Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621

Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

Efek Antibakteri Fraksi Kloroform Dari Ekstrak Etanol Daun Pandan


Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)
Antibacterial Effect of Chloroform Fraction from Ethanol Extract of Pandan Wangi Leaves
(Pandanus amaryllifolius Roxb)
Nur Ismiyati 1, Ana Mardiyaningsih1, Sherly Herdianti1
1
Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia, Jl Janti no 336 Banguntapan Bantul Yogyakarta
Corresponding author: Nur Ismiyati ; Email: nur_ismiyati@yahoo.com
Submitted: 04-09-2021 Revised: 13-09-2021 Accepted: 22-09-2021

ABSTRAK

Daun pandan wangi sering digunakan sebagai pemberi rasa (corrigen saporis) dan pemberi aroma (corrigen
odoris). Penelusuran potensinya sebagai pengawet makanan ditemui pada beberapa penelitian. Kandungan
senyawa flavonoid, saponin, polifenol, tanin, dan alkaloid diduga mempunyai aktivitas antibakteri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui fraksi kloroform ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan kandungan senyawa yang terdapat pada fraksi
kloroform dari ekstrak etanol daun pandan wangi dengan uji skrining fitokimia.
Penelitian ini merupakan penelitian True Experimental dengan desain penelitian Posttest Only Control
Group Design. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar (Test Kirby & Bauer) dengan cara
Cup - Plate technique. Dosis yang digunakan pada setiap ekstrak yaitu 2.000 mg (10ml), 5.000 mg (25ml), dan
10.000 mg (50ml). Uji skrining fitokimia menggunakan uji tabung Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisa dengan
Kruskal-Wallis Test dan Mann-Whitney Test.
Hasil penelitian menunjukkan fraksi kloroform ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus, namun tidak terhadap Escherichia coli. Fraksi kloroform ekstrak etanol pada uji skrining
fitokimia positif mengandung senyawa alkaloid, polifenol, saponin, dan triterpenoid.

Kata kunci: Pandanus amaryllifolius Roxb., Staphylococcus aureus, Escherichia coli, aktivitas antibakteri,
skrining fitokimia

ABSTRACT

Pandan wangi leaves are often used as a flavoring (corrigen saporis) and an aroma (corrigen odoris). The
use of pandan wangi leaves as a food preservative was found in several studies. The content of flavonoid
compounds, saponins, polyphenols, tannins, and alkaloids is thought to have antibacterial activity. The purpose
of this study was to determine the chloroform fraction of ethanolic extract of fragrant pandan leaves as
antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The active compounds contained in the
chloroform fraction of ethanolic extract of pandan wangi leaves was identified by phytochemical screening test.
This research is a true experimental research with posttest only control group design. The antibacterial
activity was tested using the agar diffusion method (Test Kirby & Bauer) using the cup - plate technique. The
doses used for each extract were 2,000 mg (10mL), 5,000 mg (25mL), and 10,000 mg (50mL). Phytochemical
screening test using test tube. The results of the antibacterial activity were analyzed using the Kruskal-Wallis Test
and the Mann-Whitney Test.
The results showed that the chloroform fraction of the ethanol extract had antibacterial activity against
Staphylococcus aureus, but not against Escherichia coli. The chloroform fraction of the ethanol extract in the
phytochemical screening test was positive for alkaloids, polyphenols, saponins, and triterpenoids.

Keywords: Pandanus amaryllifolius Roxb., Staphylococcus aureus, Escherichia coli, antibacterial,


phytochemical screening

PENDAHULUAN oleh bakteri gram positif yaitu Staphylococcus


Penyakit infeksi dan kelainan kulit yang aureus (Radji, 2011). Sedangkan penyakit yang
berbahaya bagi kesehatan manusia disebabkan ditimbulkan oleh bakteri gram negatif seperti

(Ismiyati et al., 2021) 37


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

bakteri Esherichia coli adalah wabah diare pada Staphylococcus aureus masing-masing pada
anak-anak yang sedang di rawat di rumah sakit kadar 1,1 % b/v dan pada kadar 0,5% b/v.
(Entjang, 2003). Penularan penyakit tersebut Berdasarkan penelitian diatas, maka
dapat terjadi melalui kontak langsung dan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
biasanya terjadi ditempat yang memiliki Roxb.) perlu dilarutkan dengan pelarut yang
sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih tepat sehingga dapat mengoptimalkan
(Radji, 2011). penyarian senyawa dari daun pandan wangi.
Penanganan penyakit yang disebabkan Pelarut etanol merupakan pelarut polar yang
oleh bakteri Staphylococcus aureus dan mampu melarutkan senyawa flavonoid, tanin,
Esherichia coli dapat ditangani dengan dan polifenol. Pelarut yang digunakan dalam
pemberian antibiotik, tetapi beberapa galur penelitian ini adalah pelarut etanol 70%. Sifat
Staphylococcus aureus telah resisten terhadap dari etanol 70% adalah pelarut yang bersifat
semua antibiotik konvensional (Radji, 2011). semi polar, sehingga flavonoid, saponin dan
Masalah tersebut dapat diatasi dengan tanin berdasarkan sifat kepolaran masing-
pengobatan dari alam karena efek samping masing dapat tersari dalam etanol 70%. Etanol
yang ditimbulkan hampir dikatakan tidak ada. 70% adalah campuran dua bahan pelarut yaitu
Selain itu mudah didapat, terjangkau, mudah, etanol dan air dengan kadar etanol 70% (v/v).
dan murah. Salah satu tanaman yang biasanya Etanol tidak menyebabkan pembengkakan pada
sering digunakan sebagai bahan penyedap, membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan
pewangi, pemberi warna hijau pada masakan, obat terlarut. Keuntungan lainnya adalah
dan pengawet makanan sehingga makanan sifatnya yang mampu mengendapkan albumin
tersebut tidak ditumbuhi bakteri atau tidak dan menghambat kerja enzim. Etanol 70%
terjadi kontaminasi bakteri yaitu daun pandan sangat efektif dalam menghasilkan jumlah
wangi (Pandanus amaryylifolius Roxb.) bahan aktif yang optimal (Voigt, 1984).
(Dalimartha, 2002). Sedangkan pelarut etil asetat berdasarkan
Daun pandan wangi (Pandanus penelitian Mandayani (2014) memiliki
amarrylifolius Roxb.) mempunyai kandungan randemen paling rendah. Houghton dan Raman
senyawa seperti alkaloid, saponin, flavonoid, (1998) menyatakan bahwa alkaloid dan
tanin, polifenol, dan zat warna (Arisandi dan glikosida saponin mampu terlarut dalam pelarut
Andriani, 2008). Kandungan zat kimia seperti etil asetat. Hal ini dapat diartikan bahwa sedikit
senyawa tanin, flavonoid, saponin, alkaloid, senyawa alkaloid dan senyawa saponin yang
dan polifenol merupakan senyawa metabolit terlarut dalam etil asetat. Oleh karena itu
sekunder pada tumbuhan yang bersifat sebagai peneliti tidak menggunakan pelarut etil asetat.
antibakteri (Robinson, 1995). Hasil uji aktivitas antibakteri daun
Pada penelitian Mandayani (2013) pandan wangi berdasarkan penelitian
Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus Mandayani (2013) menyatakan bahwa ekstrak
amaryllifolius Roxb.) terhadap pertumbuhan etanol daun pandan wangi tidak menghambat
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pertumbuhan bakteri Stapylococcus aureus dan
menunjukkan hasil daya hambat bakteri pada Escherichia coli,oleh karena itu perlu
konsentrasi 25% b/v dengan dosis 2500 dilakukan fraksinasi untuk mendapatkan
mg/disk dan 50% b/v dengan dosis 5000 senyawa yang lebih murni dan untuk
mg/disk. Ekstrak etanol : etil asetat (1:1 v/v) memisahkan senyawa – senyawa yang
lebih menghambat pertumbuhan diperoleh dengan jumlah zat aktif yang lebih
Staphylococcus aureus. Sedangkan ekstrak sederhanadari ekstrak etanol daun pandan
etanol daun pandan wangi tidak menghambat wangi.
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Fraksinasi merupakan proses pemisahan
dan Escherichia coli. Penelitian lain yaitu antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi
Januar (2014) menyatakan ekstrak etil asetat dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat
daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius kepolarannya yaitu non polar, semi polar, dan
Roxb.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar
Stapylococcus aureus dan Escherichia coli akan larut kedalam pelarut non polar, yang semi
dengan nilai KHM (Kadar Hambat Minimum) polar akan larut kedalam pelarut semi polar,
dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) terhadap dan yang bersifat polar akan larut kedalam
pelarut polar (Harborne 1996). Dalam

(Ismiyati et al., 2021) 38


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

penelitian ini, fraksinasi yang digunakan adalah diserbuk menggunakan blender lalu diayak
fraksi kloroform. Kloroform merupakan pelarut dengan ayakan no 20/40. Selanjutnya simplisia
non polar di lapisan organik (Heinrich et al., diremaserasi menggunakan pelarut etanol 70%
2009). Berdasarkan penelitian Ayuningtyas sebanyak 10x bobot bahan, diaduk selama 30
(2009) hasil uji aktivitas antibakteri menit lalu didiamkan selama 24 jam, lalu saring
menunjukkan bahwa fraksi kloroform dari fitratnya. Lakukan remaserasi selama 3x
ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia perlakuan yang sama sehingga 10 x 3 untuk 3
sappan L.) memiliki aktivitas antibakteri remaserasi. Hasil fitrat diendapkan selama 2
terhadap bakteriS. aureus dengan nilai KBM hari lalu diuapkan dalam rotary evaporator
6%, sedangkan S. dysentriae hingga sehingga menghasilkan ekstrak kental daun
konsentrasi 6% belum diketahui nilai KBMnya. pandan wangi. Ekstrak ditambah dengan
Hasil uji analisis Kromatografi Lapis Tipis aquadest dan etanol 70% dengan perbandingan
(KLT) dan uji bioautografi menunjukkan (1:2:1) digerus tuang sampai tidak ada sisa. Sari
bahwa diduga senyawa yang dapat yang didapat ditambah klorform 1:1 v/v dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus corong pisah, digojog 10-15 menit kemudian
dan S.dysentriae adalah flavonoid, alkaloid, ditunggu pemisahannya selama 1-2 jam dan
polifenol, dan brazilin. lakukan replikasi 3x sehingga didapat fraksi
Oleh karena itu, diharapkan dengan kloroform. Untuk memastikan senyawa telah
fraksi kloroform dapat melarutkan senyawa- terikat semua dalam kloroform maka diuji
senyawa non polar dari daun pandan wangi dan dengan KLT. Bandingkan bercak antara fraksi
dapat memberikan daya hambat yang lebih kloroform dan fraksi air. Setelah didapat fraksi
optimal dari ekstrak etanol daun pandan wangi kloroform, kemudian diuapkan sehingga
seperti senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan didapat ekstrak kental dari fraksi kloroform
polifenol. tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka 4. Pembuatan larutan stok fraksi kloroform
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari ekstrak etanol
mengenai uji aktivitas antibakteri dan skrining Pada penelitian ini dibuat pengenceran
fitokimia dari fraksi kloroform ektrak etanol larutan fraksi kloroform dari ekstrak etanol
daun pandan wangi. daun pandan wangi sebanyak 1 g/5ml DMSO
dengan pemberian dosis pada tiap sumuran
METODE PENELITIAN sebanyak 2.000 mg (10ml), 5.000 mg (25ml),
Penelitian ini merupakan eksperimental murni dan 10.000 mg (50ml).
(True Experiment) dengan desain penelitian 5. Pembuatan larutan Kloramfenikol
Posttest Only Control Group Design Penelitian ini menggunakan
(Notoadmodjo, 2010). kloramfenikol sebagai kontrol positif. Kadar
1. Determinasi tanaman yang sensitif terhadap bakteri uji adalah 30mg.
Determinasi tanaman pandan wangi Pembuatannya dengan 30 mg kloramfenikol
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) dilakukan di dilarutkan dalam 10 ml aquadest kemudian
Laboratorium Biologi Fakultas Biologi diambil 10 ml sehingga diperoleh kadar 30mg.
Universitas Gadjah Mada. Tujuan determinasi 6. Uji aktivitas antibakteri.
untuk memastikan bahwa tanaman yang Metode yang digunakan adalah Metode
digunakan benar-benar tanaman yang akan Cup-plate technique, dimana dibuat sumuran
diteliti dan sesuai dengan pustaka. pada media agar yang telah ditanam dengan
2. Pengumpulan bahan dan pengeringan mikroorganisme dan pada sumuran tersebut
Bahan yang sudah dikumpulkan diberi agen antimikroba yang akan diuji. Media
kemudian dicuci dengan air bersih. Bahan NA hangat kurang lebih 40oC ditambahkan
selanjutnya dikeringkan didalam lemari dengan suspensi bakteri yang kekeruhannya
pengeringan untuk megurangi kadar air dalam sama dengan larutan standar Mc. Farland 108
tanaman. cfu/ml kemudian homogenkan. Tuang dalam
3. Pembuatan ekstrak dan fraksi kloroform petri steril 15 ml tunggu sampai padat. Petri
Simplisia daun pandan wangi yang digunakan adalah 2 petri untuk masing-
dikumpulkan lalu dicuci dengan air bersih, masing bakteri uji. Petri pertama untuk bakteri
selanjutnya dikeringkan dalam lemari Staphylococcus aureus dibagi menjadi 5 bagian
pengering. Simplisia kering yang diperoleh yaitu kontrol positif (Kloramfenikol), kontrol

(Ismiyati et al., 2021) 39


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

negatif (DMSO), dosis 2000 mg (10ml), dosis Timbang 100 mg ekstrak etanol fraksi
5000 mg (25ml), dan dosis 10.000 mg (50ml) kloroform, tambahkan 2 ml metanol dan
dari pengenceran larutan stok sebanyak 1g/5ml kocok selama 15 menit dengan menutup
DMSO. Petri kedua untuk bakteri Escherichia rapat mulut tabung. Saring dengan kertas
coli dibagi menjadi 5 bagian juga yaitu kontrol saring, fitrat diteteskan pada kertas
positif (Kloramfenikol), kontrol negatif saring dan uapkan dengan amoniak
(DMSO), dosis 2000 mg (10ml), dosis 5000 mg pekat. Warna bercak kuning pada kertas
(25ml), dan dosis 10.000 mg (50ml) dari saring menunjukkan adanya kandungan
pengenceran larutan stok sebanyak 1 g/5ml flavonoid (Marhamah, 2013).
DMSO. e. Uji Saponin
7. Skrining fitokimia Timbang 10 mg fraksi kloroform dari
Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol ditambah dengan 10 ml
fraksi kloroform dengan metode uji tabung dan aquadest tutup rapat (tabung tinggi)
uji kromatografi lapis tipis. sambil dikocok selama 5 menit. Adanya
a. Uji alkaloid busa yang dapat bertahan selama 30
Timbang ekstrak etanol fraksi kloroform menit menunjukkan adanya senyawa
50 mg, dilarutkan dalam 1,5-2% HCl saponin dan ditambah HCl 2N buih tidak
kemudian larutan dibagi dalam empat hilang (Marhamah, 2013).
tabung. Tabung I, larutan ditambah 0,5 f. Uji Steroid dan Triterpenoid
ml larutan asam encer sebagai Ambil larutan uji sebanyak 2 ml
pembanding, tabung 2 ditambah 3 tetes diuapkan dalam cawan penguap. Residu
reagen Dragendorff, dan tabung 3 dilarutkan dengan 0,5 ml kloroform,
ditambah 3 tetes reagen mayer, dan ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat
tabung 4 ditambah 3 tetes reagen dan 2 ml asam sulfat pekat melalui
Buchardat. Jika tabung 2 terbentuk dinding tabung. Terbentuknya cincin
endapan jingga, pada tabung 3 terbentuk kecoklatan atau violet pada perbatasan
endapan kekuning-kuningan dan tabung larutan menunjukkan adanya
4 terbentuk endapan coklat sampai hitam triterpenoid, sedangkan bila muncul
menunjukkan adanya alkaloid (Ciulei, cincin biru kehijauan menunjukkan
1984). adanya steroid (Ciulei, 1984).
b. Uji polifenol
Timbang 100 mg fraksi kloroform
ekstrak etanol, panaskan dengan 5 ml air
selama 10 menit dalam tangas air HASIL DAN PEMBAHASAN
mendidih. Saring panas-panas, setelah Pengamatan hasil uji terdapatnya
dingin tambahkan pereaksi besi (III) hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
klorida sebanyak 3 tetes. jika terjadi aureus dan Escherichia coli oleh fraksi
warna biru tua, biru kehitaman atau kloroform dari ekstrak etanol daun pandan
hitam kehijauan menunjukkan adanya wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
senyawa polifenol dan tannin dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam
(Marhamah, 2013) pada suhu 37oC. Parameter yang menjadi acuan
c. Uji Tanin hasil uji positif berkhasiat sebagai antibakteri
Timbang 500 mg ekstrak etanol fraksi adalah dengan terbentuknya zona jernih
kloroform, panaskan dalam 1 ml air disekitar sumuran yang telah diberi ekstrak
selama 3 menit diatas penangas air. dengan berbagai dosis. Hasil pengamatan uji
Saring, fitrat yang didapat ditambah aktivitas antibakteri fraksi kloroform dari
dengan larutan natrium klorida 2% ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus
sebanyak 1 ml, bila terbentuk suspensi amaryllifolius Roxb.) terdapat pada tabel 1.
atau endapan disaring dengan kertas Hasil uji analisis statistik dengan uji
saring. Fitrat ditambah larutan gelatin Mann-Whitney menunjukkan bahwa fraksi
1% sebanyak 2 ml. terbentuknya kloroform dari ekstrak etanol daun pandan
endapan menunjukkan adanya tanin atau wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
zat semak (Marhamah, 2013). terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
d. Uji Flavonoid kontrol positif dan variasi dosis yaitu pada dosis

(Ismiyati et al., 2021) 40


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

5.000 mg (25 ml) dan 10.000 mg (50 ml) dengan kontrol negatif (DMSO) karena
menunjukkan adanya perbedaan signifikan memilki nilai sig < 0,05.

Tabel 1. Hasil Rata-rata Pengukuran Diameter Zona Hambat kontrol positif, kontrol negatif, dan
fraksi kloroform (fk) dari ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap Bakteri
Stapylococcus aureus dan Escherichia coli

*Diameter zona hambat (mm) pada media bakteri ± SD


Perlakuan
Stapylococcus aureus Escherichia coli

Kontrol positif (Kloramfenikol) 30,6 ± 0,5 29,8 ± 0,8

Kontrol negatif (DMSO) 7,8 ± 0,0 7,8 ± 0,0

Fk 2000 mg (10 ml) 7,8 ± 0,0 7,8 ± 0,0

Fk 5000 mg (25 ml) 9,8 ± 0,1 7,8 ± 0,0

Fk 10.000mg (50 ml) 10,9 ± 0,1 7,8 ± 0,0


Keterangan : *Diameter yang diukur termasuk diameter sumuran, yaitu 7,8 mm

Hasil uji pada kontrol positif gram positif dan negatif terhadap zat antibakteri
(kloramfenikol) memberikan diameter zona karena perbedaan struktur dinding sel. Bakteri
hambat yang lebih besar jika dibandingkan Staphylococcus aureus mempunyai struktur
dengan semua dosis fraksi kloroform dari dinding sel yang mengandung polisakarida dan
ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus protein yang bersifat antigen, dan mempunyai
amaryllifolius Roxb.) yang diujikan. Hal ini kandungan lipid yang rendah, sedangkan
dibuktikan dengan hasil uji statistik dengan uji bakteri Escherichia coli mempunyai dinding
Mann-Whitney yang menunjukkan ada sel dengan kandungan lipid tinggi dan struktur
perbedaan signifikan antara kontrol positif dinding sel yang berlapis 3 (multilayer) yaitu
dengan dosis uji yaitu 2.000 mg (10 ml) dan terdiri dari lipoprotein, membran luar
10.000 mg (50 ml) dalam menghambat fosfolipid, dan lipopolisakarida. Membran luar
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus fosfolipid dapat mengurangi masuknya zat
karena memiliki nilai sig < 0,05. Namun pada antibakteri kedalam sel, sehingga dinding sel
pemberian dosis 5.000 mg (25 ml) memiliki bakteri Escherichia coli lebih sulit ditembus
nilai sig = 0,05. Ini berarti tidak ada perbedaan oleh zat antibakteri dibandingkan dengan
signifikan antara kontrol positif dengan dosis dinding sel bakteri Staphylococcus aureus.
5.000 mg (25 ml). Hasil uji skrining fitokimia dengan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat menggunakan uji tabung, fraksi kloroform dari
perbedaan daya antibakteri antara bakteri ekstrak etanol daun pandan wangi positif
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli terhadap senyawa alkaloid, polifenol, saponin,
fraksi kloroform dari ekstrak etanol positif dan triterpenoid.
terbentuk diameter zona hambat pada bakteri Senyawa alkaloid mempunyai
Staphylococcus aureus, sedangkan negatif atau mekanisme penghambatan terhadap bakteri
tidak terbentuk zona hambat pada bakteri dengan mengganggu terbentuknya seberang
Escherichia coli. Diameter zona hambat silang komponen penyusun peptidoglikan pada
terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
yang merupakan bakteri gram positif, terbentuk secara utuh dan menyebabkan
sedangkan tidak terbentuk diameter zona kematian sel (Robinson, 1995). Tanin dan
hambat pada bakteri Escherichia coli yang polifenol diduga dapat mengkerutkan dinding
merupakan bakteri gram negatif. Hal ini dapat sel atau membran sel sehingga mengganggu
disebabkan karena struktur pertahanan setiap permeabilitas sel. Akibatnya, sel tidak dapat
kelompok bakteri berbeda. Menurut Jawetz, et melakukan aktivitas hidup sehingga
al. (1986), perbedaan kepekaan pada bakteri pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati

(Ismiyati et al., 2021) 41


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

(Ajizah, 2004) Oleh karena itu, pada bakteri jumlah besar. Berdasarkan hasil uji antibakteri
gram positif seperti Staphylococcus aureus, menunjukkan bahwa pada Escherichia coli
lapisan peptidoglikannya lebih mudah tidak memiliki daya hambat, sedangkan pada
tertembus oleh senyawa alkaloid, tanin dan Staphylococcus aureus memiliki daya hambat
polifenol. Sementara itu bakteri gram negatif pada pemberian dosis 5000 mg (25 ml) dan
seperti Escherichia coli memiliki dinding sel 10.000 mg (50 ml).
yang tersusun dari kompleks polisakarida yang
tersusun dari lipid, lemak, dan substansi dalam

Tabel 5. Hasil uji skrining fitokimia pada fraksi kloroform dari ekstrak etanol daun pandan wangi
dengan uji tabung
Macam Uji Pereaksi Hasil Keterangan

Dragendroff (+) Terbentuk endapan merah bata


Uji Alkaloid
Mayer (+) Terbentuk endapan kuning

Bouchardat (+) Terbentuk endapan merah bata

Uji Polifenol FeCl3 10% (+) Terbentuk warna hijau kehitaman

Uji Tanin Gelatin 1% (-) Tidak terbentuk endapan

Uji Flavonoid Uap Amonia (-) Tidak tejadi perubahan warna menjadi
kuning pada kertas saring

Uji Saponin Penggojokan (+) Tinggi buih <3 cm tetapi setelah


ditambah HCl 2N buih tidak hilang

Uji Steroid dan penambahan triterpenoid, terbentuk cincin kecoklatan


Triterpenoid kloroform, asam (+) pada perbatasan larutan
asetat anhidrat
dan H2SO4 pekat

Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi amaryllifolius Roxb.) mengandung senyawa


kloroform dari ekstrak etanol daun pandan alkaloid, polifenol, saponin, dan triterpenoid
wangi berpotensi dalam pengembangan
pengawet makanan dari kontaminasi bakteri UCAPAN TERIMA KASIH
Staphylococcus aureus namun tidak untuk Penulis mengucapkan terima kasih
bakteri Escherichia coli. Melihat potensi kepada Dirjen Dikti atas pendanaan penelitian
tersebut, maka dibutuhkan penelitian lebih yang merupakan bagian dari pendanaan hibah
lanjut terhadap bakteri yang mengkontaminasi Penelitian Kerja Sama Perguruan Tinggi
pangan lainnya dan beberapa jamur yang sering (Pekerti) tahun 2015.
mengkontaminasi pangan.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Ajizah, A., (2014), Sensitivitas Salmonella
Fraksi kloroform dari ekstrak etanol typhimurium terhadap Ekstrak Daun
daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Psidium guajava L. Bioscientiae, 1 (1) :
Roxb.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap 31-38.
bakteri Staphylococcus aureus, namun tidak Arisandi, Y dan Andriani, Y., (2008). Khasiat
memiliki antivitas antibakteri terhadap bakteri Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan,
Escherichia coli. Fraksi kloroform dari ekstrak Eksa Media, Jakarta.
etanol daun pandan wangi (Pandanus Ayuningtyas, P., (2009), Uji Aktivitas
Antibakteri Fraksi Kloroform Ekstrak

(Ismiyati et al., 2021) 42


Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Setya Medika p-ISSN Cetak : 2528-7621
Vol.6, No.1: 37-43 e-ISSN Online: 2579-938X

Etanol Kayu Secang (Caesalpinia Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A.,
Sappan L.) Terhadap Staphylococcus (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi
aureus Dan Shigella dysentriae Serta Kesehatan (Review of medical
Biografinya, Skripsi, Universitas microbiologi), Edisi 16, Diterjemahkan
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. oleh Tonang. EGC Penerbit Buku
Ciulei, J. (1984). Methodology for Analysis of Kedokteran, Jakarta.
Vegetables and Drugs. Bucharest: Mandayani, R., (2013), Uji Antibakteri Ekstrak
Faculty of Pharmacy. Daun Pandan Wangi (Pandanus
Dalimartha, S. (2002). Atlas Tanaman Obat amaryllifolius Roxb) Terhadap
Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Trubus. Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Agriwidya. Escherichia coli, Karya Tulis Ilmiah,
Entjang, I. (2003). Mikrobiologi dan Politeknik Kesehatan Bhakti Setya
Parasitologi untuk Akademi Indonesia, Yogyakarta.
Keperawatan dan Sekolah Tenaga Marhamah P.D. (2013). Skrining Fitokimia dan
Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Bakti. Bandung. 70% Daun Pandan Wangi (Pandanus
Harbone, J.B. (1996) Metode Fitokimia amaryllifolius Roxb.) terhadap
Penuntun cara modern menganalisis Staphylococcus aureus ATCC 25923,
tumbuhan, Terbitan kedua, ITB, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Bandung. Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Houghton PJ, Raman A. (1998). Laboratory Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Handbook for the Fractination of Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Natural Extracts. Thomson Science. Jakarta.
London. Radji, M. (2011). Buku Ajar Mikrobiologi-
Heinrich, M. Joanne, B. Simon, G. & Elizabeth, Panduan Mahasiswa Farmasi dan
M.W. (2009). Farmakognosi dan Kedokteran. EGC Kedokteran. Jakarta.
Fitoterapi. Diterjemahkan oleh Winny Robinson, T. (1995). Kandungan Organik
R.S, Cucu A, Ella E, Euis R.F. EGC Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh
Kedokteran, Jakarta. Kosasih. Institut Teknologi Bandung,
Januar, M. (2014). Potensi Antibakteri Ekstrak Bandung.
Etil Asetat Daun Pandan Wangi Voigt, R. (1984) Buku Pelajaran Teknologi
(Pandanus amaryllifolius Roxb) Farmasi, diterjemahkan oleh Noeroto, S.,
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Edisi V, Universitas Gadjah Mada Press,
dan Escherichia coli. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta.
Politeknik Kesehatan Bhakti Setya
Indonesia. Yogyakarta.

(Ismiyati et al., 2021) 43

Anda mungkin juga menyukai