15-24 15
ABSTRAK
Telah dilakukan skrining empat spesies benalu, yaitu benalu kopi (Dendropthoe frutences), benalu
jengkol (Loranthaeceae dendropthoe sp), benalu duku (Loranthus chyshantus Bi) dan benalu
mangga (Dendropthoe petandara Miq). Dari hasil skrining, benalu mangga menunjukan kandungan
flavonoid tertinggi, kemudian isolasi flavonoid tumbuhan benalu mangga (Dendropthoe petandar
Miq) tersebut memberikan hasil isolasi berupa kristal berbentuk serbuk amorf berwarna kuning
sebanyak 274,14 mg. Dari analisa kromatografi kertas dua dimensi, uji reaksi warna, dengan
sianidin test dan NaOH dan analisa spektrum UV dengan penambahan pereaksi geser MeOH,
NaOAc, NaOAc+H3Bo3, NaOMe menunjukkan golongan flavonoid isoflavon (Afrormoksin dan
Tektorigenin). Analisa spekrtum IR menunjukkan bahwa terdapat regang OH (3289 cm-1) regang
C=O (1655 cm-1), regang C=C (1604 cm-1), ulur C-H (1498 cm -1), ulur C-O(1272 cm-1) ulur C=C-
H aromatik (963 cm-1).
Kata kunci : Benalu mangga (Dendropthoe petandara Miq), isolasi dan karakterisasi.
antara lain, Benalu mangga, benalu kopi, dan akan dilakukan skrining senyawa flavonoid
benalu duku (Anonim, 1999). Kemampuan dari beberapa spesies benalu.
benalu menghambat kerusakan oksidatif yang
disebabkan oleh radikal bebas berkaitan
dengan aktivitas bahan aktif pada benalu
sebagai antioksidan. Daun dan batang
tanaman ini mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin yang berperan sebagai antioksidan.
Potensi flavonoid sebagai antioksidan dan
kemampuanya mengurangi aktivitas radikal
hidroksi, anion superoksida dan radikal
peroksida lemak menjadikan flavonoid
berperan penting dan sangat eratkaitanya (A) (B)
dengan proses epidemilogi penyakit (Labier
dan Leclerco 1992). Flavonoid adalah
senyawa polifenol yang banyak terdapat pada
sayuran dan buah-buahan. Flavonoid telah
menunjukkan perananya sebagai antioksidan,
antimutagenik, antineoplastik dan aktifitas
vasodilatator (Miller, 1996). Berdasarkan
bebagai penelitian, senyawa dalam benalu
yang diduga memiliki aktifitas anti kanker
adalah flavonoid yang bersifat inhibitor
terhadap enzim DNA topoisomerase sel
(C) (D)
kanker (Anonim,1996).
Kandungan kimia dari benalu antara Gambar 1. Tumbuhan (A) Benalu Kopi (Dendropthoe
flavonoid, alkaloid, saponin, fenol, tanin dan frutences) (B) Benalu Mangga
minyak atsiri (Hutapea, 2009). (Dendropthoe petandra Miq), (C) Benalu
Jengkol (Loranthaeceae Dendropthoe sp)
Flavonoid merupakan senyawa dan (D) Benalu Duku (Loranthus
metabolit sekunder yang paling banyak chyhantus Bi)
tersebar luas, sekitar 5-10% metabolit
sekunder adalah flavonoid, terdapat pada Tahap awal skrining seyawa flavonoid
semua bagian tumbuhan (akar, batang, daun, dari beberapa spesies benalu, dilakukan uji
bunga, buah dan biji). Senyawa flavonoid fitokimia secara keseluruhan dari berbagai
sangat bermafaat dalam makanan karena, spesies benalu tahap selanjutnya benalu yang
berupa senyawa fenolik yang bersifat memiliki kandungan flavonoid terbesar,
antioksidan yang kuat. Banyak kondisi dilakukan dengan metode maserasi dengan
penyakit yang diketahui bertambah parah oleh menggunakan pelarut metanol. Pemisahan
adanya radikal bebas dan flavonoid memiliki dan pemurnian dilakukan dengan
kemampuan untuk menghilangkan kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom
pengoksidasi yang merusak ini (Djamal, dan kromatografi kertas dua dimensi.
2009). Benalu manggga (Dendropthoe Penentuan kemurnian senyawa hasil isolasi
petandra. Miq), benalu duku (Loranthaceae dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
dendropthoe Sp), benalu kopi (Dendrophtoe preparatif, kemudian dilakukan kristalisasi.
frutescens L) dan benalu jengkol (Loranthus Senyawa hasil isolasi dilakukan dengan
chryshantus Bi). Oleh sebab itu, perlu spektrofotometri ultraviolet dan
dilakukan penelitian lebih intensif sehinggga spektrofotometri inframerah. Kandungan
potensi benalu sebagai bahan baku obat dapat kimia dari benalu antara flavonoid, alkaloid,
lebih dikembangkan. Maka pada penelitian ini saponin, fenol, tanin dan minyak atsiri
(Hutapea, 2009). Mengingat pentingnya
hingga kering, sampel yang telah diperoleh senyawa murni berbentuk kristal
dipreabsorbsi dengan silika gel 60 sampai serbuk berwarna kuning sebanyak 271,34 mg.
kering, dimasukkan ke dalam kolom
kromatografi secara merata kemudian dielusi Identifikasi Organoleptik
menggunakan fasa gerak dengan kepolaran
Identifikasi organoleptik dari benalu
bertingkat menggunakan pelarut etil asetat
mangga meliputi warna, bau, bentuk dan
dan metanol dengan berbagai
kelarutan.
perbandingan.Lalu eluen diganti ke tingkat
yang lebih polar saat tidak terjadi lagi Identifikasi Flavonoid dengan Pereaksi
pergerakan pita pada kolom kromatografi Warna
menggunakan pelarut metanol, amoniak
dengan berbagai perbandingan. Identifikasi flavonoid dengan pereaksi
Fraksi yang keluar ditampung dengan warna dalam dilakukan dengan uji reaksi
vial kemudian dimonitor dengan KLT GF254 warna. Ambil sedikit sampel yang dikerok
dengan penampak bercak sitroborat dan dari KLT, larutkan dengan metanol, kemudian
dilihat di lampu UV. Diperoleh fraksi l (vial1- saring agar silika dan metanol terpisah,
108), dilakukan uji sianidin test dengan metanol letakkan pada plat tetes, tambahkan
mengambil 2 tetes hasil kolom dari tiap vial, NaOH, amati reaksi warna yang terjadi,
diperoleh fraksi ll (vial 26-108) yang positif kemudian ambil sampel dari plat KLT yang
flavonoid, hasil dari fraksi ll didiamkan telah dikerok, letakkan pada plat tetes
beberapa lama, terbentuk kristal berwarna tambahkan HCL pekat tambahkan serbuk
kuning berbentuk kristal serbuk yang larut magnesium, amati reaksi yang terjadi.
dalam metanol. Kristal tersebut dilarutkan, Kemudian dengan reaksi warna yang terjadi,
lalu direkristalisasi secara berulang sehingga dapat ditentukan golongan flavonoid.
diperoleh senyawa murni berbentuk kristal
serbuk berwarna kuning sebanyak 542,12 mg. Identifikasi Flavonoid dengan Kromatografi
Preabsorpsi kristal flavonoid dilarukan Kertas Dua Dimensi
dengan etil asetat tambahkan silika gel, etil KKt dua dimensi dilakukan untuk
asetat diuapkan dengan rotary evaporator. menentukan golongan flavonoid yang
Lakukan rekolom dengan dimasukkan ke disolasi, dengan dua pengembang BAA
dalam kolom kromatografi secara merata (butanol:asam asetat:air) dan asam asetat
kemudian dielusi menggunakan fasa gerak 15%. Lalu dilakukan elusi secara dua
dengan kepolaran bertingkan menggunakan dimensi. Setelah kering, kertas kromatografi
pelarut etil asetat dan metanol dengan disemprot dengan penampak bercak
berbagai perbandingan. Lalu eluen diganti ke sitroborat, kemudian lihat posisi noda pada
tingkat yang lebih polar saat tidak terjadi lagi lampu UV, untuk menentukan golongan
pergerakan pita pada kolom kromatografi flavonoid.
menggunakan metanol dan amoniak dengan
berbagai perbandingan. Subfraksi yang keluar Identifikasi Flavonoid dengan Spektrometri
ditampung dengan vial sub fraksi l (vial 1- UV dan IR
24) kemudian dimonitor dengan KLT GF254
dan penampak bercak sitroborat dan dilihat di Pemeriksaan spektrometri ultraviolet
lampu UV, kelompokan Rf yang sama. dilakukan dalam pelarut metanol dan dengan
Diperoleh fraksi ll (vial10-24), hasil dari penambahan beberapa pereaksi geser seperti
fraksi ll didiamkan beberapa lama, terbentuk natrium hidroksida 2 N, aluminium klorida
kristal berwarna kuning berbentuk kristal 5%b/v, asam klorida 30% v/v, serbuk natrium
serbuk yang larut dalam metanol. Kristal asetat dan serbuk asam borat. Pemeriksaan
tersebut dilarutkan, kemudian direkristalisasi spektrum inframerah dilakukan dengan
dengan metanol secara berulang sehingga spektrofotometeri inframerah menggunakan
pelet KBr.
Tabel 4. Pita Serapan Kristal Flavonoid Benalu Mangga Setelah Penambahan Pereaksi Geser. Senyawa Hasil Isolasi (200 mg)
Berupa Serbuk Kuning Memberi Serapan UV λmax (log ε) Pada Pita l 220 nm dan Pita ll 450 nm.
Pita (nm) MeOH NaOc NaOc+As.Boraks AlCl3 AlCl3+HCL NaOMe
mendapatkan pemisahan yang baik dimulai dilakukan KKt dua dimensi (Markham, 1988),
dari pelarut non polar hingga polar. Silika gel menggunakan dua pengembang yaitu BAA
60 disuspensi dengan pelarut etil asetat, (butanol:asam asetat:air) dan asam asetat
kemudian silika yang telah disuspensi 15%. Bahan yang digunakan adalah kertas
masukkan kedalam kolom kromatografi yang saring. Flavonoid ditotolkan pada kertas KKt
ujungnya telah diberi alas kapas. Fraksi air di suatu titik kira-kira 8 cm dari tepi kertas
dipreabsopsi dengan cara dilarutkan dalam dan 3 cm. Pengeringan bercak dibantu dengan
sedikit etil asetat, hingga menjadi bubur menggunakan pengering rambut, dielusi
silika, kemudian pelarut etil asetatnya dengan eluen pertama yaitu BAA. Campurkan
diuapkan dengan rotary evaporator hingga butanol, asam asetat dan air, lalu kocok,
kering, bubur silika yang telah di rotary kemudian didiamkan. Akan terbentuk dua
evaporator masukkan ke dalam kolom lapisan, lapisan atas yang merupakan lapisan
kromatografi secara merata kemudian dielusi butanol, dan lapisan bawah yang merupakan
menggunakan fase gerak dengan kepolaran lapisan air. Ambil lapisan atas (butanol),
bertingkat. Eluen diganti ke tingkat yang lebih masukkan kedalam chamber kromatografi,
polar saat tidak terjadi lagi pergerakan pada lalu jenuhkan selama 1 jam. Setelah eluen
kolom kromatografi, hasil fraksi yang keluar jenuh, masukkan kertas kromatografi kedalam
ditampung didalam vial 10 ml, diperoleh chamber untuk dielusi. Dibutuhkan waktu
sebanyak 108 vial (BM-a1), ambil 2 tetes selama 5-6 jam untuk pengelusianya,
setiap vial, kemudian lakukan uji sianidin test, kemudian angkat, kertas hasil kromatografi
dari hasil uji sianidin test diperoleh vial 26- hasil pertama dikeringkan dengan hair dryer
108 vial (BM-a2) yang menunjukkan positif kering, kertas dimasukakan kembali kedalam
flavonoid dengan memberikan warna yang chamber dengan cara membalik kertas
khas, vial 26-108 dimonitor dengan KLT tersebut, pengelusi yang digunakan berisi
dengan penampang bercak sitroborat. Hasil larutan asm asetat 15% untuk dielusi kembali.
vial BM-a2 diuapkan pelarutnya hingga Dibutuhkan waktu 1-2 jam untuk pengelusian,
diperoleh kristal flavonoid berbentuk serbuk kertas kemudian diangkat, kemudian
amorf sebanyak 542,12 mg. Setelah dilakukan dikeringkan. Setelahn kertas kering, kertas
kromatografi kolom pertama lakukan kembali kromatografi disemprot dengan penampang
rekolom yang bertujuan untuk mendapatkan bercak sitroborat, kemudian lihat posisi noda
senyawa yang benar-benar murni dengan pada lampu UV, hasil KKt dua dimensi
menggunakan eluen yang sama seperti pada diduga menunjukan golongan flavonoid
kromatografi kolom gravitasi yang pertama. Isoflavon.
Hasil kromatografi rekolom ditampung Pemeriksaan uji reaksi warna dilakukan
kedalam vial-vial dan didapatkan vial dengan cara mengambil sedikit sampel yang
sebanyak 24 vial, vial 1-24 dimonitor dengan dikerok dari KLT, larutkan dengan metanol,
sianidin test dan dengan menggunakan KLT saring silika dan metanol, ambil metanol
dengan penampak bercak sitroborat, Rf yang letakkan pada plat tetes, tambahkan NaOH,
sama digabung.,vial 18-24 (BM-a26) amati reaksi warna yang terjadi, kemudian
menunjukan Rf 0,58. Bm-a26 diuapkan ambil sampel dari plat KLT yang telah
pelarutnya dan didapatkan kristal flavonoid dikerok, letakkan pada plat tetes tambahkan
benalu mangga berbentuk serbuk amorf HCL pekat tambahkan serbuk Mg amati
sebanyak 271,34 mg, kristal BM-a26 reaksi yang terjadi. Kemudian amati reaksi
direkristalisasi dengan cara dilarutkan dengan warna yang terjadi, tentukan golongan
metanol, kemudian uapkan dengan oven pada flavonoid yang diisolasi, dari hasil uji reaksi
suhu 10-300C didapatlah kristal flavonoid warna diduga golongan flavonoid isoflavon.
benalu mangga berbentuk serbuk amorf Senyawa hasil isolasi (200 mg) kristal
berwarna kuning sebanyak 267, 14 mg. flavonoid benalu mangga berupa serbuk
Kristal flavonoid (BM-a26) larutkan kuning, larut dalam pelarut metanol
dalam metanol untuk selanjutkanya akan menunjukkan serapan maksimal pita l pada
Liu Y, wang M.W. 2007. Botanical Drugs; Ruggiero, R.J.,D. Pharm,dan e.l
chalenges and apportunities. frances.2002.Journal Of Midwefery
Contribution to Lineaus Symposium Woment’s Healty. Estrogen : Physiologi.
2007. Life Sci. 2008. Pharmakology, and Formulation For
Lazuari M, 2007. Aktifitas antiproliperatif Reflancemen Therapy.
ekstrak kloroform benalu duku Roostantia. I, Bazardi. M, Ratna. M, 2000.
(Loranthaceae dendropthoe. Spec) Perbandingan daya hambat pertumbuhan
terhadap sel kanker. Jurnal Ofmalogi sel mirelena antara maserasi benalu
Indonesia. duku dan benalu teh.
Markham, K.R. 1988. Tecniques Of Sari, 2008. Skrining, Isolasi dan
Flavonoid Identification (Cara Karakterisasi Senyawa Antimikroba Dari
Identifikasi Flavonoid), Diterjemahkan Daun Tumbuhan Sidaguri. Program
oleh Padmawinata. Edisi ll. Institut Pascasarjana Universitas Andalas
Teknologi Bandung, Bandung. Padang, Sumatera Barat.
Mainnah, M. 2010. Kuersertin Senyawa Sri R., Ai E.S., dan Diana N.P. 2010. Program
Flavonoid dari Tumbuhan Benalu Teh Kreativitas Mahasiswa. Teh Celup
(Scurulla atropurpure BL.Dans) Skripsi Benalu Mangga (Dendrophthoe
Sajana Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu petandra): Minuman Sehat Penunjang
Farmasi Bhakti Pertiwi, Palembang. Terapi Kanker. Universitas Gadjah
Pitoyo, S. 1996. Mistletoe Holticulture, Mada. Yogyakarta.
Control and Utilisation Trubus
Agriwijaya.