Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal.

15-24 15

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID TUMBUHAN


BENALU MANGGA (Dendropthoe petandra Miq)

Ema Ratna Sari1, Vera Febriyana


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Jl. Ariodillah III No. 22A Ilir Timur I Palembang, Sumatera Selatan
e-mail : 1ema_ratnasari3@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan skrining empat spesies benalu, yaitu benalu kopi (Dendropthoe frutences), benalu
jengkol (Loranthaeceae dendropthoe sp), benalu duku (Loranthus chyshantus Bi) dan benalu
mangga (Dendropthoe petandara Miq). Dari hasil skrining, benalu mangga menunjukan kandungan
flavonoid tertinggi, kemudian isolasi flavonoid tumbuhan benalu mangga (Dendropthoe petandar
Miq) tersebut memberikan hasil isolasi berupa kristal berbentuk serbuk amorf berwarna kuning
sebanyak 274,14 mg. Dari analisa kromatografi kertas dua dimensi, uji reaksi warna, dengan
sianidin test dan NaOH dan analisa spektrum UV dengan penambahan pereaksi geser MeOH,
NaOAc, NaOAc+H3Bo3, NaOMe menunjukkan golongan flavonoid isoflavon (Afrormoksin dan
Tektorigenin). Analisa spekrtum IR menunjukkan bahwa terdapat regang OH (3289 cm-1) regang
C=O (1655 cm-1), regang C=C (1604 cm-1), ulur C-H (1498 cm -1), ulur C-O(1272 cm-1) ulur C=C-
H aromatik (963 cm-1).

Kata kunci : Benalu mangga (Dendropthoe petandara Miq), isolasi dan karakterisasi.

PENDAHULUAN tinggi tumbuhan benalu berpotensi sebagai


antioksidan (Ikawati et all., 2008).
Latar Belakang Beberapa spesies benalu sejak dahulu
telah digunakan untuk mencegah dan
Back to nature atau kembali ke alam
mengobati berbagai penyakit. Benalu
merupakan suatu istilah yang seringkali
digunakan masyarakat sebagai obat antara
terdengar akhir-akhir ini dalam dunia
lain digunakan untuk mengobati sakit
kesehatan dan kecantikan. Sejarah pengobatan
pinggang, penghentian pendarahan setelah
menunjukkan, alam merupakan sumber dari
melahirkan, obat batuk (antitusif), untuk
bermacam-macam bahan obat. Organisasi
pengobatan gondong (parotitis), TBC, kulit
Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan
dengan pembesaran kelenjar getah bening
hampir 75% dari seluruh masyarakat dunia
(skrofuloderma), sakit kuning, sukar buang air
memiliki metode pengobatan dengan obat-
besar (sembelit), disentri, cacingan, cacar air,
obat herbal, dan telah terdokumentasikan
diare, liver (Mardisiswoyo, 1965), kencing
lebih dari 85.000 spesies tumbuhan yang
nanah, mimisan, anti inflamasi, bengkak,
digunakan sebagai bahan pengobatan (Liu Y,
berak darah, reumatik (leukore), luka karena
2008). Benalu merupakan tumbuhan parasit
infeksi bakteri, diuretik, anti diabetes,
yang pada awalnya dianggap tidak bermanfaat
mumulihkan ogan dalam tubuh yang
ternyata berpotensi sebagai obat berbagai
mengalami luka, memperbaiki kontraksi otot
penyakit. Tumbuhan benalu mengandung
reumatik, penawar racun, ginjal, anti virus
senyawa flavonoid cukup tinggi 9,8 mg/g,
(Flu, HIV), imunostimulan, antioksidan
25,8 mg/g hingga 39,8 mg/g (Sri et all. 2010)
(Pitoyo, 1996). Ada beberapa spesies benalu
jika dilihat dari kadar flavonoidnya yang
yang seringkali di gunakan sebagai obat

Ema Ratna Sari dkk


16 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24

antara lain, Benalu mangga, benalu kopi, dan akan dilakukan skrining senyawa flavonoid
benalu duku (Anonim, 1999). Kemampuan dari beberapa spesies benalu.
benalu menghambat kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh radikal bebas berkaitan
dengan aktivitas bahan aktif pada benalu
sebagai antioksidan. Daun dan batang
tanaman ini mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin yang berperan sebagai antioksidan.
Potensi flavonoid sebagai antioksidan dan
kemampuanya mengurangi aktivitas radikal
hidroksi, anion superoksida dan radikal
peroksida lemak menjadikan flavonoid
berperan penting dan sangat eratkaitanya (A) (B)
dengan proses epidemilogi penyakit (Labier
dan Leclerco 1992). Flavonoid adalah
senyawa polifenol yang banyak terdapat pada
sayuran dan buah-buahan. Flavonoid telah
menunjukkan perananya sebagai antioksidan,
antimutagenik, antineoplastik dan aktifitas
vasodilatator (Miller, 1996). Berdasarkan
bebagai penelitian, senyawa dalam benalu
yang diduga memiliki aktifitas anti kanker
adalah flavonoid yang bersifat inhibitor
terhadap enzim DNA topoisomerase sel
(C) (D)
kanker (Anonim,1996).
Kandungan kimia dari benalu antara Gambar 1. Tumbuhan (A) Benalu Kopi (Dendropthoe
flavonoid, alkaloid, saponin, fenol, tanin dan frutences) (B) Benalu Mangga
minyak atsiri (Hutapea, 2009). (Dendropthoe petandra Miq), (C) Benalu
Jengkol (Loranthaeceae Dendropthoe sp)
Flavonoid merupakan senyawa dan (D) Benalu Duku (Loranthus
metabolit sekunder yang paling banyak chyhantus Bi)
tersebar luas, sekitar 5-10% metabolit
sekunder adalah flavonoid, terdapat pada Tahap awal skrining seyawa flavonoid
semua bagian tumbuhan (akar, batang, daun, dari beberapa spesies benalu, dilakukan uji
bunga, buah dan biji). Senyawa flavonoid fitokimia secara keseluruhan dari berbagai
sangat bermafaat dalam makanan karena, spesies benalu tahap selanjutnya benalu yang
berupa senyawa fenolik yang bersifat memiliki kandungan flavonoid terbesar,
antioksidan yang kuat. Banyak kondisi dilakukan dengan metode maserasi dengan
penyakit yang diketahui bertambah parah oleh menggunakan pelarut metanol. Pemisahan
adanya radikal bebas dan flavonoid memiliki dan pemurnian dilakukan dengan
kemampuan untuk menghilangkan kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom
pengoksidasi yang merusak ini (Djamal, dan kromatografi kertas dua dimensi.
2009). Benalu manggga (Dendropthoe Penentuan kemurnian senyawa hasil isolasi
petandra. Miq), benalu duku (Loranthaceae dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
dendropthoe Sp), benalu kopi (Dendrophtoe preparatif, kemudian dilakukan kristalisasi.
frutescens L) dan benalu jengkol (Loranthus Senyawa hasil isolasi dilakukan dengan
chryshantus Bi). Oleh sebab itu, perlu spektrofotometri ultraviolet dan
dilakukan penelitian lebih intensif sehinggga spektrofotometri inframerah. Kandungan
potensi benalu sebagai bahan baku obat dapat kimia dari benalu antara flavonoid, alkaloid,
lebih dikembangkan. Maka pada penelitian ini saponin, fenol, tanin dan minyak atsiri
(Hutapea, 2009). Mengingat pentingnya

Ema Ratna Sari dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24 17

senyawa aktif flavonoid dan penggunaan Prosedur


tradisional, maka penulis tertarik untuk
Pengambilan Sampel
melakukan skrining beberapa spesies benalu,
dan selanjutnya melakukan isolasi dan Sampel diambil di perkebunan
karakterisasi senyawa flavonoid dari spesies mangga desa Penanggungan Kabupaten OKU
benalu dengan kandungan flavonoid tertinggi. Selatan Sumatera Selatan.
METODE PENELITIAN Skrining Kandungan Senyawa Flavonoid
dan Uji Fitokimia
Identifikasi sampel
Pemeriksaan flavonoid, steroid,
Keempat spesies benalu diidentifikasi
terpenoid, saponin dan fenolik menggunakan
di Herbarium Biologi, Fakultas Matematika
metode Simes dkk (Simes et.all, 1959) dan
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
pemeriksaan alkaloid menggunakan metode
Universitas Andalas, Limau Manis, Padang.
Culvenor-Fritzigerall (Culvenor-Fitzgerald,
Alat 1963).
Alat-alat yang digunakan : Ektraksi dan Fraksinasi Benalu Mangga
seperangkat alat destilasi, seperangkta alat (Dedropthoe petandra)
rotay evaporator Rotavor R-210 (BUCHI),
botol coklat, benang, jarum, gunting, bejana Tanaman segar benalu mangga
kromatografi, kolom kromatografi, timbangan berdasarkan skrining yang mengandung
analaitik (AND GR-200), plat Kromatografi flavonoid terbesar dirajang sebanyak 2 kg
Lapis Tipis (KLT), bejana KLT (chamber), dimasukkan ke dalam botol gelap, lalu
pipet tetes, plat tetes, kertas saring, spatel, diekstraksi menggunakan metode maserasi
pinset, vial, botol semprot, pengering rambut selama 3 x 5 hari. Selanjutnya maserat
(hair driyer), beker glass, corong kaca, corong diuapkan pelarutnya dengan bantuan destilasi
pisah, gelas ukur, elemeyer, kapas, kertas vakum dan rotary evaporator sampai
saring, plat silika GF 254, lampu UV (Betacher diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak
Camag), spektrofotometri UV-Vis kental difraksinasi menggunakan pelarut
(Shimadzu) dan spektrofotometri Infra red heksan, etil asetat dan air, lalu masing-masing
(Perkin Elmer NO17-1159). fraksi diuapkan in vacuo hingga didapatkan
fraksi kental heksan, etil asetat dan air.
Bahan Kemudian ketiga fraksi diidentifikasi
Bahan-bahan yang digunakan : kandungan flavonoidnya menggunakan
tanaman segar benalu, metanol, etanol, etil metode Sianidin Test, dan fraksi air yang
asetat, butanol, asam sulfat pekat, asam menunjukan positif flavonoid.
klorida pekat (HCl), asam asetat anhidrat,
natrium hidroksida (NaOH), natrium Isolasi dan Pemurnian Senyawa Flavonoid
metoksida (NaOMe), natrium asetat dari Ekstrak Kental Fraksi Air Benalu
(NaOAC), aluminium klorida (AlCl3), asam Mangga (Dendropthoe patandra Miq)
borat (H3BO3), asam sitrat, amoniak, logam Fraksi kental air sebanyak 72 gram
magnesium, pereaksi mayer, pereaksi dikromatografi kolom menggunakan fase
Drogendroff, pereaksi besi (lll) klorida, diam silika gel 60. Silika gel disuspensikan
pereaksi sitroborat, natrium sulfat anhidrat, dengan pelarut etil asetat, diaduk homogen,
silika gel 60 (Merck), plat Kromatografi Lapis kemudian dimasukkan ke dalam kolom
Tipis (KLT), Silika gel GF254 (Merck). kromatografi yang ujungnya telah diberi alas
dengan kapas. Fraksi air dipreabsorpsi dengan
cara dilarutkan dalam sedikit etil asetat
kemudian tambahkan silika gel, kemudian
pelarut diuapkan dengan rotary evaporator

Ema Ratna Sari dkk


18 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24

hingga kering, sampel yang telah diperoleh senyawa murni berbentuk kristal
dipreabsorbsi dengan silika gel 60 sampai serbuk berwarna kuning sebanyak 271,34 mg.
kering, dimasukkan ke dalam kolom
kromatografi secara merata kemudian dielusi Identifikasi Organoleptik
menggunakan fasa gerak dengan kepolaran
Identifikasi organoleptik dari benalu
bertingkat menggunakan pelarut etil asetat
mangga meliputi warna, bau, bentuk dan
dan metanol dengan berbagai
kelarutan.
perbandingan.Lalu eluen diganti ke tingkat
yang lebih polar saat tidak terjadi lagi Identifikasi Flavonoid dengan Pereaksi
pergerakan pita pada kolom kromatografi Warna
menggunakan pelarut metanol, amoniak
dengan berbagai perbandingan. Identifikasi flavonoid dengan pereaksi
Fraksi yang keluar ditampung dengan warna dalam dilakukan dengan uji reaksi
vial kemudian dimonitor dengan KLT GF254 warna. Ambil sedikit sampel yang dikerok
dengan penampak bercak sitroborat dan dari KLT, larutkan dengan metanol, kemudian
dilihat di lampu UV. Diperoleh fraksi l (vial1- saring agar silika dan metanol terpisah,
108), dilakukan uji sianidin test dengan metanol letakkan pada plat tetes, tambahkan
mengambil 2 tetes hasil kolom dari tiap vial, NaOH, amati reaksi warna yang terjadi,
diperoleh fraksi ll (vial 26-108) yang positif kemudian ambil sampel dari plat KLT yang
flavonoid, hasil dari fraksi ll didiamkan telah dikerok, letakkan pada plat tetes
beberapa lama, terbentuk kristal berwarna tambahkan HCL pekat tambahkan serbuk
kuning berbentuk kristal serbuk yang larut magnesium, amati reaksi yang terjadi.
dalam metanol. Kristal tersebut dilarutkan, Kemudian dengan reaksi warna yang terjadi,
lalu direkristalisasi secara berulang sehingga dapat ditentukan golongan flavonoid.
diperoleh senyawa murni berbentuk kristal
serbuk berwarna kuning sebanyak 542,12 mg. Identifikasi Flavonoid dengan Kromatografi
Preabsorpsi kristal flavonoid dilarukan Kertas Dua Dimensi
dengan etil asetat tambahkan silika gel, etil KKt dua dimensi dilakukan untuk
asetat diuapkan dengan rotary evaporator. menentukan golongan flavonoid yang
Lakukan rekolom dengan dimasukkan ke disolasi, dengan dua pengembang BAA
dalam kolom kromatografi secara merata (butanol:asam asetat:air) dan asam asetat
kemudian dielusi menggunakan fasa gerak 15%. Lalu dilakukan elusi secara dua
dengan kepolaran bertingkan menggunakan dimensi. Setelah kering, kertas kromatografi
pelarut etil asetat dan metanol dengan disemprot dengan penampak bercak
berbagai perbandingan. Lalu eluen diganti ke sitroborat, kemudian lihat posisi noda pada
tingkat yang lebih polar saat tidak terjadi lagi lampu UV, untuk menentukan golongan
pergerakan pita pada kolom kromatografi flavonoid.
menggunakan metanol dan amoniak dengan
berbagai perbandingan. Subfraksi yang keluar Identifikasi Flavonoid dengan Spektrometri
ditampung dengan vial sub fraksi l (vial 1- UV dan IR
24) kemudian dimonitor dengan KLT GF254
dan penampak bercak sitroborat dan dilihat di Pemeriksaan spektrometri ultraviolet
lampu UV, kelompokan Rf yang sama. dilakukan dalam pelarut metanol dan dengan
Diperoleh fraksi ll (vial10-24), hasil dari penambahan beberapa pereaksi geser seperti
fraksi ll didiamkan beberapa lama, terbentuk natrium hidroksida 2 N, aluminium klorida
kristal berwarna kuning berbentuk kristal 5%b/v, asam klorida 30% v/v, serbuk natrium
serbuk yang larut dalam metanol. Kristal asetat dan serbuk asam borat. Pemeriksaan
tersebut dilarutkan, kemudian direkristalisasi spektrum inframerah dilakukan dengan
dengan metanol secara berulang sehingga spektrofotometeri inframerah menggunakan
pelet KBr.

Ema Ratna Sari dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24 19

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil uji fitokimia empat spesies benalu
dan pendahuluan flavonoid dari keempat
spesies benalu, benalu mangga (Dendropthoe
petandra Miq) mengandung flavonoid
tertinggi dengan menunjukan warna merah
panta (Markham, 1988).
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia dari Empat Spesies Benalu
Gambar 3. Uji Senyawa Flavonoid dengan Sianidin Test dari
alka Flavo sapo Feno Terpe Stero
Nama (A) Ekstrak Total, (B) Fraksi Air, (C) Fraksi Etil
loid noid nin lik noid id
Asetat dan (D) Fraksi n-Heksan.
Benalu
+ + + + + +
duku
Benalu Dari kromatografi kolom gravitasi fraksi
+ + - - - -
jengkol air (BM-a26) menggunakan silica gel 60
Benalu
mangga
+ + + + + + didapat bercak tunggal pada kromatografi
Benalu lapis tipis dengan bercak tunggal Rf 0,58
+ + - + + +
kopi menggunakan fase gerak etil asetat:methanol
(8:2). Dari analisa kromatografi kertas dua
dimensi kristal flavonoid tersebut dengan
pengembang BAA dan asam asetat 15%
diduga senyawa flavonoid adalah golongan
isoflavon (Markham, 1988). Pada
pemeriksaan identifikasi kristal flavonoid
benalu mangga menunjukan warna kuning,
bau khas teh, kristal bentuk serbuk, dan larut
dalam pelarut polar. Pada uji reaksi warna
Gambar 2. Hasil Uji Fitokimia Senyawa Flavonoid (A) kristal flavonoid benalu mangga dengan
Benalu kopi, (B) Benalu Jengkol, (C) sianidin test dan NaOH memberikan warna
Benalu Duku, (D) Benalu Mangga dengan kuning diduga flavonoid tersebut adalah
Sianidin Test
golongan isoflavon.
Dari 2 kg benalu mangga segar yang
sudah dimaserasi, diperoleh sebanyak 129
gram ekstrak kental metanol berwarna coklat
kehijauan dan berbau khas seperti bau teh
(Rendemen = 6,45%). Dari 2 kg benalu
mangga yang telah di fraksinasi diperoleh,
fraksi heksan 20 gram dan fraksi etil asetat 30
(A) (B)
gram dan fraksi air 72 gram. Dari ketiga Gambar 4. Reaksi warna (A) dengan HCl dan Logam
fraksi yaitu, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat Mg (Sianidin Test) dan (B) dengan NaOH
dan fraksi air, fraksi air yang menunjukan
positif flavonoid, dengan warna yang khas
yaitu memberikan warna merah panta yang Tabel 3. Identifikasi Organoleptik Kristal Flavonoid
Benalu Mangga Meliputi Warna, Bau, Bentuk, dan
menunjukan kandungan flavonoid. Kelarutan
Warna Bau Bentuk Kelarutan
Tabel 2. Hasil Uji Senyawa Flavonoid Dengan Sianidin Test
dari Fraksi Air, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Bau Kristal Larut dalam
Kuning
n-heksan Benalu Mangga. teh amorf pelarut polar
Fraksi Kandungan Flavonoid
Fraksi n-heksan - Kristal flavonoid berwarna kuning berbentuk
Fraksi etil asetat - serbuk amorf.
Fraksi air +

Ema Ratna Sari dkk


20 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24

Dari analisa spektrum UV kristal


flavonoid benalu mangga dengan
penambahan pereaksi geser λ max pita l 220
nm dan pita ll 450 nm, sehingga flavonoid
tersebut diduga golongan flavonoid isoflavon
(Markham, 1988) (Mainnah, 2010) (Asih,
2009).
Gambar 5. Foto Kristal Flavonoid (BM-a26)

Tabel 4. Pita Serapan Kristal Flavonoid Benalu Mangga Setelah Penambahan Pereaksi Geser. Senyawa Hasil Isolasi (200 mg)
Berupa Serbuk Kuning Memberi Serapan UV λmax (log ε) Pada Pita l 220 nm dan Pita ll 450 nm.
Pita (nm) MeOH NaOc NaOc+As.Boraks AlCl3 AlCl3+HCL NaOMe

l 256 267 261 272 271 271

ll 350 372 371 424 424 395

Dari analisa spektrum IR kristal benalu mangga adalah isoflavon golongan


flavonoid benalu mangga menunjukan afrormoksin dan tektorigenin (Markham,
bilangan gelombang 3289 cm-1, merupakan 1988).
renggan O-H, bilangan gelombang 1271-1143
nm-1 adanya gugus –C-O, pita serapan 1498-
1303 cm-1 menunjukan gugus –C-H, bilangan
gelombang 1655 cm-1 menunjukan gugus –
C=O, pita serapan 1571 cm-1 menunjukan
gugus –C=C, pita serapan 1571-963 nm-1
menunjukan gugus H yang bertetangga
dengan cincin aromatik (Lampiran 11 Tabel
5) (Dacrhriyanus, 2004), (Lampiran 13Tabel
5). Dari analisa tersebut diduga senyawa Gambar 5. Spektrum IR Kristal Flavonoid Benalu Mangga.
flavonoid yang diisolasi dari Kristal flavonoid
Tabel 5. Karakterisasi gugus-gugus dari spektrum IR kristal flavonoid benalu mangga senyawa hasil isolasi
(Dachriyanus, 2004), (Mainnah, 2010).
Bil. gelombang
Bentuk pita Intensitas Gugus dugaan
(cm-1)
3289 Lebar Kuat Reggang O-H

1655 Tajam Kuat Regang C=O

1604 Tajam Kuat Regang C=C

1571 Tajam Sedang Regang C=C

1498-1303 Tajam Sedang Ulur C-H

1272-1143 Tajam Sedang Ulur C-O

963 Tajam Sedang Ulur C=C-H Ar

Ema Ratna Sari dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24 21

Dilakukan skrining kandungan flavonoid termolabil (tidak tahan pemanasan) yang


dari keempat spesies benalu yaitu benalu terkandung dalam maserat, proses penguapan
mangga (Dendropthoe petandra. Miq), benalu dapat berlangsung lebih cepat. Kemudian
kopi (Dendrophtoe frutescens L), benalu hasil vakum dirotary evaporator sampai
jengkol (Loranthus chryshantus Bl), dan diperoleh ekstrak kental metanol.
benalu duku (Loranthaceae dendropthoe Sp) Ekstrak kental metanol hasil rotary
dan diperoleh benalu mangga yang evaporator diperoleh sebanyak 129 gram
menunjukan flavonoid tertinggi dengan difraksinasi dengan menambahkan air suling
memberikan warna merah panta, semakin 100 ml kocok, denga corong pisah
pekat warna maka semakin tinggi pula menggunakan pelarut heksan (besifat non-
kandungan flavonoidnya (Djamal, 2009). polar) bertujuan untuk memisahkan
Pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk komponen-komponen metabolit sekunder
mengetahui golongan kimia apa yang terdapat yang larut dalam senyawa non polar.
pada suatu tanaman. Benalu mangga yang Terbentuk dua lapisan yaitu lapisan heksan
memiliki kandungan flavonoid tertinggi dan lapisan air, fraksi heksan, uapkan
dilakukan proses ekstraksi dengan dengan pelarutnya hingga diperoleh fraksi kental n-
cara maserasi. Metode maserasi dipilih karena heksan sebanyak 20 gram. Sedangkan fraksi
pengerjaanya yang aman untuk semua air (ampas terdapat pada lapisan bawah),
metabolit sekunder yang tidak tahan tambahkan etil asetat kocok, pisahkan dengan
pemanasan. Dalam metode maserasi ini corong pisah, lakukan hingga pemisahan
digunakan pelarut metanol karena merupakan antara fraksi air dan etil asetat menjadi
pelarut yang bersifat universal sehingga dapat bening. Fraksi etil asetat (bersifat semi polar),
melarutkan banyak senyawa organik. Alkohol diuapkan pelarutnya hingga diperoleh fraksi
alifatik sampai dengan 3 atom karbon kental etil asetat sebanyak 30 gram, yang
(metanol, etanol, propanol) atau campurannya bertujuan untuk memisahkan komponen-
dengan air, merupakan pelarut dengan daya komponen metabolit sekunder pada ekstrak
ekstraksi terbesar untuk semua bahan alam yang bersifat semi polar. Fraksi air diuapkan
yang berbobot molekul rendah seperti pelarunya sehingga diperoleh fraksi kental air
alkaloid, saponin, dan flavonoid (Djamal, sebanyak 72 gram. Dari ketiga fraksi yang
2009). Tanaman segar benalu mangga didapat, dilakukan uji sianidin test untuk
berdasarkan skrining, yang mengandung mengetahui fraksi mana yang mengandung
flavonoid terbesar dirajang sebanyak 2 kg flavonoid. Sedikit ekstrak kental dari masing-
dimasukkan ke dalam botol maserasi (botol masing dari ketiga fraksi tersebut larutkan
gelap) tambahkan metanol hingga terendam dengan menggunakan pelarut metanol,
semua. Kemudian botol ditutup rapat dan masukkan dalam vial 10 ml, lakukan uji
disimpan ditempat yang terlindung dari sianidin test. Dari pemeriksaan yang telah
cahaya matahari untuk menghindari terjadinya dilakukan dari ketiga frkasi, fraksi yang
degradasi molekul terutama senyawa yang mengandung flavonoid adalah fraksi air.
kurang stabil terhadap cahaya, sambil sesekali Untuk pemisahan senyawa, digunakan
diaduk. Biarkan selama 5 hari kemudian kromatografi kolom gravitasi. Kromatografi
ekstrak tersebut disaring dan dimasukkan ke kolom ini merupakan metode pemisahan
dalam botol lain, ulangi maserasi ini sebanyak paling umum digunakan untuk sampel dalam
3 kali dengan cara yang sama sehingga zat jumlah banyak. Kecepatan alir pelarut di
bekhasiat didalam tumbuhan benalu mangga dalam kolom dibuat perlahan agar pemisahan
tersari dengan sempurna. Kemudianhasil senyawa lebih baik. Sistem elusi yang
maserasi diuapkan pelarutnya dengan bantuan umumnya digunakan pada ini ialah sistem
destilasi vakum, (untuk menurukan tekanan elusi dengan kepolaran bertingkat Step
uap pelarut), akibatnya pelarut dapat menguap Gradien Polarity (SGP) yang merupakan
dibawah titik didihnya sehingga dapat teknik mengelusi dengan meningkatkan
mengurangi resiko kerusakan senyawa kepolaran secara perlahan sehingga

Ema Ratna Sari dkk


22 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24

mendapatkan pemisahan yang baik dimulai dilakukan KKt dua dimensi (Markham, 1988),
dari pelarut non polar hingga polar. Silika gel menggunakan dua pengembang yaitu BAA
60 disuspensi dengan pelarut etil asetat, (butanol:asam asetat:air) dan asam asetat
kemudian silika yang telah disuspensi 15%. Bahan yang digunakan adalah kertas
masukkan kedalam kolom kromatografi yang saring. Flavonoid ditotolkan pada kertas KKt
ujungnya telah diberi alas kapas. Fraksi air di suatu titik kira-kira 8 cm dari tepi kertas
dipreabsopsi dengan cara dilarutkan dalam dan 3 cm. Pengeringan bercak dibantu dengan
sedikit etil asetat, hingga menjadi bubur menggunakan pengering rambut, dielusi
silika, kemudian pelarut etil asetatnya dengan eluen pertama yaitu BAA. Campurkan
diuapkan dengan rotary evaporator hingga butanol, asam asetat dan air, lalu kocok,
kering, bubur silika yang telah di rotary kemudian didiamkan. Akan terbentuk dua
evaporator masukkan ke dalam kolom lapisan, lapisan atas yang merupakan lapisan
kromatografi secara merata kemudian dielusi butanol, dan lapisan bawah yang merupakan
menggunakan fase gerak dengan kepolaran lapisan air. Ambil lapisan atas (butanol),
bertingkat. Eluen diganti ke tingkat yang lebih masukkan kedalam chamber kromatografi,
polar saat tidak terjadi lagi pergerakan pada lalu jenuhkan selama 1 jam. Setelah eluen
kolom kromatografi, hasil fraksi yang keluar jenuh, masukkan kertas kromatografi kedalam
ditampung didalam vial 10 ml, diperoleh chamber untuk dielusi. Dibutuhkan waktu
sebanyak 108 vial (BM-a1), ambil 2 tetes selama 5-6 jam untuk pengelusianya,
setiap vial, kemudian lakukan uji sianidin test, kemudian angkat, kertas hasil kromatografi
dari hasil uji sianidin test diperoleh vial 26- hasil pertama dikeringkan dengan hair dryer
108 vial (BM-a2) yang menunjukkan positif kering, kertas dimasukakan kembali kedalam
flavonoid dengan memberikan warna yang chamber dengan cara membalik kertas
khas, vial 26-108 dimonitor dengan KLT tersebut, pengelusi yang digunakan berisi
dengan penampang bercak sitroborat. Hasil larutan asm asetat 15% untuk dielusi kembali.
vial BM-a2 diuapkan pelarutnya hingga Dibutuhkan waktu 1-2 jam untuk pengelusian,
diperoleh kristal flavonoid berbentuk serbuk kertas kemudian diangkat, kemudian
amorf sebanyak 542,12 mg. Setelah dilakukan dikeringkan. Setelahn kertas kering, kertas
kromatografi kolom pertama lakukan kembali kromatografi disemprot dengan penampang
rekolom yang bertujuan untuk mendapatkan bercak sitroborat, kemudian lihat posisi noda
senyawa yang benar-benar murni dengan pada lampu UV, hasil KKt dua dimensi
menggunakan eluen yang sama seperti pada diduga menunjukan golongan flavonoid
kromatografi kolom gravitasi yang pertama. Isoflavon.
Hasil kromatografi rekolom ditampung Pemeriksaan uji reaksi warna dilakukan
kedalam vial-vial dan didapatkan vial dengan cara mengambil sedikit sampel yang
sebanyak 24 vial, vial 1-24 dimonitor dengan dikerok dari KLT, larutkan dengan metanol,
sianidin test dan dengan menggunakan KLT saring silika dan metanol, ambil metanol
dengan penampak bercak sitroborat, Rf yang letakkan pada plat tetes, tambahkan NaOH,
sama digabung.,vial 18-24 (BM-a26) amati reaksi warna yang terjadi, kemudian
menunjukan Rf 0,58. Bm-a26 diuapkan ambil sampel dari plat KLT yang telah
pelarutnya dan didapatkan kristal flavonoid dikerok, letakkan pada plat tetes tambahkan
benalu mangga berbentuk serbuk amorf HCL pekat tambahkan serbuk Mg amati
sebanyak 271,34 mg, kristal BM-a26 reaksi yang terjadi. Kemudian amati reaksi
direkristalisasi dengan cara dilarutkan dengan warna yang terjadi, tentukan golongan
metanol, kemudian uapkan dengan oven pada flavonoid yang diisolasi, dari hasil uji reaksi
suhu 10-300C didapatlah kristal flavonoid warna diduga golongan flavonoid isoflavon.
benalu mangga berbentuk serbuk amorf Senyawa hasil isolasi (200 mg) kristal
berwarna kuning sebanyak 267, 14 mg. flavonoid benalu mangga berupa serbuk
Kristal flavonoid (BM-a26) larutkan kuning, larut dalam pelarut metanol
dalam metanol untuk selanjutkanya akan menunjukkan serapan maksimal pita l pada

Ema Ratna Sari dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24 23

panjang gelombang 220 dan pada pita ll 450, SIMPULAN


kekuatan serapan yang rendah pada pita l
menunjukkan pola oksigenisasi yang setara Dari isolasi senyawa flavonoid tumbuhan
(Markham et al.,1988). Penambahan natrium benalu mangga (Dendropthoe petandra Miq)
asetat (NaOAc) pada senyawa hasil isolasi diperoleh Kristal flavonoid berbentuk serbuk
meyebabkan terjadinya pergeseran amorf sebanyak 267,14, dari hasil analisa
batokromik sebesar 11 nm (pita ll) dengan kromatografi kertas dua dimensi, uji reaksi
kekuatan serapan yang menurun menunjukan warna dan hasil analisa spectrum UV diduga
adanya 7-OH menunjukkan adanya OH pada adalah golongan isoflavon yaitu afrormoksin
atom karbon no 7, penambahan bahan dan tektorigenin.
pereaksi geser NaOAc+As boraks
menyebabkan pergeseran battokromik 5 nm DAFTAR PUSTAKA
pada (pita l) dan pergeseran batokromik 21
nm (pita ll) menunjukkan gugus O-diOH pada Anonim, 1999. Inventaris Tanaman Obat
cincin A (6,7 atau 7,8) terbentuk komplek Indonesia ed V. Jakarta: Badan Penelitian
dengan asam. Penambahan pereaksi geser dan Pengembangan Kesehatan.
natrium metoksida (NaOMe) menyebabkan Anonim, 1996. Laporan Pengkajian Tahun
pergeseran batokromik (pita l) 15 nm dan Anggaran 1996/1997, Kapsulilasi ektrak
pergeseran 45 (pita ll) menunjukan adanya Daun Benalu di Daerah Isrimewa
gugus OH pada cincin A. Berdasarkan hasil Yogyakarta, Sentra P3T Propinsi D.I.
data spektrum UV diduga golongan flavonoid Yogyakarta.
isoflavon (Markham,1988; Asih, 2009). Asih, 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Pengukuran serapan senyawa hasil isolasi Isoflavon Dari Kacang Kedelai (Glycine
dengan spektrum IR menunjukan serapan max) Jurusan Kimia FMIPA Universitas
karakterisasi pada bilangan gelombang. Udayana, Bukit Jimbaran.
Spektrum IR hasil isolasi memberikan Djamal, R. 2009. Prinsif-prinsif Dasar Isolasi
informasi adanya puncak serapan gugus dan Identifikasi. Universitas
hidroksil pada bilangan gelombang 3289 cm- Baiturahmah. Sumatra Barat.
1 Dachriyanus, 2004. Analisa Struktur Senyawa
. Gugus hdroksil ini merupakan regang-OH
terikat (dapat berikatan dengan hidrogen), OH Organik Secara Spektroskopi, Andalas
terikat terlihat pada bilangan gelombang University. Sumatra Barat.
3750-3000 cm-1 yang membentuk pita lebar Harborne, J.B and T.J. 1974. The Flavonoids.
dengan intensitas yang kuat adanya gugus Chapman & Hall. London.
hidroksil ini juga diperkuat dengan Harborne, J.B. 1989. Metode Fitokimia:
munculnya ulur –C-O- pada daerah 1271- Penuntun Cara Modern Menganalisa
1143 cm-1. Serapan Pita serapan 1498-1303 Tumbuhan. Terbitan Kedua.
cm-1 menunjukan adanya ulur C-H adanya Diterjemahka oleh K. Padmawinata dan
regang karbonil –C=O ditunjukan oleh I.soediro. Bandung: Penerbit Institut
bilangan gelombang 1655 cm-1. Pita serapan Teknilogi Bandung.
bilangan gelombang 1604 cm-1 menunjukan Hutapea, J.R., 1999, Inventaris Tanaman
adanya regang -C=C- pita serapan pada Obat Indonesia, Jilid II, Departemen
bilangna gelombang 1571 cm-1 Kesehatan Republik Indonesia. Badan
mengidentifikasi bahwa senyawa hasil isolasi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
merupakan senyawa aromatik diperkuat , Jakarta.
dengan munculnya serapan pada bilangan Ikawati M, Andy E, Navista S, Rosta A. 2008.
gelombang 963 cm-1 mengidentifikasi adanya Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Anti
dua H yang bertetangga dalam cincin Kanker. Universitas Gajah Mada.
aromatik (Dachriyanus, 2004). Yogyakarta.

Ema Ratna Sari dkk


24 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, I(2), hal. 15-24

Liu Y, wang M.W. 2007. Botanical Drugs; Ruggiero, R.J.,D. Pharm,dan e.l
chalenges and apportunities. frances.2002.Journal Of Midwefery
Contribution to Lineaus Symposium Woment’s Healty. Estrogen : Physiologi.
2007. Life Sci. 2008. Pharmakology, and Formulation For
Lazuari M, 2007. Aktifitas antiproliperatif Reflancemen Therapy.
ekstrak kloroform benalu duku Roostantia. I, Bazardi. M, Ratna. M, 2000.
(Loranthaceae dendropthoe. Spec) Perbandingan daya hambat pertumbuhan
terhadap sel kanker. Jurnal Ofmalogi sel mirelena antara maserasi benalu
Indonesia. duku dan benalu teh.
Markham, K.R. 1988. Tecniques Of Sari, 2008. Skrining, Isolasi dan
Flavonoid Identification (Cara Karakterisasi Senyawa Antimikroba Dari
Identifikasi Flavonoid), Diterjemahkan Daun Tumbuhan Sidaguri. Program
oleh Padmawinata. Edisi ll. Institut Pascasarjana Universitas Andalas
Teknologi Bandung, Bandung. Padang, Sumatera Barat.
Mainnah, M. 2010. Kuersertin Senyawa Sri R., Ai E.S., dan Diana N.P. 2010. Program
Flavonoid dari Tumbuhan Benalu Teh Kreativitas Mahasiswa. Teh Celup
(Scurulla atropurpure BL.Dans) Skripsi Benalu Mangga (Dendrophthoe
Sajana Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu petandra): Minuman Sehat Penunjang
Farmasi Bhakti Pertiwi, Palembang. Terapi Kanker. Universitas Gadjah
Pitoyo, S. 1996. Mistletoe Holticulture, Mada. Yogyakarta.
Control and Utilisation Trubus
Agriwijaya.

Ema Ratna Sari dkk

Anda mungkin juga menyukai