ABSTRACT
This study aims to determine the inhibition of red dragon fruit skin against
Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Lactobacillus acidophilus bacteria. This
study used a completely randomized design (CRD) with the treatment of Factor I:
Solvent Type (P) which consisted of 3 levels, namely: P1: Water, P2: Ethanol, P3:
Ethyl acetate Factor II: Red dragon fruit extract concentration (E) consists of 4
levels, namely: E1: 20%, E2: 40%, E3: 60%, E4: 80% Combination treatment (PL) =
3x4 = 12, for the level of accuracy, this study was conducted in 3 repetitions. Solvent
using ethanol produces the highest antimicrobial against the development of spoilage
microbes. The results showed that the ethyl acetate solvent with a concentration of
80% had the greatest inhibition, namely 17.23 mm, while the lowest inhibition was in
water with a concentration of 20%, which was 9.86 mm.
Keywords : Red Dragon Fruit Skin, antimicrobial, obstacles zone
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat (antimikroba) kulit buah naga
merah terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Lactobacillus
acidophilus. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan Faktor I : Jenis Pelarut (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: P1: Air , P2:
Etanol, P3: Etil asetat Faktor II : Konsentrasi ekstrak buah naga merah (E) terdiri dari
4 taraf, yaitu: E1: 20%, E2: 40%, E3: 60%, E4:80% Kombinasi perlakuan (PL) = 3x4
=12, untuk tingkat ketelitian maka penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
Pelarut dengan menggunakan etanol menghasilkan antimikroba yang paling tinggi
terhadap perkembangan mikroba pembusuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa pelarut etil asetat dengan konsentrasi 80% memiliki daya hambat paling besar
yaitu 17,23 mm, sedangkan untuk daya hambat paling terkecil pada pelarut air dengan
konsentrasi 20% yakni 9,86 mm.
Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Terhadap Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus
aureus dan Lactobacillus acidophilus
Oleh: Tuti Wardani Siregar, Connie Daniela
78
Jurnal Riset Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (RETIPA) e-ISSN: 2776-9089
Volume 3 Nomor 2 April 2023 p-ISSN: 2745-4096
menambahkan 2g ekstrak kulit buah naga bakteri uji dengan metode difusi kertas
merah dan ditambahkan 2 ml DMSO, dari cakram dengan konsentrasi ekstrak 0,
konsentrasi 100% tersebut dibuat 0,25%, 0,50%, 0,75%, 1%, 2%, 3%,4%,
konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80%. dan 5% (Kubo et al, 1995).
Kemudian kertas cakram direndam dalam
larutan ekstrak dengan berbagai variasi HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi tersebut selama lebih kurang
satu jam sampai larutan ekstrak berdifusi Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kulit Buah
dengan baik kedalam kertas cakram. Naga Merah
Sebanyak 10 ml media MHA dituangkan Hasil uji fitokimia dengan tiga
kedalam cawan petri steril dan dibiarkan jenis pelarut yang berbeda dapat dilihat
memadat. Lidi kapas steril dicelupkan pada Tabel 1. sebagai berikut :
pada suspensi biakan diusapkan perlahan-
lahan pada permukaan media secara Tabel 1. Hasil skrining secara kualitatif
merata, selanjutnya dibiarkan mengering fitokimia dari ekstrak air, etanol dan etil
pada suhu kamar selama beberapa menit. asetat.
Cakram yang telah mengandung ekstrak Pelarut Eksrak Kulit
kulit buah naga merah diletakkan secara Senyawa Buah Naga Merah
teratur pada permukaan media uji dengan bioaktif Etil
menggunakan pinset steril. Aktivitas Air Etanol
Asetat
antimikroba diamati dengan mengukur Alkaloid - + +
zona hambatnya terhadap pertumbuhan Flavoniod + + +
masing-masing mikroba uji menggunakan Glikosida + + +
jangka sorong. Pelarut yang menghasilkan Saponin - + +
ekstrak kulit buah naga dengan zona Tanin + + +
hambat yang terbesar selanjutnya Triterpen/steroid - + -
dipilihsebagai pelarut terbaik, ekstrak yang Glikosida
dihasilkan digunakan untuk penelitian - + -
Antrakuinon
tahap selanjutnya. Keterangan: + = Mengandung golongan senyawa -
= Tidak mengandung golongan senyawa
Penentuan Minimum Inhibitory
Concentration (MIC) (Kubo, 1995) Berdasarkan data pada Tabel 1,
menunjukkan alkaloid diperoleh pada
Minimum Inhibitory concentration ektrak kulit buah naga merah dengan
(MIC) adalah konsentrasi terendah pelarut etanol dan etil asetat. Senyawa
senyawa antimikroba yang mampu flavonoid , glikosida dan saponin
menghambat pertumbuhan bakteri uji. ditemukan pada pelarut air, etanol dan
Bakteri uji yang digunakan untuk etilasetat. Sedangkan untuk senyawa
penentuan MIC substrat antimikroba saponin hanya ditemukan pada pelarut air
adalah Escherichia coli, Staphylococcus dan etanol, sedangkan untuk triterpen atau
aureus dan Lactobacillus acidophillus. steroid hanya ditemukan pada pelarut etil
Penentuan MIC bertujuan untuk asetat saja. Etanol dan etil asetat adalah
mendapatkan konsentrasi minimum pelarut organik, sehingga alkaloid bisa
ekstrak kulit buah naga merah yang larut pada pelarut tersebut. Akaloid adalah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri senyawa yang bersifat polar. Dalam
uji yang termasuk bakteri patogen. MIC bentuk bebas, alkaloid merupakan basa
merupakan konsentrasi ekstrak terendah lemah yang sukar larut pada air tapi mudah
yang dapat menghambat pertumbuhan larut dalam pelarut organik. Menurut
Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Terhadap Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Lactobacillus acidophilus
Oleh: Tuti Wardani Siregar, Connie Daniela
81
Jurnal Riset Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (RETIPA) e-ISSN: 2776-9089
Volume 3 Nomor 2 April 2023 p-ISSN: 2745-4096
Robinson (1995) senyawa bioaktif alkaloid Gambar 1. Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Naga
bisa mengganggu terbentuknya jembatan Merah Dari Berbagai Pelarut Terhadap
Zona Hambat Pertumbuhan
silang pada komponen peptidoglikan pada Eschericia.coli.
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak bisa terbentuk secara utuh dan Interaksi antara berbagai jenis
mengakibatkan kematian selnya. Senyawa pelarut dan konsentrasi ekstrak kulit buah
bioaktif yang juga terdapat pada ekstrak naga merah menunjukkan bahwa pelarut
kulit buah naga merah adalah flavonoid. etilasetat dan etanol merupakan pelarut
yang bersifat polar dan dan kemungkinan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit lebih banyak menyerap flavonoid yakni
Buah Naga Merah Terhadap merupakan senyawa aktif yang larut dalam
Escherichia coli pelarut polar yang ada pada ekstrak kulit
buah naga. Selain flavonoid juga
Gambar 1 menunjukkan bahwa ditemukan senyawa aktif lainnya yang
pelarut etil asetat dengan konsentrasi 80% mampu menjadi antimikroba pada ekstrak
memiliki daya hambat paling besar yaitu kulit buah naga merah dengan pelarut
17,23 mm, sedangkan untuk daya hambat etilasetat yaitu saponin dan tanin.
paling terkecil pada pelarut air dengan
konsentrasi 20% yakni 9,86 mm. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Mekanisme kerja saponin sebagai Buah Naga Merah Terhadap
antibakteri yaitu bisa menyebabkan Staphylococcus aureus
kebocoran protein dan enzim dari dalam
sel. Saponin dapat menjadi antibakteri 20,00
Diameter Zona hambat
10,00 Air
konsentrasi 20% yakni 10,82 mm. Hal ini
Etanol
5,00 dikarenakan dari perbedaan masing-
Etilasetat masing pelarut dalam menarik senyawa
0,00 aktif yang terdapat pada ekstrak kulit buah
20%40%60%80%
naga merah. Ekstrak kulit buah naga
Konsentrasi Ekstrak
merah dengan pelarut etilasetat dan etanol
menarik hampir keseluruhan dari senyawa
Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Terhadap Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Lactobacillus acidophilus
Oleh: Tuti Wardani Siregar, Connie Daniela
82
Jurnal Riset Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (RETIPA) e-ISSN: 2776-9089
Volume 3 Nomor 2 April 2023 p-ISSN: 2745-4096
aktif yang terdapat pada kulit buah naga dibandingkan dengan ekstrak kulit buah
merah, sedangkan ekstrak dengan pelarut naga merah dengan pelarut air hal ini
air hanya mengikat sebagian dari senyawa disebabkan oleh pelarut etilasetat mampu
aktif yang ada pada kulit buah naga merah. mengikat lebih banyak senyawa aktif yang
Kandungan flavonoid pada ekstrak kulit bersifat polar pada ekstrak kulit buah naga
buah naga merah ternyata sangat efektif merah seperti senyawa flavonoid, saponin
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan tanin yang mempunyai sifat
Staphylococcus aureus, flavonoid yang antibakteri. Pengaruh jenis pelarut dan
memiliki sifat polar sehingga lebih mudah konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah
menembus lapisan peptido glikan mikroba terhadap zona hambat pertumbuhan
yang juga memiliki sifat polar daripada mikroba Escherichia coli dan
lapisan lipid yang non polar, dinding sel Staphylococcus aureus dan Lactobacillus
Staphylococcus aureus mengandung acidophillus tergolong kuat. Antimikroba
polisakarida (asam terikoat) merupakan suatu bahan uji disebut jika memiliki zona
polimer yang larut dalam air yang hambat lebih besar dari 11 mm,
berfungsi sebagai transfor ion positif untuk menghambat sedang jika zona hambat 6-
keluar masuk, dengan terganggunya 11 mm sedangkan bila zona hambat lebih
dinding dsel akan menyebabkan lisis pada kecil dari 6 mm adalah menghambat
sel, mekanisme lain flavonoid sebagai lemah/rendah (Nurliana, dkk, 2009).
antimikroba adalah menghambat
permeabilitas membran sel dan Uji Minimum Inhibitor Concentration
menghambat ikatan enzim seperti ATPase (MIC)
dan phospholipase. Ekstrak kulit buah naga merah
yang mempunyai daya hambat tinggi
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit terhadap aktivitas pertumbuhan mikrobia
Buah Naga Merah Terhadap akan dilanjutkan pengujian Minimum
Lactobacillus acidopillus Inhibitor Concentration (MIC). Ekstrak
kulit buah naga merah menggunakan
60,00 pelarut etanol adan etil asetat adalah
Diameter Zona Hambat
DAFTAR PUSTAKA
Uji Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Terhadap Bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan
Lactobacillus acidophilus
Oleh: Tuti Wardani Siregar, Connie Daniela
85