Anda di halaman 1dari 7

Vol.x No.x …………….

p-ISSN: 2356-198X

FORMULASI SALEP DARI EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ceppa L.) YANG
BERKHASIAT SEBAGAI ANTI BAKTERI (Staphylococcus aureus)

OINTMENT FORMULATION OF ONION EXTRACT (Allium ceppa L.) IT


WORKS AS AN ANTI BACTERIAL (Staphylococcus aureus)

HASNAENI
Prodi DIII Farmasi STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo
E-mail: hasnaeniisraill@gmail.com

ABSTRAK

Bisul adalah tonjolan yang berisi nanah akibat dari infeksi bakteri yang menyebabkan inflamasi pada
folikel rambut karena adanya gesekan, iritasi, dan kurang bersihnya perawatan tubuh. Adapun pengobatan yang
digunakan untuk mengobati penyakit bisul adalah salep dari ekstrak bawang merah. Karena Bawang merah
(Allium ceppa L.) mengandung beberapa senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus diantaranya alisin dan flavonglikosida yang bersifat sebagai bakterisida. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak bawang merah (Allium ceppa L.) dapat diformulasikan sebagai salep
antibakteri penyebab bisul. Metode Penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Ekstrak bawang
merah (Allium ceppa L.) diformulasikan menjadi sediaan salep dengan memvariasikan konsentrasi paraffin
padat. Konsentrasi zat aktif yang digunakan dalam setiap formula adalah 4.02% serta konsentrasi paraffin padat
yang digunakan adalah 1,33% pada formula I, 1,21% pada formula II dan 1,15% pada formula III. Kemudian
dilakukan uji kestabilan fisik meliputi organoleptik, homogenitas, pH dan daya sebar,. Pengujian dilakukan
selama 21 hari penyimpanan. Hasil penelitian dari formulasi sediaan salep dari ekstrak bawang merah
menunjukkan bahwa warna dan bau salep stabil, partikel terdistribusi secara merata, pH salep cenderung stabil
dan daya sebar mengalami penurunan. Ekstrak bawang merah (Allium ceppa L.) dapat diformulasikan menjadi
sediaan salep yang stabil dan memenuhi persyaratan. Formula yang paling stabil adalah formula III dengan
konsentrasi paraffin padat sebesar 1,15%.

Kata Kunci : Bawang Merah, Salep, Stabilitas Fisik, Bisul.

Pustaka : 18 (1979-2016)

ABSTRACT

Boils are pus-filled protuberances caused by bacterial infections that cause inflammation of the hair
follicles due to friction, irritation, and lack of clean body care. The treatment used to treat ulcers is an ointment
from onion extract. Because onion (Allium ceppa L.) contains several chemical compounds that can inhibit the
growth of staphylococcus aureus bacteria including alisin and flavonglikosida which are bactericidal. This study
aims to determine whether the extract of shallots (Allium ceppa L.) can be formulated as an antibacterial
ointment that causes ulcers. The research method used is experimental. Shallot extract (Allium ceppa L.) is
formulated into an ointment preparation by varying the concentration of solid paraffin. The concentration of
active substance used in each formula was 4.02% and the concentration of solid paraffin used was 1.33% in
formula I, 1.21% in formula II and 1.15% in formula III. Then the physical stability test includes organoleptic,
homogeneity, pH and dispersal power. Testing is carried out for 21 days of storage. The results of the ointment
preparation formulation from onion extract showed that the color and odor of the ointment was stable, the
particles were evenly distributed, the pH of the ointment tended to be stable and the spread of power decreased.
Shallot extract (Allium ceppa L.) can be formulated into a stable ointment that meets the requirements. The most
stable formula is formula III with a solid paraffin concentration of 1.15%.

Keywords : Shallots, Ointment, Physical Stability , boils.

Library : 18 (1979-2016)

PENDAHULUAN Kebersihan tubuh menjadi salah satu


hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan dapat dan Nita Fajaryanti (2014) bahwa ekstrak
mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis umbi bawang merah (Allium ceppa L.)
seseorang (Tarwoto, 2011). ). Sebagai mempunyai aktifitas antibakteri terhadap
perantara awal terhadap rangsangan sentuhan, bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro
rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar, dan konsentrasi ekstrak umbi bawang merah
kulit harus dijaga kebersihannya agar paling efektif sebagai antibakteri terhadap
terhindar dari infeksi bakteri yang dapat bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro
menyebabkan penyakit (Djuanda, 2013). adalah konsentrasi 100%.
Salah satu penyakit kulit akibat infeksi bakteri Untuk meningkatkan efektivitas
adalah bisul. Bisul merupakan sekumpulan penggunaan bawang merah sebagai
nanah yang telah terakumulasi di rongga pengobatan bisul perlu dikembangkan sediaan
jaringan setelah terinfeksi sesuatu (umumnya farmasi yang aman dan mudah digunakan
karena bakteri atau parasit), awalnya hanya secara topikal. Sediaan topikal yang
folikel rambut yang terinfeksi, tetapi karena umumnya sering digunakan oleh masyarakat
adanya gesekan, iritasi, dan kurang bersihnya adalah salep, salep merupakan bentuk sediaan
perawatan tubuh, infeksi tersebut dapat semisolid yang ditujukan untuk penggunaan
menyebar ke jaringan sekitarnya, dan menjadi eksternal pada kulit. Adapun efek fisika yang
bisul (Maharani, A., 2015). dihasilkan oleh salep, yaitu sebagai
Menurut Dinkes Sulawesi Selatan pelindung, pelembut atau pelicin (Allen et al.,
(2012) prevalensi penderita penyakit infeksi 2013).
kulit di Sulawesi Selatan sebesar 5,98% yang Oleh karena itu peneliti akan fokus
meliputi balita hingga dewasa. Umumnya pada formulasi bawang merah (Allium ceppa
masyarakat mengobati bisul menggunakan L.) dalam bentuk sediaan salep menggunakan
antibiotik, tetapi penggunaan antibiotik tentu basis hidrokarbon, memvariasikan basis salep
dapat menyebabkan masalah baru yaitu serta melakukan uji kestabilan fisiknya.
resistensi (Irianto, K., 2013). Untuk
mengurangi resiko tersebut masyarakat BAHAN DAN METODE
beralih ke pengobatan tradisional dengan Jenis penelitian yang digunakan adalah
menggunakan tumbuhan obat. Pada awalnya penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
beberapa tumbuhan digunakan sebagai bahan merupakan penelitian menggunakan suatu
makanan, namun seiring perkembangan percobaan yang dirancang secara khusus guna
waktu tumbuhan menunjukkan efek yang mengembangkan data yang diperlukan untuk
menguntungkan bagi kesehatan manusia menjawab pertanyaan penelitian. Jenis
penelitian ini relevan dengan penelitian penulis
untuk mengobati beberapa penyakit tertentu.
dalam membuat beberapa formula salep yang
Salah satu tumbuhan obat yang telah
mengandung ekstrak bawang merah (Allium
teruji secara empiris untuk mengobati bisul
ceppa L.) dan menguji kestabilan fisiknya.
adalah Bawang Merah (Kuswardhani, 2015).
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi
Bawang Merah (Allium ceppa L.)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
mengandung beberapa senyawa kimia yang
Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo pada bulan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Mei – Juni 2020.
Staphylococcus aureus diantaranya alisiin dan
flavonglikosida yang bersifat sebagai HASIL PENELITIAN
bakterisida dan berfungsi salah satunya Pemeriksaan terhadap kestabilan fisik
mengobati penyakit kulit seperti abses salep ekstrak bawang merah (Allium ceppa L.)
(Prabaningrum, A., 2014). meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH dan
Penelitian ini relevan dengan penelitian daya sebar. Pemeriksaan kestabilan fisik ini
sebelumnya oleh Mohammad Fajar Septiono
dilakukan selama 21 hari penyimpanan. Hasil memiliki pH 4 - 5 dan Formula III memiliki
pengamatan uji kestabilan fisik salep esktrak pH 5. Terjadi peningkatan pH pada formula.
bawang merah (Allium ceppa) dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini: 4. Daya Sebar
1. Uji Organoleptik Tabel 4.4 Hasil Pengujian Daya Sebar
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
Keterangan : B : Berubah
pada formula I berkisar antara 5,2-5,6 cm, pada
Kestabilan Fisik formula II berkisar antara 5-5,3 cm dan pada
Indi Form % % formula III berkisar antara 5-5,2. Selama 21
kator ula B Respo TB Respond hari penyimpanan daya sebar salep dari seluruh
nden en formula mengalami penurunan.
I 3 20% 12 80%
Warna II 2 13,33% 13 86,66% PEMBAHASAN
III 1 6,66% 14 93,33 % Salep adalah sediaan semisolid yang
I 2 3,33% 13 86,66% ditujukan untuk penggunaan eksternal pada
Bau II 1 6,66% 14 93,33% kulit atau membran mukosa. Adapun efek
III 1 6,66% 14 93,33% fisika yang dihasilkan oleh salep, yaitu
TB : Tidak Berubah sebagai pelindung, pelembut, atau pelicin
(Allen et al., 2013).
2. Homogenitas
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Homogenitas

Keterangan : H : Homogen Kestabilan Fisik


TH : Tidak Homogen Parameter
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa Salep Homogenitas (hari Homogen
partikel terdistribusi dengan baik di dalam basis ke)
salep ditandai dengan tidak adanya partikel
yang menggumpal atau tidak rata pada formula 0 7 14 21
I, formula II dan formula III selama 21 hari Formula Tidak ada
penyimpanan. H H H H
I butiran-butiran
Formula atau partikel
3. pH H H H H
II yang
Tabel 4.3 Hasil Pengujian pH Formula mengumpal
H H H H
III Kestabilan Fisik (H)
Keterangan
Keterangan: MS : Memenuhi Syarat (pH
Salep memenuhi
TMS : Tidak Memenuhi Syarat pH (hari ke)
pengujian pH pada sediaan salep bawang syarat 4,25-
merah (Allium ceppa L.) selama 21 hari 0 7 14 21 5.65)
penyimpanan diperoleh hasil bahwa Formula I Formula I 4 5 5 5 MS
memiliki pH antara 4-5. Formula II
Kestabilan Fisik Keterangan Formula II 4 5 5 5 MS
Salep Daya Sebar (hari ke) (daya sebar Formula III 5 5 5 5 MS
memenuhi
syarat 5-7
0 7 14 21 cm)

Formula I 5,6 cm 5,5 cm 5,2 cm 5,2 cm MS

Formula II 5,3 cm 5,2 cm 5,1cm5,0 cm MS

Formula III 5,2 cm 5,2 cm 5,1cm5.0 cm MS


Bisul adalah tonjolan yang berisi Pengolahan ekstrak kental menjadi
nanah akibat dari infeksi bakteri yang ekstrak kering dapat dilakukan dengan cara
menyebabkan inflamasi pada folikel penjemuran alami maupun menggunakan alat
rambut karena adanya gesekan, iritasi, dan pengering. Kelemahan dari cara penjemuran
kurang bersihnya perawatan tubuh, infeksi adalah memerlukan waktu yang lama dan
tersebut dapat menyebar ke jaringan hasil yang diperoleh kurang higienis,
sekitarnya, dan menjadi bisul (Maharani, sedangkan alat pengering memerlukan suhu
A., 2015). yang tinggi. Pengeringan pada suhu tinggi
Bawang merah (Allium ceppa L.) untuk beberapa komoditas tanaman obat,
mengandung senyawa aktif Allisin dan dapat merusak komponen bahan aktif karena
flavonglikosida yang memiliki aktivitas sensitif terhadap panas. Dengan demikian
antibakteri yang mampu menghambat untuk menjaga supaya komponen aktif yang
pertumbuhan bakteri penyebab penyakit terdapat di dalam ekstrak tidak rusak serta
bisul yaitu Staphylococcus aureus. Jumlah mempercepat proses pengeringan, maka
konsentrasi zat aktif ekstrak bawang ditambahkan bahan pengisi ke dalam ekstrak
merah (Allium ceppa L.) yang digunakan kental/oleoresin. Menurut Master dalam
dalam formula adalah 13,4% diperoleh Ferdinan (2003), bahan pengisi berfungsi
dengan cara perhitungan berdasarkan melapisi komponen flavor, meningkatkan
penelitian soebagio (2007). jumlah total padatan, mempercepat proses
Penelitian ini relevan dengan pengeringan dan mencegah kerusakan bahan
penelitian sebelumnya oleh Mohammad akibat panas.
Fajar Septiono dan Nita Fajaryanti (2014) Berdasarkan hasil pengamatan,
bahwa ekstrak umbi bawang merah penambahan bahan pengisi ke dalam ekstrak
(Allium ceppa L.) mempunyai aktifitas kental sebelum dikeringkan dapat
antibakteri terhadap bakteri mempersingkat waktu pengeringan. Semakin
Staphylococcus aureus secara in vitro dan tinggi konsentrasi bahan pengisi yang
konsentrasi ekstrak umbi bawang merah ditambahkan maka mutu ekstrak kering yang
paling efektif sebagai antibakteri terhadap dihasilkan semakin mendekati mutu bahan
bakteri Staphylococcus aureus secara in baku (ekstrak kental) . Pengeringan ekstrak
vitro adalah konsentrasi 100%. kental dengan penambahan bahan pengisi
Bahan-bahan yang dibutuhkan dapat mengikat air yang terdapat di dalam
dalam memformulasikan sediaan salep ekstrak, sehingga air lebih cepat menguap.
ekstrak bawang merah (Allium ceppa L.) Dengan demikian waktu pengeringan lebih
antara lain ekstrak kering bawang merah singkat dan mutu ekstrak kering yang
(Allium ceppa L.) sebagai zat aktif, dihasilkan mendekati mutu ekstrak kental. Hal
vaselin album untuk memperbaiki ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak yang
konsentrasi basis, paraffin padat untuk dihasilkan karena semakin lama waktu
memadatkan basis, nipagin dan pengeringan kemungkinan akan terjadi
nipasol untuk mencegah kerusakan salep yang penurunan mutu karena terjadi kerusakan
disebabkan oleh mikroorganisme. Dalam hal bahan aktif akibat kena panas terlalu lama.
ini bahan yang divariasikan adalah Paraffin Semakin tinggi konsentrasi bahan pengisi yang
padat (1,33%, 1,21%, 1,15%). Dengan adanya ditambahkan ke dalam ekstrak, waktu
variasi basis dalam formula ini, diharapkan pengeringan akan semakin singkat dan ekstrak
dapat diperoleh sediaan salep dengan ekstrak berhubungan dengan udara panas juga sebentar
kering Bawang Merah (Allium ceppa L.) yang sehingga kerusakkan mutu ekstrak dapat
stabil secara fisik. diperkecil. Menurut Master (2000)
penambahan bahan pengisi dapat
mempersingkat proses pengeringan dan tidak adanya agregasi partikel sekunder,
mencegah kerusakan bahan akibat panas. distribusi yang merata dan teratur dari fase
Menurut Sampurno (2000), Uji terdispersinya serta penghalusan partikel
organoleptik bertujuan untuk melihat tampilan primer yang besar (Voight, 1995). Pada tabel
fisik dari suatu sediaan yang meliputi bentuk, 4.2, berisi hasil pengujian dan pengamatan
warna dan bau. Berdasarkan hasil penelitian terhadap homogenitas salep ekstrak bawang
pada tabel 4.1. Hasil pengujian terhadap merah (Allium ceppa L.) selama 21 hari
warna dan bau dilakukan dengan penyimpanan. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang dibagikan cara mengoleskan tipis salep ekstrak bawang
kepada 15 orang responden. Para merah (Allium ceppa L.) formula I, formula
responden akan mengamati apakah terjadi II, formula III. pada kaca objek untuk melihat
perubahan warna pada salep ekstrak bawang adanya partikel atau butiran-butiran kasar.
merah (Allium ceppa L.) selama 21 hari Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
penyimpanan. Apabila > 70 % responden partikel terdistribusi dengan baik di dalam
menyatakan tidak berubah maka salep basis salep ditandai dengan tidak adanya
dinyatakan masih stabil (Padmadisastra dkk, partikel yang menggumpal atau tidak rata
2007) pada formula I, formula II, formula III selama
Salep ekstrak bawang merah (Allium 21 hari penyimpanan. Dan pada saat
ceppa L.) pada formula I, formula II dan dioleskan di kulit juga tidak terdapat butiran
formula III memiliki warna coklat yang kasar yang menggumpal. Hasil penelitian ini
dihasilkan dari warna ekstrak kering. sejalan dengan penelitian sebelumnya (Wulan
Konsentrasi salep ekstrak bawang merah Rukmana, 2017) dimana formula salep
(Allium ceppa L.) pada formula I, formula II menunjukkan sediaan yang homogen karena
dan formula III adalah 13,4%. Hasil pengujian tidak ada gumpalan-gumpalan yang
dan pengamatan terhadap warna salep ekstrak mengurangi daya homogenitasnya. Sedian
bawang merah (Allium ceppa L.) pada salep yang homogen mengindikasikan bahwa
responden dapat diketahui bahwa sebanyak
ketercampuran dari bahan-bahan salep yang
80% responden menyatakan tidak terjadi
digunakan baik sehingga tidak didapati
perubahan warna pada formula I, sebanyak
gumpalan atau butiran kasar pada sediaan
86,66% menyatakan tidak terjadi perubahan
karena sediaan salep harus homogen dan rata
warna pada formula II, dan 93,33% pada
agar tidak menimbulkan iritasi dan
formula III. Hasil penelitian ini sejalan
terdistribusi merata ketika digunakan.
dengan penelitian sebelumnya ( Hikmah
Pengujian pH pada salep ekstrak bawang
Utari, 2017) bahwa selama penyimpanan
merah (Allium ceppa L.) bertujuan untuk
sediaan salep berdasarkan warna dan bau
mengetahui apakah salep esktrak bawang
sediaan tidak mengalami perubahan.
merah (Allium ceppa L.) memiliki pH yang
Salep ekstrak bawang merah (Allium
mendekati pH kulit yaitu 4,25-5,65 (Hezmela,
ceppa L.) pada formula I, II dan III memiliki
2006). Karena jika pH terlalu asam akan
bau yang khas karena penambahan ekstrak
mengakibatkan iritasi pada kulit, namun jika
kering bawang merah (Allium ceppa L.)
pH terlalu basa akan menyebabkan kulit
dengan konsentrasi 13,4%. Dari hasil
menjadi bersisik (Swastika, Mufrod,
pengujian yang didapat sebanyak 86,66%
Purwanto, 2013).
responden menyatakan tidak terjadi
Setelah dilakukan pengujian pH pada
perubahan bau pada formula I dan pada
sediaan salep bawang merah (Allium ceppa
formula II dan III sebanyak 93,33 %.
L.) selama 21 hari penyimpanan diperoleh
Uji homogenitas merupakan perataan
hasil bahwa Formula I memiliki pH antara 4-
fase terdispersi dalam bahan pendispersi,
5. Formula II memiliki pH 4 - 5 dan semakin optimal (Hasyim, 2012). Hasil
Formula III memiliki pH 5. Terjadi penelitian ini sejalan dengan penelitian
peningkatan pH pada formula, hal ini sebelumnya (Diah Pratimasari, 2015) diamana
disebabkan 1 pot salep yang digunakan untuk daya sebar yang didapatkan memenuhi syarat
pengujian pH juga digunakan untuk yang ditentukan dengan perbedaan yang tidak
melakukan evaluasi yang lain dimana tutup signifikan antar masing hasil pengujian.
wadah dibuka dan ditutup sehingga udara Semakin tinggi konsentrasi dalam sediaan
dapat masuk ke dalam sediaan (Salman, salep menunjukkan peningkatan daya sebar
Rustini dan Purnomo, 2013). Dan telah dari salep.
dibuktikan pada penelitian Fadhly (2010)
bawah pada sediaan semisolid salep mata, SIMPULAN DAN SARAN
tube plastik terbukti tidak sesuai karena tube Simpulan
plastik tidak dapat dilipat sehingga Berdasarkan dari hasil penelitian yang
menyebabkan udara dapat masuk ke dilakukan mengenai formulasi sediaan Salep
dalam dan dapat meningkatkan pH dari Ekstrak Bawang Merah (Allium ceppa L.)
sediaan. Perubahan pH juga dapat Sebagai Anti Bakteri (Staphylococcus aureus)
dipengaruhi Oleh faktor lingkungan seperti dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
suhu dan penyimpanan yang kurang baik 1. Ekstrak kering bawang merah dapat
sehingga menyebabkan pH yang tidak stabil. diformulasi dalam bentuk salep antibakteri
(young et al., 2002). (Staphylococcus aureus) untuk penyakit
Pengujian daya sebar sediaan bertujuan bisul.
untuk mengetahui seberapa baik sediaan salep 2. Ekstrak bawang merah (Allium ceppa
menyebar di permukaan kulit, karena dapat L.) dapat diformulasikan menjadi
mempengaruhi absorbsi obat dan kecepatan sediaan salep yang stabil secara fisik.
pelepasan zat aktif di tempat Formula III merupakan salep yang paling
pemakaiannya.Kemampuan penyebaran yang stabil dibandingkan dengan formula I
baik akan memberikan kemudahan dan formula II dengan konsentrasi
pengaplikasian di permukaan kulit, selain itu paraffin padat 1,15%.
penyebaran bahan aktif pada kulit lebih
merata sehingga efek yang ditimbulkan bahan
aktif menjadi lebih optimal (Astuti, 2010).
Daya sebar yang baik pada sediaan
salep adalah 5-7 cm (Maulidaniar dkk,
2011). Hasil pengamatan menunjukkan Saran
bahwa pada formula I berkisar antara 5,1-5,6 Dari hasil penelitian mengenai
cm, pada formula II berkisar antara 5-5,3 cm formulasi salep dari ekstrak bawang merah
dan pada formula III berkisar antara 5-5,2. (Allium ceppa L.) peneliti menyarankan:
Selama 21 hari penyimpanan daya sebar salep 1. Dilakukan uji daya lekat salep terhadap
dari seluruh formula mengalami penurunan. stabilitas salep ekstrak bawang merah
(Allium ceppa L.)
Penurunan daya sebar salep ekstrak 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
bawang merah (Allium ceppa L.) ini mengetahui efektifitas terapi dari ekstrak
disebabkan oleh meningkatnya viskositas bawang merah (Allium ceppa L.) dalam
salep. Daya penyebaran berbanding terbalik bentuk sediaan lainnya.
dengan viskositas sediaan, semakin rendah
viskositasnya maka makin tinggi daya DAFTAR RUJUKAN
penyebarannya dan absorbsi obat ke kulit
Allen, L.V., Nicholas, G.P, dan Howard C.A. Antikeloidal yang Mengandung
2013. Ansel Bentuk Sediaan Ekstrak Terfasilitasi Panas
Farmasetis & Sistem Penghantaran Microwave dari Herba Pegagan
Obat Edisi 9. Penerbit Buku (Centella Asiatica L.), Seminar
Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia Kebudayaan Indonesia Malaysia
Anief, M.1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Kuala Lumpur, Fakultas Farmasi
Mada University Press, Yogyakarta, Universitas Padjajaran, Bandung
Indonesia Rowe, R.C, Sheskey, P.J, dan Quinn, M.E.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Famakope 2009. Handbook of Pharmaceutical
Indonesia Edisi Ketiga. Direktorat Excepient, Washington DC: America
Jenderal Pengawasan Obat dan Pharmaceutical Assosiations.
Makanan. Jakarta, Indonesia Soebagio, B, Taofik, R, dan Khairudin. 2007.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Famakope Pembuatan Gel dengan HV-505 dari
Indonesia Edisi Keempat. Direktorat Ekstrak Umbi Bawang Merah
Jenderal Pengawasan Obat dan (Allium ceppa L.) Sebagai
Makanan. Jakarta, Indonesia Antioksidan, Pengembangan Bidang
Djuanda, A., 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Ilmu Fakultas Farmasi Universitas
Kelamin. Balai Penerbit FK UI. Padjadjaran
Jakarta, Indonesia Surono, A.S. 2013. Antibakteri Ekstrak Etanol
Dusica P, Vesna D, Ljubisa B, Mihajlo Z. Umbi Lapis Bawang Merah (Allium
2011. Allicin and related compounds ceppa L.) terhadap Pertumbuhan
biosynthesis and pharmacological Staphylococcus aureus dan
activity. Phys Chem Tech Escherichia coli, Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya
Swastika, ANSP, Mufrod, Purwanto. 2013.
Antioxidant Activity of Cream
Herbie, T., 2015. Tumbuhan Obat Untuk
Dosage Form of Tomato Extract
Penyembuhan Penyakit dan
(Solanum lycopersicum L.). Trad.
KebugaranTubuh. OCTOPUS
Med. J. Vol 18(3) : 132-140
Publishing House. Yogyakarta,
Indonesia Tarwoto, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia.
Irianto, K., 2013. Mikrobiologi Medis Salemba Medika. Jakarta, Indonesia
(Medical Microbiology). Alfabeta. Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2010. Obat-Obat
Bandung, Indonesia Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi VI. PT
Kuswardhani, D.S., 2016. Sehat Tanpa
Elex Media Komputindo. Jakarta,
Obat dengan Bawang Merah-
Indonesia
Bawang Putih- Seri Apotik. Rapha
Publishing. Yogyakarta, Indonesia
Maharani, A., 2015. Penyakit Kulit,
Perawatan, Pencegahan &
Pengobatan.Pustaka Baru Press.
Yogyakarta, Indonesia
Marjoni, R., 2016. Dasar-dasar Fitokimia.
Trans Info Media. Jakarta, Indonesia,
hal. 15-27
Padmadisastra, Y., Syaugi, A., & Anggia, S.,
2007. Formulasi Sediaan Salep

Anda mungkin juga menyukai