BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman bawang merah dari famili Liliaceae merupakan salah satu jenis tanaman
herba tahunan yang sering digunakan untuk obat tradisional di Indonesia. Tanaman
bawang merah berasal dari Syria di Timur Tengah, Asia barat, Asia Tenggara dan
Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Yogyakarta, Lombok dan Timur Hidayat, 2005).
Menurut Octaviani et al., (2019). Bawang merah (Allium cepa L.) sering digunakan
dan kurap, masuk angin, batuk dan pilek, pengencer dahak, penurun kolesterol,
katarak, jantung dan kanker. Penelitian Hasibuan & Edrianto, (2021), bahwa ekstrak
etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) mengandung senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, minyak atsiri dan steroid/ triterpenoid.
Senyawa flavonoid dan fenol terbesar kandungannya didalam umbi bawang merah dan
merupakan golongan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara
umum diketahui memiliki elektron yang tidak berpasangan. Elektron yang tidak
dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul dari sel-sel yang ada
disekitarnya. Hal ini akan merusak struktur maupun fungsi sel organ tubuh (Winarsih,
2007).
Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat memicu munculnya berbagai
Oleh sebab itu, tubuh kita memerlukan suatu substansi penting, yakni antioksidan yang
dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak
negatifnya (Dontha, 2016). Untuk mendapatkan senyawa fenol dan flavonoid perlu
dilakukan ekstraksi terhadap umbi bawang merah dengan menggunakan pelarut dan
metode ekstraksi (Emelda, 2019). Berbagai metode pengeringan untuk sampel seperti
berdampak terhadap total flavonoid dan total fenol dalam sampel (Bernard et al., 2014).
STIFI Bhakti Pertiwi
Menurut penelitian Syafrida et al., (2018) ada pengaruh suhu pengeringan
terhadap kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada daun rumput teki
(Cyperus rotundus L.). Kadar flavonoid pada oven suhu 400 C sebesar 4,80 mg/g dan
oven suhu 500 C sebesar 3,98 mg/g, sedangkan aktivitas antioksidan pada oven suhu
400 C IC50 sebesar 1140,99 μg/mL dan oven suhu 500 C IC50 sebesar 1616,97 μg/mL.
Penelitian Luliana et al., (2016) ada pengaruh yang signifikan cara pengeringan
simplisia terhadap nilai aktivitas antioksidan. Hal ini telah dilakukan penelitian
pengeringan berbeda. Aktivitas antioksidan dengan kering angin pada suhu ruangan
diperoleh persen inhibisi = 54,60% dan kering menggunakan oven suhu 45ºC diperoleh
pengeringan senyawa fenoldan flavonoid serta aktivitas antioksidan dari umbi bawang
merah. Pengeringan sampel dilakukan secara alamiah dan dengan pemanasan buatan.
Pada penelitian ini dilakukan maserasi umbi bawang merah penggunakan pelarut
etanol 96% dan untuk penentuan kandungan total fenol dan flavonoid dari ekstrak
etanol umbi bawang merah distandar dengan senyawa asam galat dan kuersetin,
pikrilhidrazil (DPPH).
bawang merah (Allium cepa L.) dari simplisia yang dikeringkan dengan
2. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol 96% umbi bawang merah (Allium cepa L.)
1. Untuk mengetahui berapa kadar total flavonoid yang terdapat pada ekstrak
etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) dari simplisia yang dikeringkan
2 Mengetahui nilai IC50 pada ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa
(Allium cepa L.). memiliki kandungan senyawa flavonoid total dan fenol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Biologi Tanaman Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Amaryllidaceae
Genus : Allium L.
Sumatera: Bawang abang mirah (Aceh), pia (Batak karo) bawang abang
(Palembang), barambang sirah, bawang sirah dasun merah (Minang kabau), bawang
sulu (lampung). Jawa: bawang beureum (Sunda), brambang, bawang abang (jawa),
(Makasar) lasuna cela (Bugis), Nusatenggara: Jasun bang (Bali), lasiona pilas (Roti),
Kalpeomeh (Timor), Maluku: bawa roriha (Ternate), Kosai miha (Buru), bawa
Morfologi bawang merah yaitu tanaman bawang merah berakar serabut yang
bercabang tersebar pada kedalaman 15-20 cm didalam tanah yang tumbuh disekitar
umbi bawang merah.Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-
200 akar.bawang merah memiliki daun yang berbentuk silindris kecil memanjang
bewarna hijau muda sampai hijau tua. Pangkal daun bersatu membentuk batang
semu.Bawang merah memiliki batang sejati atau yan bisa dikenal dengan diskus,
bawang merah terdiri sisik daun, kuncup, subang (diskus), dan akar advenif (Deddy
et al., 2021).
yang tidak berbatang ini memiliki daun berwarna hijau dan berbentuk tabung
panjang dengan ujung lancip.Baik umbi maupun daunnya sehari hari dipakai untuk
Kandungan kimia pada tanaman umbi bawang merah (Allium cepa L.)Minyak
dahak). Bawang merah juga memiliki sejumlah zat yang berkhasiat antipiretik
angina dari perut), diuretic (melancarkan buang air kecil), mencegah pengumpalan
darah sserta menurunkan kolesterol dan kadar gula dalam darah. Dan menurut
penelitian terakhir bawang merah juga dapat mencegah kanker karena kandungan
Allium cepa L. yang sering dikenal dengan bawang merah memiliki manfaat
tersendiri khususnya sebagai tanaman herbal yang berfungsi sebagai obat tradisional
pada kalangan masyarakat Indonesian yang terkenal pada pengobatan herbal dan
rempah-rempah. Umbinya dipakai untuk ramuan obat batuk, obat demam, obat sakit
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia yang
diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat
larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat
flavonoid,dan lain lain (RI, 2000). Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa
polar dan pelarut dan senyawa non polar dalam pelarut non polar (Harborne, 1987).
yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan panas atau bersifat thermolabil.
Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini (Djamal,
2010).
a. Maserasi
merendam bahan alami atau simplisia dalam pelarut dan waktu tertentu, sehingga
bahan akan jadi lunak dan larut. Bahan simplisia dihaluskan dengan derajat kehalusan
yang sesuai dan masukan ke dalam benjana, lalu rendam simplisia dengan cairan
penyair yang sesuai, tutup, biarkan selama 3-5 hari pada tempat yang terlindungi dari
cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna)
dipindahkan kedalam benjana tertutup biarkan ditempat yang sejuk yang terlindung
b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian dengan jalan menggunakan pelarut yang sesuai
secara kontinyu dari atas dan akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia
dalam wadah silinder atau kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar
yang sesuai, biarkan cairan menetes pelan-pelan sambil menambahkan pelarut yang
turun sehingga permukaan sampel tetap ditutupi pelarut yang digunakan (Djamal,
2010).
Metode panas digunakan apabila senyawa senyawa yang harus terkandung dalam
simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Proses ekstraksi dengan sistem refluks secara umum dapat
digambarkan bahwa mulanya simplisia direndam dengan cairan pelarut lalu dipanaskan
hingga mencapai titiknya didihnya. Proses ini dilakukan secara berulang hingga 3 atau
filtrate lalu kemudian dilakukan proses pengumpulan dan pemekatan (RI, 2000).
b. Sokletasi
pelarut yang dilakukan secara berulang atau berkesinambungan. Pelarut pada mulanya
dipanaskan hingga menghasilkan uap panas dan dialirkan keatas melalui bagian
samping yang berbentuk pipa. Sampai dibagiam atas uap pelarut kemudian didinginkan
atau diembunkan lalu uap akan turun kebawah, masuk dan melewati tabung yang telah
berisi simplisia hingga kembali ke bagian labu. Uap pelarut yang telah sampai pada
labu dasar kemudian dipanaskan kembali dan akan dialirkan keatas melalui pipa
terjadi sirkulasi uap pelarut dalam rangka membasahi simplisia secara terus menerus
juga dinilai mampu menghemat jumlah penggunaaan zat pelarut yang dibutuhkan (RI,
2000)
c. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98o C selama
d. Dekokta
disini dekokta dipanaskan selama 30 menit, terhitung suhu mencapai 90⁰C (RI, 2000).
sederhana cepat serta sangat selektif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
skirining fitokimia pada sampel umbi bawang merah.Uji fitokimia pada sampel umbi
bawang merah meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid.
2.4 Fenol
Fenol merupakan senyawa yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil yang
menempel pada cincin aromatik. Senyawa fenolik memiliki banyak variasi gugus yang
tersubstitusi pada kerangka utama fenol sehingga kelompok fenol memikili banyak
anggota. (Emelda, 2019). Sejalan dengan pendapat diatas Fessenden dan Fessenden,
1986 mengemukakan “Fenol adalah senyawa yang mempunyai gugus OH berikat pada
cincin aromatik (Harborne, 1987). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan
alkohol, tetapi lebih basa daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion
dapat melarut dalam air”. Struktur kimia fenol dapat dilihat pada gambar di bawah.
2.5 Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari
1 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3
atom karbon. Senyawa flavonoid tersebar luas pada hampir seluruh spesies tumbuhan
aktivitas biologis yang sangat beragam dan umumnya bersifat antioksidan. Untuk
menentukan secara kimia flavonoid bisa di test dengan pereaksi sianidin atau pereaksi
Fenol biasanya lebih baik dideteksi dengan menggunakan pereaksi yang lebih
spesifik dan terbaik adalah Folin-Ciocalteu. Senyawa fenol bereaksi dengan reagen
Folin-Ciocalteu dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenol
menjadi ion fenolat. Reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik dapat
bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya
berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang maksimumnya. Gugus
merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenolik sederhana
dan sebagai standar yang ketersediaan substansi yang stabil dan murni.
Gambar 2.6 Struktur Kimia Asam Galat (Image from Wikipedia Commons).
warna antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom
C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonol, sehingga terjadi
pergeseran panjang gelombang ke arah visible (tampak) ditandai dengan warna larutan
yang dihasilkan menjadi kuning sedangkan penambahan natrium asetat bertujuan untuk
2014). Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak
radikal memiliki kecendrungan atau sangat reaktif untuk mencari pasangan dengan
cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang ada disekitarnya. Radikal bebas
memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Akibat reaktivitasnya sangat tinggi maka
terjadi kerusakan struktur maupun fungsi sel karena senyawa radiakal bebas akan
radikal dalam tubuh dapat ditunjukan oleh rendahnya aktifitas enzim antioksidan dan
biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau merendam
dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron
kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.Tubuh manusia memiliki
sistem antioksidan yang secara kontinyu dibentuk sendiri oleh tubuh, tetapi antioksidan
tersebut tidak mencukupi untuk menghadapi radikal bebas yang berjumlah banyak.
Oleh karna itu, untuk membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan
memberikan tambahan antioksidan dari luar (Soltani & Baharara, 2014). Menurut
1. Antioksidan Primer
yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak
jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen seperti
anion superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), dan hydrogen peroksida (H2O2).
2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut sistem pertahanan preventif, dalam
sistem pertahanann ini terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara
3. Antioksidan tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA- repair dan metionin
dan sulfoksida reduktase. Enzim enzim ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler
bebas. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH adalah metode pegukuran yang
paling sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti metode
metode DPPH. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH dipilih Karena metode
STIFI Bhakti Pertiwi
ini adalah metode pengukuran yang paling sederhana, cepat dan tidak membutuhkan
banyak reagen seperti halnya metode lainya (Sayuti dan Yenrina, 2015).
Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari penurunan serapan larutan DPPH dengan
pada 517 nm dengan warna ungu gelap hal ini karena adanya elektron yang tidak
bebas maka absorbansinya akan menurun. Terjadi perubahan warna ungu menjadi
warna kuning karena adanya senyawa antioksidan yang dapat merendam radikal bebas
DPPH Donasi proton menyebabkan radikal bebas menjadi non radikal (Molyneux,
2004).
Gambar 2.10 Molekul DPPH Sebelum dan Sesudah Menerima Donor Atom H
hidrogen dari subtansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non
radikal difenil pikrilhidrazin yang akan ditunjukan oleh perubahan warna. Pengukuran
penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan
diketahui nilai aktivitas perendaman radikal bebas yang dinyatakan degan nilai IC 50
(lnhibitor Concentration).
sering ditetapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa padat atau cair.
bertujuan untuk mengetahui kinerja instrument apakah masih sesuai dengan standar
yang dipersyaratkan atau tidak (Irawan, 2019). Sumber cahaya yang digunakan untuk
sinar Visibel atau sinar tampak digunakan lampu wolfram, ketika suatu atom atau
pada kulit terlur ketingkat yang lebih tinggi.Tipe eksitasi tergantung pada panjang
gelombang yang absorbsi, makin banyak elektron yang bereksitasi makin tinggi
Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS adalah cahaya yang berasal dari lampu
yang dilewatkan ini kemudian konsentrasi tertentu, maka oleh karena itu terdapat
cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian diterima oleh detector. Detector kemudian akan menghilang
cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terdapat dalam sampel
secara kuantitatif. Konsentrasi dari sampel dalam larutan dapat ditentukan dengan cara
inframerah dan sebagainya yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat atau tebal larutan (Tati Suharti,
2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari 2022sampai dengan selesai.
Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang Jalan Ariodillah III Demang Lebar
Daun.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat destilasi vakum (Duran®),
blender (Philips®), botol maserasi, vial, gelas ukur (Pyrex®), beker gelas (Pyrex®),
pengaduk, spatel dan kaca arloji, kuvet dan spektrolotometri UV-Vis (Genesys 150®).
pekat), pereaksi dragendorf dan mayer, pereaksi liberman burchaed, feri klorida
(FeCl3), logam magnesium, metanol pa, kertas saring dan alumunium foil.
Bawang merah (Allium cepa L.) yang diperoleh dari Desa Lubuk Mumpo,
Sebanyak 5 kg umbi bawang merah (Allium cepa L.) yang telah dikupas kulitnya
dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya di iris tipis dan dikering
anginkan sebanyak 2,5 kg sampai kering. Sedangkan 2,5 kg dikeringkan dengan oven
suhu 60⁰ C sampai kering. Selanjutnya masing-masing sampel yang telah kering di
Serbuk sampel masing-masing umbi bawang merah (Allium cepa L.) yang telah
dengan keberadaan etanol 3 cm di atas serbuk. Botol ditutup rapat dan disimpan
ditempat yang terlindung dari cahaya matahari sambil sesekali diaduk, biarkan selama
5 hari kemudian disaring, diulangi maserasi ini sebanyak dua kali dengan cara yang
sama hingga warna pelarut dalam sampel berwarna bening. Kemudian maserat
merah. Lalu timbang dan hitung rendemen yang dihasilkan, kemudian ekstrak yang
Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa
L.) Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan dengan melarutkan
masing-masing ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) sebanyak 1 g
simplisia dalam 75 bagian etanol sebanyak 0,75 ml (Ditjen POM 1979). Tujuan
dilakukan uji fitokimia ini untuk mengetahui adanya senyawa metabolit sekunder
klorofrom dan 2,5 ml amoniak lalu disaring ambil filtratnya. Kemudian filtrate
ditambahkan 2,5 ml asam sulfat pekat selanjutnya dikocok dan akan terbentuk 2
lapisan. Lapisan asam diambil tambahkan pereaksi Dragendorof dan Mayer 4-5 tetes
yang akan menimbulkan warna endapan merah atau merah bata dan putih yang
menit dan ditambah dengan 1-2 tetes HCL pekat dan beberapa butir serbuk magnesium.
Jika berwarna merah hingga orange sampel tersebut positif adanya flavonoid
ml kloroform dan 1 ml air dikocok hingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan air dan
tabung reaksi, kemudian dikocok. Bila ada saponin akan terbentuk busa yang stabil
selama 15 menit. Pemeriksaan fenol, sebagian lapisan air ditambahkan besi (III)
klorida, reaksi dinyatakan positif bila terjadi perubahan warna menjadi biru atau hitam
ditambahkan dengan pereaksi Lieberman Buchard (1 tetes asam asetat anhidrida dan 1
tetes asam sulfat pekat). Terbentuk warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid
dan warna merah atau ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid (Kurniawan et
al., 2013).
Asam galat ditimbang sebanyak 5 mg, masukkan kedalam labu ukur 10 ml,
dilarutkan dalam methanol pa sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan menjadi
500 ppm.
metanol pa hingga volume 10 ml. Sehinggadiperoleh konsentrasi 50; 100; 150; 200;
250 ppm.
Untuk larutan konsentrasi 150 ppm sebanyak 1 ml dalam labu takar 10 ml, 0,5 mL
Tambahkan aquades steril hingga 10 mL dan diamkan selama 90 menit pada suhu
1,5 mL larutan Na2CO3 20%, kocok hingga homogen kemudian diinkubasi selama
Vis pada panjang gelombang maksimum pada730 nm. Dihasilkan kurva kalibrasi serta
Ditimbang 25 mg ekstrak etanol 96% umbi bawang merah dan dilarutkan dengan
metanol pa hingga 10 ml (konsentrasi 2500 μg/ml). Dipipet 0,1 ml larutan sampel ini
dimasukkan kedalam labu 10 ml. Lalu ditambah 7,9 ml akuabidestilata, 0,5 mL reagen
Dilakukan 3 kali pengulangan sehingga kadar fenol yang didapat dinyatakan sebagai
dilarutkan dalam etanol pa sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan menjadi
Larutan standar dibuat dengan cara larutan induk dipipet sebanyak 0,6 ml, 0,8 ml,
1 ml, 1,2 ml dan 1,4 ml masing-masing dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian
Dari larutan standar pada konsentrasi 10 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml, kemudian
masukkan kedalam vial. Tambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml Aluminium klorida 10%,
0,1 ml Natrium asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan selama 30 menit
pada suhu ruangan kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 400-450 nm
kurva kalibrasi dengan cara larutan 6, 8, 10, 12 dan 14 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml,
kemudian masukkan kedalam vial. Tambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml Aluminium
klorida 10%, 0,1 ml Natrium asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan 30
etanol pa sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm. Sebanyak 0,5 ml sempel uji
ditambahkan dengan 1,5 ml etanol pa, 0,1 ml Aluminium klorida 10%, 0,1 ml Natrium
asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan selama 30 menit pada suhu ruangan.
y = ax + b
y = Absorbansi
b = Slope (kemiringan)
x = konsentrasi mg/L
Konsentrasi total fenol dan total flavonoid dapat dihitung dengan mensubstitusikan
nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan regresi linear yang didapat pada kurva
Keterangan:
Fp = Faktor pengenceran
pa. Setelah itu biarkan selama 30 menit ditempat gelap serapan larutan diukur panjang
Dibuat larutan sampel 1000 ppm dengan cara menimbang masing-masing sampel
Selanjutnya dibuat variasi konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm
Dibuat larutan pembanding 100 ppm dengan cara ditimbang sebanyak 5 mg larutan
konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm. Kemudian ditambahkan 3,5 ml larutan DPPH
berbagai konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Kemudian
al., 2018).
% Inhibisi= Ab - As x100 %
Ab
Keterangan :
Konsentrasi sampel uji (x) dan persentase penghambatan (y) diplotkan pada
y= ax + b
angka 50 karena yang dicari adalah penghambatan 50%, kemudian nilai a dan diperoleh
berikut :
y = ax + b
keterangan :
a = Konstanta Konsentrasi
b = Konstanta
y =Persen Inhibisi
kuersetin dibuat dengan kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier y
sampel kedalam persamaan kurva baku selanjutnya dihitung dengan memasukan rumus
TFC = c x v m .Data yang diperoleh dari aktivitas antioksidan berupa absorbansi DPPH
kontrol dan DPPH yang telah direaksikan dengan sampel uji dan pembanding dengan
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, R., & Susanti, H. (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn) Dengan Variasi Tempat
Tumbuh Secara Spektrofotometri. Pharmaciana, 2(1).
https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v2i1.655
Aminah, A., Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). Penetapan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(2), 226–230.
https://doi.org/10.33096/jffi.v4i2.265
Azizah, D. N., Kumolowati, E., & Faramayuda, F. (2014). Penetapan Kadar Flavonoid
Metode AlCl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.).
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2), 45–49. https://doi.org/10.26874/kjif.v2i2.14
Bernard, D., Kwabena, A. I., Osei, O. D., Daniel, A., Elom, S. A., Radiasi, T.,
Penelitian, L., & Bioteknologi, P. (2014). Fitokimia dan Pemulungan Radikal
Aktivitas Kayu Manis Ceylon. 4(11), 1324–1335.
Deddy et al. (2021). Agronomi Tanaman Hortikultura (R. Watrianthos (ed.)). Yayasan
Kita Menulis.
Depkes RI. (1989). Pemanfaatan Tanaman Obat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Djamal, R. (2010). Kimia Bahan Alam : Prinsip prinsip dasar isolasi dan identifikasi.
Universitas Baiturrahmah.
Dontha, S. (2016). A review on antioxidant methods. Asian Journal of Pharmaceutical
and Clinical Research, 9(2), 14–32.
https://doi.org/10.22159/ajpcr.2016.v9s2.13092
Emelda. (2019). Farmakognosi. Pustaka Baru.
Fessenden dan Fessenden. (1986). Kimia Organik (Edisi III). Erlangga.
Handayani, S., Najib, A., & Wati, N. P. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Daruju (Acanthus ilicifolius L.) Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas
37 STIFI Bhakti Pertiwi
1,1-Diphenil-2-Picrylhidrazil (DPPH). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(2), 299–
308. https://doi.org/10.33096/jffi.v5i2.414
Harborne, J. B. (1987a). Metode Fitokima Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan (Edisi II). ITB bandung.
Harborne, J. B. (1987b). Metode Fitokimia penuntuan cara modern menganalisis
tumbuhan. ITB Bandung.
Hasibuan, A. S., & Edrianto, V. (2021). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Umbi
Bawang Merah (Allium cepa L.). Jurnal Pengmas Kestra (Jpk), 1(1), 80–84.
https://doi.org/10.35451/jpk.v1i1.732
Hidayat, N. S. dan A. (2005). Budidaya Bawang Merah. In Balitsa.
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id
Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil
Pengukuran dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 1. https://doi.org/10.22146/ijl.v1i2.44750
Kurniawan, J. C., Suryanto, E., Yudistira, A., Studi, P., Fmipa, F., & Manado, U.
(2013). Analisis Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Dari Getah Kulit Buah
Pisang Goroho ( Musa acuminate ( L .). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(03), 34–39.
Latief. (2014). Obat Tradisional. Buku Kedokteran.
Luliana, S., Purwanti, N. U., & Manihuruk, K. N. (2016). Pengaruh Cara Pengeringan
Simplisia Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Pharmaceutical Sciences and Research, 3(3), 120–129.
https://doi.org/10.7454/psr.v3i3.3291
Molyneux, P. (2004). The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Science
and Technology, 26(December 2003), 211–219.
https://doi.org/10.1287/isre.6.2.144
Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E. (2019). Antimicrobial Activity of Ethanol
38 STIFI Bhakti Pertiwi
Extract of Shallot (Allium cepa L.) Peels Using the Disc Diffusion Method.
Pharmaceutical Sciences and Research, 6(1), 62–68.
https://doi.org/10.7454/psr.v6i1.4333
Pratama, M., Baits, M., & Yaqin, R. N. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Tomat Buah (Lycopersicon esculentum Mill, var. pyriforme Alef)
Dan Daun Tomat Sayur (Lycopersicon esculentum Mill, var. commune Bailey )
Dengan Metode DPPH ( 1 , 1-Diphenyl-2- Picryl Hydrazil ). Jurnal Fitifarmaka
Indonesia, 2(1), 76–82.
Puspitasari, L., Swastini, D. a., & Arisanti, C. I. . (2013). Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L .). Garuda Portal, 961,
5.
RI, D. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sam, S., Malik, A., & Handayani, S. (2016). Penetapann Kadar Fenolik Total Dari
Ekstrak Etanol Bunga Rosella Berwarna Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan
Meggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 182–
187. https://doi.org/10.33096/jffi.v3i2.220
Sayuti dan Yenrina. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik (Edisi I). University
Andalas.
Soltani, M., & Baharara, J. (2014). Antioxidant and Antiprolifereative Capacity of
Dichloromethane Extract of Holoturia leucospilota sea cucumber. International
Journal of Cellular and Molecular Biotechnology, 2014, 1–9.
https://doi.org/10.5899/2014/ijcmb-00013
Supriningrum, R., Sundu, R., & Setyawati, D. (2018). Penetapan Kadar Flavonid
Ekstrak Daun Singkil (Premna corymbosa) Berdasarkan Variasi Suhu Dan Waktu
Pengerigan Dan Simplisia. JFL : Jurnal Farmasi Lampung, 7(1), 1–6.
https://doi.org/10.37090/jfl.v7i1.31
Syafrida, M., Darmanti, S., & Izzati, M. (2018). Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
39 STIFI Bhakti Pertiwi
Kadar Air, Kadar Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun dan Umbi Rumput
Teki (Cyperus rotundus L.). Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 20(1), 44.
https://doi.org/10.14710/bioma.20.1.44-50
Tati Suharti. (2017). Dasar dasar spektrofotometri uv-vis dan spektrometri massa
untuk penentuan struktur senyawa organik. AURA.
Winarsih, H. (2007). Antioksidan Alami Dab Radikal Bebas. Kanisius.
Yuhernita dan Juniarti. (2011). Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. MAKARA of Science
Series, 15(1), 48–52.
(a) (b)
Keterangan gambar :
a. Gambar Tanaman umbi bawang merah sedang tumbuh
b. Gambar umbi bawang merah (Allium Cepa L.)
-Rotary evaporasi
Folin-Ciocalteu = x 10 ml = 1 gram
(Na2CO3) 7% = x 10 ml = 1 gram
Ppm = mg/L
= 25 mg /0,025 L
= 1000 Ppm
Ppm = mg/L
500 = mg/0,01 L
mg = 500 x 0,1
Jadi timbang asam galat 5 mg dilarutkan 0,1 liter atau 10 ml etanol pa sampai tanda
batas. Larutan seri standar fenol (asam galat) dibuat dalam konsentrasi:
50 PPM
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 500 = 10 ml . 50
V1 . 500 = 500
VI =1 ml
100 PPM
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 500 = 10 ml . 100
V1 . 500 = 1000
VI =2 ml
150 PPM
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 500 = 10 ml . 150
V1 . 500 = 1500
VI =3 ml
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 500 = 10 ml . 200
V1 . 500 = 2000
VI =4 ml
250
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 500 = 10 ml . 250
V1 . 500 = 2500
VI = 5 ml
M=x
1= x
72 = 100 gram
= 0,72 gram
Ppm = mg/L
= 25 mg /0,025 L
= 1000 Ppm
Ppm = mg/L
100 = mg/0,05 L
mg = 100 x 0,05
= 5 mg
Jadi, timbang 5 mg kuarsetin dilarutkan dalam 0,05 liter atau 50 ml etanol pa. Larutan
6 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 6
V1 . 100 = 60
VI =0,6ml
8 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 8
V1 . 100 = 80
VI = = 0,8 ml
10 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 10
V1 . 100 = 100
VI = = 1 ml
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 12
V1 . 100 = 120
VI = 1,2 ml
14 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 14
V1 . 100 = 140
VI = 1,4 ml
Pembuatan Larutan DPPH Larutan DPPH 50 µM (0,05 mM) dalam 100 ml Diketahui
BM DPPH = 394,32
M = 0,05 mM
= 0,00005
Ditanya g ?
M=
g = M x BM x L
= 0,019716 x 0,1
= 0,0019716
= 1,9 mg
Ppm = mg/L
= 1000 Ppm
Jadi, timbang 10 mg DPPH dilarutkan dalam 0,01 liter atau 10 ml metanol pa. Larutan
20 ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 = 10 ml . 20
V1 .1000 = 200
VI = 0,2 ml
40 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 = 10 ml . 40
V1 . 1000 = 400
VI = = 0,4 ml
60 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 = 10 ml . 60
V1 . 1000 = 600
VI = 0,6 ml
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 = 10 ml . 80
V1 . 1000 = 800
V1= = 0,8 ml
100 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 = 10 ml . 100
V1 . 1000 = 1000
V1 = 1 ml
Ppm = mg/L
x=
= 100 Ppm
Jadi, timbang 5 mg kuarsetin dilarutkan dalam 0,05 liter atau 50 ml metanol pa. Larutan
2 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 2
V1 . 100 = 20
VI = =0,2 ml
4 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 4
V1 . 100 = 40
V1 == 0,4 ml
6 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 6
V1 . 100 = 60
V1 = 0,6 ml
8 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 8
V1 . 100 = 80
V1 = 0,8 ml
10 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 = 10 ml . 10
V1 . 100 = 100
V1= 1 ml