Anda di halaman 1dari 9

Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.

1, 2022

Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L) Sebagai Antibakteri di Indonesia

Utilization of Shallot (Allium cepa L) as Antibacterial in Indonesia

Hosea Jaya Edy1*,Meilani Jayanti1 Edy Parwanto2


1
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
2
Departemen Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta,
Indonesia
*Korespondensi : hosea_tob@yahoo.com

Abstrak

Salah satu tanaman holtikultura dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
adalah bawang merah (Allium cepa L). Pemanfaatan yang paling umum dalam kehidupan
keseharian dari bawang merah adalah sebagai bumbu masakan. Bawang merah memiliki
potensi sebagai bahan baku obat tradisional karena kandungan kimianya. Kandungan kimia
dari berbagai ekstrak bawang merah diantaranya adalah quersetin, flavonoid, saponin, tanin,
glikosida, polifenol dan alkaloid. Berbagai tipe pelarut seperti aquadest, etanol 80 dan 96%,
serta methanol digunakan untuk menyari zat aktif dari bawang merah. Berbagai macam ekstrak
dengan pelarut yang berbeda terbukti memiliki aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona
hambat yang jernih pada area sekitar pengujian. Berbagai macam bakteri yang mampu
dihambat pertumbuhannya oleh ekstrak bawang merah adalah Propionibacterium acne,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans Salmonella thypi
dan Eschericia coli. Kemampuan atau aktivitas antibakteri dari bawang merah berspektrum
luas karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negative dan gram positif.

Kata kunci : Bawang merah, ekstrak, antibakteri.

Abstract

One of the horticultural crops and widely used by the people of Indonesia is shallot
(Allium cepa L). The most common use of shallots is as a cooking spice. Shallots have potential
as raw materials for traditional medicine because of their chemical content. The chemical
constituents of various shallot extract include quercetin, flavonoids, saponins, tannins,
glycosides, polyphenols and alkaloids. Various types of solvents such as aquadest, ethanol 80
and 96%, and methanol were used to extract the active substances from shallot. Various kinds
of extracts with different solvents proved to have antibacterial activity with the formation of a
clear inhibition zone in the area around the test. Various kinds of bacteria that can be inhibited
by onion extract are Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus mutans, Salmonella typhi and Eschericia coli. The antibacterial
activity of shallot has a broad spectrum because it can inhibit the growth of gram negative and
gram positive bacteria.

Keywords: Shallot, extract, antibacteria

27
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

Pendahuluan hingga formulasi dalam bentuk sediaan

Indonesia merupakan negara yang obat merupakan beberapa inti dari

besar dengan kekayaan alam yang sangat penelitian terhadap tanaman yang diduga

berlimpah. Kekayaan alam yang melimpah memiliki kemampuan mengobati (Edy dan

diantaranya adalah berbagai macam Parwanto.,2020).

tanaman dari berbagai ukuran mulai dari Indonesia juga memiliki banyak

yang kecil hingga besar. Berbagai jenis sekali tanaman holtikultura yang berpotensi

tanaman tersebut selain memiliki potensi sebagai bahan baku obat-obatan. Bawang

ekonomi juga memiliki potensi sebagai merah merupakan salah satu tanaman

bahan baku obat. Penelitian terhadap holtikultura yang banyak dibudidayakan

tanaman guna mencari sumber bahan baku oleh masyarakat Indonesia. Bawang merah

obat baru yang aman terbukti secara ilmiah dengan nama latin (Allium cepa L) berasal

sedang berkembang pesat di Indonesia. dari kawasan Asia Tengah. Bawang merah

Penelitian tanaman sebagai sumber obat memiliki aroma dan rasa yang sangat khas

baru dimulai dengan studi pemanfaatan sehingga banyak digunakan sebagai bahan

tanaman secara empiris sebagai bahan atau bumbu masakan. Produksi dan

pengobatan. Penelitian mengenai kebutuhan akan bawang merah di Indonesia

pemanfaatan tanaman obat secara turun cukup besar dan mengalami peningkatan

temurun yang telah dilakukan oleh lebih dari 5% setiap tahunnya (Harun dkk,

masyarakat Indonesia merupakan langkah 2015; Hartoyo, 2020).

awal untuk menggali potensi yang dimiliki Bawang merah (A.cepa L) sebagai

oleh tanaman tersebut (Edy dan komoditi tanaman holtikultura terbesar

Parwanto.,2019). Penelitian untuk kedua di Indonesia setelah tomat (Arshad

mengetahui kandungan kimia, potensi dkk, 2017; Dharmawibawa, 2014). Bawang

penyembuhan dan sifat toksisitasnya merah selain memiliki nilai ekonomis yang

28
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

tinggi juga memiliki potensi sebagai bahan karena kemampuannya dalam memecah

baku obat herbal yang sangat baik dan dapat karbohidrat.

dijadikan unggulan. Secara empiris Ekstrak etanol 96% kulit umbi

masyarakat telah mengkonsumsi atau bawang merah yang diuji secara kualitatif

menggunakan bawang merah dalam terapi terhadap kandungan fitokimia dilaporkan

untuk menghilangkan demam, pusing dan positif mengandung flavonoid, saponin dan

influensa. Bawang merah juga dipercaya tanin. Pengujian juga memberikan

mampu menyembuhkan penyakit informasi bahwa dalam ekstrak etanol kulit

kardiovaskuler, diabetes dan mampu umbi bawang merah memberikan reaksi

menurunkan resiko terjadinya kanker negatif untuk kandungan alkaloid, kuinon,

(Suleria dkk, 2013). steroid dan terpenoid (Elsyana dan Tutik,

Kandungan Kimia Bawang Merah 2018). Penelitian serupa dilakukan oleh

Bawang merah (A.cepa L) baik Manullang (2010), terhadap ekstrak etanol

pada umbi buah maupun kulit buah bawang merah asal Sumatera Utara dengan

memiliki berbagai macam metabolit hasil positif mengandung flavonoid,

sekunder. Kandungan metabolit sekunder saponin, tanin dan glikosida.

ini yang memiliki fungsi sebagai bahan Ekstrak metanol kulit umbi bawang

baku obat. Surono (2013) melaporkan merah juga telah dilakukan pengujian

bahwa quersetin terkandung di dalam terhadap kandungan fitokimianya dengan

ekstrak etanol umbi bawang merah. hasil positif mengandung flavonoid

Quersetin merupakan senyawa metabolit golongan flavonol (Ringgo, 2013). Ekstrak

sekunder yang termasuk ke dalam golongan kulit bawang merah yang disari

flavonoid. Senyawa quersetin berfungsi menggunakan pelarut air positif

sebagai penurun kadar glukosa darah mengandung flavonoid, polifenol,

terpenoid, alkaloid dan saponin (Rahayu

29
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

dkk, 2015). limbah kulit bawang merah Saponin mampu membunuh bakteri dengan

yang telah dibuang oleh kelompok warga cara merusak dinding sel bakteri yang

pengupas bawang di daerah Jakarta timur mengakibatkan senyawa intraseluler

juga diteliti kandungan kimianya. Limbah bakteri akan keluar (Robinson, 1995).

kulit bawang dikeringkan menggunakan Ekstrak air dari kulit umbi bawang

panas matahari dan dimaserasi merah dilaporkan memiliki aktivitas anti

menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil bakteri terhadap Propionibacterium acne

penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dengan kategori kuat yang diuji

etanol 70% dari limbah kulit bawang merah menggunakan metode sumuran. Ekstrak air

positif mengandung alkaloid, saponin, tanin kulit bawang merah setelah mengental diuji

dan flavonoid (Prabowo dan Noer,2020). antibakteri dengan variasi konsentrasi 5;

Aktivitas Antibakteri Bawang Merah 10; 20 dan 40%. Kontrol positif yang

Berdasarkan kandungan kimia yang digunakan adalah klindamisin dan kontrol

dimiliki oleh kulit maupun umbi bawang negatif digunakan dimethyl sulfoxide

merah (A.cepa L) baik yang disari (DMSO) 1%v/v. Hasil diameter zona

mengunakan pelarut polar, semi polar hambat ekstrak air kulit bawang merah

maupun non polar diduga ekstrak bawang terhadap bakteri P.acne untuk konsentrasi 5

merah memiliki aktivitas antibakteri yang % adalah 12,8 ± 0,305 mm; 10% adalah

baik. Flavonoid dalam bawang merah 13,0 ± 0,4; konsentrasi 20% adalah 14,33 ±

mampu membunuh bakteri dengan cara 0,29 mm. Konsentrasi 40% memiliki

mendenaturasi protein sel bakteri dan aktivitas antibakteri terhadap P.acne

melisiskan membran sitoplasma. Tanin terbesar dengan diameter zona hambat

mampu mencegah pembentukan sel bakteri sebesar 15,50 ± 0,5 dalam kategori kuat

dengan cara menghambat enzim reserve (Sa’adah dkk, 2020).

transkiptase serta DNA topoisomerase.

30
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

Ekstrak umbi bawang putih yang Ekstrak kental dari bagian kulit bawang

diperoleh dengan metode maserasi merah diperolah dari proses penyarian

menggunakan pelarut aquadest juga mengunakan pelarut etanol 96% dengan

terbukti memiliki aktivitas anti bakteri metode maserasi. Ekstrak kental kulit buah

terhadap S.aureus. Ekstrak kental aquadest bawang merah dibuat dalam berbagai

dari umbi bawang merah dibuat dalam variasi konsentrasi mulai dari 5% b/v

konsentrasi 25, 50, 75 dan 100% untuk diuji hingga 80% b/v. Ekstrak kental dengan

aktivitas antibakteri. Pengujian konsentrasi 5 % b/v telah terbukti aktivitas

kemampuan antibakteri ekstrak aquadest antibakteri terhadap S.aureus dengan rerata

bawang merah menggunakan metode difusi diameter zona hambat sebesar 7,00 mm.

paper disk dengan kontrol positif cakram Aktivitas antibakteri terhadap S.aureus

amoxicilin. Diameter zona hambat semakin meningkat sejalan dengan

terhambat pertumbuhan S.aureus yang pengingkatan konsentrasi ekstrak yang

dihasilkan dari secara berturut-turut dari diuji. Ekstrak kental dengan kosentrasi 80%

keempat variasi konsentrasi terendah b/v mampu memberikan rerata diameter

ekstrak hingga tertinggi adalah : 6,67; 7,00; zona hambat terhadap pertumbuhan

7,33 dan 8,33mm. Kontrol positif cakram S.aureus sebesar 14,33 mm (Misna dan

amoxicilin diperoleh diameter zona hambat Diana, 2016).

sebesar 15,00mm dan kontrol negatif Ekstrak kental kulit umbi bawang

aquadest tidak ditemukan zona jernih merah yang diekstraksi menggunakan

penghambatan pertumbuhan bakteri uji pelarut etanol 96% selain terbukti memiliki

(Simaremare, 2017). aktiviyas antibakteri terhadap bakteri gram

Umbi lapis dan kulit bawang merah positif juga terhadap bakteri gram negatif.

juga memiliki kemampuan anti bakteri Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan

terhadap bakteri Staphylococcus aureus. terhadap ekstrak kental yang dilarutkan

31
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

dalam DMSO dengan berbagai variasi 40% dari ekstrak umbi bawang merah telah

konsentrasi yaitu : 50, 25, 12,5, 6,25, 3,125 memberikan diameter zona hambat rata-

dan 1,5625% b/v. Ekstrak etanol kulit rata sebesar 0,957 cm. Diameter zona

bawang merah dengan konsentrasi 50 % hambat terbesar diperoleh dari ekstrak

terbukti mampu menghambat pertumbuhan dengan konsentrasi 80% dengan rerata

bakteri Salmonella thypi dan Eschericia 1,216 cm. Pengujian aktivitas antibakteri

coli sebagai bakteri gram negatif dengan dari ekstrak etanol umbi bawang merah

diameter zona hambat terbesar. Zona juga dilakukan terhadap bakteri Escherecia

hambat yang terbentuk pada pengujian coli. Seluruh konsentrasi uji dari ekstrak

terhadap bakteri E.coli dari konsentrasi 50 bawang merah tidak menghasilkan zona

% adalah 7,77±0,25 mm. Zona hambat hambat atau zona jernih pada sekitar area

terhadap pertumbuhan bakteri S. thypi pengujian. Berdasarkan parameter tersebut

adalah 9,42±0,58 mm (Octaviani, 2019). maka diperoleh informasi tidak ditemukan

Ekstrak kental umbi bawang merah aktivitas antibakteri ekstrak etanol umbi

hasil dari proses maserasi menggunakan bawang merah terhadap E.coli (Surono,

pelarut etanol 80% juga terbukti memiliki 2013).

aktivitas antibakteri. Ekstrak bawang merah Ektrak metanol dari bawang merah

dengan konsentrasi 40, 50, 60, 70 dan 80% yang dikoleksi dari pasar Gombong terbukti

terbukti memiliki aktivitas menghambat memiliki aktivitas anti bakteri terhadap

pertumbuhan bakteri S.aureus. Pengujian bakteri Streptococcus mutans. Pengujian

dilakukan menggunakan metode difusi aktivitas antibakteri dilakukan dengan

dengan pengulangan sebanyak 5 kali. metode difusi menggunakan paper disk.

Penghambatan pertumbuhan S.aureus Ekstrak metanol bawang merah dibuta

dibuktikan dengan terbentuknya zona dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu 10,

hambat pada area pengujian. Konsentrasi 20, 30, 40 dan 50 % dengan kontrol positif

32
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

cakram amoxicilin. Ekstrak metanol menghasilkan diameter zona hambat

bawang merah dengan konsentrasi 10 % sebesar 8,07±0,15 mm terhadap S.aureus

memberikan diameter zona hambat sebesar dan 7,38±0,08 mm terhadap E.coli. Fraksi

4,88 mm dengan kategori lemah dalam etil asetat umbi bawang merah dengan

menghambat pertumbuhan bakteri. konsentrasi 25% mampu menghasilkan

Konsentrasi ekstrak metanol 50 % memiliki diameter zona hambat sebesar 14,55±0,53

diameter zona hambat sebesar 5,65 mm mm terhadap S.aureus dan 8,22±0,10 mm

dengan kategori penghambatan sedang terhadap E.coli. Fraksi 1-butanol umbi

(Fajrian, dkk, 2020). bawang merah dengan konsentrasi 25%

Pengujian aktivitas antibakteri dari mampu menghasilkan diameter zona

bawang merah tidak hanya dilakukan hambat sebesar 12,83±0,81 mm terhadap

terhadap ekstrak kasar tetapi juga dilakukan S.aureus dan 8,00±0,13 mm terhadap

terhadap fraksinasi. Ekstrak etanol umbi E.coli. Fraksi etil asetat umbi bawang

bawang merah yang telah diperoleh merah memberikan efek antibakteri yang

dikakukan proses fraksinasi dengan lebih baik dibanding fraksi n-heksan

berbagai pelarut. Fraksi dari umbi bawang maupun fraksi 1-butanol terhadap bakteri

merah yang akan diuji aktivitasa S.aureus dan E.coli (Octaviani, dkk,2022)

antibakterinya adalah fraksi n-heksan,

fraksi etil asetat dan fraksi 1-butanol. Setiap KESIMPULAN

fraksi umbi bawang merah dibuat dalam Tanaman bawang merah (Allium

berbagai variasi konsentrasi dan diujikan cepa L) selain dimafaatkan sebagai bumbu

terhadap bakteri S.aureus dan E.coli dengan masakan juga dimanfaatkan sebagai bahan

metode difusi menggunakan paper disk. pengobatan secara herbal. Berdasarkan

Fraksi n-heksan umbi bawang merah study literatur ditemukan berbagai

dengan konsentrasi 25% mampu kandungan kimia dalam bawang merah

33
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

diantaranya adalah : quersetin, flavonoid, Edy HJ., Parwanto ME., 2020. Aktivitas
antimikroba dan potensi
saponin, tanin, glikosida, polifenol dan penyembuhan luka ekstrak
tembelekan (Lantana camara Linn.).
alkaloid. Ekstrak dan fraksi umbi bawang Jurnal Biomedika dan Kesehatan
3(1):33-38 doi:
merah memiliki kemampuan menghambat 10.18051/JBiomedKes.2020.v3.33-
38
pertumbuhan berbagai macam bakteri baik Elsyana V., Tutik., 2018. Penapisan
Fitokimia Dan Skrining Toksisitas
golongan gram positif maupun negatif. Ekstrak Etanol Kulit Banwang
Merah. Jurnal Farmasi Malahayati;
Pertumbuhan bakteri P.acne, S. aureus, S. 1(2): 107-114
Fajrian Z O N., Kiromah N Z W., Rahayu T
epidermidis, S. mutans, S. thypi dan E.coli P. 2020. Perbandingan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Bawang Merah
berhasi dihambat ataupun dibunuh dengan (Allium cepa L.) Dengan Pelarut
Etanol Dan Metanol Terhadap
penambahan ekstrak bawang merah. Streptococcus mutans. Urecol, 12 :
209-216.
Aktivitas antibakteri ekstrak bawang merah Harun, Wan M A, Ruskam, Aminuddin,
Baharuddin, Syukran A, Othman,
ditandai dengan terbentuknya zona jernih Rashidah, Sarip, Abdul M A., 2015.
Analisis Khasiat Bawang Merah
atau zona hambat pada pertumbuhan terhadap Kesihatan dari Perspektif
Sarjana Perubatan Islam dan Kajian
bakteri. Saintifik. Jurnal Sains Kesihatan
Malaysia (Malaysian Journal of
DAFTAR PUSTAKA Health Sciences), 13(1).
Hartoyo., 2020. Potensi Bawang Merah
Arshad MS., Sohaib M., Nadeem M., Saeed Sebagai Tanaman Herbal Untuk
F., Imran A., Javed A., Amjad Z., Kesehatan Masyarakat Desa Jemasih
Batool SM. 2017. Status and trends of Kec. Ketanggungan Kab. Brebes.
nutraceuticals from onion and onion Syntax Literate:Jurnal Ilmiah
by-products: A critical review. Indonesia; 5 (10):1109-1120.
Cogent Food & Agriculture. 3: 1-14. Octaviani M., Fadhli H., Yuneistya E.,
Doi:10.1080/23311932.2017.128025 2019. Uji Aktivitas Antimikroba
4 Ekstrak Etanol dari Kulit Bawang
Dharmawibawa, I.D., Hulyadi, Baiq, L.Y., Merah (Allium cepa L.) dengan
Santy, P., 2014. Antibacterial effect Metode Difusi Cakram.
of allium group for MRSA bacteria. Pharmaceutical Sciences and
Media Bina Ilmiah, 8(6) : 63-67. Research. 6(1) : 62 – 68.
Edy HJ., Parwanto ME., 2019. Octaviani M., Alfitri N., Fadhli H., 2022.
Pemanfaatan tanaman Tagetes erecta Antibacterial Activity of Fraction of
Linn. dalam kesehatan. Jurnal Allium cepa L. Tubers. Indonesian
Biomedika dan Kesehatan; 2(2):77- Journal of Pharmaceutical Science
80. and Technology. 9(1) : 56 – 64.
doi:10.18051/JBiomedKes.2019.v2.7
7-80 Manullang, L. 2010. Karakterisasi
Simplisia, Skrining Fitokimia Dan

34
Pharmacy Medical Journal Vol.5 No.1, 2022

Uji Toksisitas Ekstrak Kulit Umbi Surono, A S. (2013). Antibakteri Ekstrak


Bawang Merah (Allii cepae var. Etanol Umbi Lapis Bawang Merah
ascalonicum) Dengan Metode Uji (Allium Cepa L.) terhadap
Brine Shrimp (BST). [skripsi]. Pertumbuhan Staphylococcus Aureus
Medan (ID): USU. dan Escherichia Coli. Calyptra, 2(1),
Misna., Diana K. 2016. Aktivitas 1–15
Antibakteri Ekstrak Kulit Bawang
Merah (Allium Cepa L.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus.
Galenika Journal Of Pharmacy; 2
(2): 138-144.
Prabowo A., Noer S., 2020. Uji Kualitatif
Fitokimia Kulit Bawang Merah
(Allium ascalonicum). Sinasis 1(1):
250-253
Rahayu S, Kurniasih N, Amalia V.2015.
Ekstraksi Dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Dari Limbah Kulit
Bawang Merah Sebagai Antioksidan
Alami. al Kimiya. 2(1):1-8.
Ringo CM. 2013. Isolasi Senyawa
Flavonoida Dari Kulit Bawang
Merah (Allium cepa L.). [skripsi].
Medan (ID) : USU.
Robinson, T., 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan
oleh Kosasih, P., Edisi Keenam.
Bandung: ITB. Hal: 72,157,198
Sa’adah H., Supomo., Musaenah. 2020.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air
Kulit Bawang Merah (Allium Cepa
L.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acnes. Jurnal
Riset Kefarmasian Indonesia; 2(2):
80-88
Simaremare A P R., 2017. Perbedaan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Tanaman Bawang Merah (Allium
cepa L) Dan Bawang Putih (Allium
sativum L) Pada Berbagai
Konsentrasi Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus In Vitro.
Nommensen Journal of Medicine,
3(2): 52-57
Suleria HAR, Butt MS, Anjum FM, Saeed
F, Khalid N. 2013. Onion: Nature
protection against physiological
threats (Critical Reviews). Food
Science and Nutrition.1: 1–17.

35

Anda mungkin juga menyukai