara lain suhu dingin,
baju. Seringkali juga timbul luka di kulit
panas, sinar matahari dan benturan.
kepala yang akan menyebabkan infeksi
Namun bagi masyarakat Indonesia yang
sekunder akibat adanya mikroba lain (Badan
tinggal di daerah tropis dengan kelembaban
POM RI, 2009). Salah satunya adalah bakteri
tinggi, kulit kepala akan selalu berkeringat
Stapyhlococcus aureus.
dan berminyak, sehingga memicu
Soma merupakan salah satu jenis
tumbuhnya mikroorganisme di rambut secara
tumbuhan yang belum dimanfaatkan secara
berlebihan dan mengakibatkan iritasi di kulit
optimal. Secara empiris, tumbuhan soma
kepala. Serta peningkatan pengelupasan sel
digunakan sebagai shampo. Menurut
kulit mati yang akan menyebabkan rasa gatal
Wardani (2008) daun muda tumbuhan soma
pada kulit kepala yang biasanya dikenal
dapat digunakan sebagai lalapan, ramuan
sebagai ketombe (Badan POM RI, 2009).
obat, bermanfaat menyembuhkan diare.
Salah satu mikroorganisme penyebab
Menurut Ng (2001) ekstrak kasar
ketombe adalah Malassezia furfur.
n-heksan dari kulit batang tumbuhan soma
Gangguan ketombe pada penderitanya
memiliki sitotoksik yang kuat terhadap larva
akan menyebabkan rasa rendah diri,
Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar
menghambat pergaulan, mengotori rambut

84
19.2 µg/ml. Sedangkan menurut Faskalia rendemen untuk ekstrak metanol dan fraksi
dan Wibowo (2014) kulit batang dan akar (metanol, etil asetat dan n-heksan) dengan
soma berpotensi sebagai bahan obat rumus:
antikanker. Rendemen (%) = x 100 %
Berdasarkan kajian diatas, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui Uji Fitokimia
aktivitas antimikroba daun soma, sehingga a. Uji Alkaloid
pada penelitian ini akan dilakukan uji Sebanyak 0,2 gram sampel dipanaskan
aktivitas ekstrak dan fraksi daun soma dengan H2SO4 2N selama dua menit,
terhadap jamur M. furfur dan bakteri S. selanjutnya ditambahkan dengan reagen
aureus. Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila
terbentuk endapan coklat (Fransworth and
METODOLOGI PENELITIAN Cordell, 1976)
Alat dan Bahan b. Uji Flavonoid
Alat-alat yang digunakan adalah Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam
autoklaf, aluminium foil, batang pengaduk, tabung reaksi dan ditambahkan logam
beaker, blender, botol vial, botol kaca, cawan Mg-HCl atau NaOH 2 N kemudian warna
petri, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, dicatat. Logam Mg-HCl menghasilkan warna
hot plate, jarum ose, mikropipet, laminar air kuning pada flavon dan isoflavon,
flow (LAF), bunsen, evaporator, pipet ukur, kuning-merah pada flavon dan NaOH
tabung reaksi beserta raknya, timbangan menghasilkan warna jingga-merah pada
analitik, vorteks, kertas saring, jangka kalkon, merah-violet pada auron, kuning
sorong, spatula, kaca arloji dan pada flavon dan isoflavon, kuning pucat
spektrofotometer Ganesys six. menjadi coklat pada flavonol, dan kuning -
Bahan-bahan yang digunakan adalah jingga merah bila dipanaskan pada flavanon
daun soma (P. alternifolium), jamur M. furfur, (Fransworth and Cordell, 1976)
bakteri S. aureus, akuades, DMSO (dimetil c. Uji Polifenol
sulfoxid) 10 %, metanol, n-heksana, etil Sebanyak 0,02 g sampel ditambahkan
asetat, alkohol 70 %, olive oil, pereaksi beberapa tetes FeCl3 1%, reaksi positif
Wagner, pereaksi Lieberman-Burchard, HCl apabila terjadi perubahan warna menjadi
2N dan HCl pekat, H2SO4 2 N, NaOH 2 N, ungu, biru atau hitam yang kuat (Harbone,
FeCl3 1%, logam Mg, NaCl 0,9 %, pereaksi 1987).
Wagner, glukosa, agar, pepton, tween 80, d. Uji Triterpenoid/Steroid
NA (Nutrient agar). Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan dengan
PROSEDUR PENELITIAN pereaksi Liebermann-Burchard. Adanya
senyawa steroid ditandai timbulnya warna
Penggumpulan dan Preparsi Sampel hijau dan triterpenoid ditandai timbulnya
Sampel daun soma yang diperoleh dari warna merah (Harbone, 1987).
Mempawah Kalimantan Barat dibersihkan, e. Uji Saponin
dipisahkan dari ranting-rantingnya, kemudian Sejumlah sampel ditambahkan dengan
dikering anginkan dan dihaluskan akuades, kemudian dikocok kuat–kuat.
menggunakan blender. Senyawa saponin akan menghasilkan busa
setinggi 1–10 cm yang stabil dan tidak
Ekstraksi dan Partisi kurang dari 10 menit (Harbone, 1987).
Sebanyak 500 g serbuk daun soma
dimasukan dalam botol kaca, ditambahkan Persiapan Suspensi Uji
dengan 1 liter metanol, kemudian dimaserasi Sterilisasi Alat
selama 3x48 jam pada suhu kamar, dan Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua
dilakukan penyaringan. Filtrat yang telah peralatan digunakan, yaitu dengan cara
dipisahkan kemudian dipekatkan dengan membungkus semua peralatan dengan
rotary evaporator. menggunakan kertas. Kemudian,
Sebanyak 30,7 g ekstrak kental metanol dimasukkan ke dalam autoclave pada suhu
dipartisi menggunakan pelarut n-heksan dan 121°C selama 15 menit. Alat yang tidak
etil asetat. Semua fraksi yang diperoleh tahan panas tinggi disterilisasi dengan
selanjutnya dipekatkan dan dihitung alkohol 70% (Barrow and Feltham, 1992).
85
Pembuatan Media Uji Uji Aktivitas Antijamur
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) with Pengujian aktivitas ekstrak dan fraksi
olive oil daun soma terhadap pertumbuhan jamur M.
Media yang digunakan dalam penelitian furfur dilakukan dengan metode difusi sumur
ini adalah media selektif SDA (Sabouraud (Hasanah, 2012) yang telah dimodifikasi.
Dextrose Agar) yang diperkaya olive oil dan Sebanyak 50 µL suspensi jamur diteteskan
tween 80. Pembuatan media dilakukan pada media Sabaroud Dextrose Agar, dan
dengan mencampurkan 40 g glukosa, 15 g dioleskan secara merata menggunakan
agar dan 10 g agar yang dilarutkan 1 L cotton bud steril pada media. Kemudian
akuades dan ditambahkan 2 % olive oil dan masing-masing bagian dilubangi untuk
0,2 % tween 80 (Nenoff dan Haustein, 2002) membuat sumur dengan pencadang pipet
plastik. Pada masing-masing sumur
Nutrient Agar (NA) diteteskan sebanyak 50 µL ekstrak atau
sebanyak 11,5 g media NA dilarutkan fraksi daun soma dengan konsentrasi 1; 0,5;
dalam 500 mL akuades, dipanaskan dan 0.25; 0,125 dan 0,0625 g/mL. sebagai kontrol
diaduk sampai homogen. Proses ini positif digunakan ketokonazol dengan
dilakukan secara aseptik dan media konsentrasi 0,02 g/mL. Sedangkan sebagai
disterilkan menggunakan autoclave pada kontrol negatif digunakan DMSO.
suhu 121°C selama 15 menit. Kemudian, Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC
sebanyak 20 mL media ke dalam selama 18-24 jam. Zona hambat yang
masing-masing petridish dan diletakkan terbentuk diukur dengan menggunakan
dalam posisi terbalik di dalam laminary flow jangka sorong.
cabinet selama 1 x 24 jam pada suhu ruang
(Barrow and Feltham, 1992). Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri S. aureus biakan murni yang
Larutan Standar McFarland 0,5 diperoleh dari Jurusan Biologi Fakultas
Sebanyak 99,5 mL H2SO4 0,18 M Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Universitas Tanjungpura diambil sebanyak
Kemudian, ditambahkan dengan 0,5 mL satu ose kemudian diinokulasikan dengan
BaCl 0,048 M dan dikocok hingga homogen cara digores pada medium Nutrient Agar
sehingga didapat kekeruhan sesuai standar (NA) miring. Kultur bakteri pada agar miring
McFarland 0,5. Selanjutnya, larutan standar diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam
McFarland diukur absorbansinya dengan (Sareong, 2015).
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Nilai
absorbansi standar McFarland 0,5 adalah Persiapan Suspensi Bakteri
0,08-0,10 pada panjang gelombang 600-625 Sebanyak satu ose koloni bakteri biakan
nm (McFarland, 2012). diinokulasikan dalam larutan NaCl fisiologis
0,9% sebanyak 5 mL. Kekeruhannya
Peremajaan Jamur Uji diseragamkan dengan menggunakan
Jamur M. furfur biakan murni yang standar McFarland 0,5 (kepadatan bakteri
diperoleh dari Fakultas Kedokteran 1,5 x 108 CFU/ml) (Noverita dkk., 2009)
Universitas Indonesia diambil satu ose lalu
ditanam pada media SDA. Kemudian media Uji Aktivitas Antibakteri
SDA yang telah ditanam biakan jamur, Pengujian aktivitas ekstrak dan fraksi daun
diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam soma terhadap pertumbuhan bakteri S.
hingga didapatkan koloni jamur M. furfur. aureus dilakukan dengan metode difusi
sumur (Rostinawati, 2010) yang telah
Persiapan Suspensi Jamur dimodifikasi. Sebanyak 50 µL suspensi S.
Koloni jamur M. furfur diambil satu ose aureus dengan konsentrasi 108 CFU/mL
kemudian dimasukkan ke dalam NaCl 0,9 % disebarkan menggunakan cotton bud steril
dan dikocok hingga homogen untuk pada media nutrient agar lalu dibuat sumur
disamakan kekeruhan dengan standar Mc dengan pencadang pipet plastik. Sebanyak
Farland 0,5. 50 µL ekstrak atau fraksi daun soma dengan
konsentrasi masing-masing 0,1; 0,05; 0,025;
0,0125 dan 0,00625 g/mL diteteskan ke

86
sumur, dan dibandingkan dengan kontrol Maserasi Sampel
positif berupa kloramfenikol dengan Sebanyak 500 g serbuk daun soma
konsentrasi 0,002 g/mL, serta sebagai dimaserasi menggunakan metanol selama
kontrol negatifnya berupa pelarut ekstrak 3x48 jam pada suhu ruang dan ditempatkan
(DMSO). Selanjutnya diinkubasi selama dalam wadah tertutup serta terlindung dari
18-24 jam pada suhu 37°C. Daerah bening di cahaya. Maserasi merupakan proses
sekitar sumuran yang berisi larutan uji diukur perendaman sampel menggunakan pelarut
menggunakan jangka sorong. (Nurdiansyah dan Redha, 2011).
Pelarut yang digunakan akan menembus
Analisis Data dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
Uji statistik One-Way ANOVA dilakukan yang mengandung senyawa aktif. Senyawa
menggunakan Post Hoc Test berupa uji aktif akan larut karena adanya perbedaan
Least Significance Difference (LSD). Data konsentrasi antara larutan senyawa aktif di
diolah dengan progam Statistical Progam for dalam dan di luar sel, maka cairan hipertonis
Social Sciences (SPSS) for Windows Series akan masuk ke cairan yang hipotonis
20. Pengujian One Way ANOVA dilakukan sehingga terjadi keseimbangan (Baraja,
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan 2008).
α ≤ 0,05. Hasil maserasi kemudian disaring
menggunakan saringan vakum, diambil
HASIL DAN PEMBAHASAN filtratnya sehingga diperoleh maserat
metanol daun soma. Maserat metanol
Preparasi Sampel
kemudian dipekatkan menggunakan rotary
Sampel daun soma (P. alternifolium
evaporator. Ekstrak kental metanol yang
Melch) yang diperoleh dikeringkan anginkan
diperoleh sebanyak 50,232 gram dengan
tanpa paparan sinar matahari secara
perhitungan rendemen sebesar 10,046 %.
langsung yang bertujuan agar senyawa aktif
dalam sampel tidak mengalami kerusakan,
Partisi Sampel
mengurangi kadar air, menghentikan reaksi
Ekstrak metanol yang diperoleh
enzimatis, dan mencegah tumbuhnya jamur
kemudian dipartisi dengan menggunakan
sehingga dapat disimpan lama (pengawetan)
pelarut n-heksan dan etil asetat. Tahapan
(Octavia, 2009).
partisi dilakukan dengan metode ekstraksi
Sampel yang telah kering dihaluskan
cair – cair. Pada prinsipnya ekstraksi adalah
menggunakan blender. Penghalusan
melarutkan dan menarik senyawa dengan
bertujuan untuk merusak sel serta
menggunakan pelarut yang tepat.
memperluas permukaan sampel yang akan
Pemisahan terjadi karena adanya perbedaan
diekstrak. Serbuk yang halus kemungkinan
distribusi zat terlarut diantara dua pelarut
sel – sel yang rusak juga semakin besar,
yang tidak saling campur (Emilan dkk.,
sehingga memudahkan penarikan bahan
2011).
kandungan langsung oleh pelarut. Semakin
Partisi bertujuan untuk memisahkan
kecil ukurannya, semakin besar luas
ekstrak metanol berdasarkan tingkat
permukaannya maka interaksi zat cair
kepolaran (like dissolve like) yaitu pelarut
ekstraksi akan semakin besar, sehingga
metanol bersifat polar, etil asetat bersifat
proses ekstraksi akan semakin efektif
semipolar dan n-heksan bersifat nonpolar.
(Octavia, 2009). Serbuk halus daun soma
Hasil partisi kemudian dipekatkan
yang diperoleh sebanyak 500 gram.
menggunakan rotary evaporator dan dihitung
rendemen fraksi yang diperoleh. Selanjutnya
Ekstraksi Sampel
ekstrak metanol dan fraksi (metanol, etil
Serbuk halus daun soma yang telah
asetat dan n-heksan) daun soma dilakukan
diperoleh selanjutnya dilakukan proses
uji fitokimia, dan uji aktivitas antimikroba.
ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode maserasi
dan partisi.

87
Tabel 1 Berat dan Rendemen dari Fraksi Daun Soma
Sampel Berat Awal (g) Berat Ekstrak (g) Rendemen (%)
Fraksi Metanol 21,826 71,094
Fraksi Etil Asetat 30,7 6,586 21,453
Fraksi N-Heksan 2,1 6,840

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan salah satu soma dianalisis golongan senyawanya
uji pendahuluan secara kualitatif untuk menggunakan tes uji warna dengan
mengetahui kandungan metabolit sekunder beberapa pereaksi untuk golongan senyawa
pada suatu tanaman. Komponen yang alkaloid, polifenol, saponin, flavonoid, dan
terdapat dalam ekstrak metanol dan fraksi steroid/triterpenoid. Hasil skrining fitokimia
(metanol, etil asetat dan n-heksan) daun ekstrak dan fraksi daun soma disajikan pada
tabel 2

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Soma


Sampel
Pengujian Reagen
E. Metanol F. Metanol F. Etil Asetat F. n-Heksan
Alkaloid Wagner ++ +++ + -
Polifenol FeCl3 +++ +++ ++ +
Mg + HCl ++ +++ - +
Flavonoid
NaOH +++ +++ ++ ++
Triterpenoid Liebermann +++ +++ - -
Steroid -Buchard + - +++ +++
Saponin Akuades ++ +++ ++ -
Keterangan : Tidak ada (-), kandungan relatif rendah (+), kandungan relatif sedang (++),
kandungan relatif tinggi (+++)

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak Aktivitas Antimikroba Terhadap Jamur


metanol mengandung alkaloid, flavonoid, Malassezia furfur
polifenol, saponin, steroid dan triterpenoid. Pengujian aktivitas antijamur dari daun
Fraksi metanol mengandung alkaloid, soma (Ploiarium alternifolium Melch)
flavonoid, polifenol, saponin dan triterpenoid. dilakukan dengan metode difusi agar
Sedangkan pada fraksi etil asetat menggunakan sumur terhadap jamur M.
mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol, furfur dengan masing-masing konsentrasi 1;
saponin, dan steroid. Serta pada fraksi 0,5; 0,25; 0,125 dan 0,0625 g/ml. Sebagai
n-heksan terdapat polifenol, flavonoid, dan pembanding, kontrol positif yang digunakan
steroid. adalah ketokonazol dengan konsentrasi 0,02
g/ml. Kontrol negatif yang digunakan yaitu
DMSO.
Zona hambat yang terbentuk pada media
uji diukur dan diperoleh hasil perhitungan
rata-rata diameter zona hambat sebagai
berikut:

Tabel .3 Hasil uji aktivitas antijamur daun soma terhadap M. furfur


Sampel Konsentrasi (g/ml) / Diameter zona hambat (mm)
1 0,5 0,25 0,125 0.0625
Ekstrak metanol - - - - -
Fraksi metanol - - - - -
Fraksi etil asetat 3,975 ± 0,106 - - - -
Fraksi n-heksan - - - - -

88
Berdasarkan hasil pengujian terhadap mikroba adalah adanya pelepasan
menunjukkan fraksi etil asetat memiliki protein dan enzim dari dalam sel. Saponin
aktivitas dengan diameter zona hambat berkontribusi sebagai antijamur dengan
sebesar 3,975 mm, sedangkan ekstrak mekanisme menurunkan tegangan
metanol, fraksi metanol dan fraksi n-heksan permukaan membran sterol dari dinding sel
tidak memiliki aktivitas terhadap jamur M. sehingga permeabilitasnya meningkat.
furfur. Hal ini ditunjukkan dengan tidak Permeabilitas yang meningkat
adanya terbentuk zona hambat pada media mengakibatkan cairan intraseluler yang lebih
uji. Sebagai kontrol positif, ketokonazol pekat tertarik keluar sel sehingga nutrisi,
memiliki aktivitas dengan diameter zona zat-zat metabolisme, enzim, protein dalam
hambat sebesar 19,585 mm. sedangkan sel keluar dan jamur mengalami kematian
DMSO sebagai kontrol negatif tidak (Hardiningtyas, 2009). Saponin
menunjukkan adanya aktivitas terhadap diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin
jamur M. furfur tidak adanya terbentuk zona steroid dan saponin triterpenoid. Saponin
hambat pada media uji yang ditunjukkan steroid tersusun atas inti steroid (C 27)
pada Gambar 1. dengan molekul karbohidrat. Saponin steroid
dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang
dikenai sebagai sarsaponin. Tipe saponin ini
memiliki efek antijamur (Prihatman, 2001).
Pada ekstrak metanol menunjukkan tidak
adanya aktivitas penghambatan. Hal ini
disebabkan karena pada ekstrak metanol
(a) (b) mengandung senyawa fraksi etil asetat
dalam jumlah yang kecil, serta adanya
Gambar 1. Zona hambat yang terbentuk senyawa metabolit lainnya yang terdapat di
pada (a) fraksi etil asetat dan (b) dalam ekstrak yang digunakan dapat
kontrol terhadap M. furfur mempengaruhi efektivitas dari masing -
masing konsentrasi yang digunakan, karena
Menurut Davis dan Stout (1971), kriteria beberapa senyawa ada yang bersifat
kekuatan daya antimikroba dengan diameter antagonis (melemahkan) dan ada pula yang
zona hambat 5 mm atau kurang bisa bersifat sinergis (menguatkan atau
dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm meningkatkan efektivitas) ketika digunakan
dikategorikan sedang, zona hambat 10-20 secara bersamaan pada konsentrasi tertentu
mm dikategorikan kuat dan zona hambat 20 (Darwis dkk, 2012).
mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Mekanisme penghambatan pada
Berdasarkan kriteria tersebut, maka ketokonazol yaitu dengan menghasilkan
kekuatan daya antijamur fraksi etil asetat kadar plasma yang cukup untuk menekan
terhadap M. furfur pada konsentrasi 1g/ml aktivitas berbagai jenis jamur, melalui
(3,975 mm) termasuk kategori lemah. biosintesis ergosterol dalam sel jamur
Sedangkan ketokonazol dengan konsentrasi dengan menghambat enzim P450 sitokrom,
0,02 g/ml (19,585 mm) termasuk kategori menimbulkan ketidakteraturan membran
kuat. sitoplasma jamur dengan cara mengubah
Berdasarkan data hasil tabel 3 dapat permeabilitas membran dan mengubah
diketahui bahwa senyawa daun soma yang fungsi membran dalam proses pengangkutan
dapat menghambat aktivitas M. furfur senyawa-senyawa essensial yang dapat
terdapat pada fraksi etil asetat. Hal ini diduga menyebabkan ketidakseimbangan metabolik
senyawa antijamur daun soma bersifat sehingga mengganggu sintesis ergosterol
semipolar karena larut dalam pelarut etil yang merupakan komponen penting dari
asetat. Dari hasil skrining fitokimia membran sel jamur (Tan dan Rahardja,
menunjukkan senyawa pada fraksi etil asetat 2007).
yang diduga berperan sebagai antijamur Berdasarkan hasil pengujian
adalah saponin. menunjukkan fraksi etil asetat daun soma
Saponin merupakan golongan senyawa memiliki aktivitas antimikroba dengan
yang dapat menghambat atau membunuh aktivitas penghambatan yang lemah dalam
jamur dengan cara berinteraksi dengan menghambat jamur M. furfur dengan zona
membran sterol. Efek utama saponin hambat sebesar 3,975 mm.

89
Aktivitas Antimikroba Terhadap Bakteri adalah antibiotik yaitu kloromfenikol. Kontrol
Staphylococcus aureus negatif yang digunakan adalah DMSO.
Aktivitas antibakteri ditentukan Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan metode difusi sumur dengan mengukur zona hambat yang terbentuk pada
masing-masing konsentrasi 0,1; 0.05; 0.025; media uji sehingga didapat hasil perhitungan
0,0125 dan 0,00625 g/ml. Sebagai rata-rata diameter zona hambat sebagai
pembanding, kontrol positif yang digunakan berikut:

Tabel 5 Hasil Perhitungan Rata-Rata Diameter Zona Hambat ekstrak metanol pada berbagai
konsentrasi terhadap bakteri S. aureus
Konsentrasi (g/mL) / Rata-Rata Diameter Zona Hambat (mm) ± SD
Sampel
0,1 0,05 0,025 0,0125 0,00625
E. Metanol 10,038 ± 1,255a 7,063 ± 1,503a, c 5,463 ± 0,407e 2,738 ± 0,230f -
F. Metanol 11,288 ± 0,725a 8,350 ± 0,071c 5,388 ± 0,336d 4,300 ± 0,354f -
F. Etil Asetat 6,775 ± 0,530b 4,263 ± 1,397a, b - - -
F. n-Heksan 5,550 ± 0,495b 4,138 ± 0,336a - - -
Keterangan : ternotasikan dengan tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan kriteria kekuatan daya kekuatan senyawa antibakteri dari


antimikroba Davis dan Stout (1971), maka masing-masing komponen yang terekstrak
kekuatan daya antibakteri ekstrak metanol karena masing-masing pelarut dapat
dan fraksi metanol pada bakteri S. aureus mengekstrak komponen aktif yang
dikategorikan kuat, sedang dan lemah. berbeda-beda. Selain itu juga, aktivitas
Sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi antibakteri juga dipengaruhi oleh jumlah
n-heksan dikategorikan sedang dan lemah. komponen aktif yang terekstrak oleh pelarut
Hasil pengujian ditunjukkan pada gambar 2. yang digunakan.
Bakteri Gram positif memiliki struktur
dinding sel dengan lebih banyak
peptidoglikan, sedikit lipid dan dinding sel
mengandung polisakarida (asam teikoat).
Asam teikoat merupakan polimer larut dalam
air yang berfungsi sebagai transport ion
(a) (b) positif untuk keluar atau masuk. Sifat larut air
ini, menunjukkan bahwa dinding sel bakteri
Gram positif bersifat lebih polar (Dewi, 2010).
Fraksi metanol menunjukkan aktivitas
antibakteri yang terbesar terhadap
pertumbuhan S. aureus dibandingkan
dengan ekstrak metanol, fraksi etil asetat,
(c) (d) dan fraksi n-heksan, karena pada fraksi
metanol terkandung senyawa yang bersifat
Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk polar. Hal ini memungkinkan senyawa aktif
pada (a) ekstrak metanol; (b) pada fraksi metanol lebih mudah menembus
fraksi metanol, (c) fraksi etil lapisan peptidoglikan yang bersifat polar dari
asetat dan (d) fraksi n-heksan. pada lapisan lipid yang nonpolar. Kandungan
senyawa metabolit sekunder fraksi metanol
Berdasarkan data hasil uji aktivitas yang diduga memiliki aktivitas sebagai
antibakteri di atas dapat diketahui bahwa antibakteri adalah alkaloid, flavonoid, dan
ekstrak metanol dan fraksi daun soma saponin.
memiliki aktivitas antibakteri yang Menurut Robinson (1991) Alkaloid
berbeda-beda terhadap bakteri uji. Hal ini memiliki aktivitas antibakteri melalui
menunjukkan bahwa spektrum mekanisme yang diduga adalah dengan cara
penghambatan tergantung pada jenis dan mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara

90
utuh dan menyebabkan kematian sel 0,000 α. Hal ini menunjukkan bahwa
tersebut. ekstrak dan fraksi dari daun soma dapat
Adanya flavonoid dalam lingkungan sel menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus
bakteri menyebabkan gugus OH pada Dari data LSD yang diperoleh
flavonoid berikatan dengan protein internal menunjukkan bahwa terdapat beberapa
membran sel. Hal ini menyebabkan kelompok konsentrasi yang menunjukkan
terbendungnya transfor aktif Na+-K+. Transfer perbedaan yang signifikan dan tidak
aktif yang berhenti menyebabkan signifikan. Ekstrak metanol dan fraksi
pemasukan ion Na+ yang tidak terkendali metanol menunjukkan adanya perbedaan
pada sel. Hal ini menyebabkan pecahnya signifikan terhadap fraksi etil asetat dan
membran sel, sehingga bakteri mati atau lisis fraksi n-heksan. Sehingga ekstrak metanol
(Scheuer 1994). dan fraksi metanol lebih baik dalam
Menurut Karlina (2013) mekanisme menghambat S. aureus.
saponin sebagai antibakteri adalah dengan berdasarkan hasil pengujian
cara merusak membran sel bakteri akibat menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi daun
terjadinya peningkatan permeabilitas soma memiliki aktivitas antimikroba terhadap
membran oleh karena saponin yang bakteri S. aureus.
berinteraksi dengan dinding sel bakteri.
Rusaknya membran sel bakteri SIMPULAN
menyebabkan bocornya membran sel bakteri
dan akhirnya komponen penting dari dalam Berdasarkan hasil penelitian
sel bakteri akan keluar. menunjukkan fraksi etil asetat memiliki
Fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan aktivitas dalam menghambat M. furfur
memiliki aktivitas penghambatan terhadap S. sebesar 3,975 mm. sedangkan pada bakteri
aureus dengan penghambatan sedang – S. aureus, ekstrak dan fraksi daun soma
lemah. Kesensitifan bakteri Gram positif memiliki aktivitas penghambatan yaitu
terhadap senyawa antibakteri yang bersifat ekstrak metanol sebesar 10,038; 7,063;
non polar disebabkan komponen dasar 5,463 dan 2,738 mm. Fraksi metanol sebesar
penyusun dinding sel bakteri Gram positif 11.288; 8,350; 5,388 dan 4,300 mm. Fraksi
adalah peptidoglikan yang salah satu etil asetat sebesar 6,775 dan 4.263 mm.
penyusunnya adalah asam amino D-alanin Serta fraksi n-heksan sebesar 5,550 dan
yang bersifat hidrofobik. Senyawa antibakteri 4,138 mm
yang bersifat non polar dapat bereaksi
dengan fosfolipid dari membran sel bakteri DAFTAR PUSTAKA
sehingga mengakibatkan lisis sel (Branen Badan POM RI. 2009. Faktor-faktor
dan Davidson 1993). Penyebab Ketombe. Majalah Natura
Sedangkan kloramfenikol sebagai kontrol Kos Vol.IV/No.11, September 2009.
positif bekerja dengan menghambat sintesis Jakarta.
protein pada sel bakteri. Kloramfenikol akan Baraja, M., 2008, Uji Toksisitas Ekstrak Daun
berikatan secara reversibel dengan unit Ficus elastica Nois ex Blume Terhadap
ribosom 50 S, sehingga mencegah ikatan Artemia salina Leach dan Profil
antara asam amino dengan ribosom. Obat ini Kromatogafi Lapis Tipis, Fakultas
berikatan secara spesifik dengan akseptor Farmasi Universitas Muhammadiyah
(tempat ikatan awal dari amino asil t-RNA) Surakarta, [Skripsi].
atau pada bagian peptidil, yang merupakan Barrow, G.I and R.K.A. Feltham, 1993,
tempat ikatan kritis untuk perpanjangan Cowan and Steel’s Manual for the
rantai peptida (Katzung, 2004). Identification of Medical Bacteria, 3rd
Dari data hasil penelitian yang Edn, Cambridge University Press,
didapatkan dilakukan analisa data Cambridge, London.
menggunakan uji statistik One-Way ANOVA. Branen AL, dan Davidson PJ. 1993.
Hasil pengujian One Way ANOVA Antimicrobial in Foods. Marcel Dekker,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan New York.
yang signifikan pada taraf uji 95 % (α ≤ 0,05) Davis, W.W and T.R. Stout, 1971, Disc Plate
dari diameter zona hambat yang dihasilkan Method of Microbiological Antibiotic
oleh ekstrak uji dan kontrol positif terhadap Assay, J. Applied Microbiology, 22 (4):
bakteri S. aureus dengan nilai signifikasinya 659-665.

91
Darwis, W., Hafiedzani M., dan Astuti R. R. Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan
S., 2012, Efektivitas Ekstrak Akar Dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah dan
Daun Pecut Kuda Stachytarpetha editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR.
jamaicensis (L) Vahl Dalam Penerbit Salemba Medika, Surabaya.
Menghambat Pertumbuhan Jamur McFarland Turbidity Standard No. 0,5
Candida albicans Penyebab BBL™, 2010, Pkg. of 10 size K tubes,
Kandidiasis Vaginalis, J. Konservasi Becton, Dickinson and Company 7
Hayati, 8(2): 1-6 Loveton Circle Sparks, MD 21152 USA
Dewi, F. K., 2010, Aktivitas Antibakteri 800-638-8663.
Ekstrak Etanol Buah Mengkudu Nenoff, p., and Haustein, U. F., 2002, In Vitro
(Morinda citrifolia, Linnaeus) Terhadap Activity Of Phytosphingosines Against
Bakteri Pembusuk Daging Segar, Malassezia furfur and Candida
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika albicans, J. Acta Derm Venereol 82:
dan Ilmu Pengetahuan Alam 170 – 173.
Universitas Sebelas Maret, Ng, K.N., 2001, Bioactive Compounds From
Surakarta,[Skripsi]. Ploiarium alternifolium (Theaceae) and
Emilan T., Kurnia A., Utami B., Diyani L. N., Calophyllum mucigerum (Guttiferae),
dan Maulana A., 2011, Konsep Herbal Universiti Putra Malaysia, Malaysia,
Indonesia: Pemastian Mutu Produk [Thesis]
Herbal, FMIPA Departemen Farmasi, Noverita, Fitria D., dan Sinaga E., 2009,
Progam Studi Magister Ilmu Herbal, Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri
Depok. Jamur Endofit Dari Daun Dan Rimpang
Faskalia, dan Wibowo M. A., 2014, Skrining Zingiber ottensii Val, Jurnal Farmasi
Fitokimia, Uji Aktivitas, Antioksidan dan Indonesia, 4(4): 171-176
Uji Sitotoksik Ekstrak Metaol Pada Akar Nurdiansyah dan Redha, A., 2011, Efek
dan Kulit Batang Soma (Ploiarium Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap
alternifolium), J. JKK 3(3): 1-6 Rendemen, Densitas, dan Bilangan
Fransworth, N. R., and Cordell, G. A., 1976, Asam Biodiesel yang Dihasilkan
A Review of Some Biologically Active dengan Metode Transesterifikasi In
Compounds Isolated from Plants as Situ, Jurnal Belian, 10(2): 218 – 224.
Reported in the 1974-1975, J. Nat, Octavia, D.R., 2009, Uji Aktivitas Penangkap
Prod. Radikal Ekstrak Petroleum Eter, Etil
Harborne JB., 1987., Metode Fitokimia. Edisi Asetat dan Etanol Daun Binahong
ke-2. Penerjemah Padmawinata K, (Anredera Corfolia (Tenore) Steen)
Soediro I, ITB, Bandung, Terjemahan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-
dari: Phytochemical Methods. pikrihidrasil.), Fakultas Farmasi
Hardiningtyas S. D., 2009, Aktivitas Universitas Muhamadiyah, Surakarta,
Antibakteri Ekstrak Karang Lunak [Skripsi].
Sarcophyton sp. yang Difragmentasi Prihatman K., 2001, "Saponin Untuk
dan Tidak Difragmentasi Di Perairan Pembasmi Hama Udang", Kantor
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Deputi Menegristek Bidang
Departemen Teknologi Hasil Perairan Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
IPB, Bogor, [Skripsi]. Rostinawati, T., 2010, Aktivitas Antimikroba
Hasanah, K. U., 2012, Uji Daya Antifungi Ekstrak Herba Tespong (Oenanthe
Propolis Terhadap Candida albicans Javavica D.C) Terhadap Eschericia
dan Pityrosporum ovale, Fakultas coli, Staphylococcus aureus dan
Kedokteran, Universitas Candida albicans, Fakultas Farmasi
Muhammadiyah Surakarta, [Skripsi]. Universitas Padjadjaran Jatinagor,
Karlina C. Y., Ibrahim M., dan Trimulyono G., [Penelitian Mandiri].
2013, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sareong, W., 2015, Uji Efektivitas Ekstrak
Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) Kasar Alga Merah Eucheuma cottonii
Terhadap Staphylococcus aureus dan Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri
Escherichia coli, J. LenteraBio, 2(1): Patogen, Jurusan Biologi Fakultas
87-93. Matematika dan Ilmu Pengetahuan

92
Alam Universitas Hasanuddin, PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Makassar [Artikel Publikasi]. Gamedia, Jakarta.
Scheuer JS. 1994. Produk Alami Lautan, Robinson,T., 1991,Kandungan Organik
IKIP Semarang Press, Semarang. Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB,
Sudana, I. M. 2004. Identifikasi Patogen Bandung
Penyebab Layu Pisang dan Tingkat Wardani, M., 2008, Keragaman Pontensi
Petogenitasnya pada Beberapa jenis Tumbuhan Berguna Di Cagar Alam
Pisang Lokal Bali. Agritrop, 23:82-87. Mandor, Kalimantan Barat, J. Penelitian
Tan H. T., dan Rahardja. K. 1978. Obat-obat Hutan dan Konservasi Alam V(3) :
Penting Khasiat Penggunaan dan 251-166
Efek-efek Sampingnya.. Edisi kelima,

93

Anda mungkin juga menyukai