Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL : UJI AKTIVITAS DAYA HAMBAT EKSTRAK


AIR DAUN CEMBA (Acacia pennata)
TERHADAP PENGHAMBATAN BAKTERI
Sterptococcus mutans.
NAMA MAHASISWA : ALDI RANTE
NIM : 17.052
PEMBIMBING UTAMA : ISMAIL, S.Farm., M.Sc.
PEMBIMBING PERTAMA : FADILLAH MARYAM, S.Farm., M.Si., Apt

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Karies gigi merupakan penyakit bacterial yang menyerang gigi.
Penyakit gigi dan mulut ini paling sering dijumpai di masyarakat. Salah
satu bakteri yang menyebabkan karies gigi adalah Sterptococcus mutans.
Streptococcus mutans merupakan bakteri plak dengan jumlah relatif
besar, sebagai pembentuk polisakarida ekstraselular yang stabil, memiliki
kemampuan berkoloni pada tingkat keasaman (pH) permukaan gigi yang
relatif rendah sehingga sangat berperan pada pembentukan karies
(Santoso et al. 2012).
Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
antara lain: prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigimulut
adalah 23,4%, penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya
adalah 1,6%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%, dan penduduk
dengan
masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari
tenaga kesehatan gigi adalah 29,6% (Persatuan Dokter Gigi Indonesia,
2010). Penderita karies gigi di Indonesia memiliki prevalensi
sebesar
50–70% dengan penderita terbesar adalah golongan balita (Departemen
Kesehatan RI, 2010). Pencegahan karies gigi dengan penggunaan agen
antibakteri masih menjadi pilihan utama karena terjadinya karies gigi
sangat berkaitan dengan adanya bakteri. Menurut penelitian,
Streptococcus mutans berperan dalam proses awal terjadinya karies.
Streptococcus mutans mampu melekat pada permukaan gigi dan
memproduksi enzim glukoronil transfease. Enzim tersebut menghasilkan
glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan plak
dan koloni pada permukaan gigi (Surati, 2015).
Tanaman cemba (Acacia pennata) merupakan tanaman khas
Enrekang yang daunnya digunakan sebagai penambah cita rasa pada
makanan oleh masyarakat yang disebut dengan nasu cemba. Secara
tradisional, Acacia pennata telah digunakan sebagai tanaman obat untuk
mengobati batuk, sakit kepala, rematik, dan demam di daerah tertentu dari
Myanmar (Kim et.al, 2015).
Di Myanmar, kulit kayu A. pennata telah digunakan dalam
pengobatan asma dan bronkitis. Dilaporkan memiliki beberapa nilai obat.
Jus daun saat dicampur dengan susu diberikan kepada bayi untuk
gangguan pencernaan. Tanaman A. pennata digunakan sebagai
antiseptik dan untuk menyembuhkan gusi berdarah. Kulit akar dapat
digunakan sebagai antiflatulen dan untuk menyembuhkan sakit perut. Ini
juga digunakan di pengobatan bronkitis, kolera dan asma. Rebusan daun
digunakan untuk perawatan umum sakit tubuh, sakit kepala dan demam
(Mya et.al, 2019).
Ekstrak dari daun kering secara eksperimental terbukti memiliki
sifat analgesik dan anti-inflamasi pada tikus laboratorium. Orang-orang
Burma dan Thailand telah lama menggunakan tunas di berbagai tempat
persiapan kuliner. Selain itu, berdasarkan tradisional Thailand
penggunaan ekstrak daun terbukti memiliki antimikroba ringan (Kholhring,
2012).
Beberapa genus Acacia dilaporkan memiliki kandungan metabolit
sekunder seperti alkaloid, saponin, triterpen, flavonoid, dan tannin.
Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler. Kompleks yang
terbentuk mengganggu keutuhan membran sel bakteri dengan cara
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi (Reveny J, 2011). Flavonoid yang memiliki kemampuan
aktivitas transpeptidase peptidoglikan sehingga mengganggu
pembentukan dinding sel terganggu (Agoes, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai aktivitas antibakteri ekstrak tanaman cemba terhadap daya
hambat bakteri Streptococcus mutans.
I.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas ekstrak daun cemba (Acacia pennata)
terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutan.?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan berapa
aktivitas antibakteri ekstrak daun cemba (Acacia pennata) dengan
kemampuan menghambat bakteri streptococcus mutan.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
tentang aktivitas antibakteri ekstrak daun cemba (Acacia pennata)
terhadap streptococcus mutan.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental
berskala laboratorium.
III.2.1 Waktu Pelaksanaan dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2020 sampai
selesai di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi dan Biologi Farmasi STIFA
- Makassar.
III.2 Definisi Operasional
a. Ekstrak daun cemba adalah sedian kental yang di peroleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisa dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
b. Diameter zona hambat adalah zona hambat yang akan terlihat
sebagai daerah jernih yang mengandung zat antibakteri yang
menunjukkan sensivitas bakteri terhadap antibakteri.
III.3 Pelaksanaan Penelitian
III.3.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian diperoleh di Kota Makassar Sulawesi Selatan.
III.3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Gea,
Jerman), bunsen, corong, cawan petri, Erlenmeyer (pyrex), gelas kimia
(pyrex), gelas ukur (pyrex), inkubator (Memert, Jerman), jarum ose, jangka
sorong, kertas cakram (Whatmann No.42, Jerman), laminar air flow
(JSCB-900SL, Korea), oven (Memert, Jerman), , spatula, tabung reaksi,
timbangan analitik (Shimadzu, Jepang), vaccum Buchner, waterbath
(Memert, Jerman).
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah, aquades,
amoksisilin (AMC), asam klorida 2 N, bakteri Streptococcus mutan, , daun
cemba, dimetil sulfoksida, dragendroff (bismut nitrat dalam kalium iodida),
FeCl3 5 %, HCl, Liebermann Burchard (asam asetat anhidrat dan asam
sulfat pekat), Mg, medium NA, Mayer (kalium tetraiodomerkurat (II)),
Wagner (iodin dalam kalium iodida).
III.4. Prosedur Kerja
II.4.1 Pengelolahan Sampel
Daun cemba yang diperoleh dicuci dengan air mengalir hingga bersih
kemudian disortasi basah lalu ditiriskan dan kemudian ditimbang berat
basahnya. Setelah itu dirajang kemudian dikeringkan dilemari pengering
atau oven pada suhu 40-60 ̊C setelah kering sampel di sortasi kering,
kemudian ditimbang berat simplia dan di serbukkan.
III.4.2 Pembuatan Ekstrak daun cemba
Prosedur pembuatan ekstrak dimulai dari mempersiapkan simplisia
yang ditimbang sebanyak 150 g dan dicampur pelarut aquades sebanyak
1500 ml. Campuran simplisia dengan aquades diletakkan dalam wadah
untuk dilakukan dekok selama ± 30 menit dengan suhu 90⁰C. Setelah itu,
hasil dekok disaring dengan vaccum Buchner yang dilapisi oleh kertas
saring sebanyak 3 lapis. Kemudian hasil filtrasi diletakkan pada oven
dengan suhu 60⁰C selama 2 hari untuk mendapatkan ekstrak yang kering
(Putri, dkk 2017).
III.4.3 Skrining fitokimia
III.4.3.1 Uji Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan menggunakan pereaksi Mayer (kalium
tetraiodomerkurat (II)), Wagner (iodin dalam kalium iodida) dan
Dragendroff (bismut nitrat dalam kalium iodida). Sampel yang
mengandung alkaloid akan membentuk endapan jingga sampai
kecoklatan dan terbentuk endapan apabila direaksikan dengan masing-
masing dari ketiga reagen tersebut (Harborne, 1987).
III.4.3.2 Uji Flavonoid
Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan
pereaksi serbuk magnesium (Mg) dan asam klorida pekat (HCl).
Penambahan serbuk Mg bertujuan agar membentuk ikatan dengan gugus
karbonil pada senyawa flavonoid. Penambahan HCl bertujuan untuk
membentuk garam flavilium yang ditandai dengan perubahan warna
menjadi merah jingga (Harborne, 1987).
III.4.3.3 Uji Saponin
Uji saponin dilakukan dengan melarutkan sampel dalam akuades
kemudian dipanaskan selama 15 menit lalu dikocok selama 10 detik. Jika
terbentuk buih yang stabil selama kurang lebih 10 menit dan ditambahkan
beberapa tetes asam klorida 2 N, maka sampel positif mengandung
saponin (Harborne, 1987).
III.4.3.4 Uji Tanin / Polifenol
Uji tanin/ polifenol dilakukan dengan menambahkan larutan FeCl 3 5
% terhadap sampel. Sampel yang mengandung polifenol akan
membentuk senyawa kompleks Fe 3+ - tanin / polifenol dengan ikatan
koordinasi dengan terjadinya perubahan warna menjadi biru kehitaman
atau hijau kecoklatan. Hal ini terjadi karena atom O pada tanin / polifenol
dapat mendonorkan pasangan elektron bebasnya ke Fe 3+ yang memiliki
orbital d kosong membentuk ikatan kovalen koordinat untuk menjadi suatu
senyawa kompleks (Harborne, 1987).
III.4.3.5 Uji terpenoid dan steroid
Uji terpenoid/steroid dilakukan dengan melarutkan sampel dengan
pereaksi Liebermann Burchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat). Sampel yang mengandung senyawa golongan steroid akan
berubah warna menjadi hijau kebiruan. Sedangkan senyawa golongan
triterpenoid akan berubah warna membentuk cincin coklat atau violet
(Harborne, 1987).
III.4.3 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat dari
gelas dicuci dan dikeringkan. Untuk alat plastik dan kaca yang memiliki
skala disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C
̊ selama 15
menit, alat yang terbuat dari kaca yang tidak memiliki skala disterilkan
menggunakan oven pada suhu 180 ̊C selama 2 jam, dan ose bulat
disterilkan dengan cara dipijarkan menggu nakan lampu spritus.
III.4.4. Pembuatan Medium
Pembuatan medium NA (Natrium agar) dengan komposisi ekstrak
ragi 3 g, pepton 5 g, agar 15 g, dan aquades 1000 mL dibuat sebanyak
250 mL pada labu erlenmeyer, medium ini kemudian dipanaskan sampai
seluruh bahan larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit pada temperatur 121° C.
III.4.5 Peremajaan Bakteri Uji
Pembuatan stok kultur yaitu diambil suatu koloni bakteri
Streptococcus mutan menggunakan jarum ose steril kemudian
ditanamkan pada media Natrium Agar dengan cara menggores secara
zig-zag, setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24
jam.
III.4.6 Pembuatan Suspensi Bakteri
Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan jarum ose steril lalu
disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 2 ml larutan NaCl 0,9% hingga
diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc.
Farland.
III.4.7 Pembuatan Konsentrasi Sampel Uji
Ekstrak daun cemba dengan konsentrasi 1 %, 3%, 5 % dibuat
dengan cara ditimbang sebanyak 0,02 g, 0,06 g, 0,1 g kemudian
dilarutkan dengan dimetil sulfoksida 10% hingga 2 mL.
III.4.8 Pengujian kualitatif Aktivitas Antibakteri Metode Difusi
Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram,
dimana paper disc direndam dalam larutan uji selama 15 menit, kemudian
diletakkan pada permukaan media NA yang sebelumnya telah ditanami
bakteri Streptococcus mutans. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37ºC dan diperoleh hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun
cemba dihitung sebagai rata-rata diameter zona bening. Sebagai kontrol
negative ditetesi dengan larutan dimetil sulfoksida. Sebagai pembanding
untuk antibakteri digunakan amoksisilin (AMC) sebagai kontrol positif.
III.5. Variabel penelitian
Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak air daun cemba.
Variabel terikat : Diameter zona hambat ekstrak daun cemba.
III.6. Analisis Data
Analisis data aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur
diameter daerah hambat menggunakan jangka sorong pada masing-
masing konsentrasi. Kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dan uji Tukey menggunakan
program SPSS.
III.7 Jadwal Penelitian

Periode Waktu
Tahap Kegiatan
3 4 5 6 7 8
Studi Pustaka
Seminar I
Persiapan
Orientasi
Penelitian
Pengujian
Pelaksanaan ekstrak air
daun cemba
Analisis Data
Penulisan
karya Tulis
Penyelesaian Ilmiah
Seminar II
Ujian Tugas
Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A, 2010, Tanaman Obat Indonesia, Jakarta, Salemba Medika.
Asymal, A., Astuti, E. R., Devijanti, R., 2018. Changes in the number of
macrophage and lymphosyte cell in chronic periodontitis due to
dental X-ray exposure. Dental Journal, 51(2);99-103.
Depkes RI, 2010, Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL KESEHATAN_IN
DONESIA_2010.pdf (sitasi 16 Juli 2010)
Depkes RI, 2011. Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Penterjemah: K. Padmawinata dan I.
Soediro, terbitan ke-2, Penerbit ITB, Bandung.
Kim, Anna, Janggyoo Choi, Khin Myo Htwe, Young-Won Chin, Jinwoong
Ki, Kee Dong Yoonz., 2015, Flavonoid Glycosides From The Aerial
Parts of Acacia pennata in Myanmar, Myanmar, Phytochemistry.
Lalchhandama, Kholhring, 2012, Efficacy and structural effects of Acacia
pennata root bark upon the avian parasitic helminth, Raillietina
echinobothrida, Department of Zoology, Pachhunga University
College, Mizoram University, Aizawl 796 001, Mizoram, India.
Lissanawidya, Putri., Risandiansyah, Rio., & Airlangga, Hardadi, 2017,
Frekuensi Resistensi pada Enterococcus faecalis Terhadap
Dekokta Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dan Antibiotik
Amoksisilin, 1(2580 927X); 21 – 28.
Mu, Aye, Mya., Agung, Hnin Thanda., Sein, Myint Myint., and Chabaco
Armijos, 2019, A Review on the Phytochemistry, Medicinal
Properties and Pharmacological Activities of 15 Selected
Myanmar Medicinal Plants, Department of Chemistry, Mandalay
University, Mandalay 100103, Myanmar.
PDGI, 2010, Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010,
http://www.pdgi.or.id/news/detail/bulankesehatan-gigi nasional -
2010 (sitasi 16 juli 2013).
Reveny, J., 2011, Daya antimikroba ekstrak dan fraksi daun sirih merah
(Piper betle Linn), Sumatra Utara, Jurnal Ilmu Dasar, 12(1);
6-12.
Santoso O, Aini PW, & Nila K. 2012. Pengaruh Larutan
Ekstrak Siwak (Salvadora persica) terhadap Streptococcus
mutans: Studi In Vitro dan In Vivo, Media Medika Indonesiana
46(3);163-167
Surati dan Saptiwi, Beti, 2015, The Effectiveness of Various Concentration
Vetiver Decoction (Vetiveria zizanoides) against Bacteria
Inhibition of Streptococcus mutans. 11 (1829-5754);1084
LAMPIRAN
I.1 Skema Kerja

Biakan Murni Bakteri Daun Cemba

Diinokulasi 1 ose dalam medium NA Dikakukan ekstraksi


Diinkubasi pada suhu 37ºC selama dengan metode dekokta
1 X 24 jam
Ekstrak Kental Daun Cemba

Peremajaan Bakteri Uji skrining fitokimia

Disuspensikan
Kontrol (-) Ekstrak Daun Ekstrak Daun Ekstrak Daun Kontrol (+)
dengan NaCl
DMSO Cemba 1% Cemba 3% Cemba 5% Amoxilin
0,9%

Suspensi bakteri

1%

(-) 3% (+)
Media NA

5%

Diinkubasi 1 X 24 jam pada suhu 37ºC.

Pengamatan dan pengukuran


zona hambat

Pengolahan data

Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai