Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM


(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) SEBAGAI PENGAWET
ALAMI ANTIMIKROBA
Husnul Warnida, Yullia Sukawaty
Akademi Farmasi Samarinda
Email : hwarnida@gmail.com

ABSTRAK

Pengawet adalah zat yang ditambahkan untuk melindungi produk kosmetik


dari kontaminasi mikroba. Meningkatnya permintaan konsumen akan produk
preservative-free mendorong pengembangan produk kosmetik yang menggunakan
pengawet dari bahan. Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai pengawet
alami adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp). Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol daun salam sebagai pengawet
antimikroba dalam sediaan krim sesuai prosedur pengujian pengawet antimikroba
menurut Farmakope Indonesia Edisi IV.
Daun salam diekstraksi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak daun
salam diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi 5% dan 10%.
Pengujian dilakukan terhadap efektivitas pengawet antibakteri dengan metode
cawan tuang dan perhitungan jumlah bakteri dengan metode lempeng.
Persen kematian setelah 14 hari pengamatan terhadap bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus berturut-turut pada formula A sebesar 94,00% dan
84,5%, sedangkan formula B sebesar 97,28% dan 92,76%. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun salam konsentrasi 5% dan 10% belum
efektif sebagai pengawet dalam sediaan krim menurut Farmakope Indonesia Edisi
IV.
Kata kunci : ekstrak daun salam, pengawet alami, pengawet antimikroba.

ABSTRACT

Preservative is an additive substance to protect products from microbial


contamination. Consumer demand for preservative-free products has encouraged
the development of cosmetic products with natural preservative. Bay leaves
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.)) have potential as a natural preservative.
This study aimed to test the effectiveness of the Bay leaves ethanol extract as an
antimicrobial preservative in cream using antimicrobial preservatives testing
procedures according to the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV.
Bay leaves are extracted using ethanol 95%. Bay leaf extract formulated
into cream with concentration of 5% and 10%. Pour plate method and calculation
of the number of bacteria by plate method has conducted on the effectiveness of
antibacterial preservative.
Percent mortality after 14 days observation of the Escherichia coli and
Staphylococcus aureus respectively on formula A are 94.00% and 84.55%, while
formula B are 97.28%, and 92.76%. It can be concluded that the bay leaves

Artikel diterima: 8 September 2016 227


Diterima untuk diterbitkan: 26 September 2016
Diterbitkan: 5 Oktober 2016
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

ethanol extract concentrations of 5% and 10% was ineffective as an antimicrobial


preservative according to the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV.
Keywords : antimicrobial preservative, bay leaf extract, natural preservative

PENDAHULUAN Paraben adalah golongan


Krim adalah sediaan setengah pengawet yang paling umum
padat berupa emulsi mengandung air digunakan. Penelitian yang dilakukan
tidak kurang dari 60% dan terhadap 215 produk kosmetik untuk
dimaksudkan untuk pemakaian luar mengetahui kesesuaian kadar
(Depkes RI, 1979). Kosmetik yang pengawet dengan regulasi di
mengandung air dalam jumlah besar Denmark dan EEC menyatakan
rentan terkontaminasi oleh bahwa 77% produk yang diteliti
mikroorganisme yang dapat merusak mengandung 0,01%–0,87% paraben
komposisi produk atau (Rastogi et al, 1995). Efek samping
membahayakan keselamatan utama paraben adalah reaksi alergi.
penggunanya. Mikroorganisme Selain itu, paraben memiliki sifat
patogen seperti Staphylococcus mirip estrogen. Pada Desember 2005
aureus dan Pseudomonas aeruginosa Cosmetic Ingredient Review
sering ditemukan dalam produk meninjau kembali keamanan paraben
kosmetik yang rusak (Lundov et al, karena ada kemungkinan hubungan
2009). Pengawet adalah bahan kimia antara kanker payudara dengan
antimikroba yang ditambahkan ke konsentrasi paraben di jaringan
dalam kosmetik untuk mencegah payudara (Legendre et al 2007,
kontaminasi mikroba yang Pugazhendhi et al 2005, Darbre et al
bersumber dari bahan baku, proses 2004, Byford et al 2002). Meskipun
pembuatan, dan cara pemakaian oleh European Scientific Committee telah
konsumen. Selain mencegah menyatakan keamanan paraben,
kontaminasi dan memperpanjang sebagian konsumen masih
umur produk, pengawet juga mengkhawatirkan keamanan paraben
ditambahkan untuk melindungi (Varvaresou et al, 2009). Penelitian
konsumen dari bakteri pathogen menunjukkan bahwa paraben
(Varvaresou et al, 2009). dieksresi melalui urine, menyatakan
adanya paparan paraben secara terus
228
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

menerus dalam jumlah kecil (Meeker sesuai prosedur pengujian pengawet


et al 2011, Calafat et al 2010). antimikroba menurut Farmakope
Meningkatnya permintaan Indonesia Edisi IV.
konsumen terhadap produk
preservative-free cosmetic METODE PENELITIAN
mendorong industri kosmetik
A. Alat dan Bahan
mengembangkan produk dengan
Alat: alat gelas (Pyrex),
bahan alam dari tumbuh-tumbuhan
blender (philips), jangka sorong
sebagai pengawet pengganti. Minyak
(Krisbow), Inkubator (Jouan tipe IG
atsiri dan ekstrak tumbuh-tumbuhan
150), magnetic stirer, pH meter,
umumnya memiliki daya
neraca analitik (Ohaus), Otoklaf
antimikroba (Papageorgiou et al,
(Speedy Autoclave tipe Vertical
2010).
model HL-340), rotary evaporator
Salah satu tanaman yang
(IKA).
memiliki daya antimikroba adalah
Bahan: air suling, daun
daun salam (Syzygium polyanthum
salam, etanol 70%, etanol 95%,
(Wight) Walp.). Kandungan kimia
emulsifier Luxe® (kualitas
daun salam adalah tanin, flavonoid,
farmasetis), gliserin (kualitas
dan minyak atsiri. Penelitian Sari
farmasetis), metil paraben (kualitas
(2012) menyatakan bahwa ekstrak
farmasetis), propil paraben (kualitas
daun salam mampu menghambat
farmasetis), sunflower oil (kualitas
pertumbuhan bakteri Staphylococcus
farmasetis), media Nutrient Agar
aureus dan Escherichia coli dengan
(NA),
konsentrasi 5%. Meskipun daya
Bakteri uji: Staphylococcus
antimikroba ekstrak etanol daun
aureus, dan Escherichia coli.
salam sudah banyak diteliti, tidak ada
B. Pembuatan Krim
penelitian tentang kegunaannya
1. Pengolahan Sampel
sebagai pengawet dalam formula
Daun salam dibersihkan,
kosmetik. Penelitian ini bertujuan
dirajang, dan dikeringkan selama 1
untuk menguji efektivitas ekstrak
minggu. Selanjutnya dihaluskan
etanol daun salam sebagai pengawet
menjadi serbuk dan diayak dengan
antimikroba dalam sediaan krim
pengayak nomor 40.
229
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

2. Ekstraksi Sampel diperoleh ekstrak kental yang


Sebanyak 200 gram serbuk diuapkan hingga kental. Selanjutnya
kering daun salam dimaserasi dengan disimpan dalam desikator.
pelarut etanol 95% sampai seluruh 3. Formulasi Ekstrak Daun Salam
serbuk terendam, ditutup dan Fomula krim ekstrak daun
disimpan pada suhu kamar selama 5 salam disajikan di tabel I. Ekstrak
hari terlindung dari cahaya, sambil didispersikan dalam gliserin. Fase air
sering diaduk. Simplisia disaring (air dan metil paraben) dipanaskan
sehingga didapat maserat. Ampas pada suhu 75oC. Fase minyak
dimaserasi kembali dengan etanol (sunflower oil, emulsifier Luxe®,
95% menggunakan prosedur yang propil paraben) dipanaskan pada
sama, maserasi dilakukan sebanyak 3 suhu 70oC. Fase air dan fase minyak
kali. Seluruh maserat digabung dan diaduk sampai homogen.
dipekatkan dengan bantuan alat Ditambahkan dispersi ekstrak daun
rotary evaporator pada temperatur salam dan gliserin.
tidak lebih dari 50ºC sampai

Tabel I. Formula Krim


Formula (%)
Nama Bahan Fungsi A B
Basis
Ekstrak daun salam pengawet - 5 10
Metil paraben pengawet 0,18 - -
Propil paraben pengawet 0,02 - -
Sunflower oil emollien 15 15 15
Emulsifier Luxe® emulgator 5 5 5
Gliserin humektan 20 20 20
Air suling ad pelarut 100 100 100

C. Uji Efektivitas Pengawet dengan 9 ml NaCl 0,9% dan


Antibakteri Ekstrak Bawang dihomogenkan. Selanjutnya dituang
Tiwai ke dalam cawan petri berisi media
Alat dan bahan disterilisasi dan 0,05 ml suspensi bakteri.
dalam autoklaf pada suhu 1210C Diinkubasi selama 24 jam.
selama 15 menit. Mikroba uji yang Dilakukan perhitungan jumlah
telah diremajakan disuspensikan ke mikroba selama 14 hari (Depkes RI,
dalam larutan NaCl 0,9%. Sediaan 1995).
krim sebanyak 1 g diencerkan
230
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

HASIL DAN PEMBAHASAN Staphylococcus aureus dan


Pada pengujian efektivitas Escherichia coli.
antimikroba ini, digunakan 4 formula Pengujian efektivitas pengawet
yaitu kontrol negatif (basis krim antibakteri dilakukan selama 14 hari,
tanpa pengawet), Kontrol positif pengamatan dilakukan pada hari ke-
(basis krim dengan pengawet), dan 1, hari ke-7 dan hari ke-14. Hasil
sampel (formula A dan formula B). pengujian efektivitas pengawet
Sebagai mikroba uji dipilih adalah sebagai berikut:

Tabel II. Jumlah Bakteri Hidup dalam Krim


Jumlah Bakteri Hidup (rata-rata)
Hari
Bakteri Uji Kontrol Kontrol
Pengamatan Formula A Formula B
negatif positif
0 2159,0 2159,0 2159,0 2159,0
1 E. coli 1998,0 0 380,5 261,0
7 1885,5 0 242,5 140,5
14 1800,0 0 150,5 82,5
0 2489,0 2489,0 2489,0 2489,0
1 2229,0 0 547,0 270,0
S. aureus
7 2215,0 0 475,0 238,0
14 2107,5 0 325,0 184,0
Keterangan:
Kontrol negatif : Formula krim tanpa ekstrak daun salam
Kontrol positif : Formula krim tanpa ekstrak daun salam
FA : Formula krim mengandung 5% ekstrak daun salam
FB : Formula krim mengandung 10% ekstrak daun salam

Dari pengamatan yang bersifat antibakteri di antaranya


dilakukan selama 14 hari, didapatkan flavonoid, tanin, dan minyak atsiri
hasil bahwa jumlah bakteri yang (Sari, 2012). Sedangkan kontrol
masih hidup mengalami penurunan positif yaitu krim dengan pengawet
selama waktu pengamatan. paraben mampu menghambat
Penurunan jumlah bakteri hidup pertumbuhan bakteri Escherichia
formula B lebih besar daripada coli dan Staphylococcus aureus. Hal
formula A karena jumlah ekstrak ini menunjukkan bahwa pengawet
daun salam dalam formula C lebih dalam kontrol positif efektif sebagai
besar. Ekstrak daun salam mampu pengawet antibakteri menurut
menghambat pertumbuhan bakteri uji Farmakope Indonesia Edisi IV.
karena mengandung senyawa yang
231
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

Berdasarkan hasil analisis aureus, terdapat perbedaan signifikan


statistik efektivitas pengawet antara basis krim dengan formula A,
antibakteri Escherichia coli formula B dan kontrol positif, baik
menggunakan metode One Way pada hari ke 1, ke 7 maupun ke 14.
Anova dilanjutkan dengan uji LSD, Hal ini menunjukkan bahwa basis
terdapat perbedaan signifikan antara krim, formula A dan formula B tidak
basis krim dengan formula A, memiliki efektivitas yang sama
formula B dan kontrol positif. Begitu seperti kontrol positif untuk
pula hasil uji efektivitas pengawet menghambat pertumbuhan bakteri
terhadap bakteri Staphylococcus uji.

Tabel III. Persen Kematian Bakteri Uji


Hari Jumlah Bakteri Mati (%)
Bakteri Uji
Pengamatan Basis Kontrol + Formula B Formula C
1 7,24 100,00 85,39 93,12
7 E. coli 12,66 100,00 91,13 94,69
14 16,62 100,00 94,00 97,28
1 10,44 100,00 81,83 90,43
7 S. aureus 11,00 100,00 82,20 91,62
14 15,32 100,00 84,55 92,76
Keterangan:
Kontrol negatif : Formula krim tanpa ekstrak daun salam
Kontrol positif : Formula krim tanpa ekstrak daun salam
FA : Formula krim mengandung 5% ekstrak daun salam
FB : Formula krim mengandung 10% ekstrak daun salam

Dari hasil perhitungan jumlah mikroba setelah hari ke 14 tidak


persentase kematian bakteri dapat lebih dari 0,1% dari jumlah mikroba
dilihat bahwa semua formula krim awal suspensi atau jumlah
dapat membunuh bakteri Escherichia kematiannya 99,9%. Berdasarkan
coli dan Staphylococcus aureus. syarat daya guna pengawet
Kontrol positif yang mengandung antimikroba Farmakope IV, kontrol
pengawet turunan paraben memiliki positif memenuhi syarat pengawet
daya membunuh bakteri paling tinggi antimikroba, sedangkan formula A
dibandingkan dengan formula A dan dan formula B tidak memenuhi
B, yaitu dapat membunuh 100%. persyaratan.
Menurut Farmakope Indonesia
edisi IV suatu pengawet dikatakan
berdaya guna bila daya hidup
232
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

KESIMPULAN Legendre, J,Y,. Schnitzler, I. Li,


Q,Y,. Hausen, C,. Huart,
Dari hasil uji efektivitas M,. Luengo, G,S,. Abella,
pengawet antibakteri, ekstrak daun M,L,. and Roreger M,.
Formulation,
salam konsentrasi 5% dan 10% tidak characterization, and
efektif sebagai pengawet menurut efficacy of an adenosine-
containing dissolvable film
persyaratan Farmakope Indonesia IV. for a localized anti-wrinkle
effect, J. Cosmet. Sci.(58)
147–155 (2007).
DAFTAR PUSTAKA Lundov, M,D,. Moesby, L,.
Byford, J,R,. Shaw, L,E,. Drew, Zachariae, C,. dan Johansen,
M,G,B,. Pope, G,S,. Sauer, J,D,. Contamination versus
M,J,. Darbre, P,D,. preservation of cosmetics: a
Oestrogenic activity of review on legislation, usage,
parabens in MCF7 human infections, and contact
breast cancer cells. The allergy. Contact Dermatitis
Journal of Steroid (60): 70–78 (2009)
Biochemistry and Molecular Meeker, J,D,. Yang, T. Ye, X.
Biology. Volume 80 Issue Calafat, A,M,. and Hauser,
1:49-60 (2002) R. Urinary Concentrations
Calafat, A,M,. Ye, X,. Wong, L,. of Parabens and Serum
Bishop, A,M,. and Hormone Levels, Semen
Needham, L,L,. Urinary Quality Parameters, and
Concentrations of Four Sperm DNA Damage.
Parabens in the U.S. Environmental Health
Population. Environmental Perspectives. Volume 119
Health Perspectives. number 2. February 2011
Volume 118 number 5. May Pugazhendhi, D. Pope, G.S,. and
2010 Darbre, P,D,. Oestrogenic
Darbre, P,D,. Aljarrah, A,. Miller, activity of p-
W,R,. Coldham, N,G,. hydroxybenzoic acid
Sauer, M,J,. And Pope, (common metabolite of
G,S,. Concentrations of paraben esters) and
parabens in human breast methylparaben in human
tumours. Journal of Applied breast cancer cell lines.
Toxicology. Volume 24 Journal of Applied
Issue 1: 5-13 (2004) Toxicology. Volume 25
Ditjen POM. 1979. Farmakope Issue 4:301-309 (2005)
Indonesia. Edisi III. Papageorgiou, S. Varvaresou, A.
Departemen Kesehatan RI. Tsirivas. New Alternatives
Jakarta to Cosmetics Preservation,
Ditjen POM. 1995. Farmakope Int. J. Cosmet. Sci.,
Indonesia. Edisi IV. (61):107–123 (2010).
Departemen Kesehatan RI. Rastogi, ,SC,. Schouten, A. Kruijf, N
Jakarta de. Weijland, J,W,. Contents
of methyl-, ethyl-, propyl-,
233
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 1(2), 227-234 Husnul Warnida

butyl- and benzylparaben in


cosmetic products. Contact
Dermatitis (32), issue 1: 28–
30 (1995)
Sari, C. 2012. Uji daya antibakteri
ekstrak etanol daun Salam
(Syzygyum polyanthum)
terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
ATCC 6538 dan
Escherichia coli ATCC
11229 secara in vitro.
Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Varvaresou, A. Papageorgiou, S.
Tsirivas, E. Protopapa, E.
Kintziou, H. Kefala, V. and
Dementzos,C. Self-
preserving cosmetics, Int. J.
Cosmet. Sci., (31):163–175
(2009)

234

Anda mungkin juga menyukai