Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

POTENSI EKSTRAK BAWANG DAYAK (Eleutherine sp) SEBAGAI


OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) PADA PENGOBATAN MEDIS

Hery Poerwosusanta1,2*, Mulyohadi Ali3, Zairin Noor2, Karyono Mintaroem3,


Edi Widjajanto3
1
Program Studi Doktor minat Biomedik, Fakultas Kedokteran,
Universitas Brawijaya
2
Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat/BLUD Ulin
3
Departemen Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

Email: herpoerwo@ulm.ac.id

ABSTRAK

Bawang Dayak (Eleutherine sp) merupakan salah satu tanaman yang


tumbuh liar di hutan Kalimantan yang berpotensi dikembangkan menjadi Obat
Herbal Terstandard. Berdasarkan studi etnofarmakologi, tanaman ini
dimanfaatkan masyarakat suku Dayak sebagai obat diabetes, stroke, kanker
payudara, antihipertensi, mempercepat penutupan luka, dan pengobatan jantung.
Meski sudah digunakan turun temurun dan riset yang berkelanjutan, bawang
Dayak belum dimanfaatkan dokter formal untuk pengobatan klinis. Hal ini
disebabkan belum adanya uji y akurat dan terstandar yang dapat digunakan
sebagai bukti ilmiah. Pada sisi lain, masyarakat berpendapat bahwa penggunaan
bawang Dayak sebagai jamu dapat berbahaya karena komplikasi akibat bercampur
dengan Bahan Kimia Obat (BKO). Dengan demikian, bawang Dayak perlu
diupayakan dalam Program Saintifikasi Jamu untuk mewujudkan jamu, obat
herbal terstandar, dan fitofarmaka yang berkualitas, bermutu serta aman. Oleh
karena itu, pada artikel ini akan dibahas beberapa riset tentang bioaktifitas bawang
Dayak mulai fitokimia hingga tahapan uji praklinik.

Kata Kunci: bawang Dayak, Eleutherine sp, Obat Herbal Terstandar,


fitofarmaka, fase penelitian praklinik dan klinik

ABSTRACT

Dayak onion (Eleutherine sp) is a kind of onion which grows wild in the
forests of Kalimantan that has great potential to be developed into standard
herbal medicine. Based on the study of ethnopharmacology, this plant is used
traditionally by Dayak tribes as a medicine for diabetes, stroke, breast cancer,
antihypertension, accelerating wound closure, and heart treatment. Although it
has been used by the community for generations and continuous research, Dayak
onions have not been formally used by doctors for clinical treatment. This is due
to the absence of an accurate and standardized test, which can be used as
scientific evidence. On the other hand, many people argue that the use of Dayak
onions as herbs can be dangerous because of complications due to mixing with

Artikel diterima: 20 Agustus 2018 242


Diterima untuk diterbitkan: 25 September 2018
Diterbitkan: 31 Oktober 2018
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

medicinal chemicals (BKO). Thus, onion Dayak needs to be endeavored in the


Herbification Program to realize standardized, quality and safe herbal,
standardized herbal medicines and phytopharmaca. Therefore, this article will
discuss some research on onion bioactivity of Dayak from phytochemicals to
preclinical testing stages.

Keywords: Bawang Dayak, Eleutherine sp, Standardized Herbal Medicines,


Phytopharmaca, Pre Clinic and Clinical Trials phases

PENDAHULUAN bawang sabrang (Sunda), bawang


Indonesia memiliki kurang hutan (Kalimantan Timur), bawang
lebih 30.000 jenis tumbuhan, sekitar tiwai (Kutai) (Han dkk., 2008; Ifesan
7.500 diantaranya tanaman dkk., 2009; Song dkk., 2009).
berkhasiat obat, sekitar 1.000 – 1.200
jenis dimanfaatkan masyarakat, dan FITOKIMIA BAWANG DAYAK
yang digunakan dalam industri obat Penelitian Pratiwi dkk (2013),
tradisional sekitar 300 jenis. Salah menyatakan kandungan fitokimia
satu yang berkhasiat bagi kesehatan bawang Dayak antara lain flavonoid,
namun masih minim penggunaannya saponin, fenolik, dan tanin, sesuai
adalah bawang Dayak (Eleutherine dengan penelitian Yuswi (2017)
sp) (Wijayanti dkk., 2018). bahwa serbuk bawang Dayak
Menurut Angiosperm mengandung total flavonoid sebesar
Phylogeny Group III system (2009), 9,34±0,74 (mg QE/g) dan total
taksonomi Eleutherine sp adalah fenolik 8,44 (mg GA/g). Sampai
Kingdom: Plantae; Class: tahun 2014 telah digisolasi 34
Equisetopsida; Subclass: senyawa aktif terkandung di dalam
Magnoliidae; Suborder: lilianae; bawang Dayak (tabel 1).
Order: Asparagales; Family: A. Antioksidan
Iridaceae; Genus: Eleutherine; Banyak penelitian menyebut
Species: Eleutherine sp (Couto dkk., bawang Dayak berperan sebagai
2016). Bawang Dayak memiliki antioksidan (tabel 2) yang secara
beberapa nama daerah di Indonesia: ilmiah terbukti mengurangi risiko
si marbawang-bawang (Sumatera penyakit kronis seperti kanker dan
Utara), brambang sabrang (Jawa), jantung koroner. Karakter senyawa

243
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

antioksidan adalah kemampuan menangkap radikal bebas.


Tabel 1. Kandungan dan manfaat bawang Dayak
No Senyawa Manfaat
1. Eleutherol Peningkatan aliran darah jantung
2. Eleutherin a. Peningkatan aliran darah jantung
b. Menghambat proliferasi K562, IC50 = 49 μg/mL
c. Menghambat human topoisomerase II IC50 = 50 μg/mL
d. Menghambat RAW 264.7 lipopolysacharide-activated
macrophage cell tikus, IC50 = 11.4 μM
3. Isoeleutherin a. Peningkatan aliran darah jantung
b. Menghambat proliferasi K562, IC50 = 33 μg/mL
c. Menghambat replikasi HIV pada Hg lymphocytes ,
IC50 = 8.5 μg/mL
d. Menghambat RAW 264.7 lipopolysacharide-activated
mouse macrophage cell tikus, IC50 = 7.7 μM
4. 8-hydroxy-3,4-dimethoxy-1- Menghambat proliferasi K562, IC50 = 266 μg/mL
methylantra quinone-2-
carboxylic acid methylester
5. Hongconin a. Menghambat proliferasi K562, IC50 = 174 μg/mL
b. Menghambat RAW 264.7 lipopolysacharide-activated
mouse macrophage cell tikus, IC50 = 19,8 μM
6. Isoeleutherol Menghambat replikasi HIV IC50 = 100 μg/mL
7. Eleutherinol Menghambat RAW 264.7 lipopolysacharide-activated
mouse macrophage cell tikus, IC50 = 34,4 μM
8. Dihydroeleutherinol Menghambat RAW 264.7 lipopolysacharide-activated
mouse macrophage cell tikus, IC50 = 21,7 μM
9. Eleutherinoside A Inhibitor β-glucosidase, IC50 = 0,5 mM
10. 1,3,6-trihydroxy-8- Menghambat proliferasi K562, IC50 = 154 μg/mL
methylanthraquinone
11. 6,8-dihydroxy-3,4-dimethoxy- Menghambat proliferasi K562 (human erythroleukemia)
1-methyl-anthraquin-one-2- dengan IC50 = 49.1 μg/mL
carboxylic acid methylester
12. 4-hydroxy-eleutherin Menghambat proliferasi K562 dengan IC50 = 35 μg/mL

Aktivitas antioksidan bawang Peredaman radikal bebas


Dayak disebabkan flavonoid, fenolik senyawa fenolik dipengaruhi jumlah
dan tanin yang merupakan golongan dan posisi hidrogen fenolik. Semakin
fenol dengan gugus OH (hidroksil) banyak gugus hidroksil maka
terikat pada aromatik. Gugus semakin besar aktivitas antioksidan,
hidroksil menyumbangkan atom sehingga kekuatan antioksidan dari
hidrogen, sehingga radikal DPPH yang terbesar sampai yang terkecil
tereduksi menjadi bentuk stabil. yaitu tanin, flavonoid dan fenolik.

244
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

Tabel 2. Aktivitas antioksidan bawang Dayak


No Bentuk Bahan Uji Metode IC 50 Referensi
1. Ekstrak etanol 70% Umbi DPPH 25,33 µg/mL Kuntorini dkk., 2010
2. Ekstrak etanol 70% Daun DPPH 31,97 µg/mL Pratiwi dkk., 2013
3. Ekstrak etanol 96% Serbuk DPPH 68,72 µg/mL Yuswi, 2017
4. Ekstrak Heksana Serbuk DPPH 101,33 µg/mL Yuswi, 2017

B. Antiinflamasi Syntase (iNOS) pada sel makrofag.


Penelitian in siliko komputasi iNOS merupakan enzim yang
membuktikan senyawa eleutherine mengubah L-arginin menjadi Nitric
dan isoeleutherine bawang Dayak Oxide (NO), yaitu senyawa yang
(Eleutherine sp) mempunyai khasiat berhubungan dengan pembentukan
antiinflamasi (gambar 1 (a) dan (b)). proinflamasi, misalnya TNF-, IF-,
Kemampuan antiinflamasi diketahui IL-6, serta mediator inflamasi
dari hasil docking molecular lainnya. Isoeleutherine juga terbukti
membentuk ikatan hidrogen dengan menghambat NfκB sel makrofag
residu asam amino Ser530 pada (gambar 2) (Song dkk., 2009).
kantung ikatan COX-1 sebagaimana Secara in vivo, aktivitas
ikatannya dengan ibuprofen, dan antiinflamasi bawang Dayak
dengan Ser516 pada kantung diujicobakan pada mencit inflamasi
ikatan COX-2 sebagaimana akibat ulseratif cholitis. Pemberian
ikatannya dengan celecoxib. ekstrak bawang Dayak 750 mg/kg
Hasil penelitian menunjukkan BB selama 7 hari memperbaiki
bahwa senyawa isoeleutherine inflamasi pada kolon (gambar 3)
memiliki aktivitas antiinflamasi (Wijayanti & Hasyati, 2018).
lebih baik dibandingkan eleutherine Secara mikroskopis, inflamasi
dengan energi bebas ikatan yang ditandai dengan peningkatan infiltrat
mendekati dengan nilai native ligand selular pada mukosa kolon.
ibuprofen (COX-1) -85,529 kkal dan Normalnya infiltrat dilihat pada
celecoxib (COX-2) -90,916 kkal bagian atas mukosa, namun pada
(Aryani & Purwandi, 2016). kondisi Ulcerative Colitis infltrat
Isoeleutherine juga menekan banyak pada bagian transmukosa
ekspresi inducible Nitric Oxide yang merupakan bentuk akumulasi

245
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

plasma sel mendekati dasar mukosa Crypt merupakan bagian berupa


dan di antara crypt, serta neutrofil cekungan sel yang berfungsi
pada struktur epitel meliputi dinding menghasilkan kelenjar pencernaan.
crypt pada kondisi crypt yang rusak.

(a) eleutherine (b) iso eleutherine


Gambar 1. Struktur eleutherine dan isoeleutherine

(a) (b)
Gambar 2. Penghambatan NO dan NfκB oleh isoeleutherine

Gambar 3. Histopatologi kolon (A: kontrol negatif; B: kontrol positif; C:


perlakuan ekstrak 750mg/kgBB). Panah kuning menunjukkan infiltrasi neutrofil
pada sel inflamasi dan panah merah menunjukkan kondisi crypt

C. Potensi Bawang Dayak sebagai Terstandar (OHT). Keputusan


Obat Herbal Terstandar
Kepala Badan Pengawas Obat dan
Bawang Dayak belum dapat
Makanan Republik Indonesia Nomor
dinyatakan sebagai Obat Herbal
HK. 00.05.4.2411, yang dimaksud

246
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

Obat Bahan Alam (OBA) Indonesia mengembangkan senyawa potensial


menurut cara pembuatan, jenis klaim obat dilakukan eksperimen tentang
penggunaan dan tingkat pembuktian absorbsi, distribusi, metabolisme,
khasiat, OBA diklasifikasikan dan ekskresi; manfaat dan
sebagai jamu, OHT dan Fitofarmaka mekanisme; dosis dan rute
(Supardi dkk., 2011). Kriteria yang pemberian terbaik; efek samping dan
harus dipenuhi OHT: aman, dengan toksisitas; efek pada jenis kelamin,
uji praklinik terbukti khasiatnya, rasa berbeda; interaksi dengan
telah terstandarisasi bahan baku, dan metode pengobatan lain; efektivitas
jenis klaim pada pembuktian tingkat dibanding dengan obat sejenis.
umum dan medium (pasal 3).
UJI PRAKLINIK
Merupakan uji laboratorium
pada obat atau metode baru secara in
vitro pada kultur sel dan in vivo pada
Gambar 4. Logo OHT: 3 pasang jari
daun dalam lingkaran (BPOM, 2005) hewan untuk memperoleh efektifitas,
toksisitas dan farmakokinetik obat,
Tahap menemukan obat baru
dan memutuskan pengujian lanjutan
berupa pemikiran baru terhadap
(Thorat dkk, 2010; Yadav dkk,
proses penyakit, sehingga peneliti
2016). Untuk menilai interaksi obat
menciptakan bahan yang
dengan target, dilakukan uji
menghentikan efek penyakit, analisa
komputasi in siliko.
senyawa bioaktif molekuler,
perawatan dan pengobatan efek tak
UJI KLINIK FASE 0
terduga, teknologi dan metode baru
Disebut juga first in human
pada sistem organ khusus. Pada
(FIH) (Karlberg & Speers, 2010). Uji
tahap awal, ribuan senyawa
klinik fase 0 dilakukan pada 10 – 20
berpotensi pengembangan medis.
sukarelawan sehat untuk menilai
Namun pada tahap akhir hanya
farmakokinetik, farmakodinamik,
sedikit yang diteliti lebih lanjut (PV
menentukan keamanan, efektif dan
dkk., 2013). Pada tahap
khasiat obat/senyawa (Karlberg &

247
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

Speers, 2010; Thorat dkk., 2010; PV sakit sukarela, misalnya tidak ada
dkk, 2013). Saraheni dan David lagi pilihan pengobatan pada pasien
(2014) membuktikan. bentuk kering stadium akhir. Subyek wajib
bawang Dayak mampu menurunkan mendapat kompensasi atas
kadar kolesterol 12 sukarelawan ketidaknyamanannya dan disertai
dengan kadar kolesterol darah dengan surat perjanjian (inform
concern) (Karlberg & Speers, 2010;
UJI KLINIK Thorat dkk., 2010., Piantadosi,
Uji klinik dilakukan pada 2017).
manusia untuk mempelajari efek 1. SAD (Studi Ascending Dose)
farmakodinamik, farmakokinetik, Obat dosis tunggal diberikan
dan efek samping (PV dkk., 2013). pada kelompok kecil diamati jangka
Uji klinik juga dilakukan pada tertentu. Bila tidak ada efek samping,
vaksin, metode pencegahan penyakit, secara farmakokinetik aman, dosis
teknik pembedahan, radioterapi, ditingkatkan pada kelompok baru
terapi fisik dan psikologis, metode hingga mencapai dosis toleransi
diagnosis atau program pendidikan maksimal (Maximum Tolerated
(Karlberg dan Speers, 2010; Thorat Dose/MTD).
dkk., 2010; PV dkk., 2013). 2. MAD (Multiple Ascending
Dose)
A. Uji Klinik Fase 1
Obat diberikan dalam beberapa
Dilakukan pada 20 – 80
dosis untuk mengamati
sukarelawan sehat untuk menilai
farmakokinetik dan farmakodinamik.
keamanan (pharmacovigilance),
B. Uji Klinik Fase 2
toleransi, farmakokinetik, dan
Dilakukan pada 20 – 30
farmakodinamik obat (Thorat, 2010).
sukarelawan setelah obat
Subyek merupakan pasien
dikonfirmasi aman. Obat dinyatakan
klinik/rawat inap sehingga
gagal bila efeknya tidak sesuai atau
khususnya waktu paruh obat dapat
toksik. Uji fase 2 dibagi 2: fase 2A
dimonitor secara rinci (Thorat dkk.,
untuk menentukan dosis dan fase 2B
2010; Piantadosi, 2017). Pada
untuk menilai efikasi/kemanjuran
keadaan tertentu subyek boleh pasien

248
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

dosis (Thorat dkk., 2010., Piantadosi, membandingkan obat baru dengan


2017). Fase 1 dan 2 bisa digabung standar baku. Hasil penelitian
untuk menguji efikasi dan toksisitas diusulkan pada lembaga berwenang
(Karlberg dan Speers, 2010., Thorat sebelum mendapat izin dipasarkan.
dkk., 2010., Piantadosi, 2017). Setelah mendapat rekomendasi yang
C. Uji Klinik Fase 3 tepat, obat dapat dipasarkan
Dilakukan pada 300 – lebih (Karlberg dan Speers, 2010., Thorat
3000 pasien secara random untuk dkk., 2010., Piantadosi, 2017).

Uji Klinik Fase 1


Subyek Manusia, sukarelawan sehat atau pasien dengan kriteria tertentu
Jumlah sampel 20 – 80
Tujuan Pengenalan dan penelitian awal obat baru pada manusia
Metode SAD; MAD
a. Uncontrolled clinical studies
b. Menentukan efek metabolism dan farmakologi obat baru,
menilai efek samping peningkatan dosis dan manfaatnya
c. Menilai farmakokinetik dan farmakodinamik
d. Menilai metabolisme obat, structure-activity relationships
(SAR) dan mekanisme pada manusia.
e. Menilai efek samping dan dosis toksik
f. Uji transfer genetik

Uji Klinik Fase 2


Subyek Pasien
Jumlah sampel 20 – 300
Tujuan Keamanan, manfaat, kemanjuran obat serta menetukan dosis
Metode a. Controlled clinical studies
b. Menentukan efek samping jangka pendek dan risiko obat
c. Mendapatkan data awal efektif obat pada pasien tertentu
d. Monitor ketat

D. Uji Klinik Fase 4 lain, bagaimana efek pada kelompok


Dikenal sebagai Post khusus misalnya wanita hamil.
Marketing Surveillance Trial. Monitor dilakukan terhadap efek
Dilakukan pengawasan teknis dan samping jangka panjang atau efek
keamanan (pharmacovigilance) samping langka yang tidak terlacak
untuk dipasarkan karena belum pada uji klinik fase 1-3 (Karlberg
dievaluasi interaksinya dengan obat

249
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

dan Speers, 2010., Thorat dkk., 2010., Piantadosi, 2017).


Uji Klinik Fase 3
Subyek Pasien, multiras, multi senter
Jumlah sampel 300 – lebih 3000
Tujuan Membandingkan manfaat obat dengan placebo obat pembanding
Metode controlled clinical studies, blind or double-blind
a. Evaluasi lanjutan uji klinik fase 2 tentang safety and efficacy
b. Menentukan efek samping jangka panjang dan risiko obat
c. Koordinasi keputusan penelitian multisenter, desain penelitian dan
kriteria obat yang diteliti

Uji Klinik Fase 4


Metode Long-term surveillance / monitoring of adverse reactions.
a. Obat sudah dipasarkan
b. Pasien dimonitor efek samping jangka panjangnya

KESIMPULAN Couto, C.L., Moraes, D.F., Maria do


Socorro, S.C.A., do Amaral,
Belum ada penelitian yang
F.M. and Guerra, R.N, 2016,
menggunakan manusia dalam Eleutherine bulbous (Mill.)
Urb.: A review study. Journal
pemanfaatan bawang Dayak
of Medicinal Plants Research,
(Eleutherine sp), sehingga belum 10(21), 286-297.
dapat ditetapkan sebagai OHT. Hasil Han, A.R., Min H.Y., Nam J.W., Lee
N.Y., Wiryawan, A., Suprapto,
kajian ini memberikan cakrawala W., Lee S.L., Lee R.K., and
riset terkait uji klinis pemanfaatan Seo E.K., 2008, Identification
of a new naphthalene and its
bawang Dayak hingga diperoleh derivatives from the bulb of
kualifikasi OHT maupun Eleutherine americana with
inhibitory activity on
fitofarmaka.
lipopolysaccharide-induced
nitric oxide production,
Chemical and Pharmaceutical
REFERENSI Bulletin, 56(9):1314-1316.
Aryani, R. and Purwandi, Y., 2016, Ifesan, B.O.T., Joycharat, N. and
Kajian senyawa eleutherine Voravuthikunchai, S.P., 2009,
dan isoeleutherine sebagai The mode of
antiinflamasi terhadap enzim antistaphylococcal action of
COX-1 dan COX-2 secara in Eleutherine americana. FEMS
siliko dengan metode simulasi Immunology & Medical
docking molecular, Jurnal Microbiology, 57(2), 193-201.
Kesehatan Bakti Tunas
Husada, 16(1), 77-87. Karlberg, J.P.E. and Speers, M.A.,
2010, Reviewing clinical trials:

250
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(2), 242-251 Hery Poerwosusanta

a guide for the ethics Song, S.H., Min H.Y., Han A.R.,
committee. Hong Kong, 47-58 Nam J.W., Seo E.K., Park
S.W., Lee S.H., and Lee, S.K.,
Kuntorini, E.M., and Nugroho, L.H.,
2009. Suppression of inducible
2010, Structural development
nitric oxide synthase by (−)-
and bioactive content of red
isoeleutherin from the bulbs of
bulb plant (Eleutherine
Eleutherine americana through
americana); a tradisional
the regulation of NF-κB
medicines for local Kalimantan
activity, International
people. Biodiversitas Journal
immunopharmacology,
of Biological Diversity, 11(2),
9(3):298-302.
13-18.
Supardi, S., Herman, M.J. and
Peraturan Kepala Badan Pengawas
Yuniar, Y., 2011. Penggunaan
Obat dan Makanan Republik
jamu buatan sendiri di
Indonesia Nomor HK. 00.05.
Indonesia (analisis data riset
4.2411 tentang Penggolongan
kesehatan dasar tahun 2010),
Obat Bahan Alam Indonesia.,
Buletin Penelitian Sistem
2004 Badan Pengawas Obat
Kesehatan, 14: 33-39.
dana Makanan Republik
Indonesia, Jakarta. Thorat, S.B., Banarjee, S.K.,
Gaikwad, D.D., Jadhav, S.L.
Piantadosi, S., 2017, Clinical trials:
and Thorat, R.M., 2010,
a methodologic perspective,
Clinical trial: a review, Int J
John Wiley & Sons, 132-133
Pharm Sci Rev Res, 1:101-6.
Pratiwi D, Wahdaningsih S, Isnindar,
Wijayanti, SD dan Noor Hasyati,
2013, The test of antioxidant
2018, Potensi Ekstrak Umbi
activity from bawang mekah
Bawang Dayak (Eleutherine
leaves (Eleutherine americana
palmifolia (L.) Merr.) Dalam
Merr.) Using DPPH (2,2-
Mencegah Ulcerative Colitis
diphenyl-1-picrylhydrazyl)
Pada Mencit Yang Diinduksi
method, Trad. Med. J., 18(1),
DSS (Dextran Sulphate
9-16
Sodium), Jurnal Ilmu Pangan
PV, I., Patel, R.A., Patil, P.H. and dan Hasil Pertanian, 2(1), 40-
Surana, S.J., 2013, Phase-0: A 52
General Overview, Indian
Yadav, M., Rani, S. and Sharma, K.,
Journal of Pharmacy Practice,
2016. A Review on Awareness
6(3), 16-21.
about Banned Drugs, Inventi
Saraheni, S. and David, W., 2014, Rapid: Pharmacy Practice 2.
Effect of herbal drink plants
Yuswi NCR, 2017, Ekstraksi
Tiwai (Eleutherine americana
antioksidan bawang Dayak
Merr) on lipid profile of
(Eleutherine palmifolia)
hypercholesterolemia patients.
dengan metode ultrasonic bath
International Food Research
(kajian jenis pelarut dan lama
Journal, 21(03), pp.1163-1167.
ekstraksi), Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 5(1), 71-79

251

Anda mungkin juga menyukai