Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH: FITOKIMIA

DRAFT PROPOSAL

UJI SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


BIJI BUAH PINANG ( Areca catechu L.)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

ATIKA PUSPITA ANGGREANI (4203520018)

CINCIN REHGINA APRIL (4203220007)

PUTRI HAWANI SILALAHI (4203520008)

SALSABILA ANDINI PUTRI (4201220015)

DOSEN PENGAMPU:

ENDANG SULISTYARINI GULTOM, S.Si., M.Si., A. Pt

PROGRAM STUDI BIOLOGI - FAKULTAS MATEMATIKA DAN


ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma, tanaman perkebunan yang
sudah lama dikenal masyarakat dan tergolong pula sebagai komoditi yang mempunyai
prospek baik untuk terus dilaksanakan upaya pembudidayaannya dalam skala komersial.
Permintaan pinang Indonesia dari konsumen luar negeri, terutama bijinya yang telah
dikeringkan, dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Dari kenyataan
ini pinang dapat menjadi ajang usaha bagi yang berminat menekuninya, kecuali prospektif
untuk mata dagangan ekspor, pinang juga dapat dikategorikan sebagai tanaman perkebunan
berguna. Bukan hanya bijinya yang bermanfaat dan dibutuhkan, namun bagian lain dari
tanaman pinang dapat memberikan manfaat tersendiri, antara lain sebagai bahan bangunan,
bahan ramuan obat tradisional, bahan baku industri dan tanaman hias.
Pinang merupakan salah satu tumbuhan di Indonesia yang bijinya secara tradisional
digunakan sebagai obat luka bakar. Pinang mudah tumbuh di daerah tropis dan biasa ditanam
di pekarangan, taman, atau di budidayakan. Pinang memiliki banyak kegunaan dari biji, daun,
hingga pelepah. Biji pinang sebagai obat tradisional diantaranya sebagai obat cacingan, obat
luka bakar, dan kudis. Masyarakat biasanya menggunakan biji pinang muda sebagai obat luka
bakar dengan cara ditumbuk secukupnya dan di tempelkan langsung ke daerah luka bakar
atau dengan cara merebus biji pinang dan air rebusannya di gunakan untuk membersihkan
bagian luka dan infeksi kulit lainnya.
Biji pinang oleh beberapa suku disumatra utara dimanfaatkan sebagai sumber cemilan
utama dicampurkan dengan daun sirih , bahkan makan pinang sudah menjadi tradisi dan
budaya masyarakat. Secara tradisional biji pinang telah lama dimanfaatkan sebagai obat. Biji
pinang digunakan sebagai obat pendarahan atau luka . Biji pinang mentah digunakan untuk
berbagai penyakit, seperti anemia, leukoderma, lepra, obesitas dan kecacingan. Air rebusan
akar pinang digunakan untuk pengobatan penyakit dalam dan liver . Tanaman pinang juga
digunakan untuk mengobati sakit maag.
Biji pinang mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin. Saponin ini
mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka
terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi luka karena
mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid mempunyai aktivitas sebagai
antiseptik dan alkaoloid memiliki kemapuan sebagai antibakteri. Tanin dalam biji pinang
berkhasiat dalam meningkatkan kekuatan renggangan pada luka bakar dan penciutan pori-
pori kulit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lee dan Choi (1999) menyebutkan
bahwa ekstrak etanol biji pinang memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar
45,4 μ mg/ml. Aktivitas antioksidan yang terdapat dalam ekstrak etanol biji pinang ini
berkolerasi positif dengan pencegahan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji pinang (Areca
catechu L.)?
2. Apa saja manfaat senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji pinang
(Areca catechu L.)?

2
3. Bagaimana cara melakukan Skrining Fitokimia senyawa metabolit sekunder biji buah
pinang (Areca catechu L.)?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui apa saja senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji pinang
(Areca catechu L.).
2. Mengetahui apa saja manfaat senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji
pinang (Areca catechu L.).
3. Mengetahui bagaimana cara melakukan Skrining Fitokimia senyawa metabolit
sekunder biji buah pinang (Areca catechu L.).

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dapat menambah informasi tentang kandungan metabolit sekunder dan manfaat
senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada biji pinang (Areca catechu L.).
2. Dapat menambah informasi tentang manfaat senyawa metabolit sekunder yang
terkandung pada biji pinang (Areca catechu L.).
3. Dapat memberikan sumbangsih pengetahuan baru bagi mahasiswa tentang bagaimana
cara melakukan Skrining Fitokimia senyawa metabolit sekunder biji buah pinang
(Areca catechu L.) di bidang akademik khususnya biologi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pinang


Tanaman pinang (Areca catechu Linn) merupakan kelompok palem, yang dapat
tumbuh di hampir semua habitat, namun lebih menyukai iklim tropis dan subtropis. Biji
pinang oleh masyarakat Papua dimanfaatkan sebagai sumber cemilan utama, bahkan makan
pinang sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat Papua (Asrianto, 2021). Oleh
masyarakat lokal di Indonesia (Areca catechu Linn) dikenal sebagai tumbuhan multi fungsi
yang digunakan sebagai bahan kontruksi, obat, komiditas ekonomi, dan bahan kerajinan.
Menurut (Silalahi, 2015) bahwa buah (Areca catechu Linn) telah lama diperjual-belikan oleh
pedagang tumbuhan obat di pasar Kabanjahe sebagai obat tradisonal, bahan ritual maupun
tujuan lainnya. Bagi masyarakat lokal etnis Batak di Sumatera Utara, (Areca catechu Linn)
merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam menyirih. (Areca catechu Linn) tumbuh di
daerah tropis seperti Asia, Afrika Timur dan Pasifik.

2.2 Kandungan Kimia Biji Buah Pinang


Biji buah pinang memiliki kandungan senyawa kimia yang memiliki efek
farmakologi. Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada biji pinang yaitu saponin, fenol
aldehid, monolignol, alkil ester, asam lemak philobatanin, tanin, alkaloid, flavonoid, fenol,
triterpinoid dan glikosida. Penelitian efek farmakologis ekstrak biji pinang telah banyak
dilakukan dan dilaporkan. Senyawa kimia ekstrak biji pinang memiliki aktivitas antibakteri,
antifungi, antivirus, antimalaria, antitumor, antioksidan, antiinflamasi, antidepresan, dan
antialergi (Asrianto, 2021). Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat banyak dihubungkan dengan
senyawa bioaktif yang dihasilkannya. Terpenoid, flavonoid, dan alkaloid merupakan
kelompok besar metabolit sekunder yang berbeda dalam proses biosintesisnya. Metabolit
sekunder yang dihasilkan tumbuhan memiliki struktur kimia yang sangat beragam dan
berhubungan dengan bioaktivitasnya (Silalahi, 2020).

2.3 Manfaat Tumbuhan Pinang


Secara tradisional biji pinang telah lama dimanfaatkan sebagai obat. Biji pinang
digunakan sebagai obat pendarahan atau luka. Biji pinang mentah digunakan untuk berbagai
penyakit, seperti anemia, leukoderma, lepra, obesitas dan kecacingan . Air rebusan akar
pinang digunakan untuk pengobatan penyakit dalam dan liver. Tanaman pinang juga
digunakan untuk mengobati sakit maag. Walaupun (Areca catechu Linn) banyak
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, namun pemanfaatannya sebagai obat lebih menonjol
dibandingkan fungsi lainnya. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pemakaian (Areca catechu
Linn) dapat memiliki dampak nengatif seperti terjadinya penyakit kanker dan dianggap
memiliki sifat karsinogenik. Kebiasaan mengunyah biji (Areca catechu Linn) banyak
dihubungkan dengan kanker mulut, fibrosis submukosa oral dan penyakit periodontal (Javed,
2019), sehingga dapat menggangu kesehatan penggunanya.

2.4 Skrining Fitokimia


Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam. Skrining

4
fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai
kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti. Skrining fitokimia dapat
dilakukan, baik secara kualitatif, semi kuantitatif, maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Metode skrining fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi
warna dengan menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang mempengaruhi
dalam proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Pelarut yang
tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat tertarik secara baik
dan sempurna (Vifta, 2018).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung
dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat
reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang
berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi
(Kristianti dkk., 2008). Hasil skrining kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada biji kering buah pinang antara lain, flavonoid, tanin dan terpenoid, sedangkan
kandungan yang nihil adalah saponin dan alkaloid. kandungan fitokimia yang terdapat pada
biji pinang yaitu saponin, plobatanin, tanin, alkaloid, flavonoid dan fenol.
Menurut (Handayani dkk., 2016) Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas
membrane sel bakteri. Tanin yang berfungsi sebagai antibakteri dan antifungi serta sebagai
adstringen yang menyembabkan penciutan pori-pori kulit, memperkeras kulit, dan
menghetikan pendarahan yang ringan. Alkaloid juga mempunyai kemampuan sebagai
antibakteri. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi
membunuh kuman atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme

5
BAB III
METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan
dengan waktu penelitian selama 2 minggu mulai tanggal 07 Mei – 14 Mei 2023.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Experimental Laboratory yaitu, suatu
metode penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan eksperimen di laboratorium
(Notoatmodjo, 2010).

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1 Alat Penelitian


Labu ukur, blander, timbangan analitik, waterbath, kertas saring, aluminium foil,
bejana meserasi, rotary vacum evaporator, botol maserasi, batang pengaduk, ayakan no 20
mesh, oven, corong pisah, kertas saring, karet, gelas ukur, sarung tangan, statif, klem, aca
arloji, cawan uap, beaker glass, cawan krush, mikroskop, dek glass, objek glass, pinset, pipet
volume.

3.3.2 Bahan Penelitian


Biji buah pinang (Areca catechu L.), etanol 70%, aquadest, NaOH 10%, CH3COOH
(asam asetat), H2SO4 pekat, FeCl3, AICI3 5%.

3.4 Pengambilan Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji buah pinang (Areca catechu
L.) yang diambil di Jl. Perhubungan Laut Dendang, Medan. Biji buah yang diambil adalah
buah yang menjelang masak berwarna kekuing-kuningan.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Pembuatan serbuk halus biji pinang


Sebanyak 1,5 kg buah pinang menjelang masak yang telah dikumpulkan, dilakukan
sortasi basah terhadap kotoran, sampah dan daun-daunan yang menempel pada buah biji
pinang, Kemudian dicuci dengan air dan dikupas untuk memisahkan bagian kulit dengan
bijinya. Biji buah pinang tersebut dirajang dengan kehalusan 2 mm dan dikeringkan di oven
pada suhu 30˚C-50˚C untuk menghilangkan kadar airnya. Biji pinang yang sudah kering
ditimbang dan dihaluskan dengan cara diblander (Djohari, et al., 2020).

3.5.2 Pembuatan ekstrak etanol buah biji pinang dengan maserasi


Sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana maserasi dan
ditambahkan pelarut etanol 70% sampai serbuk simplisia terendam, dan didiamkan sambil
sesekali diaduk. Pelarut diganti setiap 1x24 jam, maserasi dilakukan hingga 6 hari, biasanya
dapat dilakukan 4-10 hari atau hasil maserat yang diperoleh mendekati warna bening. Hasil
maserasi dikumpulkan dan disaring. Penguapan pelarut dilakukan dengan rotary evaporator

6
hingga diperoleh ekstrak biji pinang dan dikentalkan di atas penangas air. Diperoleh ekstrak
kental biji pinang kemudian ditimbang untuk mengetahui berat ekstrak (Djohari, et al., 2020).

3.5.3. Skrining fitokimia ekstrak etanol buah biji pinang


Steroid/ triterpenoid
Ekstrak sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan 1 ml CH3COOH glasial dan 1 ml larutan
H2SO4 pekat. Jika warna berubah menjadi biru atau ungu, menandakan adanya kelompok
senyawa steroid. Jika warna berubah menjadi merah, menunjukkan adanya kelompok
senyawa terpenoid (Rairisti, 2014).
Alkaloid
Ekstrak sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 tetes
pereaksi Meyer yang dibuat dari 1 g KI dilarutkan dalam 20 ml aquadest sampai semuanya
larut, lalu ke dalam larutan KI tersebut ditambahkan 0,271 gram HgCl2 sampai larut.
Terbentuknya endapan putih mengindikasikan adanya alkaloid (Rairisti, 2014).
Flavonoid
Ekstrak sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan dengan
serbuk Mg sebanyak 1 gram dan larutan HCl pekat. Perubahan warna larutan menjadi warna
kuning menandakan adanya flavonoid (Rairisti, 2014).
Tanin
Sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan beberapa tetes FeCl3 5%, terbentuknya warna
biru kehitaman menunjukkan adanya tanin (Rairisti, 2014).
Saponin
Dipipet 2 ml ekstrak, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml air,
setelah itu didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit sehingga terbentuk buih. Buih
yang terbentuk menunjukkan keberadaan saponin (Rairisti, 2014).

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dengan melihat perubahan warna dan bentuk
cairan yang diujikan. Data yang diperoleh dari uji fitokimia ekstrak biji buah pinang (Areca
catechu L.) disajikan dalam bentuk gambar.

7
DAFTAR PUSTAKA
Asrianto, A., Asrori, A., Sahli, I. T., Hartati, R., Kurniawan, F. B., & Purwati, R. (2021).
Bioaktivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Arecha catechu L.) terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli: Bioactivity of Betel Nut (Arecha catechu L.) Ethanol
Extract against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Jurnal Sains dan
Kesehatan (J. Sains Kes.), 3(6), 839-845.
Dewi, I. D. A. D. Y., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. (2013). Identifikasi kandungan kimia
ekstrak kulit buah manggis (garcinia mangostana l.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(4),
13-18.
Djohari, M., Armon, F., Annisa, S. (2020). Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol Biji Pinang
(Arecha catechu L.) Terhadap Isolat Bakteri Gigi, 18(1): 81-87.
Handayani, F., Sundu, R., & Karapa, H. N. (2016). Uji aktivitas ekstrak etanol biji pinang
(Areca catechu L.) terhadap penyembuhan luka bakar pada kulit punggung mencit
putih jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(2), 154-160.
Javed, F., Al-Hezaimi1, K., & Warnakulasuriya, S. (2019).Kebiasaan mengunyah pinang
adalah faktor risiko yang signifikan untuk sindrom metabolik: tinjauan sistematis.
The Journal Of Nutrition, Health & Aging 1- 4.
Rairisti, A. (2014) Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) Terhadap
Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar.
Silalahi, M. (2020). Manfaat dan toksisitas pinang (Areca catechu) dalam kesehatan manusia.
Jurnal Kesehatan Bina Generasi, 11(2), 26-31.
Vifta, R. L., & Advistasari, Y. D. (2018). Skrining Fitokimia, Karakterisasi, dan Penentuan
Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto (Medinilla speciosa
B.). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 1).

Anda mungkin juga menyukai