Anda di halaman 1dari 57

1

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENENTUAN KADAR


FENOL SERTA FLAVONOID EKSTRAK ETANOL UMBI
BAWANG MERAH (Allium Cepa L.)

NAMA : Yessy Vaidehi


NIM : 180101047

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman bawang merah dari famili Liliaceae merupakan salah satu jenis tanaman

herba tahunan yang sering digunakan untuk obat tradisional di Indonesia. Tanaman

bawang merah berasal dari Syria di Timur Tengah, Asia barat, Asia Tenggara dan

Mediterania. Di Indonesia daerah yang merupakan penghasil bawang merah adalah

Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Yogyakarta, Lombok dan Timur Hidayat, 2005).

Menurut Octaviani et al., (2019). Bawang merah (Allium cepa L.) sering digunakan

sebagai penyedap rasa pada makanan atau bumbu masak.

Proposal ini diseminarkan di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFI) Bhakti


Pertiwi Palembang.
Hari / Tanggal :
Jam :
Tempat : STIFI Bhakti Pertiwi Palembang
Pembimbing : 1. Dr apt. Hj Budi Untari, M.Si
2. apt. Romsiah, M.Si

STIFI Bhakti Pertiwi


Umbi bawang merah berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit seperti panu

dan kurap, masuk angin, batuk dan pilek, pengencer dahak, penurun kolesterol,

katarak, jantung dan kanker. Penelitian Hasibuan & Edrianto, (2021), bahwa ekstrak

etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) mengandung senyawa metabolit sekunder

seperti flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, minyak atsiri dan steroid/ triterpenoid.

Senyawa flavonoid dan fenol terbesar kandungannya didalam umbi bawang merah dan

merupakan golongan yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh manusia.

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara

umum diketahui memiliki elektron yang tidak berpasangan. Elektron yang tidak

berpasangan dalam senyawa radikal memiliki kecendrungan untuk mencari pasangan

dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul dari sel-sel yang ada

disekitarnya. Hal ini akan merusak struktur maupun fungsi sel organ tubuh (Winarsih,

2007).

Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat memicu munculnya berbagai

penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes, arterosklerosis dan kanker.

Oleh sebab itu, tubuh kita memerlukan suatu substansi penting, yakni antioksidan yang

dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak

negatifnya (Dontha, 2016). Untuk mendapatkan senyawa fenol dan flavonoid perlu

dilakukan ekstraksi terhadap umbi bawang merah dengan menggunakan pelarut dan

metode ekstraksi (Emelda, 2019). Berbagai metode pengeringan untuk sampel seperti

pengeringan menggunakan oven, sinar matahari maupun dikering anginkan dapat

berdampak terhadap total flavonoid dan total fenol dalam sampel (Bernard et al., 2014).
STIFI Bhakti Pertiwi
Menurut penelitian Syafrida et al., (2018) ada pengaruh suhu pengeringan

terhadap kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada daun rumput teki

(Cyperus rotundus L.). Kadar flavonoid pada oven suhu 400 C sebesar 4,80 mg/g dan

oven suhu 500 C sebesar 3,98 mg/g, sedangkan aktivitas antioksidan pada oven suhu

400 C IC50 sebesar 1140,99 μg/mL dan oven suhu 500 C IC50 sebesar 1616,97 μg/mL.

Penelitian Luliana et al., (2016) ada pengaruh yang signifikan cara pengeringan

simplisia terhadap nilai aktivitas antioksidan. Hal ini telah dilakukan penelitian

terhadap simplisia daun senggani (Melastoma malabathricum L.) dengan cara

pengeringan berbeda. Aktivitas antioksidan dengan kering angin pada suhu ruangan

diperoleh persen inhibisi = 54,60% dan kering menggunakan oven suhu 45ºC diperoleh

persen inhibisi = 52,76%.

Berdasarkan penjelasan diatas perlu dilakukan penelitian melihat pengaruh

pengeringan senyawa fenoldan flavonoid serta aktivitas antioksidan dari umbi bawang

merah. Pengeringan sampel dilakukan secara alamiah dan dengan pemanasan buatan.

Pada penelitian ini dilakukan maserasi umbi bawang merah penggunakan pelarut

etanol 96% dan untuk penentuan kandungan total fenol dan flavonoid dari ekstrak

etanol umbi bawang merah distandar dengan senyawa asam galat dan kuersetin,

sedangkan untuk uji aktivitas antioksidan menggunakan metode 2,2- difenil-1-

pikrilhidrazil (DPPH).

1.2 Rumusan Masalah

STIFI Bhakti Pertiwi


1. Berapa kadar total fenol dan total flavonoid ekstrak etanol 96% umbi

bawang merah (Allium cepa L.) dari simplisia yang dikeringkan dengan

oven dan dikering anginkan?

2. Berapa nilai IC50 ekstrak etanol 96% umbi bawang merah (Allium cepa L.)

dari simplisia yang dikeringkan dengan oven dan dikering anginkan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa kadar total flavonoid yang terdapat pada ekstrak

etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) dari simplisia yang dikeringkan

dengan oven dan dikering anginkan.

2 Mengetahui nilai IC50 pada ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa

L.) yang mempunyai kandungan total fenol atau flavonoid tertinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi pengetahuan tentang ekstrak etanol umbi bawang merah

(Allium cepa L.). memiliki kandungan senyawa flavonoid total dan fenol

total dan potensi aktivitas antioksidan.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi referensi sehingga dapat digunakan

dalam penelitian selanjutnya.

STIFI Bhakti Pertiwi


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Biologi Tanaman Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Menurut Global Biodiversity Information Facility (2020) klasifikasi dari tanaman

umbi merah (Allium cepa L.) adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Amaryllidaceae

Genus : Allium L.

Spesies : Allium cepa L.

2.1.2 Nama Lain

Sumatera: Bawang abang mirah (Aceh), pia (Batak karo) bawang abang

(Palembang), barambang sirah, bawang sirah dasun merah (Minang kabau), bawang

sulu (lampung). Jawa: bawang beureum (Sunda), brambang, bawang abang (jawa),

STIFI Bhakti Pertiwi


bhabang mera (Madura), bawangi (Gorontalo), lasuna eja (Makasar), lasuna cela

(Bugis), Sulawesi: jantuna , mopura (Mongondow), bawangi (Gorontalo) lasuna eja

(Makasar) lasuna cela (Bugis), Nusatenggara: Jasun bang (Bali), lasiona pilas (Roti),

Kalpeomeh (Timor), Maluku: bawa roriha (Ternate), Kosai miha (Buru), bawa

(Halmahera) (Depkes RI, 1989)

2.1.3 Deskripsi Tanaman Umbi Bawang Merah

Morfologi bawang merah yaitu tanaman bawang merah berakar serabut yang

bercabang tersebar pada kedalaman 15-20 cm didalam tanah yang tumbuh disekitar

umbi bawang merah.Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-

200 akar.bawang merah memiliki daun yang berbentuk silindris kecil memanjang

antara 50-70 cm yang berlubang dibagian tengah,meruncing di bagian ujung,

bewarna hijau muda sampai hijau tua. Pangkal daun bersatu membentuk batang

semu.Bawang merah memiliki batang sejati atau yan bisa dikenal dengan diskus,

dimana batangnya memiliki betuk menyerupai cakram.Bagian-bagian dari umbi

bawang merah terdiri sisik daun, kuncup, subang (diskus), dan akar advenif (Deddy

et al., 2021).

Umbi lapis berwarna keungu-unguan dan berbau tajam.Tanaman semusim

yang tidak berbatang ini memiliki daun berwarna hijau dan berbentuk tabung

panjang dengan ujung lancip.Baik umbi maupun daunnya sehari hari dipakai untuk

mengharumkan dan menyedapkan berbagai makanan. Selain itu, bawang merah

juga sering dipakai berbagai ramuan obat tradisional (Latief, 2014).

STIFI Bhakti Pertiwi


2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada tanaman umbi bawang merah (Allium cepa L.)Minyak

atsiri, sikloailiin, metilaliin, kuerstin, floroglusin. Diketahui dari penelitian

(Hasibuan & Edrianto, 2021). Bawang merah mengandung flavongliosida, saponin,

dan minyak atsiri kandungan flavon glikosida berkhasiat antiradang antibakteri

sedangkan kandungan saponin berkhasiat sebagai ekspektoran (mengencerkan

dahak). Bawang merah juga memiliki sejumlah zat yang berkhasiat antipiretik

(menurunkan panas), karminatif (menghangatkan dan memudahkan pengeluaran

angina dari perut), diuretic (melancarkan buang air kecil), mencegah pengumpalan

darah sserta menurunkan kolesterol dan kadar gula dalam darah. Dan menurut

penelitian terakhir bawang merah juga dapat mencegah kanker karena kandungan

sulfurnya (Latief, 2014).

2.1.5 Khasiat Tanaman

Allium cepa L. yang sering dikenal dengan bawang merah memiliki manfaat

tersendiri khususnya sebagai tanaman herbal yang berfungsi sebagai obat tradisional

pada kalangan masyarakat Indonesian yang terkenal pada pengobatan herbal dan

rempah-rempah. Umbinya dipakai untuk ramuan obat batuk, obat demam, obat sakit

kulit. tanaman ini berfungsi sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiradang, antibakteri

(Supriningrum et al., 2018)

STIFI Bhakti Pertiwi


2.2 Ekstraksi Zat Aktif Tanaman

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia yang

diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat

larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat

dalam berbagai simplisia digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,

flavonoid,dan lain lain (RI, 2000). Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa

polar dan pelarut dan senyawa non polar dalam pelarut non polar (Harborne, 1987).

2.2.1 Cara Dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-senyawa

yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan panas atau bersifat thermolabil.

Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini (Djamal,

2010).

a. Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan jalan

merendam bahan alami atau simplisia dalam pelarut dan waktu tertentu, sehingga

bahan akan jadi lunak dan larut. Bahan simplisia dihaluskan dengan derajat kehalusan

yang sesuai dan masukan ke dalam benjana, lalu rendam simplisia dengan cairan

penyair yang sesuai, tutup, biarkan selama 3-5 hari pada tempat yang terlindungi dari

cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna)

STIFI Bhakti Pertiwi


dan dikocok berulang-ulang serta diperas, cuci ampas dengan larutan penyair

secukupnya sehingga didapat hasil maserasi. Kemudian maserat hasil maserasi

dipindahkan kedalam benjana tertutup biarkan ditempat yang sejuk yang terlindung

dari cahaya (Djamal, 2010).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian dengan jalan menggunakan pelarut yang sesuai

secara kontinyu dari atas dan akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia

dalam wadah silinder atau kerucut (perkolator) yang memiliki jalan masuk dan keluar

yang sesuai, biarkan cairan menetes pelan-pelan sambil menambahkan pelarut yang

turun sehingga permukaan sampel tetap ditutupi pelarut yang digunakan (Djamal,

2010).

2.2.2 Cara Panas

Metode panas digunakan apabila senyawa senyawa yang harus terkandung dalam

simplisia sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas

diantaranya: (RI, 2000).

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Proses ekstraksi dengan sistem refluks secara umum dapat

digambarkan bahwa mulanya simplisia direndam dengan cairan pelarut lalu dipanaskan

hingga mencapai titiknya didihnya. Proses ini dilakukan secara berulang hingga 3 atau

STIFI Bhakti Pertiwi


5 kali dengan waktu setiap tahapnya 4 jam. Hasil akhir dari proses ini adalah berupa

filtrate lalu kemudian dilakukan proses pengumpulan dan pemekatan (RI, 2000).

b. Sokletasi

Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip pengaliran

pelarut yang dilakukan secara berulang atau berkesinambungan. Pelarut pada mulanya

dipanaskan hingga menghasilkan uap panas dan dialirkan keatas melalui bagian

samping yang berbentuk pipa. Sampai dibagiam atas uap pelarut kemudian didinginkan

atau diembunkan lalu uap akan turun kebawah, masuk dan melewati tabung yang telah

berisi simplisia hingga kembali ke bagian labu. Uap pelarut yang telah sampai pada

labu dasar kemudian dipanaskan kembali dan akan dialirkan keatas melalui pipa

samping, sebagaimana proses sebelumnya. Sehinngga dalam mekanisme ini akan

terjadi sirkulasi uap pelarut dalam rangka membasahi simplisia secara terus menerus

juga dinilai mampu menghemat jumlah penggunaaan zat pelarut yang dibutuhkan (RI,

2000)

c. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana

infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98o C selama

waktu tertentu (15-20 menit) (RI, 2000).

d. Dekokta

STIFI Bhakti Pertiwi


Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infusa, hanya

disini dekokta dipanaskan selama 30 menit, terhitung suhu mencapai 90⁰C (RI, 2000).

2.3 Skrining Fitokimia

Menurut (Puspitasari et al., 2013). Skrining fitokimia merupakan metode

sederhana cepat serta sangat selektif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

golongann senyawa serta mengetahui keberadaan senyawa-senyawa aktif biologis

yang terdistribusi dalam jaringan tanaman.Tujuan skrining fitokimia untuk mengetahui

golongan senyawa yang terkandung pada tanaman.Pada penelitian ini dilakukan

skirining fitokimia pada sampel umbi bawang merah.Uji fitokimia pada sampel umbi

bawang merah meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid.

2.4 Fenol

Fenol merupakan senyawa yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil yang

menempel pada cincin aromatik. Senyawa fenolik memiliki banyak variasi gugus yang

tersubstitusi pada kerangka utama fenol sehingga kelompok fenol memikili banyak

anggota. (Emelda, 2019). Sejalan dengan pendapat diatas Fessenden dan Fessenden,

1986 mengemukakan “Fenol adalah senyawa yang mempunyai gugus OH berikat pada

cincin aromatik (Harborne, 1987). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan

alkohol, tetapi lebih basa daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion

STIFI Bhakti Pertiwi


𝐻 + dari gugus hidroksilnya.Lepasnya ion 𝐻 + menjadikan anion fenoksida 𝐶6𝐻5𝑂

dapat melarut dalam air”. Struktur kimia fenol dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.4 Struktur Kimia Fenol (Fessenden dan Fessenden, 1986)

2.5 Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari

1 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3

atom karbon. Senyawa flavonoid tersebar luas pada hampir seluruh spesies tumbuhan

umumnya berupa glikosida.Adanya gula yang terikat flavonoid cenderung

menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air.Senyawa flavonoid memiliki

aktivitas biologis yang sangat beragam dan umumnya bersifat antioksidan. Untuk

menentukan secara kimia flavonoid bisa di test dengan pereaksi sianidin atau pereaksi

lain yang spesifik untuk flavonoid (Djamal, 2010).

Gambar 2.5 Struktur Kimia Flavonoid (Djamal, 2010)

STIFI Bhakti Pertiwi


2.6 Penetapan Kadar Total Fenol

Fenol biasanya lebih baik dideteksi dengan menggunakan pereaksi yang lebih

spesifik dan terbaik adalah Folin-Ciocalteu. Senyawa fenol bereaksi dengan reagen

Folin-Ciocalteu dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenol

menjadi ion fenolat. Reagen Folin-Ciocalteau digunakan karena senyawa fenolik dapat

bereaksi dengan Folin membentuk larutan berwarna yang dapat diukur absorbansinya

(Alfian & Susanti, 2012).

Prinsip dari metode Folin-Ciocalteau adalah terbentuknya senyawa kompleks

berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang maksimumnya. Gugus

hidroksil fenol mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdatfosfotungsat) yang terdapat

dalam reagen Folin-Ciocalteu menjadi suatu kompleks molybdenum-tungsten yang

berwarna biru (Alfian & Susanti, 2012).

STIFI Bhakti Pertiwi


Berdasarkan (Sam et al., 2016). larutan asam galat atau asam (3,4,5-

trihidroksibenzoat) C6H2(OH)3CO2H digunakan sebagai standar karena asam galat

merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenolik sederhana

dan sebagai standar yang ketersediaan substansi yang stabil dan murni.

Gambar 2.6 Struktur Kimia Asam Galat (Image from Wikipedia Commons).

2.7 Penentuan Kadar Flavonoid

Total Penentuan kadar flavonoid total menggunakan metode kolorimetri atau

spektrofotometri Uv-Vis. Prinsip metode ini adalah terjadinya pembentukan kompleks

warna antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom

C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon dan flavonol, sehingga terjadi

pergeseran panjang gelombang ke arah visible (tampak) ditandai dengan warna larutan

yang dihasilkan menjadi kuning sedangkan penambahan natrium asetat bertujuan untuk

mempertahankan panjang gelombang pada daerah visible (tampak) (Azizah et al.,

2014). Senyawa yang digunakan sebagai standar pada penetapan kadar flavonoid

adalah kuersetin, karena kuersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang

STIFI Bhakti Pertiwi


memiliki gugus keto pada atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5

yang bertetangga (Aminah et al., 2017).

Gambar 2.7 Struktur Kimia Kuersetin (Image from Wikipedia Commons).

2.8 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak

berpasangan (unpaired elektron). Elektron yang tidak berpasangan dalam senyawa

radikal memiliki kecendrungan atau sangat reaktif untuk mencari pasangan dengan

cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang ada disekitarnya. Radikal bebas

memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Akibat reaktivitasnya sangat tinggi maka

terjadi kerusakan struktur maupun fungsi sel karena senyawa radiakal bebas akan

segera mungkin menyerang komponen seluler yang berada disekelilingnya .Tingginya

radikal dalam tubuh dapat ditunjukan oleh rendahnya aktifitas enzim antioksidan dan

tingginya kadar malondialdehid (MDA) dalam plasma (Winarsih, 2007).

STIFI Bhakti Pertiwi


2.9 Antioksidan

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron.Secara

biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau merendam

dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron

kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut

dapat dihambat (Winarsih, 2007).

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.Tubuh manusia memiliki

sistem antioksidan yang secara kontinyu dibentuk sendiri oleh tubuh, tetapi antioksidan

tersebut tidak mencukupi untuk menghadapi radikal bebas yang berjumlah banyak.

Oleh karna itu, untuk membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan

memberikan tambahan antioksidan dari luar (Soltani & Baharara, 2014). Menurut

(Winarsih, 2007). Antioksidan digolongkan menjadi 3 kelompok berdasarkan

mekanisme kerja yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder, antioksidan tersier.

1. Antioksidan Primer

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas,

yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak

negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi.Contoh antioksidan primer yaitu

Superoksida Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx), Katalase dan protein

pengikat logam. Superoksida Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx) disebut

STIFI Bhakti Pertiwi


juga dengan antioksidan enzimatis yaitu antioksidan endogenus yang melindungi

jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen seperti

anion superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), dan hydrogen peroksida (H2O2).

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidsn sekunder disebut juga antoksidan eksogenus atau non-enzimatis.

Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut sistem pertahanan preventif, dalam

sistem pertahanann ini terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara

pengkelatan metal atau dirusak pembentukannya. Antioksidan meliputi vitamin C,

vitamin E, karoten, Flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin.(Winarsih, 2007).

3. Antioksidan tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA- repair dan metionin

dan sulfoksida reduktase. Enzim enzim ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler

yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas.(Winarsih, 2007).

2.10 Metode Pengujian Anti Oksidan

2.10.1 Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)

DPPH 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil merupakan metode yang paling umum

digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah untuk menggunakan radikal

bebas. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH adalah metode pegukuran yang

paling sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen seperti metode

lainnya.Pengukuran nilai aktivitas antioksidan pada penelitian ini menggunakan

metode DPPH. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH dipilih Karena metode
STIFI Bhakti Pertiwi
ini adalah metode pengukuran yang paling sederhana, cepat dan tidak membutuhkan

banyak reagen seperti halnya metode lainya (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Aktivitas antioksidan dapat dilihat dari penurunan serapan larutan DPPH dengan

adanya penambahan sampel.Panjang gelomhang DPPH yang memberikan serapan kuat

pada 517 nm dengan warna ungu gelap hal ini karena adanya elektron yang tidak

berpasangan. Pada saat elektron berpasangan karena adanya penangakapan radikal

bebas maka absorbansinya akan menurun. Terjadi perubahan warna ungu menjadi

warna kuning karena adanya senyawa antioksidan yang dapat merendam radikal bebas

DPPH Donasi proton menyebabkan radikal bebas menjadi non radikal (Molyneux,

2004).

Gambar 2.10 Molekul DPPH Sebelum dan Sesudah Menerima Donor Atom H

(Yuhernita dan Juniarti, 2011).

STIFI Bhakti Pertiwi


Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah adanya donasi atom

hidrogen dari subtansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non

radikal difenil pikrilhidrazin yang akan ditunjukan oleh perubahan warna. Pengukuran

aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pengukuran

penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan

dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga dengan demikian akan

diketahui nilai aktivitas perendaman radikal bebas yang dinyatakan degan nilai IC 50

(lnhibitor Concentration).

Tabel 2.1 Tingkatan Kekuatan Antioksidan Metode DPPH (Molyneux, 2004).


Intensitas Nilai IC₅ ₀ (µg/ml)

Sangat kuat < 50 µg/ml

Kuat 50-100 µg/ml

Sedang 101-150 µg/ml


Lemah 150-200 µg/ml

Sangat lemah >200 µg/ml

2.11 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometer UV-VIS merupakan salah satu metode instrumen yang paling

sering ditetapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa padat atau cair.

Berdasarkan absorbansi foton pengukuran kalibrasi spektrofotometer UV-VIS

bertujuan untuk mengetahui kinerja instrument apakah masih sesuai dengan standar

yang dipersyaratkan atau tidak (Irawan, 2019). Sumber cahaya yang digunakan untuk

STIFI Bhakti Pertiwi


pengukuran sinar UV yaitu lampu hidrogen atau lampu deuterium dan pengukuran

sinar Visibel atau sinar tampak digunakan lampu wolfram, ketika suatu atom atau

molekul menyerap cahaya maka energi tersebut menyebabkan tereksitasinya electron

pada kulit terlur ketingkat yang lebih tinggi.Tipe eksitasi tergantung pada panjang

gelombang yang absorbsi, makin banyak elektron yang bereksitasi makin tinggi

absorbansi (Tati Suharti, 2017).

Gambar 2.10 Skema spektrofotometer UV-Vis (Double-beam) (Image from


Wikipedia Commons).

2.10.1 Prinsip kerja alat spektrofotometer uv vis

Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS adalah cahaya yang berasal dari lampu

deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis sehingga dapat diteruskan

melalui lensa menuju monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis

menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas berkas cahaya dengan panjang

STIFI Bhakti Pertiwi


tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung zat dalam cahaya

yang dilewatkan ini kemudian konsentrasi tertentu, maka oleh karena itu terdapat

cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang

dilewatkan ini kemudian diterima oleh detector. Detector kemudian akan menghilang

cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terdapat dalam sampel

secara kuantitatif. Konsentrasi dari sampel dalam larutan dapat ditentukan dengan cara

mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum

Lambert-Beer yang berbunyi “ jumlah radiasi cahaya tampak yaitu ultraviolet,

inframerah dan sebagainya yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan

merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat atau tebal larutan (Tati Suharti,

2017).

STIFI Bhakti Pertiwi


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan januari 2022sampai dengan selesai.

Pengerjaan penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Laboratorium Kimia

Bahan Alam, Laboratorium Kimia Farmasi dan Laboratorium Instrument Sekolah

Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang Jalan Ariodillah III Demang Lebar

Daun.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat destilasi vakum (Duran®),

blender (Philips®), botol maserasi, vial, gelas ukur (Pyrex®), beker gelas (Pyrex®),

erlenmeyer (Pyrex®), labu ukur (Pyrex®), mikropipet (Accumax®), oven (Memert®),

timbangan analitik (FS-AR210 Fujitsu®), penangas (Philips®), pipet tetes, batang

pengaduk, spatel dan kaca arloji, kuvet dan spektrolotometri UV-Vis (Genesys 150®).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Umbi bawang merah 2,2-diphenil-1-pikrilhidrazil

(DPPH), etanol 90%, etanol pa, asam galat,reagen Folin-Ciocalteu,natrium

karbonat,(Na2CO3) 7% kuersetin, alumunium klorida (AlCl3) 10%, natrium asetat

1 M, klorofrom (CHCl3), asam sulfat pekat,(H2SO4), asam klorida pekat (HCl

pekat), pereaksi dragendorf dan mayer, pereaksi liberman burchaed, feri klorida

(FeCl3), logam magnesium, metanol pa, kertas saring dan alumunium foil.

3.3 Prosudur kerja

3.3.1 Pengambilan Sampel

Bawang merah (Allium cepa L.) yang diperoleh dari Desa Lubuk Mumpo,

Kecamatan Kotapadang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

3.3.2 Determinasi Tanaman

Sampel tumbuhan bawang merah dibuat herbarium kemudian dideterminasi di

Herbarium Universitas Andalas Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus

Limau Manih Padang Sumatera Barat.

STIFI Bhakti Pertiwi


3.3.3 Preparasi Sampel

Sebanyak 5 kg umbi bawang merah (Allium cepa L.) yang telah dikupas kulitnya

dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya di iris tipis dan dikering

anginkan sebanyak 2,5 kg sampai kering. Sedangkan 2,5 kg dikeringkan dengan oven

suhu 60⁰ C sampai kering. Selanjutnya masing-masing sampel yang telah kering di

blender sampai halus.

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Merah

Serbuk sampel masing-masing umbi bawang merah (Allium cepa L.) yang telah

keringselanjutnya ditimbang masing-masing 500 gram dimasukkan kedalam botol

coklat untuk dimaserasi.Selanjutnya ditambahkan etanol 96% hingga terendam semua

dengan keberadaan etanol 3 cm di atas serbuk. Botol ditutup rapat dan disimpan

ditempat yang terlindung dari cahaya matahari sambil sesekali diaduk, biarkan selama

5 hari kemudian disaring, diulangi maserasi ini sebanyak dua kali dengan cara yang

sama hingga warna pelarut dalam sampel berwarna bening. Kemudian maserat

dikumpulkan dalam satu wadah.

3.3.5 Penguapan Pelarut dan Pemekatan Ekstrak

Maserat diuapkan pelarutnya dengan destilasi vakum diperoleh ekstrak cairdan

dipekatkan menggunakan penangas sehingga di peroleh ekstrak kental umbi bawang

merah. Lalu timbang dan hitung rendemen yang dihasilkan, kemudian ekstrak yang

STIFI Bhakti Pertiwi


dihasilkan disimpan untuk digunakan pada analisis berikutnya. Perhitungan rendemen

ekstrak yaitu dengan mengunkan rumus berikut:

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘


Rendemen = x 100 %
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

3.4 Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa

L.) Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan dengan melarutkan

masing-masing ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) sebanyak 1 g

simplisia dalam 75 bagian etanol sebanyak 0,75 ml (Ditjen POM 1979). Tujuan

dilakukan uji fitokimia ini untuk mengetahui adanya senyawa metabolit sekunder

alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, steroiddan triterpenoid. Identifikasi senyawa

metabolit sekunder meliputi:

3.4.1 Pemeriksaan Senyawa Alkaloid

Sebanyak 2 ml sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi tambahkan 5 ml

klorofrom dan 2,5 ml amoniak lalu disaring ambil filtratnya. Kemudian filtrate

ditambahkan 2,5 ml asam sulfat pekat selanjutnya dikocok dan akan terbentuk 2

lapisan. Lapisan asam diambil tambahkan pereaksi Dragendorof dan Mayer 4-5 tetes

yang akan menimbulkan warna endapan merah atau merah bata dan putih yang

menunjukan adanya alkaloid (Kurniawan et al., 2013).


STIFI Bhakti Pertiwi
3.4.2 Pemeriksaan Senyawa Flavonoid

Sebanyak 2 ml sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi dipanaskan selama 5

menit dan ditambah dengan 1-2 tetes HCL pekat dan beberapa butir serbuk magnesium.

Jika berwarna merah hingga orange sampel tersebut positif adanya flavonoid

(Kurniawan et al., 2013).

3.4.3 Pemeriksaan Senyawa Saponin dan Fenol

Sebanyak 2 ml sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi lalu ditambah dengan 1

ml kloroform dan 1 ml air dikocok hingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan air dan

lapisan kloroform.Pemeriksaan saponin, sebagian lapisan air dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian dikocok. Bila ada saponin akan terbentuk busa yang stabil

selama 15 menit. Pemeriksaan fenol, sebagian lapisan air ditambahkan besi (III)

klorida, reaksi dinyatakan positif bila terjadi perubahan warna menjadi biru atau hitam

(Kurniawan et al., 2013).

3.4.4 Uji Senyawa Steroid dan Triterpenoid

Diambil lapisan kloroform dari pemeriksaan saponin dan fenol kemudian

ditambahkan dengan pereaksi Lieberman Buchard (1 tetes asam asetat anhidrida dan 1

tetes asam sulfat pekat). Terbentuk warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid

dan warna merah atau ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid (Kurniawan et

al., 2013).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.5 Penentuan Kadar Total Fenol

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Galat

Asam galat ditimbang sebanyak 5 mg, masukkan kedalam labu ukur 10 ml,

dilarutkan dalam methanol pa sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan menjadi

500 ppm.

3.5.2 Pembuatan Larutan Seri Standar dengan Asam Galat

Dari larutan stock 500 ppm dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 ml dilarutkan dalam

metanol pa hingga volume 10 ml. Sehinggadiperoleh konsentrasi 50; 100; 150; 200;

250 ppm.

3.5.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Asam Galat

Untuk larutan konsentrasi 150 ppm sebanyak 1 ml dalam labu takar 10 ml, 0,5 mL

reagen Folin-Ciocalteau, kemudian divortex selama 1 menit lalu didiamkan 8 menit.

Selanjutnya ditambahkan 1,5 mL larutan Na2CO3 20%, kocok hingga homogen.

Tambahkan aquades steril hingga 10 mL dan diamkan selama 90 menit pada suhu

ruangan. Ukur absorbansi menggunakan Spektrofotometer UV/Vis pada rentang 400 -

800 nm (misal didapat pada 730 nm).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.5.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan standar asam galat masing-masing dipipet sebanyak 1 ml, kemudian

masukkan kedalam labu ukur 10 ml,ditambah 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau,

kemudian divortex selama 1 menit lalu didiamkan 8 menit. Selanjutnya ditambahkan

1,5 mL larutan Na2CO3 20%, kocok hingga homogen kemudian diinkubasi selama

90 menit pada suhu ruangan. Absorbansidiukur menggunakan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang maksimum pada730 nm. Dihasilkan kurva kalibrasi serta

persamaan garis linear y = ax+ab.

3.5.5 Penentuan Kadar Fenol Total Umbi Bawang Merah

Ditimbang 25 mg ekstrak etanol 96% umbi bawang merah dan dilarutkan dengan

metanol pa hingga 10 ml (konsentrasi 2500 μg/ml). Dipipet 0,1 ml larutan sampel ini

dimasukkan kedalam labu 10 ml. Lalu ditambah 7,9 ml akuabidestilata, 0,5 mL reagen

Folin-Ciocalteau, kemudian divortex selama 1 menit lalu didiamkan 8 menit.

Selanjutnya ditambahkan 1,5 mL larutan Na2CO3 20%, kocok hingga homogen.

Kemudian diinkubasi selama 85 menit pada suhu ruangan. Diukur absorbansi

menggunakan Spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang maksimum 730 nm.

Dilakukan 3 kali pengulangan sehingga kadar fenol yang didapat dinyatakan sebagai

mg ekuivalen asam galat/gram ekstrak.

STIFI Bhakti Pertiwi


3.6 Penentuan Kadar Total Flavonoid

3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Kuersetin

Kuersetin ditimbang sebanyak 5 mg, masukkan kedalam labu ukur 50 ml,

dilarutkan dalam etanol pa sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan menjadi

100 ppm (Aminah et al., 2017).

3.6.2 Pembuatan Larutan Seri Standar dengan Kuersetin

Larutan standar dibuat dengan cara larutan induk dipipet sebanyak 0,6 ml, 0,8 ml,

1 ml, 1,2 ml dan 1,4 ml masing-masing dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian

tambahkan etanol pa sampai tanda batas. Sehingga diperoleh konsentrasi konsentrasi

6, 8, 10, 12 dan 14 ppm (Aminah et al., 2017).

3.6.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dari larutan standar pada konsentrasi 10 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml, kemudian

masukkan kedalam vial. Tambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml Aluminium klorida 10%,

0,1 ml Natrium asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan selama 30 menit

pada suhu ruangan kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 400-450 nm

(Aminah et al., 2017).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.6.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Panjang gelombang maksimum yang diperoleh kemudian dilakukan pembuatan

kurva kalibrasi dengan cara larutan 6, 8, 10, 12 dan 14 ppm dipipet sebanyak 0,5 ml,

kemudian masukkan kedalam vial. Tambahkan 1,5 ml etanol p.a, 0,1 ml Aluminium

klorida 10%, 0,1 ml Natrium asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan 30

menit pada suhu ruangan. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum 428 nm (Aminah et al., 2017).

3.6.5 Penentuan Kadar Flavonoid Total Sampel Umbi Bawang Merah

Sebanyak 25 mg masing-masing sampel ditimbang dan dilarutkan dalam 25 ml

etanol pa sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm. Sebanyak 0,5 ml sempel uji

ditambahkan dengan 1,5 ml etanol pa, 0,1 ml Aluminium klorida 10%, 0,1 ml Natrium

asetat 1M dan 2,8 ml aquades. Kocok dan diamkan selama 30 menit pada suhu ruangan.

Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum 428 nm (Aminah et al., 2017)

3.6.6 Perhitungan Kadar Fenol Total Dan Flavonoid Total

Data absorbansi sample dimasukan kedalam persamaan kurva baku kuersetin

dengan persamaan regresi.

y = ax + b

STIFI Bhakti Pertiwi


Keterangan :

y = Absorbansi

a = intercept (potongan garis disumbu y)

b = Slope (kemiringan)

x = konsentrasi mg/L

Konsentrasi total fenol dan total flavonoid dapat dihitung dengan mensubstitusikan

nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan regresi linear yang didapat pada kurva

kalibrasi. Nilai konsentrasi sampel dapat disubstitusikan lagi ke dalam rumus

perhitungan sebagai berikut Kadar (μg/ml)

Keterangan:

C = Konsentrasi senyawa dalam larutan sampel (μg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

W = Berat sampel (g)

STIFI Bhakti Pertiwi


3.7 Uji Aktivitas Antioksidan Umbi bawang merah menggunakan DPPH (2,2-
difenil-1-pikrihidrazil).

3.7.1 Pembuatan Larutan DPPH.

Ditimbang sebanyak 1,9 mg DPPH dimasukan dalam labu ukur 100 ml

ditambahkan metanol pa sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 50 µM (Pratama et al., 2015).

3.7.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Di pipet sebanyak 3,5 ml larutan DPPH 50 µM dan ditambahkan 0,5 ml metanol

pa. Setelah itu biarkan selama 30 menit ditempat gelap serapan larutan diukur panjang

gelombang 400-800 nm (Pratama et al., 2015).

3.7.3 Pembuatan Larutan Sampel

Dibuat larutan sampel 1000 ppm dengan cara menimbang masing-masing sampel

sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan 10 ml metanol pa dalam labu ukur 10 ml.

Selanjutnya dibuat variasi konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm

(Pratama et al., 2015).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.7.4 Pembuatan Larutan Pembanding

Dibuat larutan pembanding 100 ppm dengan cara ditimbang sebanyak 5 mg larutan

pembanding di larutkan dengan 50 ml metanol pa dalam labu ukur 50 ml. Selanjutnya

dibuat variasi konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm (Handayani et al., 2018).

3.7.5 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

3.7.5.1 Pengukuran Daya Antioksidan (Pembanding)

Pengujian dilakukan dengan memipet 0,5 ml larutan pembanding dari berbagai

konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm. Kemudian ditambahkan 3,5 ml larutan DPPH

50 µM. Selanjutnya diinkubasi pada ruangan gelap selama 30 menit. Diukur

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum (Handayani et al., 2018).

3.7.5.2 Pengkuran Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Merah


(Allium Cepa L.)

Pengujian dilakukan dengan memipet 0,5 ml masing-masing larutan sampel dari

berbagai konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Kemudian

masing-masing ditambahkan 3,5 ml DPPH 50 µM. Kemudian diinkubasi pada ruangan

gelap selama 30 menit. Diukur absorbansinya pada panjang maksimum (Handayani et

al., 2018).

STIFI Bhakti Pertiwi


3.8 Perhitungan Nilai % Inhibisi Pengujian IC50

3.8.1 Perhitungan Nilai % Inhibisi

Aktivitas antioksidan dihitung menggunakan rumus persentase inhibisi

(Handayani et al., 2018)

% Inhibisi= Ab - As x100 %
Ab
Keterangan :

Ab = Absorbansi blanko DPPH

As = Absorbansi senyawa uji

3.8.2 Penentuan Konsentrasi Penghambatan 50% (IC50)

Konsentrasi sampel uji (x) dan persentase penghambatan (y) diplotkan pada

persamaan regresi bentuk persamaannya adalah =

y= ax + b

Nilai LC50 merupakan nilai x padapersamaan tersebut.Nilai y bisa diisi dengan

angka 50 karena yang dicari adalah penghambatan 50%, kemudian nilai a dan diperoleh

dari hasil pengeplotan x terhadap y.

STIFI Bhakti Pertiwi


3.8.3 Penentuan IC50 Ekstrak Umbi Bawang Merah

Penentuan IC50 ekstrak etanol daun sembukan menggunakan rumus sebagai

berikut :

y = ax + b

keterangan :

a = Konstanta Konsentrasi

b = Konstanta

y =Persen Inhibisi

x = Konstanta Larutan Uji

3.9 Analisa Data

Data yang diperoleh dari alat spektrofotometer UV-Vis berupa absorbansi

kuersetin dibuat dengan kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier y

= ax + b. Kadar flavonoid total diperoleh dengan cara memasukan data absorbansi

sampel kedalam persamaan kurva baku selanjutnya dihitung dengan memasukan rumus

TFC = c x v m .Data yang diperoleh dari aktivitas antioksidan berupa absorbansi DPPH

kontrol dan DPPH yang telah direaksikan dengan sampel uji dan pembanding dengan

bernbagai konsentrasi, untuk menghitung % inhibisi sehingga diperoleh nilai

IC50.Penyajian data dalam bentuk tabulasi dan kurva.

STIFI Bhakti Pertiwi


Untuk penentuan kadar total fenol dan total flavonoid dilakukan analisa

menggunakan kurva baku dengan persamaan regresi linear y = ax + b.

STIFI Bhakti Pertiwi


37

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, R., & Susanti, H. (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa Linn) Dengan Variasi Tempat
Tumbuh Secara Spektrofotometri. Pharmaciana, 2(1).
https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v2i1.655
Aminah, A., Tomayahu, N., & Abidin, Z. (2017). Penetapan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 4(2), 226–230.
https://doi.org/10.33096/jffi.v4i2.265
Azizah, D. N., Kumolowati, E., & Faramayuda, F. (2014). Penetapan Kadar Flavonoid
Metode AlCl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.).
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2), 45–49. https://doi.org/10.26874/kjif.v2i2.14
Bernard, D., Kwabena, A. I., Osei, O. D., Daniel, A., Elom, S. A., Radiasi, T.,
Penelitian, L., & Bioteknologi, P. (2014). Fitokimia dan Pemulungan Radikal
Aktivitas Kayu Manis Ceylon. 4(11), 1324–1335.
Deddy et al. (2021). Agronomi Tanaman Hortikultura (R. Watrianthos (ed.)). Yayasan
Kita Menulis.
Depkes RI. (1989). Pemanfaatan Tanaman Obat. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Djamal, R. (2010). Kimia Bahan Alam : Prinsip prinsip dasar isolasi dan identifikasi.
Universitas Baiturrahmah.
Dontha, S. (2016). A review on antioxidant methods. Asian Journal of Pharmaceutical
and Clinical Research, 9(2), 14–32.
https://doi.org/10.22159/ajpcr.2016.v9s2.13092
Emelda. (2019). Farmakognosi. Pustaka Baru.
Fessenden dan Fessenden. (1986). Kimia Organik (Edisi III). Erlangga.
Handayani, S., Najib, A., & Wati, N. P. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Daruju (Acanthus ilicifolius L.) Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas
37 STIFI Bhakti Pertiwi
1,1-Diphenil-2-Picrylhidrazil (DPPH). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(2), 299–
308. https://doi.org/10.33096/jffi.v5i2.414
Harborne, J. B. (1987a). Metode Fitokima Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan (Edisi II). ITB bandung.
Harborne, J. B. (1987b). Metode Fitokimia penuntuan cara modern menganalisis
tumbuhan. ITB Bandung.
Hasibuan, A. S., & Edrianto, V. (2021). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Umbi
Bawang Merah (Allium cepa L.). Jurnal Pengmas Kestra (Jpk), 1(1), 80–84.
https://doi.org/10.35451/jpk.v1i1.732
Hidayat, N. S. dan A. (2005). Budidaya Bawang Merah. In Balitsa.
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id
Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil
Pengukuran dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 1. https://doi.org/10.22146/ijl.v1i2.44750
Kurniawan, J. C., Suryanto, E., Yudistira, A., Studi, P., Fmipa, F., & Manado, U.
(2013). Analisis Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Dari Getah Kulit Buah
Pisang Goroho ( Musa acuminate ( L .). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(03), 34–39.
Latief. (2014). Obat Tradisional. Buku Kedokteran.
Luliana, S., Purwanti, N. U., & Manihuruk, K. N. (2016). Pengaruh Cara Pengeringan
Simplisia Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Pharmaceutical Sciences and Research, 3(3), 120–129.
https://doi.org/10.7454/psr.v3i3.3291
Molyneux, P. (2004). The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Science
and Technology, 26(December 2003), 211–219.
https://doi.org/10.1287/isre.6.2.144

Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E. (2019). Antimicrobial Activity of Ethanol
38 STIFI Bhakti Pertiwi
Extract of Shallot (Allium cepa L.) Peels Using the Disc Diffusion Method.
Pharmaceutical Sciences and Research, 6(1), 62–68.
https://doi.org/10.7454/psr.v6i1.4333
Pratama, M., Baits, M., & Yaqin, R. N. (2015). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Daun Tomat Buah (Lycopersicon esculentum Mill, var. pyriforme Alef)
Dan Daun Tomat Sayur (Lycopersicon esculentum Mill, var. commune Bailey )
Dengan Metode DPPH ( 1 , 1-Diphenyl-2- Picryl Hydrazil ). Jurnal Fitifarmaka
Indonesia, 2(1), 76–82.
Puspitasari, L., Swastini, D. a., & Arisanti, C. I. . (2013). Skrining Fitokimia Ekstrak
Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L .). Garuda Portal, 961,
5.
RI, D. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sam, S., Malik, A., & Handayani, S. (2016). Penetapann Kadar Fenolik Total Dari
Ekstrak Etanol Bunga Rosella Berwarna Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Dengan
Meggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 182–
187. https://doi.org/10.33096/jffi.v3i2.220
Sayuti dan Yenrina. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik (Edisi I). University
Andalas.
Soltani, M., & Baharara, J. (2014). Antioxidant and Antiprolifereative Capacity of
Dichloromethane Extract of Holoturia leucospilota sea cucumber. International
Journal of Cellular and Molecular Biotechnology, 2014, 1–9.
https://doi.org/10.5899/2014/ijcmb-00013
Supriningrum, R., Sundu, R., & Setyawati, D. (2018). Penetapan Kadar Flavonid
Ekstrak Daun Singkil (Premna corymbosa) Berdasarkan Variasi Suhu Dan Waktu
Pengerigan Dan Simplisia. JFL : Jurnal Farmasi Lampung, 7(1), 1–6.
https://doi.org/10.37090/jfl.v7i1.31

Syafrida, M., Darmanti, S., & Izzati, M. (2018). Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
39 STIFI Bhakti Pertiwi
Kadar Air, Kadar Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun dan Umbi Rumput
Teki (Cyperus rotundus L.). Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 20(1), 44.
https://doi.org/10.14710/bioma.20.1.44-50
Tati Suharti. (2017). Dasar dasar spektrofotometri uv-vis dan spektrometri massa
untuk penentuan struktur senyawa organik. AURA.
Winarsih, H. (2007). Antioksidan Alami Dab Radikal Bebas. Kanisius.
Yuhernita dan Juniarti. (2011). Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Daun Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. MAKARA of Science
Series, 15(1), 48–52.

40 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 1. Tanaman Umbi Bawang Merah (Allium Cepa L.)

(a) (b)

Keterangan gambar :
a. Gambar Tanaman umbi bawang merah sedang tumbuh
b. Gambar umbi bawang merah (Allium Cepa L.)

41 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Merah
(Allium Cepa L.)

Umbi bawang merah segar masing masing


2,5 kg

-Dikering anginkan dengan suhu ruangan


-Dikeringkan dengan oven suhu 500 C
-
Serbuk umbi yang dikering dengan suhu ruangan Blender
suhu ruangan dan oven suhu 500 C masing masing
diambil 100 g

-Masukan dalam botol coklat ditambah


pelarut etanol 96% sampai serbuk
simplisia terendam.
-Dimaserasi 3x selama 5 hari, (saring)

-Filtrat ekstrak etanol 96% pengeringan dengan Ampas


suhu ruangan .

-Filtrat ekstrak etanol 90% oven suhu 500c

-Rotary evaporasi

1.ekstrak kental etanol 90%


pengeringan suhu ruangan.
Uji kandungan total Fenol dan Flavonoid
2.ekstrak kental etanol 96% oven suhu dan uji Antioksidan menggunakan
500C metode DPPH

42 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 3. Skema kerja Penentuan Kandungan Total Fenol Ekstrak Etanol
Umbi Bawang Merah ( Allium Cepa L.)
Pembuatan larutan Induk Asam galat 500 ppm

-Timbang asam galat 5 mg dilarutkan dengan


methanol pahingga 10 ml

Pembuatan Larutan seri standar dengan asam galat

-larutan induk dipipet sebanyak 1,2,3,4,5 ml


masing- masing labu ukur 10 ml dengan methanol
pa.

Penentuan panjang gelombang serap maksimum dengan


larutan standar 150 ppm

-larutan 150 ppm dipipet sebanyak 1 ml, kedalam


labu ukur 10 ml - tambahkan 7,9 ml aqudest,
0,5ml reagen Folin-Ciocalteau, 1,5 ml Na2c03
20%,.Kocok hingga homogen, ukur absorbansi
panjang gelombang.

Pembuatan kurva kalibrasi -


larutan

50,100,150,200,250 ppm dipipet 1ml kedalam


vial, tambahkan 0,5ml reagen Folin-Ciocalteau,
1,5 ml Na2c03 20%, Aquadest 10 ml.Kocok
hingga homogen, inkubasi selama 30 menit (ukur
absorbansi panjang gelombang)

Penetapan Kadar Total Fenol Umbi bawang merah

-25 mg sampel dilarutkan dengan methanol pa

43 STIFI Bhakti Pertiwi


hingga 10 ml kemudian ambil 0,5 ml sampel +
0,5ml reagen Folin-Ciocalteau +1,5ml Na2C03
20% (inkubasi selama 30 menit)

Ukur absorbansi dengan spektrofotometri UV-VIS


Pada panjang gelombang maksimum

Lampiran 4. Skema Kerja Penentuan Kandungan Total Flavonoid Ekstrak


Etanol Umbi Bawang Merah ( Allium Cepa L.)
-
Pembuatan larutan induk kuarsetin 100 ppm

Timbang kuarsetin 5 mg, dilarutkan dalam etanol


pa hingga 50 ml

Pembuatan larutan seri standar dengan kuersetin

Larutan induk dipipet sebanyak 0,6, 0,8, 1, 1,2


dan 1,4 ml dalam labu ukur 10 ml dengan etanol
pa sampai tanda batas

Penentuan panjang gelombang serap maksimum dengan larutan


standar 10 ppm

-Larutan standar 100 ppm di pipet 0,5 ml ke


dalam labu ukur 10 ml,Tambahkan 1,5 ml etanol
pa, 0,1 ml AlCl3 10%, 0,1 C2H3NaO21M dan 2,8
ml aquades. Kocok sampai homogen -Ukur
absorbansi panjang gelombang 400-450nm

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan 6, 8, 10, 12 dan 14 ppm dipipet 0,5 ml


kedalam vial -Tambahkan 1,5 ml etanol pa, 0,1
AlCl3 10%, 0,1 C2H3NaO2 1M dan 2,8 ml aquades
kocok sampai homo
-Inkubasi pada suhu kamar selama 30 menit, ukur
absorbansi panjang gelombang.

44 STIFI Bhakti Pertiwi


Penetapan Kadar Total Flavonoid Umbi Bawang Merah

25 mg sampel dilarutkan dalam 25 ml etanol,


Ambil 0,5 ml sampel + 1,5 ml etanol pa + 0,1 ml
AlCl3 10% + 0,1 ml natrium asetat, dan 2,8 m air
suling Inkubasi selama 30 menit

Ukur absorbansi dengan spektrofotometri UV-VIS


Pada panjang gelombang maksimum

Lampiran 5. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Umbi Bawang Merah


menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-pikrihidrazil)

Pembuatan larutan ekstrak pada berbagai konsentrasi

-Ditimbang sebanyak 10 mg dimasukan dalam labu


ukur 10 ml, kemudian dilarutkan dalam pelarut metanol
pa sampai tanda batas.Diambil larutan ekstrak 0,2 ml, 0,4
ml, 0,6 ml, 0.8 ml, dan 1 ml dalam labu ukur 10 ml

Pembuatan larutan dpph Pembuatan larutan Pembanding

-Ditimbang 1,9 mg DPPH


dilarutkan dalam 100 ml metanol pa,
diambil 3,5ml DPPH µM + 0,5 ml metanol pa ambil masing masing larutan
sebanyak 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6
Ukur panjang gelombang ml, 0,8 ml dan encerkan
maksimum DPPH 400-800 nm dengan etanol dalam labu ukur
50 ml

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH


Lardipipet 0,5 ml lautan sampel dari berbagai kosentrasi
dan larutan pembanding kuersetin dari berbagai
konsentrasi + masing masing 3,5 ml larutan dpph µM

-kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu 370 C pada

45 STIFI Bhakti Pertiwi


ruang gelap-Ukur serapan dengan spektrofotometri UV-
VIS pada panjang gelombang

Perhitungan Nilai % Inhibisi dan pengujian IC50

Lampiran 6. Perhitungan Pembuatan Larutan Kandungan Total Fenol

 Pembuatan beberapa pelarut.

a. Larutan reagen Folin-Ciocalteu 10% (dbuat sebanyak 10 ml)

Folin-Ciocalteu = x 10 ml = 1 gram

b. Larutan (Na2CO3) 7% (dbuat sebanyak 10 ml)

(Na2CO3) 7% = x 10 ml = 1 gram

 Perhitungan Larutan Sampel

Sebanyak 25 mg sampel dilarutkan dalam 25 ml etanol pa

Ppm = mg/L

= 25 mg /0,025 L

= 1000 Ppm

 Pembuatan larutan induk Asam galat 500 ppm

500 ppm dalam etanol pa 10 ml

Ppm = mg/L

500 = mg/0,01 L

mg = 500 x 0,1

46 STIFI Bhakti Pertiwi


= 5mg

47 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 6. Lanjutan

Jadi timbang asam galat 5 mg dilarutkan 0,1 liter atau 10 ml etanol pa sampai tanda

batas. Larutan seri standar fenol (asam galat) dibuat dalam konsentrasi:

 50 PPM

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 500 = 10 ml . 50

V1 . 500 = 500

VI =1 ml

 100 PPM

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 500 = 10 ml . 100

V1 . 500 = 1000

VI =2 ml

 150 PPM

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 500 = 10 ml . 150

V1 . 500 = 1500

VI =3 ml

48 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 6. Lanjutan
 200 PPM

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 500 = 10 ml . 200

V1 . 500 = 2000

VI =4 ml

 250

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 500 = 10 ml . 250

V1 . 500 = 2500

VI = 5 ml

49 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 7. Perhitungan Pembuatan Larutan Kandungan Total Flavonoid

 Pembuatan beberapa pelarut.

a. Larutan AlCl3 10 % (dibuat sebanyak 10 ml)

AlCl3 10% = x 10 ml =1 gram

b. Larutan Natrium Asetat 1 M (dibuat sebanyak 10 ml).

M=x

1= x

72 = 100 gram

= 0,72 gram

 Perhitungan Larutan Sampel

Sebanyak 25 mg sampel dilarutkan dalam 25 ml etanol pa

Ppm = mg/L

= 25 mg /0,025 L

= 1000 Ppm

 Pembuatan larutan induk kuarsetin 100 ppm

100 ppm dalam etanol pa 50 ml

Ppm = mg/L

100 = mg/0,05 L

mg = 100 x 0,05

= 5 mg

50 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 7. Lanjutan

Jadi, timbang 5 mg kuarsetin dilarutkan dalam 0,05 liter atau 50 ml etanol pa. Larutan

seri standar dibuat dalam berbagai konsentrasi :

 6 ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 6

V1 . 100 = 60

VI =0,6ml

 8 ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 8

V1 . 100 = 80

VI = = 0,8 ml

 10 ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 10

V1 . 100 = 100

VI = = 1 ml

51 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 7. Lanjutan
 12 ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 12

V1 . 100 = 120

VI = 1,2 ml

 14 ppm
V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 14

V1 . 100 = 140

VI = 1,4 ml

52 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 8. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan

Pembuatan Larutan DPPH Larutan DPPH 50 µM (0,05 mM) dalam 100 ml Diketahui

BM DPPH = 394,32

Volume yang dibutuhkan = 100 ml 0,1 L

M = 0,05 mM

= 0,00005

Ditanya g ?

M=

g = M x BM x L

= 0,00005 x 394,32 x 0,1

= 0,019716 x 0,1

= 0,0019716

= 1,9 mg

 Perhitungan Larutan Sampel

Ppm = mg/L

= 1000 Ppm

53 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 8. Lanjutan

Jadi, timbang 10 mg DPPH dilarutkan dalam 0,01 liter atau 10 ml metanol pa. Larutan

Sampel dibuat variasi konsentrasi sebagai berikut :

 20 ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 = 10 ml . 20

V1 .1000 = 200

VI = 0,2 ml

 40 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 = 10 ml . 40

V1 . 1000 = 400

VI = = 0,4 ml

 60 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 = 10 ml . 60

V1 . 1000 = 600

VI = 0,6 ml

54 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 8. Lanjutan
 80 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 = 10 ml . 80

V1 . 1000 = 800

V1= = 0,8 ml

 100 Ppm
V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 = 10 ml . 100

V1 . 1000 = 1000

V1 = 1 ml

Perhitungan Larutan Pembanding Kuersetin

Ppm = mg/L

x=

= 100 Ppm

55 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 8. Lanjutan

Jadi, timbang 5 mg kuarsetin dilarutkan dalam 0,05 liter atau 50 ml metanol pa. Larutan

Pembanding dibuat variasi konsentrasi sebagai berikut :

 2 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 2

V1 . 100 = 20

VI = =0,2 ml

 4 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 4

V1 . 100 = 40

V1 == 0,4 ml

 6 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 6

V1 . 100 = 60

V1 = 0,6 ml

56 STIFI Bhakti Pertiwi


Lampiran 8. Lanjutan

 8 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 8

V1 . 100 = 80

V1 = 0,8 ml

 10 Ppm

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 = 10 ml . 10

V1 . 100 = 100

V1= 1 ml

57 STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai