Anda di halaman 1dari 33

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN TEH GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb)

DENGAN PERBEDAAN CARA PENGOLAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

YOSA NOVA IRYA

0810096140129

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU

JAMBI

2011
UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN TEH GAMBIR (Uncaria gambir (Hunter) Roxb)

DENGAN BEBERAPA PERLAKUAN*)

Nama : Yosa Nova Irya


BP : 0810096140129

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum, teh kaya akan antioksidan polifenol seperti katekin, flavonol,

teaflavin, dan tearubigin. Senyawa antioksidan ini dipercaya sebagai komponen aktif

yang memberikan manfaat bagi kesehatan. Antioksidan ini dapat memperbaiki

kerusakan sel dan dinding pembuluh darah akibat radikal. Senyawa tersebut juga

dapat menekan terjadinya penggumpalan darah (trombus) sehingga menurunkan

risiko serangan jantung (Winarsi, 2011).

Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi

elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa

yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh.

*) Sari proposal ini akan diseminarkan di Sekolah Tinggi Kesehatan Harapan Ibu Jambi
pada :
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang Seminar STIKES Harapan Ibu Jambi
Pembimbing : 1. Prof. DR. Amri Bakhtiar MS, Apt
2. Yulianis S. Farm, M. Farm, Apt
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa

yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat

(Winarsi, 2011).

Aktivitas antioksidan membantu mencegah bari berbagai macam penyakit.

Kanker bisa diakibatkan dari serangan radikal bebas pada DNA, cetak biru genetik

dari seluruh tubuh. Penyakit jantung disebabkan oleh oksidasi kolesterol “jahat”,

yang juga dikenal sebagai lipoprotein jenuh, atau LDL (low density lipoprotein).

Katarak bisa disebabkan oleh serangan berulang-ulang terhadap protein pada lensa

mata. Bahkan terbakar matahari dan kulit keriput adalah akibat dari perusakan

radikal bebas. Dr. Denham Harman dari University of Nebraska, penemu teori

penuaan akibat radikal bebas, menyatakan bahwa Kerusakan pada DNA pada

intinya sama dengan kerusakan yang disebabkan oleh radiasi. Ini seperti diradiasi

oleh mesin sinar X. Tapi dapat dicegah dengan melalui asupan antioksidan yang

cukup (Joseph., Nadeau., Underwood., 2008).

Bahaya dari radikal bebas seperti terjadinya kanker maupun kerusakan sel

dapat dicegah salah satunya dengan antioksidan yang cukup dalam tubuh. Sumber

antioksidan sendiri dapat diperoleh dari berbagai tanaman seperti jahe, biji atung,

daun salam, daun sirih maupun daun tanaman gambir.

Teh dalam kehidupan masyarakat secara umum dikenal sebagai minuman,

akan tetapi selain dikonsumsi, dalam bentuk ekstraknya dapat ditambahkan dalam

berbagai produk pangan sebagai antioksidan alami, salah satu contohnya teh gambir.

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dalam teh terdapat senyawa katekin
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proses oksidasi pada beberapa jenis

pangan. Senyawa katekin ini ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan

antioksidan sintetis yang sudah banyak digunakan (Hartoyo, 2003).

Antioksidan yang banyak digunakan di Indonesia adalah Butil hidroksi

anisol (BHA), Butil hidroksi toluen (BHT) dan tert-butil hidoksi quinon (TBHQ),

Semuanya adalah antioksidan yang disintesa dari bahan kimia. Konsumsi dalam

jumlah yang banyak dan dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan efek

samping pada kesehatan manusia. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Ford et al.

(1980) dalam Miyake & Shibamoto (1997) yang menjelaskan bahwa antioksidan

sintetik seperti BHT ternyata meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik

(Indriati., Widjanarko., Sekarini, 2002).

Tanaman gambir sebagai salah satu sumber antioksidan alami merupakan

tanaman perdu termasuk famili Rubiaceae (kopi-kopian) yang mengandung senyawa

polifenol. Komponen utama yang terdapat pada gambir terdiri dari catechin (asam

catechin), asam catechin tannat (catechin anhydrid) dan quercetine. Catechin

(memberikan pasca rasa manis enak) bisa berubah menjadi catechin tannat

(memberikan rasa pahit) jika terjadi pemanasan yang cukup lama atau pamanasan

dengan larutan bersifat basa.

Pemanfaatan gambir selama ini masih belum optimal karena kurangnya

pengetahuan masyarakat dalam ekstraksi Gambir. Selama ini Gambir sebagian besar

digunakan untuk zat pewarna dalam industri batik, industri penyamak kulit, ramuan

makan sirih, bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India dan sebagai

penjernih pada industri air. Di lain pihak gambir sangat potensial untuk
diaplikasikan pada bahan pangan, di antaranya untuk keperluan memperpanjang

masa simpan bahan pangan, dan pemanfaatan lain sebagai minuman berupa teh

gambir.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian tentang aktifitas

antioksidan teh gambir dengan beberapa perlakuan. Tujuan dari penelitian tersebut

untuk mengetahui aktivitas penangkapan radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil)

oleh teh gambir.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh variasi suhu simplisia terhadap aktivitas penangkapan

radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil) oleh teh gambir?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas antioksidan teh gambir dengan beberapa

perlakuan.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun gambir dengan perlakuan

pemanasan langsung, cahaya matahari, dan direbus/dikukus.


Manfaat

a. Bagi Peneliti

Sebahai sumber informasi ilmiah dan acuan untuk diadakannya penelitian

lebih lanjut dan mendalam tentang penelitian aktivitas antioksidan teh

gambir.

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai penerapan ilmu kimia bahan alam yang sudah dipelajari dan dapat

menambah pengetahuan tentan aktivitas antioksidan teh gambir dengan

beberapa perlakuan.

c. Bagi Masyarakat

Menambah informasi dan pengetahuan baru tentang aktivitas antioksidan teh

gambir.

Layukan, fermentasi, layukan, serbuk, dibagi-bagi..

Teh oolong dengan fermentasi

Teh hijau tnpa fermentasi


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Gambir

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Gambir

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Uncaria

Spesies : U. gambir

Nama binomial : Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

Nama Lokal : Terra Japonica, Gele Catechu; Gambir (Hariana, A., 2006).

Berdasarkan survey data dari New York Botanical Garden telah ditemukan

beberapa spesies genus Uncaria antara lain sebagai berikut

(www.theplantlist.org/browse/A/Rubiaceae/Uncaria/) :

1. Uncaria acida (Hunter) Roxb.

2. Uncaria africana G.Don

3. Uncaria attenuata Korth.


4. Uncaria barbata Merr.

5. Uncaria bernaysii F.Muell.

6. Uncaria borneensis Havil.

7. Uncaria callophylla Blume ex Korth.

8. Uncaria canescens Korth.

9. Uncaria cordata (Lour.) Merr.

10. Uncaria donisii E.M.A.Petit

11. Uncaria dosedlae Gilli

12. Uncaria elliptica R.Br. ex G.Don

13. Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

14. Uncaria guianensis (Aubl.) J.F.Gmel.

15. Uncaria hirsuta Havil.

16. Uncaria homomalla Miq.

17. Uncaria kunstleri King

18. Uncaria laevigata Wall. ex G.Don

19. Uncaria lancifolia Hutch.

20. Uncaria lanosa Wall.

21. Uncaria longiflora (Poir.) Merr.

22. Uncaria macrophylla Wall.

23. Uncaria nervosa Elmer


24. Uncaria oligoneura Korth.

25. Uncaria orientalis Guillaumin

26. Uncaria paucinervis Teijsm. & Binn.

27. Uncaria perrottetii (A.Rich.) Merr.

28. Uncaria rhynchophylla (Miq.) Miq. ex Havil.

29. Uncaria rostrata Pierre ex Pit.

30. Uncaria roxburghiana Korth.

31. Uncaria scandens (Sm.) Hutch.

32. Uncaria schlenckerae S.Moore

33. Uncaria sessilifructus Roxb.

34. Uncaria sinensis (Oliv.) Havil.

35. Uncaria sterrophylla Merr. & L.M.Perry

36. Uncaria talbotii Wernham

37. Uncaria tomentosa (Willd. ex Schult.) DC.

38. Uncaria velutina Havil.

39. Uncaria yunnanensis K.C.Hsia

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Tanaman perdu, dengan tinggi 1-3 cm. Batang berdiri tegak, berbentuk bulat,

dengan percabangan simpodial, dan warna cokelat pucat. Daun berbentuk tunggal,

berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang
8-13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk lonceng, bunga berada

di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, mahkota 5 helai berbentuk lonjong,

warna ungu. Buah berbentuk bulat telur, panjang lebih kurang 1,5 cm, warna hitam.

Bagian yang digunakan dari gambir adalah sari daun yang dikeringkan (Agromedia,

2008)

2.1.3 Distribusi Tumbuhan

Tanaman gambir di Sumatera Barat tumbuh dengan baik didaerah lima puluh

Kota, Pesisir Selatan dan daerah tingkat II lainnya. Di Kabupaten Limapuluh Kota

sebanyak 11937 Ha. Di Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 2469 Ha dan Kabupaten

lainnya seluas 175 Ha yang sebahagian besar belum berproduksi. Di negara lain juga

ada sejenis gambir seperti tannin dari kulit kayu Acacia mearnsii di Afrika Selatan,

kayu Schinopsis balansa. Di New Zealand tannin dari kulit kayu Pinus radiata. Di

Peru tannin dari kulit buah Caesalpinia spinosa yang dijadikan bahan baku perekat

(Sumantri, A. 2010).

2.1.4 Kandungan Kimia

Gambir cubadak (GC), gambir udang (GU), gambir riau mancik (GRm) and

gambir riau gadang (GRg) adalah jenis dari Uncaria gambir memiliki aktifitas

antioksidan yang sama, dan komponen terbesar dalam gambir adalah katekin.

Terdapat pengaruh katekin dengan aktifitas antioksidan dan waktu reaksi selama 30

menit dengan metode DPPH (Anggraini, et al., 2011).


Telah dianalisa kandungan fenol total, tanin terkondensasi dan flavonoid

serta aktifitas antioksidan Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Ekstrak gambir

menggunakan etil asetat telah didapati memberikan kandungan katekin dan aktifitas

antioksidan yang tertinggi berbanding ekstrak pelarut lain (Kassim, J.M., et al.

2011).

Kandungan utama dari jenis Uncaria gambir (Hunter) Roxb. adalah

flavonoid, katekin (sampai 51%), kuersetin, huorosetin, lendir, lemak, malam, zat

penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti tannin dan turunan dihidro-

dan okso-nya). Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi

negara Jerman dan juga sebagai pewarna cat, pakaian. Gambir juga mengandung

katekin, suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. Sifat khas pahit dan kelat.

Katekin adalah senyawa polifenol alami, merupakan metabolit sekunder dan

termasuk dalam penyusun golongan tanin. Tanin adalah senyawa fenolik kompleks

yang memiliki berat molekul 500 sampai 3000. Tanin dibagi menjadi dua kelompok

berdasarkan tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama

asam, yaitu tanin terkondensasi (condensed tannin) dan tanin terhidrolisis

(hydrolyzable tannin) (Naczk et al., 1994 dan Akiyama et al., 2001).

2.1.5 Manfaat dan Kegunaan

Sifat antibakteri pada ekstrak produk gambir terhadap bakteri uji Gram

positif Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis


menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat lebih kuat dari pada ekstrak yang lain.

Sebaliknya, ekstrak produk gambir tidak memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri

uji Gram-negatif. Dari hasil bahan terekstrak tertinggi, ekstraksi dilanjutkan dengan

pelarut campuran etanol-air dengan berbagai perbandingan dan pada suhu 4 °C, 30

°C, dan 60 °C (Pambayun, R., et al. 2007).

Secara tradisional digunakan untuk penyakit diare, penyakit tekak, dan gusi

berdarah (Kassim, J.M. 2011).

Gambir cubadak (GC), gambir udang (GU), gambir riau mancik (GRm) dan

gambir riau gadang (GRg) adalah kultivar populer dari Uncaria gambir di Siguntur,

Sumatra Barat, Indonesia. Ekstrak berair dari gambir telah digunakan sebagai obat

tradisional untuk mengobati diare, sakit tenggorokan dan beberapa studi telah

menghubungkannya dengan keberadaan sifat antioksidan (Anggraini, et al., 2011).

Gambir juga memiliki aktifitas antiseptik mulut dari senyawa katekin

didalam gambir dan sudah diformulasi dalam bentuk sediaan antiseptik mulut

(Lucida, A., Bakhtiar, A., Wina, A.P. 2007).

2.2 Antioksidan

Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi

elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa

yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh.

Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa


yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat

(Winarsi, 2011).

2.2.1 Perbedaan Antioksidan dan Radikal Bebas

Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresifitas

untuk menarik elektron disekelilingnya. Berdasarkan sifat ini, radikal bebas

dianggap sama dengan antioksidan. Pemahaman radikal bebas sebagai oksidan

memang tidak salah, tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidan merupakan

radikal bebas.

Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan senyawa oksidan non radikal.

Hal ini berkaitan dengan tingginya reaktifitas senyawa radikal bebas tersebut, yang

mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila, senyawa radikal baru

tersebut bertemu dengan molekul lain, akan terbentuk radikal baru lagi, dan

seterusnya hingga akan terjadi reaksi berantai. Reaksi seperti ini akan berlanjut terus

dan akan berhenti bila reaktifitasnya diredam oleh senyawa yang bersifat

antioksidan. Contohnya hidrogen peroksida, ozon, dan lain-lain. Kedua kelompok

senyawa tersebut sering diistilahkan sebagai Senyawa Oksigen Reaktif (SOR) atau

Reactive Oxygen Species (ROS) (Winarsi, 2011).

2.2.2 Kelompok Antioksidan

Berdasarkan mekanisme kerja, antioksidan digolongkan menjadi 3 antara

lain (Winarsi, 2011) :

1. Antioksidan Primer
Menurut McCord (1979), Aebi (1984), dan Urisini et al. (1995),

antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan

glutation peroksidase (GSH-Px) . Antioksidan primer disebut juga antioksidan

enzimatis. Suatu senyawa yang dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila

dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal,

kemudian radikal antioksidan terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang

lebih stabil. Antioksidan primer disebut juga antioksidan endogenus.

2. Antioksidan Sekunder

Menurut Soewoto (2001) dan Lampe (1999), antioksidan sekunder

meliputi vitamin E, vitamin C, -karoten, flavonoid, asam urat, bilirubin, dan

albumin. Andreassen, et al. (2001) berpendapat bahwa asam lipoat yang

ditemukan dalam kentang, wortel, brokoli, yeast, dan daging merah yang

bersifat antioksidan.

3. Antioksidan Tersier

Kelompok antioksidan tersier meliuti system enzim DNA-repair dan

metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan

biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang

terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double

strand, baik gugus non basa maupun basa (Demple & Harrison, 1994 ;

Friedberg, et al., 1995)


2.2.3 Antioksidan Enzimatis

Antioksidan enzimatis merupakan antioksidan endogenus. Antara lain

adalah enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GSH-

PX), serta glutation reduktase (GSH-R). Enzim-enzim bekerja dengan cara

melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas

oksigen seperti anion superoksida (O2), radikal hidroksil (OH), dan hidrogen

peroksida (H2O2) (Bray & Taylor, 1993; Pence, 1991; Winarsi, 2011).

2.2.4 Antioksidan Non-Enzimatis

Antioksidan non-enzimatis banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-

buahan. Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayuran dan buah-buahan

meliputi vitamin C, vitamin E, beta karoten, flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin,

katekin, dan isokatekin (Kahkonen, et al., 1999; Winarsi, 2011). Senyawa fitokimia

ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal

bebas.

a. Flavonoid

Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang

tersbar luas dalam berbagai konsentrasi. Kandungan senyawa flavonoid

dalam tanaman sangat rendah, sekitar 0,25%. Komponen tersebut pada

umumnya terdapat dalam keadaan terikat atau terkonyugasi dengan senyawa

gula (Snyder & Kwon, 1987; Winarsi, 2011)


b. Antioksidan Teh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua komponen teh

mampu mencegah pembentukan DNA adduct manusia karena pengaruh

radikal bebas. Aktivitas enzim glutation-S-transferase juga ditingkatkan oleh

komponen teh. Komponen utama dalam teh hijau (polifenol, epikatekin,

epikatekin galat, dan epigalolkatekin galat) serta ekstrak teh hitam (polifenol

dan teaflavin) juga mencegah pembentukan tumor dalam kultur jaringan

mammae dan sel epitel paru-paru rodensia. Geleijnse, et al. (2002)

melaporkan rendahnya angka kejadian penyakit infark miokard pada semua

orang yang suka minum teh sebanyak 375 ml/hari. Sebaliknya, angka

kejadian penyakit yang tinggi terjadi pada kelompok yang tidak suka minum

teh. Asupan tinggi teh berarti juga asupan tinggi isoflavon katekin. Isoflavon

katekin berperan dalam pencegahan penyakit jantung iskemia. (Winarsi,

2011)

2.3 Teh Gambir

Berdasarkan literatur, bila ditinjau dari segi komposisi kimia, daun gambir

juga mengandung tanin seperti daun teh yang diperoleh dari tanaman Camelia

sinensis L. Dengan adanya kandungan tanin dan memiliki khasiat sebagai obat-

obatan, diharapkan daun gambir tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teh yang

memiliki ciri khas sendiri, dimana selain sebagai minuman penyegar juga sekaligus

sebagai obat (Surbakti, E.G. 2011).


Teh (Camelia sinensis) termasuk tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan

subtropis. Walaupun pada saat ini dikenal sekitar 3.000 jenis teh, pada prinsipnya

teh berasal dari satu jenis tanaman dengan hasil perkawinan silang. Setelah daun teh

dipanen, selanjutnya diproses menjadi 3 jenis yaitu : teh hijau, teh oolong, dan teh

hitam. Daun teh terbaik dan paling mahal harganya adalah daun muda yang lunak

yang dipetik dari pohon yang tumbuh ditempat yang teduh (Astawan, 2008).

Lebih dari tiga perempat teh dunia diolah menjadi teh hitam, yang

merupakan teh yang paling digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia. Cara

pengolahan teh hitam melalui tahap-tahap seperti pelayuan, penggulungan,

fermentasi, pengeringan, dan penggilingan. Pada proses fermentasi, terjadi

perubahan kimiawi yang menyebabkan warna daun teh menjadi cokelat kehitaman,

dan memberi cita rasa teh hitam yang khas (Astawan, 2008).

Di Inggris dan beberapa negara lainnya, teh umumnya disajikan dalam

keadaan panas (diseduh dengan air mendidih suhu 100 derajat Celcius) dengan rasio

berat air dan teh 80:1 dan membiarkannya bercampur homogen selama 5 menit atau

lebih. Pada keadaan ini, sekitar 3% dari total padatan daun teh terlarut. Sekitar 40%

dari ekstrak padatan berupa polifenol yang dikenal sebagai tanin, 20% protein dan

asam amino, 5% kafein, 5% ion-ion anorganik, dan 3% bahan lainnya termasuk

lemak, karbohidrat, dan vitamin (Astawan, 2008).

Di Indonesia daun dan ranting gambir hanya diolah sampai sebatas bubuk

gambir, obat-obatan, dan gambir untuk pelengkap makan sirih. Bubuk gambir

merupakan komoditas gambir yang siap diekspor baik ke Hongkong, Yaman, India,
Singapura, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Korea, Prancis, Italia dan Sudan. Pada

negara-negara tujuan ekspor tersebut, bubuk gambir akan diolah kembali menjadi

produk yang lebih bernilai ekonomis. Beberapa produk turunan gambir yang sudah

dioalah dalam skala industri di negara pengimpor tersebut adalah katekin, tanin,

kosmetik, biopestisida, pasta gigi, lotion luka bakar, penyamak kulit, pewarna alami,

antioksidan, antimikroorganisme, maupun anti karat pada logam (Surbakti, E.G.

2011).

2.4 Metode Uji Aktivitas Antioksidan Radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

Dalam Skripsi Berjudul Pengaruh Suhu Ekstraksi Menggunakan Pelarut

Etanol 50% Terhadap Kadar Fenolik Dan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH

Ekstrak Gambir, Dwi Mudiana Lestari (2011) menyatakan bahwa Hasil yang terbaik

untuk aktivitas penangkapan radikal DPPH ekstrak gambir menggunakan suhu

ekstraksi 40°C. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

suhu ekstraksi terhadap kadar fenolik dan aktivitas penangkapan radikal DPPH.

Pada penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pengujian antimikrobia menggunakan

suhu ekstraksi 60°C untuk memperoleh kadar fenolik terbaik dan suhu ekstraksi

40°C untuk memperoleh aktivitas penangkapan radikal DPPH terbaik. Selain itu

ekstrak etanol gambir juga dapat diaplikasikan sebagai pengawet alami pada bahan

pangan menggunakan suhu ekstraksi 60°C (Lestari, M.D. 2011).

Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan

tanaman obat adalah dengan menggunakan radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini

adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan 50 % efek


aktivitas antioksidan (IC50). Hal ini dapat dicapai dengan cara menginterpretasikan

data eksperimental dari metode tersebut. DPPH merupakan radikal bebas yang dapat

bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna

untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak

(Lestari, M.D. 2011).

DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm pada Spektrofotometri UV-

Vis karena adanya elektron yang tidak berpasangan. Ketika elektronnya menjadi

berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka serapannya menurun

secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa

antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning

(Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009). Perubahan serapan akibat

reaksi ini telah digunakan secara luas untuk menguji kemampuan beberapa molekul

sebagai penangkap radikal bebas (Lestari, M.D. 2011).

Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk

pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva, van

Beek, Linssen, de Groot, dan Evstatieva, 2002; Prakash, Rigelhof, dan Miller,

2010).

Untuk penentuan nilai IC50 suatu sampel jangan lupa untuk mengoptimasi

dan memvalidasi metode yang Anda pakai. Optimasi metode berupa penentuan OT

dan lambda maksimum. Validasi metode dengan parameter akurasi, presisi,

linearitas, range, dan spesifisitas. Tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji


menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50 (Tabel I)

(Lestari, M.D. 2011).

Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

Nilai IC50

Sangat kuat < 50 µg/Ml

Kuat 50-100 µg/mL

Sedang 101-150 µg/Ml

Lemah > 150 µg/Ml

Rumus DPPH :

2.5 Uji Antioksidan dengan Metode FTC (Ferri Tiosianat)

Metode FTC merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas

antioksidan suatu senyawa dengan mengukur berdasarkan daya penghambatan

terhadap senyawa-senyawa radikal yang bersifat reaktif. Proses terjadinya oksidasi

pada asam linoleat dipercepat dengan pemanasan sehingga terjadi proses oksidasi

lemak dan menghasilkan produk peroksida primer. Adanya peroksida pada lemak

dapat diketahui dengan menambahkan Fe2+, karena peroksida mampu mengoksidasi

Fe2+ menjadi Fe3+, dan selanjutnya Fe3+ dengan ion SCN membentuk kompleks

berwarna merah yang diukur pada panjang gelombang 500 nm (Hanani, 2005).

Warna yang terbentuk dari Fe3+ dan Ion SCN menunjukkan peroksida yang

terbentuk. Daya penghambatannya (%) terhadap oksidasi asam linoleat dengan cara

menghitung selisih antara absorbansi sampel (dengan penambahan antioksidan)


dengan absorbansi asam linoleat. Hasilnya kemudian dibagi nilai absorbansi asam

linoleat dikalikan 100% (Yen and Chen, 1995 dalam penelitian Rohdiana dan

Widiantara, 2006).

2.6 Spektrofotometer UV-Vis

2.6.1 Definisi

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis

biasanya digunakan untuk molekul dan ion organik atau kompleks di dalam larutan.

Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi

tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat

berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam

larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu

dengan menggunakan hukum Lambert Beer. Sinar Ultraviolet berada pada panjang

gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang

400-800 nm. (Dachriyanus, 2004)

2.6.2 Komponen Alat dan Fungsi

1. Sumber radiasi
Sumber energi cahaya untuk daerah tampak dari spektrum maupun

daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan

kawat terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram

ini memadai dari sekitar 235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. Energi yang

dipancarkan olah kawat yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang

gelombangnya. (Sudjadi, 2000)

2. Wadah sampel

Spektrofotometri melibatkan larutan dan banyak wadah sampel yaitu

kuvet sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu

haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral yang akan diukur, jadi

sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa

untuk daerah ultraviolet. (Sudjadi, 2000)

3. Monokromator

Monokromator ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas

radiasi dari sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian

spectral yang tinggi dengan panjang gelombang yang diinginkan. Radiasi dari

sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa

atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsur pendispersi, yang

berupa prisma atau suatu kisi difraksi. (Sudjadi, 2000)

4. Detektor

Detektor dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai

panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah
melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu

penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap

sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV

pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang

berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar

yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah

senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. (Sudjadi, 2000)

5. Rekorder

Dan di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagai spektrum yang

berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara absorbans

sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis. (Sudjadi, 2000)

2.6.3 Prosedur dalam Spektrofotometer UV-Vis

Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai

tenaga yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan

cahaya. Cahaya yang digunakan merupakan foton yang bergetar dan menjalar

secara lurus dan merupakan tenaga listrik dan magnet yang keduanya saling

tagak lurus. Tenaga foton bila mempengaruhi senyawa kimia, maka akan

menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan respon yang timbul untuk senyawa

organik ini hanya respon fisika atau Physical event. Tetapi bila sampai

menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi peruraian senyawa tersebut

menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan

peristiwa kimia atau Chemical event.


Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga

sampel yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis

unsur berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk

larutan, misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada

suhu tinggi. Larutan sample diperoleh dilakukan preparasi tahap berikutnya

dengan pereaksi tertentu untuk memisahkan unsur satu dengan lainya, misal

analisis Pb dengan ekstraksi dithizon pada pH tertentu. Sampel Pb direaksikan

dengan amonium sitrat dan natriun fosfit, pH disesuaikan dengan penambahan

amonium hidroksida kemudian ditambah KCN dan NH2OH.HCl dan ekstraksi

dengan dithizon. (Sudjadi, 2000)

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi

diteruskan menuju monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan

terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi, Detektor menerima

cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang – ulang, Sinyal listrik dari

detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan

dengan komputer yang sudah terprogram. (Sudjadi, 2000)

2.6.4 Kegunaan Spektroskopi UV-VIS

a. Larutan ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya)

karena d elektron dalam atom logam dapat tertarik dari satu elektron

lainnya. Warna larutan ion logam sangat dipengaruhi oleh senyawa lain,

seperti anion tertentu atau ligan. Sebagai contoh, warna larutan encer

tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang; menambahkan amonia


meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan maksimum (λ

m a x).

b. Senyawa organik, terutama yang memiliki tingkat tinggi konjugasi, juga

menyerap cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum

elektromagnetik. Pelarut untuk penentuan ini sering air untuk senyawa larut

dalam air, atau etanol untuk senyawa organik yang larut. (Pelarut organik

mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak semua

pelarut yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol

menyerap sangat lemah di paling panjang gelombang.).Polaritas pelarut dan

pH dapat mempengaruhi penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin,

misalnya, peningkatan penyerapan maksimum dan koefisien molar

kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas pelarut

berkurang.

c. Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna sering

terlalu kuat untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif. Hukum Beer-

Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan

konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan. Jadi, untuk

tetap jalan panjang, UV / VIS spektroskopi dapat digunakan untuk

menentukan konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui

seberapa cepat perubahan absorbansi dengan konsentrasi. (Sudjadi, 2000)


Gambar : Model Alat Spektrofotometri UV-Vis

III PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Universitas Andalas

(UNAND) Padang. Pada bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2012

3.2 Metodologi Penelitian

Adapun rancangan dari metode penelitian ini antara lain :

1. Penyiapan dan identifikasi sampel

2. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH

3. Analisa menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

3.3. Alat dan Bahan

a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : tabung reaksi,

kertas saring, corong pisah, spektrofotometri UV-VIS, lampu UV, mikro

pipet, gelas ukur, gelas beker, wadah tempat sampel.

b. Bahan

Gambir diperoleh dari kampus Universitas Andalas (Unand) Padang.

Pelarut yang digunakan adalah air. Pemudaran warna untuk penentuan

aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH. Standar antioksidan

digunakan senyawa Asam Askorbat.

Reagen yang diperlukan :

1. Lieberman-Buchard 6. Mg/HCL

2. Mayer 7. Benzen-NaOH

3. Dragendorf 8. Molisch

4. Bouchardat

5. Zn/ HCl

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penyiapan dan Identifikasi Sampel

Daun gambir diperoleh dari kebun tanaman obat Universitas Andalas.

Adapun beberapa perlakuan antara lain :

1. Perlakuan dengan pemanasan

Daun gambir sebanyak 5 gram diletakkan dalam oven/pemanas pada suhu yang

telah diatur, uji dengan metode DPPH untuk menentukan kadar antioksidan.
2. Perlakuan dengan cahaya matahari langsung

Daun gambir sebanyak 5 gr diletakkan pada wadah lebar dan terkena langsung

cahaya matahari selama 3 jam, kemudian uji dengan metode DPPH untuk

menentukan kadar antioksidan.

3. Perlakuan dengan dikukus/direbus

Daun gambir sebanyak 5 gram diletakkan dalam alat pengukus atau dandang,

kemudian dikukus selama 30 menit, dan setelah itu uji dengan metode DPPH

untuk menentukan kadar antioksidan.

Identifikasi golongan senyawa ekstrak Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

Pereaksi Golongan Hasil

Liebeman-Buchard Terpenoid, steroid

Mayer Alkaloid

Dragendorf Alkaloid

Bouchardat Alkaloid

Zn/HCl Flavonoid

Mg/HCl Flavonoid

Benzen-NaOH Antrakinon

Molisch Gula
3.4.2 Uji aktivitas Antioksidan dengan Metoda DPPH

Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-

pikril hidrazin). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan terhadap teh Gambir.

Metoda pengujian dengan menggunakan radikal DPPH dan sebagai standarnya

adalah asam askorbat. Keaktifan teh tergantung dari serapan radikal DPPH yang

diukur dengan nilai absorban dengan menggunakan alat spektrometer.

a. Pembuatan larutan sampel dan kontrol

Teh Gambir ditimbang masing-masingnya sebanyak 10 mg sehingga

konsentrasinya 1 mg/ml. Larutan standar yang digunakan adalah asam

askorbat, masing-masingnya juga dibuat larutan dengan konsentrasi 1

mg/ml dengan cara yang sama dengan sampel fraksi. Larutan sampel dan

kontrol dibuat dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu : 0,5 mg/ml ; 0,25

mg/ml ; 0,125 mg/ml ; dan 0,0625 mg/ml

b. Pembuatan larutan DPPH

Untuk masing-masing perlakuan, ditimbang 2 mg DPPH dan dilarutkan

dalam labu 100 ml sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi

0,02 mg/ml.

c. Pencampuran Larutan Sampel dan Kontrol dengan larutan DPPH

Pencampuran larutan ada 4 macam sebagai berikut :

1. Kontrol (+) : 7,6 ml larutan DPPH + 0,4 ml larutan standar


2. Kontrol (-) : 7,6 ml larutan DPPH + 0,4 ml larutan air

3. Sampel : 7,6 ml larutan DPPH + 0,4 ml larutan sampel

4. Blangko : 8 ml metanol

d. Inkubasi sampel dan kontrol

Masing-masing campuran diinkubasi selama 30 menit dalam suasana gelap,

kemudian diukur nilai absorbannya dengan alat spektrometer UV-Vis

3.4.3 Analisa Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis

Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga sampel

yang akan diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis unsur

berasal dari jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk larutan,

misalnya destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi.

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi

diteruskan menuju monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah

melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi, Detektor menerima cahaya dari

sampel secara bergantian secara berulang – ulang, Sinyal listrik dari detektor

diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan dengan

komputer yang sudah terprogram. (Sudjadi, 2000)

3.5 Analisis Data

Analisis data aktivitas penangkapan radikal DPPH teh gambir menggunakan

uji ANOVA satu arah.


3.6 Jadwal Pelaksanaan

NO. KEGIATAN BLN BLN BLN BLN BLN BLN


KE - KE- KE- KE- KE- KE-
1 2 3 4 5 6
1. Persiapan/pelaksanaan 

2. penelitian  

3. Pengolahan Data   

4. Penulisan skripsi/makalah  

5. seminar 

Persiapan seminar hasil

6. Penyempurnaan skripsi dan 

persiapan ujian akhir

Ujian akhir

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat ; 431 Jenis Tanaman
Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta : Penerbit PT Agromedia Pustaka

Anggraini, T., Tai, A., Yoshino, T., Dan Itani, T. (2011). Antioxidative Activity And
Catechin Content Of Four Kinds Of Uncaria Gambir Extracts From West
Sumatra, Indonesia. African Journal of Biochemistry Research Vol. 5(1), pp.
33-38

Armala, M. M., 2009. Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
caudatus H. B. K.) dan Profil KLT, Skripsi, 39, Fakultas Farmasi Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Astawan, M., Kasih, L.A. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta : Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama

Blois, MS, 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical,
Nature 181, 1199-1200

Dachriyanus. 2004. Analisa Struktur Senyawa Organik. Padang :Andalas University


Press

Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan Mohammad, N.S., 2009.
Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its
Essential Oil Composition, Grasas Aceites, 60(4), 405-412.

Djanun, L.N. C. 1998. Peluang Ekspor Gambir di Pasar Internasional. BPEN.


Depperindak Jakarta.

Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta, hal 9-11, 15.
Penerbit Kanisius

Hanani, E., Mun’in, A., Sekarini, R., 2005, Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam
Spons Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu, Departemen farmasi,
FMIPA-UI, Kampus UI Depok 16424, ISSN: 1693-9883, Makalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. II, No. 3, Desember 2005, hal 127-133.

Indriati,A., Widjanarko, S.B., dan Rakhmadiono, S., 2002, Analisis Aktivitas


Antioksidan pada Buah Jambu Mete (Annacardium occidentale L.).

Joseph, A, James., Daniel A. Nadeau., Anne, Underwood., 2008. Diet Sehat dengan
Kode Warna Makanan. Penerjemah : Lovely. Jakarta : Penerbit Hikmah

Kassim, J.M., Husin, H.M., Achmad, A., Dahon, H.N., Suan, K.T., dan Hamdan, S.
2011. Penentuan Kandungan Fenol Total, Tannin Terkondensasi, Flavonoid,
dan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Uncaria gambir. Majalah Farmasi
Indonesia, 22 (1), halaman : 50-59

Kreb, Charles. 2006. Nutrition fot the Brain. Pengalih bahasa : dr. Annisa Rahmalia.
Jakarta : Penerbit PT Buana Ilmu Populer

Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., dan Evstatieva, L.N.,
2002, Screening of Plant Extracts For Antioxidant Activity: A Comparative
Study on Three Testing Methods, Phytochemical Analysis, 13, 8-17.

Lestari, M.D. 2011. Pengaruh Suhu Ekstraksi Menggunakan Pelarut Etanol 50%
Terhadap Kadar Fenolik Dan Aktivitas Penangkapan Radikal Dpph Ekstrak
Gambir. (Skripsi). Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lucida, A., Bakhtiar, A., Wina, A.P. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulut dari
Katekin Gambir. J. Sains Tek. Far., 12(1)

Naczk, M., T. Nichols, D. Pink, and F. Sosulski. 1994. Condensed Tannin in Canola
Hulls. J.Agric. Food Chem. 42: 2196-2200.

Pambayun, R., Gardjito, M., Sudarmadji, S., dan Kuswanto, K.R. 2007. Kandungan
fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir
(Uncaria gambir Roxb). Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 141 – 146

Prakash, A., Rigelhof, F., dan Miller, E., 2010, Antioxidant Activity,
http://www.medallionlabs.com, diakses tanggal 14 September 2010.

Rohdiana, D. Dan Widiantara, T., 2006, Aktivitas Antioksidan Beberapa Klon Teh
Unggulan, Penelitian mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Universitas
Pasundan.

Surbakti, E.G. 2011. Studi Pembuatan Teh Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb).
(Skripsi). Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara

Sudjadi.2000.Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Winarsi, H. 2011. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta : Penerbit


Kanisius
http : //bisnisukm.com/tag/tanaman-gambir/ diakses Februari 2009.

Anda mungkin juga menyukai