Anda di halaman 1dari 12

UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No.

1, January 2022

ANALISIS KADAR FENOLIK, FLAVONOID DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN UMBI


BAWANG BOMBAI (Allium cepa L.)

ANALYSIS OF PHENOLIC, FLAVONOID CONTENT AND ANTIOXIDANT


ACTIVITIES OF ONION BULB (Allium cepa L.)

Rizki Amalia and Mirwa Adiprahara Anggarani*


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang, Surabaya (60231), Telp. 031-8298761
*Corresponding author, email: mirwaanggarani@unesa.ac.id

Abstrak. Bawang bombai termasuk dalam famili Alliaceae yang sering digunakan sebagai bumbu masak.
Bawang bombai memiliki potensi sebagai antioksidan alami. Senyawa aktif yang bertindak sebagai antioksidan
dalam bawang bombai adalah senyawa fenolik dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kadar air, kadar abu, senyawa metabolit sekunder, penentuan kadar fenolik dan flavonoid total
serta aktivitas antioksidan umbi bawang bombai (Allium cepa L.). Pembuatan ekstrak umbi bawang bombai
dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan tiga pelarut yang berbeda kepolarannya yakni
diklorometana, etil asetat dan etanol 96%. Total ekstrak yang diperoleh dari pelarut diklorometana, etil asetat
dan etanol 96% adalah 3,661; 1,476; 72,612 g. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang bombai
memiliki kadar air sebesar 64,7% dalam bentuk basah dan 5,2% dalam bentuk serbuk. Kadar abu yang
diperoleh sebesar 5,64%. Penapisan fitokimia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin, tannin,
fenolik, kuinon, steroid dan triterpenoid dalam ekstrak umbi bawang bombai. Kadar fenolik total dan kadar
flavonoid total dari ekstrak etanol umbi bawang bombai sebesar 18,245 mg GAE/g ekstrak dan 3,381 mg QE/g
ekstrak. Nilai IC50 dari ekstrak etanol umbi bawang bombai adalah sebesar 78,723 μg/mL dan termasuk
kedalam golongan antioksidan kuat.
Kata kunci : bawang bombai, kadar fenolik total, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan

Abstract. Onions are included in the Alliaceae that is often used as a spice in cooking. Onions have potential
as a natural antioxidants. The active compounds that act as antioxidants in onions are phenolic and flavonoid
contents. The study aimed to determine the water content, ash content, secondary metabolite compounds, total
phenolic contents, total flavonoid contents, and antioxidant activity of the onion bulbs (Allium cepa L.).
The extraction method chosen was the multilevel maceration method using three different solvents according
to their polarity. The solvents are dichloromethane, ethyl acetate, and 96% ethanol. The total extract obtained
from dichloromethane, ethyl acetate, and 96% ethanol solvent was 3,661; 1,476; 72,612. The results showed
that onions bulb had a moisture content of 64.7% in the wet form and 5.2% in the powder form. The ash content
obtained was 5.64%. Phytochemical screening of onion bulb extracts revealed the presence of flavonoids,
saponins, tannins, phenolics, quinones, steroids and triterpenoids. The total phenolic and total flavonoid
contents of the onion bulb ethanol extract were 18,245 mg GAE/g extract and 3,381 mg QE/g extract. The IC50
value of the onion bulb ethanol extract is 78.723 μg/mL, which includes in the strong antioxidant group.
Key words: onion bulb, total phenolic contents, total flavonoid contents, antioxidant activities

PENDAHULUAN [3]. Elektron yang tidak berpasangan tersebut akan


Sebagian besar penyakit saat ini berawal bereaksi dengan molekul lain di sekelilingnya
dari adanya reaksi radikal bebas yang terjadi secara untuk mendapatkan pasangan dan mencapai
terus-menerus di dalam tubuh. Senyawa radikal kestabilan. Apabila reaksi ini berlangsung terus-
bebas dapat terbentuk dari proses metabolisme menerus, dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
pada sel normal, peradangan serta kekurangan gizi berisiko pada kesehatan tubuh karena reaksi ini
[1]. Selain itu, faktor lingkungan seperti polusi, berpotensi menimbulkan penyakit seperti diabetes,
suhu, bahan kimia dan sinar UV yang berlebih juga arthritis, aterosklerosis, kanker dan penyakit
dapat menyebabkan tubuh manusia terpapar oleh degeneratif lainnya [4].
radikal bebas [2]. Menurut Tukiran [5], senyawa antioksidan
Senyawa radikal bebas memiliki elektron memiliki kemampuan untuk menghambat
yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil terjadinya reaksi oksidasi dari radikal bebas.

34
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

Antioksidan mampu mendonorkan elektronnya elektron. Menurut Supriatna [16], senyawa


kepada radikal bebas sehingga laju reaksi oksidasi flavonoid termasuk ke dalam golongan senyawa
yang dapat menyebabkan penyakit degneratif fenol, sehingga senyawa ini juga memiliki potensi
dapat diperlambat [6]. Normalnya, didalam tubuh sebagai antioksidan.
manusia sudah memiliki senyawa antioksidan Terdapat banyak produk antioksidan sintetik
alami yang bekerja menghambat reaksi oksidasi yang beredar dipasaran walaupun sudah banyak
yang terjadi [7]. Namun apabila tubuh terlalu laporan yang menyatakan bahwa antioksidan
banyak terkena paparan radikal bebas, antioksidan sintetik dapat memberi dampak yang buruk bagi
yang diproduksi oleh tubuh tidak akan bisa kesehatan. Dengan demikian perlu dilakukannya
meredam semua efek yang ditimbulkan oleh penelitian mengenai aktivitas antioksidan bawang
radikal bebas. Sehingga diperlukan antioksidan bombai sebagai salah satu alternatif suplemen
eksogen untuk membantu memberi perlindungan antioksidan alami. Penelitian ini dilakukan untuk
tubuh dari efek radikal bebas [8]. mengetahui kadar air, kadar abu, senyawa
Mengonsumsi antioksidan dengan jumlah metabolit sekunder pada bawang bombai,
yang cukup dilaporkan dapat mengurangi resiko penentuan kadar fenolik, flavonoid serta aktivitas
dari penyakit degeneratif serta dapat meningkatkan antioksidan dari ekstrak umbi bawang bombai
sistem imun. Maka dari itu asupan antioksidan yang diperoleh dari pasar Wonokromo, Surabaya.
yang cukup sangatlah dibutuhkan [9]. Terdapat dua Sehingga pemanfaatan bawang bombai bisa
jenis antioksidan dilihat dari sumbernya, yakni dioptimalkan sebagai alternatif bahan pada
antioksidan alami dan sintetik. Antioksidan suplemen antioksidan alami yang dapat
sintetik dihasilkan dari reaksi kimia, yang memiliki meminimalisir resiko penyakit degeneratif.
efek buruk bagi tubuh karena bersifat karsinogenik Dalam penelitian ini ekstraksi umbi bawang
[10]. Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran pada bombai dilakukan dengan metode maserasi
masyarakat untuk mengkonsumsi antioksidan. bertingkat menggunakan berbagai jenis pelarut
Sehingga dewasa ini banyak peneliti yang berdasarkan tingkat kepolarannya untuk
mengembangkan antioksidan alami dari tumbuhan mendapatkan senyawa yang sifatnya spesifik pada
sebagai alternatif suplemen antioksidan. setiap pelarut, kemudian dipilih pelarut yang
Tumbuhan berkhasiat obat yang belum paling efektif dalam mengekstrak golongan
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai senyawa antioksidan.
suplemen antioksidan adalah bawang bombai
(Allium cepa L.). Bawang bombai termasuk dalam METODE PENELITIAN
famili Alliaceae yang sangat penting secara Bahan
ekonomi dan merupakan tanaman terpenting kedua Umbi bawang bombai, diklorometana, etil asetat,
di dunia [11]. Bawang bombai masih berkerabat etanol 96%, aquades, kloroform p.a, ammonia p.a,
dengan bawang merah, dengan perbedaan yang H2SO4, pereksi meyer, pereaksi wagner,
tidak terlalu mencolok kecuali bentuk dan dragendorff, etanol 70%, serbuk Mg, HCl 6N,
aromanya [12]. Pemanfaatan bawang bombai di NaCl, gelatin 1%, FeCl 1%, CH3COOH anhidrat,
Indonesia sebagai suplemen belum terlalu banyak reagen Folin Ciocalteau, Na2CO3, asam galat,
jika dibandingkan dengan bawang merah atau etanol p.a, AlCl3 10%, CH3COOK, metanol p.a dan
bawang jenis lain. Sedangkan menurut Lingga DPPH.
[13], menyatakan bahwa bawang bombai tidak
hanya dapat menambah cita rasa pada suatu Alat
masakan, akan tetapi bawang bombai juga bisa Neraca analitik, ayakan, blender, gelas kimia,
dimanfaatkan sebagai obat karena kandungan dari cawan porselin, oven, tanur, desikator, tabung
metabolit sekunder yang dimilikinya. reaksi, penangas air, botol vial, labu ukur, pipet
Penelitian Ladeska [14], melaporkan bahwa tetes, spatula, mikropipet, vacuum rotary
umbi bawang bombai mengandung senyawa evaporator, pompa vakum, corong Buchner,
fenolik, flavonoid, triterpenoid dan saponin. moisture balance, dan spektrofotometer UV-Vis.
Wirasti [15], melaporkan bahwa senyawa fenolik
memiliki peran yang tinggi sebagai antioksidan. Prosedur Penelitian
Struktur dari senyawa fenol mempermudah dirinya Tahap Preparasi Sampel
untuk mendonorkan elektron saat bereaksi dengan Sampel bawang bombai yang diperoleh dari
senyawa radikal melalui mekanisme transpor Pasar Wonokromo, Surabaya, dikupas,

35
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air Pada uji alkaloid dilakukan penambahan
bersih kemudian dipotong tipis-tipis memanjang 1 mL ammonia p.a dan 1 mL kloroform p.a
dengan lebar 0,5 - 1 cm. Selanjutnya dilakukan pada 1 mL sampel bawang bombai kemudian
pengeringan dengan cara diangin-anginkan tanpa dipanaskan diatas penangas. Selanjutnya
terkena sinar matahari secara langsung selama 7 – dilakukan penyaringan dan filtrat dibagi
9 hari dan diblender serta diayak menggunakan kedalam 3 tabung reaksi. Masing-masing
ayakan 60 mesh untuk proses penyerbukan. tabung reaksi ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N.
Eksraksi umbi bawang bombai dilakukan Tabung reaksi I diuji dengan pereaksi meyer,
dengan metode maserasi bertingkat dengan pelarut tabung reaksi II dengan pereaksi wagner dan
yang memiliki perbedaan tingkat kepolaran yakni tabung reaksi III dengan pereaksi dragendorff.
diklorometana (nonpolar), etil asetat (semi polar) Uji positif senyawa alkaloid ditandai dengan
dan etanol 96% (polar). Sebanyak 200 gram serbuk adanya endapan jingga pada pereaksi meyer,
umbi bawang bombai dimaserasi dengan 2000 mL endapan coklat pada pereaksi wagner dan
diklorometana selama 24 jam di suhu ruang. endapan putih pada pereaksi dragendorff.
Selanjutnya disaring untuk memisahkan filtrat dan 2. Uji Fenolik [18]
residu maserat. Residu dikeringkan dan dimaserasi Uji fenolik dilakukan dengan
kembali menggunakan pelarut etil asetat dan penambahan 10 tetes FeCl 1% pada 1 mL
selanjutnya etanol 96% dengan perlakuan yang sampel bawang bombai. Terbentuknya warna
sama dengan diklorometana. Sedangkan filtrat hijau, ungu biru, merah atau hitam pekat
yang didapatkan diuapkan dengan vacuum rotatory menandakan adanya senyawa fenolik.
evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental 3. Uji Flavonoid [18]
umbi bawang bombai. Uji flavonoid dilakukan dengan
Selanjutnya ekstrak kental hasil evaporasi menambahkan 3 mL etanol 70% kedalam 1 mL
yang diperoleh dilakukan proses freeze dry untuk sampel bawang bombai kemudian dipanaskan
memastikan ekstrak yang didapatkan sudah dalam penangas dan disaring. Filtrat yang
terbebas dari pelarut dan mendapatkan ekstrak diperoleh ditambahkan dengan 0,1 gram Mg
yang lebih stabil saat penyimpanan. Ekstrak kental dan 2 tetes HCl 6N. Terbentuknya warna merah
dari masing-masing pelarut ditimbang untuk menandakan adanya senyawa flavonoid.
menghitung persen rendemen. 4. Uji Saponin [18]
Sebanyak 1 mL sampel bawang bombai
Kadar Air dididihkan dalam 10 mL air dengan
Pengujian kadar air dikerjakan dengan menggunakan penangas air, kemudian dikocok
menggunakan alat moisture balance. Sebanyak 1 dan didiamkan beberapa saat. Terbentuknya
gram sampel bawang bombai dimasukkan ke busa yang stabil menandakan adanya
dalam botol timbang dangkal bertutup dengan suhu kandungan saponin.
110°C selama 5 menit. 5. Uji Tannin [18]
Uji tannin dilakukan dengan
Kadar Abu penambahan 1 mL NaCl dan 1 mL gelatin 1%
Kadar abu diuji dengan metode AOAC [17], pada 1 mL sampel bawang bombai.
2 gram serbuk bawang bombai dimasukkan Terbentuknya endapan kuning menunjukkan
kedalam cawan porselin untuk pengabuan. Cawan adanya senyawa tannin.
dan sampel diabukan dalam tanur selama 3 jam 6. Uji Kuinon [18]
pada suhu 550°C. Cawan dan sampel yang sudah Uji kuinon dilakukan dengan
menjadi abu ditimbang untuk menghitung kadar mendidihkan 1 mL sampel bawang bombai
abu. dengan 10 mL aquades dalam penangas air lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah
dengan 3 tetes NaOH 1N. uji positif kuinon
ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning
Uji Fitokimia hingga merah.
Tahap uji fitokimia meliputi uji alkaloid, 7. Uji Steroid dan Triterpenoid [18]
fenolik, flavonoid, saponin, tannin, kuinon, steroid Sampel bawang bombai sebanyak 1 mL
dan triterpenoid. ditambahkan dengan 10 tetes CH3COOH
1. Uji Alkaloid [18] anhidrat dan 2 tetes H2SO4 pekat. Jika terbentuk

36
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

larutan berwarna biru atau hijau, maka terdapat mL dimasukkan kedalam vial gelap dan
senyawa steroid, sedangkan jika terbentuk ditambahkan larutan DPPH 0,004% sebanyak 2
warna merah, ungu, jingga atau kuning, maka mL. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada larutan
terdapat senyawa triterpenoid dalam sampel. sampel selama 30 menit pada suhu 37°C diruangan
gelap. Pengukuran nilai absorbansi dilakukan
Penentuan Kadar Fenolik Total dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
Penentuan kadar fenolik total dikerjakan gelombang 515 nm. Untuk larutan kontrol
menurut metode kerja yang dikemukakan oleh dilakukan langkah yang sama dengan mengganti
Wirasti [15] dengan modifikasi sedikit larutan sampel dengan metanol p.a. Nilai
menggunakan asam galat sebagai standar. Larutan absorbansi yang didapatkan digunakan untuk
standar asam galat dibuat dengan variasi menghitung persen inhibisi (%I) menggunakan
konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm. Sebanyak persamaan berikut.
30 mg ekstrak etanol umbi bawang bombai 𝐴𝑘 − 𝐴𝑠
dilarutkan dengan aquades sampai volume 10 mL %𝐼 = × 100 %
𝐴𝑘
dan diperoleh konsentrasi 3000 ppm. Dilakukan Keterangan:
pengenceran kembali hingga diperoleh konsentrasi Ak = Absorbansi kontrol (metanol dan DPPH)
sebesar 1500 ppm. Sebanyak 500 μL larutan As = Absorbansi sampel (sampel dan DPPH)
ekstrak ditambahkan reagen Folin-Ciocalteau 10% Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara nilai
sebanyak 1,5 mL, dikocok kuat hingga homogen persen inhibisi dan konsentrasi sampel untuk
lalu didiamkan selama 3 menit. Selanjutnya mendapatkan persamaan garis linear yang nantinya
dilakukan penambahan larutan Na2CO3 7,5% dipakai dalam perhitungan nilai IC50 dari ekstrak
sebanyak 1,2 mL, divortex selama 3 detik dan umbi bawang bombai.
didiamkan kembali selama 30 menit. Pengukuran
absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 759 HASIL DAN PEMBAHASAN
nm dengan 3 kali pengulangan menggunakan Pada penelitian ini digunakan umbi bawang
spektrofotometer UV-Vis. bombai yang telah dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan untuk memperpanjang daya
Penentuan Kadar Flavonoid Total simpan sampel, menurunkan resiko kontaminasi
Pengujian kadar flavonoid total dilakukan oleh jamur serta menghambat proses enzimatis
berdasarkan metode kerja yang dikemukakan oleh yang terjadi pada sampel sehingga tidak merusak
Wirasti [15] dengan modifikasi sedikit yaitu kandungan zat aktifnya [19]. Sampel umbi bawang
menggunakan kuerstin sebagai standar. Pembuatan bombai melalui proses penghalusan untuk
larutan standar kuersetin dilakukan pada beberapa memperbesar luas permukaannya, dan menjadikan
variasi konsentrasi yakni 10, 20, 30, 40 dan 50 peluang interaksi dengan pelarut akan lebih besar
ppm. Ekstrak kental sebanyak 60 mg dilarutkan dan proses ekstraksi lebih efektif.
dengan etanol 96% sampai volume 10 mL, Dalam penelitian ini dilakukan metode
selanjutnya dipipet sebanyak 500 μL dan maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut
ditambahkan 1,5 mL etanol p.a, 0,1 mL AlCl3 10%, yang memiliki tingkat kepolaran berbeda, yakni
0,1 mL natrium asetat 1 M, serta 2,8 mL aquades. etanol 96%, etil asetat dan diklorometana. Metode
Kemudian didiamkan selama 30 menit dan diukur ekstraksi ini dipilih karena pengerjaannya yang
absorbansinya menggunakan Spektrofotometer mudah dan efektif karena ekstrak yang dihasilkan
UV-Vis pada panjang gelombang 435 nm dengan mengandung senyawa yang sifatnya spesifik pada
3 kali pengulangan. setiap pelarut yang digunakan.
Hasil ekstraksi umbi bawang bombai dari
Pengujian Aktivitas Antioksidan berbagai pelarut disajikan dalam Tabel 1.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Perhitungan rendemen berfungsi untuk melihat
umbi bawang bombai dilakukan dengan serta membandingkan jumlah komponen bioaktif
menggunakan metode 2,2-diphenyl-1- yang terbawa oleh pelarut dengan tingkat
picrylhydrazyl (DPPH) [5]. Ekstrak kental yang kepolaran yang berbeda, namun tidak dapat
dilarutkan dengan metanol p.a dibuat lima variasi menentukan jenis komponen bioaktifnya [20].
konsentrasi yaitu 400, 500, 600, 700 dan 800 ppm.
Larutan ekstrak umbi bawang bombai dari masing- Tabel 1. Hasil Ekstraksi Umbi Bawang Bombai
masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 2

37
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

Total Rendemen sebelumnya pada bawang bombai jenis Arka


Pelarut Ekstrak Ekstrak Kalyan yang menunjukkan bahwa kadar air
(g) (%) bawang bombai dalam bentuk serbuk berada pada
Etanol 96% 72,612 36,306 kisaran 4,95 – 5,21%. Namun, untuk kadar air
bawang bombai segar yang diperoleh sedikit
Etil Asetat 1,476 0,738 melebihi kisaran yang telah disebutkan oleh
Diklorometana 3,661 1,830 Dantata [22], bahwa kadar air yang dibutuhkan
untuk penerimaan dan preferensi ekspor
Berdasarkan Tabel 1 terlihat adanya diperkirakan sebesar 60,5 ± 0,5% pada basis basah
perbedaan hasil rendemen dari metode maserasi sesuai dengan standar kualitas bawang segar. Salah
bertingkat menggunakan tiga jenis pelarut. Hal ini satu faktor penyebab yang mungkin terjadi pada
membuktikan bahwa jenis pelarut memiliki sampel dengan kadar air yang tinggi adalah
pengaruh terhadap senyawa metabolit sekunder perlakuan pasca panen dari sampel yang belum
yang terekstraksi. Dimana pelarut polar akan dilakukan secara optimum sehingga menyebabkan
melarutkan senyawa dengan sifat polar, sedangkan kadar air sampel umbi bawang bombai segar masih
pelarut semi polar akan melarutkan senyawa yang tinggi.
bersifat semi polar dan pelarut non polar akan
melarutkan senyawa non polar. Hasil Uji Kadar Abu
Hasil rendemen paling besar didapatkan dari Kandungan mineral dalam bahan pangan
ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% yang dapat diketahui dengan cara pengujian kadar abu.
menunjukkan bahwa dalam umbi bawang bombai Abu merupakan bentuk dari residu anorganik yang
terkandung banyak senyawa polar. Sedangkan tersisa setelah bahan terbakar sempurna pada suhu
hasil rendemen terkecil terdapat pada pelarut etil 550°C dalam tungku pengabuan [25].
asetat. Hal ini dapat terjadi karena adanya gugus Hasil penelitian kadar abu dengan
metoksi yang akan membentuk ikatan hidrogen menggunakan metode AOAC menunjukkan bahwa
yang lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan kadar abu umbi bawang bombai sebesar 5,64%.
hidrogen pada etanol dan diklorometana [21]. Hasil ini tidak terlalu jauh dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ladeska [14],
Hasil Uji Kadar Air yang melaporkan bahwa kadar abu bawang bombai
Pada suatu bahan pangan, kadar air adalah sebesar 5,16%.
digunakan sebagai penentu kesegaran serta daya
simpan. Kadar air menyatakan banyaknya Hasil Uji Fitokimia
kandungan air pada bahan pangan tersebut yang Pengujian fitokimia merupakan analisis
dinyatakan dalam bentuk persen. Jika kadar air kualitatif yang dikerjakan sebagai langkah awal
tinggi perkembang biakan bakteri, kapang dan untuk mengidentifikasi golongan senyawa
khamir menjadi lebih cepat, sehingga dapat metabolit sekunder dalam sampel. Senyawa-
merusak bahan pangan. Pembusukan umbi pasca senyawa tersebut diidentifikasi menggunakan
panen dan perkembangan Asepergillus spp banyak pereaksi yang bisa menunjukkan ciri khas tiap
disebabkan oleh tingginya kadar air dalam umbi golongan senyawa metabolit sekunder [26].
[22]. Winarno [23] menyatakan bahwa, rendahnya Identifikasi kandungan metabolit sekunder umbi
kadar air dapat memperlambat perkembang biakan bawang bombai terdiri dari uji alkaloid, flavonoid,
mikro-organisme, sehingga pembusukan akan fenolik, saponin, tannin, kuinon, steroid dan
berlangsung lebih lambat. triterpenoid.
Dalam penelitian ini dilakukan uji pada Analisis fitokimia ekstrak umbi bawang
sampel umbi bawang bombai segar dan serbuk bombai dilakukan pada sampel dengan 3 jenis
dengan menggunakan alat moisture balance. Dari pelarut yang berbeda kepolarannya, yakni etanol
hasil penelitian didapatkan kadar air pada umbi 96%, etil asetat dan diklorometana. Hasil dari
bawang bombai segar sebesar 64,7% dan pada penelitian ini berupa data analisis kualitatif
serbuk sebesar 5,2%. Hal ini bersesuaian dengan senyawa metabolit sekunder umbi bawang bombai
penelitian dari Gouda [24] yang telah dilakukan yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Kandungan Metabolit Sekunder Umbi Bawang Bombai

38
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

Hasil Identifikasi Ekstrak Umbi Bawang


Bombai
Senyawa Standar Warna
Etanol Etil Diklorometan
96% Asetat a
Alkaloid
a. Meyer Endapan jingga - - -
b. Wagner Endapan coklat + - -
c. Dragendorf Endapan putih - - -
Flavonoid Larutan berwarna merah + - -
Saponin Terbentuk busa yang stabil + - -
Tannin Endapan kuning + - -
Fenolik Larutan berwarna merah, hijau,
+ - -
ungu biru atau hitam pekat
Kuinon Larutan berwarna kuning
+ - -
hingga merah
Steroid Larutan berwarna biru atau
- - +
hijau
Triterpenoid Larutan berwarna merah, ungu,
+ + -
jingga atau kuning

Keterangan: + terdeteksi, - tidak terdeteksi

Setiap jenis pelarut akan menarik senyawa Senyawa fenolik diketahui berpotensi sebagai
yang memiliki kesamaan sifat kepolaran dengan antioksidan karena memiliki gugus hidroksil.
pelarut tersebut. Berdasarkan hasil pengujian, pada Atom hidrogen dalam gugus hidroksil tersebut
ekstrak etanol umbi bawang bombai terkandung akan bereaksi dengan senyawa radikal untuk
senyawa flavonoid, saponin, tannin, fenolik, mengehentikan proses oksidasi dengan mekanisme
kuinon dan triterpenoid. Ekstrak etil asetat umbi transport elektron.
bawang bombai mengandung senyawa steroid Dari hasil uji fitokimia, memperlihatkan
sedangkan ekstrak diklorometana umbi bawang adanya senyawa fenol pada ekstrak etanol umbi
bombai mengandung senyawa triterpenoid. Hasil bawang bombai. Senyawa fenol memiliki ikatan
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh dengan gula yang membentuk glikosida sehingga
Ladeska [14], melaporkan bahwa pada ekstrak menyebabkan senyawa ini cenderung lebih mudah
etanol umbi bawang bombai mengandung senyawa terlarut dalam pelarut yang bersifat polar seperti
fenolik, flavonoid, triterpenoid dan saponin. etanol [27].
Dari hasil analisis kualitatif senyawa Uji kuantitatif penentuan kadar fenolik
metabolit sekunder yang diperoleh dapat dilakukan pada ekstrak etanol umbi bawang
digunakan sebagai dasar untuk analisis bombai (Alium cepa L.) berdasakan metode kerja
selanjutnya, yakni analisis kuantitatif kadar fenolik Wirasti [15], menggunakan metode Folin-
dan flavonoid serta aktivitas antioksidan umbi Ciocalteau dengan standar asam galat. Prinsip
bawang bombai. kerja metode Folin-Ciocalteau adalah tereduksinya
asam fosfomolibdat-fosfotungstat pada Folin-
Hasil Uji Kadar Fenolik Total Ciocalteau dalam suasana basa oleh ion fenolat
Kadar fenolik total ditentukan untuk menjadi senyawa molybdenum-tungsten berwarna
mengetahui kandungan total senyawa fenolik biru. Reaksi dari senyawa fenol dengan reagen
dalam umbi bawang bombai dan juga untuk Folin-Ciocalteau ditunjukkan pada Gambar 1.
melihat potensinya sebagai kandidat antioksidan.

39
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

Gambar 1. Reaksi Senyawa Fenol dengan Reagen Folin-Ciocalteau

Terbentuknya larutan berwarna biru gelombang optimum yang diperoleh yaitu 759 nm.
menandakan bahwa senyawa fenol telah bereaksi Data absorbansi larutan standar yang didapatkan
dengan larutan folin dan siap untuk diukur selanjutnya dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis. konsentrasi dengan absorbansi sehingga diperoleh
Penggunaan asam galat atau asam 3,4,5- persamaan garis linear yang nantinya digunakan
trihidroksibenzoat (C6H2(OH)3CO2H) sebagai untuk penentuan kadar fenolik total ekstrak etanol
standar karena asam galat merupakan senyawa umbi bawang bombai. Kurva kalibrasi asam galat
turunan dari asam benzoat yang tergolong dalam ditunjukkan pada Gambar 2.
asam fenolik sederhana [28]. Kemudian
penambahan larutan Na2CO3 disini berfungsi
sebagai pemberi suasana basa sehingga pada
senyawa fenolik akan terjadi disosiasi proton
menjadi ion fenolat dan bereaksi dengan reagen
Folin-Ciocalteau [29].
Langkah pertama yang dilakukan pada
penentuan kadar fenolik adalah menentukan
panjang gelombang optimum dari larutan standar
asam galat, kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran absorbansi larutan standar asam galat Gambar 2. Kurva Kalibrasi Asam Galat
pada beberapa variasi konsentrasi dengan panjang

Tabel 3. Hasil Penentuan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Umbi Bawang Bombai
Kadar Fenolik Rata-rata Kadar
Sampel Replikasi Absorbansi Total (mg Fenolik Total (mg
GAE/g ekstrak) GAE/g ekstrak)
Ekstrak etanol 1 0,489 18,139
umbi bawang 2 0,491 18,231 18,245
bombai 3 0,494 18,364

Pada penentuan kadar fenolik total nilainya 10 - 70 mg GAE/gram dan rendah jika
dilakukan dengan tiga replikasi guna keperluan nilainya <10 mg GAE/gram.
akurasi data (Tabel 3). Kadar fenolik total ekstrak Penelitian Ahmad [31], menyebutkan bahwa
etanol umbi bawang bombai yang diperoleh dari kandungan senyawa fenolik total memiliki
hasil penelitian adalah 18,245 mg GAE/gram kemampuan sebagai antioksidan yang dapat
ekstrak, yang menujukkan bahwa dalam setiap digunakan sebagai pencegah penyakit degeneratif.
gram ekstrak umbi bawang bombai terdapat Dari hasil pengujian kadar fenolik total yang
fenolik yang setara dengan 18,245 mg asam galat. diperoleh dapat digunakan sebagai pendukung
Kandungan fenolik total ekstrak etanol umbi dalam pemanfaatan umbi bawang bombai sebagai
bawang bombai yang diperoleh termasuk kedalam kandidat antioksidan.
kategori sedang. Hal ini sesuai dengan laporan
Safaa [30], yang mencatat bahwa kadar fenolik Hasil Uji Kadar Flavonoid Total
total termasuk kedalam klasifikasi tinggi jika Pengujian kadar flavonoid total secara
mempunyai nilai >70 mg GAE/gram, sedang jika kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kandungan

40
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

flavonoid total pada umbi bawang bombai dan sebagai standar [15]. Prinsip dasar dari metode ini
untuk melihat potensinya sebagai kandidat adalah pembentukan kompleks antara AlCl3
antioksidan. Sebagaimana yang telah diketahui dengan gugus keton pada atom C−4 dan gugus
bahwa senyawa flavonoid termasuk kedalam hidroksil pada atom C−3 atau C−5 bertetangga dari
golongan senyawa fenol yang memiliki potensi golongan flavon dan flavonol yang dapat dilihat
sebagai antioksidan dan memiliki sifat polar. pada Gambar 3. Menurut Pekal dan Pyzynska [32],
Suatu senyawa akan terlarut dalam pelarut kuersetin digunakan sebagai standar karena
yang memiliki kesamaan tingkat kepolaran. kuersetin merupakan senyawa yang memiliki
Senyawa flavonoid adalah senyawa polar yang tingkat efektivitas yang tinggi pada penangkapan
memiliki ikatan dengan gula dan membentuk radikal bebas (radikal hidroksil, superoksida dan
glikosida yang membuat senyawa flavonoid peroksil) selain itu, kuersetin mampu
mudah larut pada pelarut polar seperti etanol. menghentikan reaksi oksidasi dari terbentuknya
Penentuan kadar flavonoid total dilakukan pada radikal fenolik yang terstabilkan oleh efek
ekstrak etanol umbi bawang bombai menggunakan resonansi cincin aromatik.
metode kalorimetri dengan AlCl3 dan kuersetin

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Kompleks antara Flavonoid dan AlCl3

Penetapan kadar flavonoid total didasarkan


pada kurva kalibrasi dari larutan standar kursetin.
Pengukuran absorbansi larutan standar kuersetin
dilakukan pada beberapa variasi konsentrasi
dengan panjang gelombang optimum yang
diperoleh yaitu 435 nm. Kemudian nilai absorbansi
dari larutan standar yang diperoleh dibuat kurva
kalibrasi dengan menghubungkan konsentrasi
dengan absorbansi sehingga didapatkan persamaan
garis linear yang digunakan untuk menentukan
kadar flavonoid ekstrak etanol umbi bawang
bombai. Hasil penentuan kurva kalibrasi kuersetin Gambar 4. Kurva Kalibrasi Kuersetin
diperoleh data yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Tabel 4. Hasil Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Umbi Bawang Bombai
Kadar Flavonoid Rata-rata Kadar
Sampel Replikasi Absorbansi Total (mg QE/ g Flavonoid Total (mg
ekstrak) QE/ g ekstrak)
Ekstrak etanol 1 0,170 3,345
umbi bawang 2 0,173 3,404 3,381
bombai 3 0,172 3,392

Kadar flavonoid total ekstrak etanol umbi penelitian sebesar 3,381 mg QE/gram ekstrak
bawang bombai yang diperoleh dari hasil (Tabel 4). Hasil kadar flavonoid total yang

41
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

didapatkan sedikit lebih besar jika dibandingkan


dengan penelitian dari Ladeska [14] yang telah Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian tersebut Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan
kadar flavonoid total bawang bombai yang pada ekstrak etanol umbi bawang bombai dengan
diperoleh sebesar 1,48 ± 0,12 mg QE/gram ekstrak. penerapan metode penangkapan radikal bebas
Menurut Vlase [33], perbedaan umur bawang (DPPH) menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
dapat menentukan konsentrasi dari senyawa Prinsip dasar metode ini adalah penangkapan
flavonoid. Selain itu, tempat tumbuh serta keadaan radikal hidrogen dari sampel yang diujikan kepada
iklim juga dapat mempengaruhi hasil dari kadar radikal bebas DPPH, sehingga akan menjadi
flavonoid [34]. senyawa non radikal yang diketahui dari
Dari hasil kadar flavonoid total yang perubahan warnanya dari ungu pekat menjadi
diperoleh, dapat digunakan sebagai pendukung kuning [36].
tambahan dalam pemanfaatan umbi bawang Pada penelitian dilakukan dengan
bombai sebagai kandidat antioksidan. Senyawa menggunakan 5 variasi konsentrasi, yaitu 400, 500,
flavonoid memiliki banyak kegunaan jika 600, 700 dan 800 ppm. Dari tiap variasi
dimanfaatkan secara optimal. Senyawa flavonoid konsentrasi ditambahkan larutan DPPH, dan
dapat berpotensi sebagai antioksidan, antiradang, diinkubasi pada suhu 37°C ditempat gelap selama
antivirus, antikanker, antiinflamasi, pencegah 30 menit. Kemudian dilakukan pengukuran
pengeroposan tulang juga sebagai antibiotik [31] absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-
[35]. Vis pada panjang gelombang 515 nm.
Tabel 5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Bombai
Konsentrasi
Sampel Absorbansi % Inhibisi IC50 (μg/mL)
(ppm)
400 0,220 63,811
Ekstrak
500 0,195 67,845
etanol umbi
600 0,165 72,761 78,723
bawang
700 0,138 77,216
bombai
800 0,117 80,669

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, jika bawang bombai yang diperoleh yaitu sebesar
konsentrasi sampel yang digunakan semakin 65,3198 μg/mL. Dimana nilai tersebut juga
besar, maka nilai absorbansinya akan semakin tergolong dalam antioksidan yang kuat.
kecil dan berbanding terbalik dengan nilai persen Salah satu faktor pendukung dari aktivitas
inhibisi yang didapatkan semakin besar. Sesuai antioksidan adalah adanya kandungan senyawa
dengan pernyataan Damanis [37] yang fenolik serta flavonoid yang dapat meredam
menjelaskan bahwa presentase inhibisi akan radikal bebas. Seperti yang telah disampaikan
semakin besar seiring dengan bertambahnya oleh Nur [38], yang menyatakan bahwa adanya
konsentrasi sampel. Persen inhibisi menyatakan korelasi antara kandungan fenolik dan flavonoid
kemampuan dari suatu ekstrak dalam terhadap aktivitas antioksidan. Dimana
memperhambat aktivitas radikal yang kandungan senyawa fenolik dan flavonoid dalam
dihubungkan dengan konsentrasi ekstrak [5]. ekstrak akan berperan sebagai pendonor
Nilai IC50 dari ekstrak etanol umbi bawang hidrogen, agen pereduksi serta peredam oksigen
bombai yang didapatkan adalah sebesar 78,723 yang tidak berpasangan [29]. Namun, faktor lain
μg/mL yang ditunjukkan pada tabel 5. yang tidak kalah penting terhadap tingginya
Berdasarkan nilai IC50, ekstrak etanol umbi aktivitas antioksidan adalah dari senyawa
bawang bombai berpotensi sebagai sumber bioaktif lain yang ada pada sampel, seperti tannin
antioksidan yang termasuk dalam golongan dan kuinon yang juga memiliki potensi sebagai
antioksidan kuat karena nilai IC50 yang diperoleh antioksidan [39] yang belum diteliti kadarnya
berada diantara 50 hingga 100 ppm. Menurut pada penelitian ini. Maka dari itu perlu dilakukan
penelitian Ladeska [14] yang telah dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai
sebelumnya, melaporkan bahwa nilai IC50 umbi

42
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

pengaruh kadar kuinon dan tannin terhadap Food Research Journal, Volume 17, pp. 583-
aktivitas antioksidan bawang bombai. 589.
Tingginya aktivitas antioksidan pada umbi 5. Tukiran, Miranti, M. G., Dianawati, I. &
bawang bombai yang diperoleh dapat Sabila, F. I., 2020. Aktivitas Antioksidan
dipergunakan untuk mendukung pemanfaatan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.)
bawang bombai sebagai alternatif bahan pada dan Buah Bit (Beta vulgaris L.) sebagai Bahan
suplemen antioksidan alami. Mengonsumsi Tambahan Minuman Suplemen. Jurnal Kimia
antioksidan degan jumlah yang cukup memiliki Riset, 5(2), pp. 113-119.
banyak manfaat bagi tubuh. Menurut Indra [40], 6. Khlifi, S. et al., 2005. In Vitro Antioxidant
senyawa antioksidan berpotensi dalam Effect of Globularia alypum L.
mengurangi risiko berbagai penyakit akut dan Hydromethanolic Extract. Indian Journal of
kronis, seperti stroke, penyakit jantung dan Pharmacology, 37(4), pp. 227-231.
kanker dengan cara peredaman senyawa radikal 7. Fadiyah, A. F., Resi, M. W., Nurmei, R. &
bebas yang terlibat dalam patogenesis berbagai Siwi, P. M. W., 2018. Eksplorasi Potensi
penyakit. Ekstrak Cair Daun Kecombrang yang
Mengandung Antioksidan sebagai Penetralisir
KESIMPULAN Radikal Bebas dalam Darah Petugas SPBU.
Berdasarkan hasil penelitian pada bawang Jurnal Litbang Kota Pekalongan, Volume 15,
bombai yang diperoleh dari Pasar Wonokromo, pp. 8-16.
didapatkan kadar air pada sampel basah dan 8. Naution, A. S., Bambang, W. & Merryana, A.,
serbuk sebesar 64,7% dan 5,2%. Sedangkan 2016. Efek Preventif Pemberian Ekstrak Kulit
kadar abu diperoleh sebesar 5,64%. Uji fitokimia Buah Naga Berdaging Super Merah
menunjukkan bahwa ekstrak umbi bawang (Hylocereus Costaricensis) terhadap
bombai mengandung senyawa fenolik, flavonoid, Malondialdehid Tikus Wistar yang Dipapar
kuinon, saponin, tannin, steroid dan triterpenoid. Asap Rokok. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
Ekstrak etanol umbi bawang bombai berpotensi 29(1), pp. 21-24.
sebagai antioksidan alami dengan kandungan 9. Winarsi, 2007. Antioksidan Alami dan
fenolik serta flavonoid total sebesar 18,245 mg Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
GAE/g dan 3,381 mg QE/g dengan nilai IC50 10. Mulangsri, D. A. K., Aqnes, B. & Endah, N.
sebesar 78,723 μg/mL yang termasuk kedalam S., 2017. Aktivitas Antioksidan Fraksi
golongan antioksidan kuat. Sehingga dapat Dietileter Buah Mangga Arumanis
digunakan sebagai pendukung dalam (Mangifera indica L.) dengan Metode DPPH.
pemanfaatan bawang bombai untuk alternatif Jurnal Pharmascience. Jurnal Pharmascience,
bahan pada suplemen antioksidan alami. 4(1), pp. 85-93.
11. Lanzotti, v., 2006. The Analysis of Onion and
DAFTAR PUSTAKA Garlic. J Chromatogr, Volume 1112, pp. 3-22.
12. Kumar, K. S. et al., 2010. Allium cepa: A
1. Sari, A. N., 2017. Potensi Antioksidan Alami Traditional Medicinal Herb and Its Health
pada Ekstrak Daun Jamblang (Syzigium Benefits. J Chem Pharm Res, 2(1), pp. 83-91.
cumini (L.) Skeels). Eksakta, 18(2), pp. 107- 13. Lingga, L., 2010. Bawang Bombay. Cerdas
112. Memilih Sayuran. Jakarta: Agro Media
2. Vierkotter, A. & Krutman, J., 2012. Pustaka.
Environmental Influences on Skin Aging and 14. Ladeska, V., Rindita, Nur Amyra & Tamara,
Ethnic-Specific Manifestations. D. V., 2020. Analisa Fisikokimia dan
Dermatoendocrinol, 4(3), pp. 227-231. Aktivitas Antioksidan Umbu Bawang
3. Frijhoff, J. et al., 2015. Clinical Relevance of Bombay (Allium cepa L.). Jurnal Jamu
Biomarkers of Oxidative Stress. Antioxid Indnesia, 5(2), pp. 56-67.
Redox Signal, 23(14), pp. 1144-70. 15. Wirasti, 2019. Penetapan Kadar Fenolik
4. Palakawong, C., Pisuchpen, S., Sophanodora, Total, Flavonoid Total dan Uji Aktivitas
P. & Phongpaichit, S., 2010. Antioxidant and Antioksidan Ekstrak Daun Benalu Petai
Antimicrobial Activities of Crude Extracts (Scurrula atropurpurea Dans.) Beserta
from Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Penpisan Fitokimia. Journal of
Parts and Some Essentials Oils. International

43
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

Pharmaceutical and Medical Sciences, 4(1), 27. Hanani, E., 2017. Analisis Fitokimia. Jakarta:
pp. 1-5. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
16. Supriatna, D., Yeni, M., Iis Rostini & 28. Kupina, S., Fields C., Roman M. C. &
Mochamad, U. K. A., 2019. Aktivitas Brunelle S. L., 2018. Determination of Total
Antioksidan, Kadar Total Flavonoid dan Phenolic Content Using the Folin-C Assay. J
Fenol Ekstrak Metanol Kulit Batang AOAC, 101(5), pp. 66-72.
Mangrove Berdasarkan Stadia 29. Prayoga, D. G. E., Komang Ayu Nocianitri &
Pertumbuhannya. Jurnal Perikanan dan Ni Nyoman Puspawati, 2019. Identifikasi
Kelautan, 10(2), pp. 35-42. Senyawa Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan
17. Febriansyah, R., Andry Pratama & Jajang Ekstrak Kasar Daun Pepe (Gymnema
Gumilar, 2019. Pengaruh Konsentrasi NaOH reticulatum Br.) pada berbagai Jenis Pelarut.
terhadap Rendemen, Kadar Air dan Kadar Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 8(2), pp.
Abu Gelatin Ceker Itik (Anas Platyrhynchos 111-121.
Javanica). Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil 30. Safaa, Y. Q., Ahmed, N. A. & Mona, A. L.,
Ternak, 14(1), pp. 1-10. 2010. Screening of Antioxidant Activity and
18. Harborne, J. B., 1996. Metode Fitokimia Phenolic Content of Selected Food Items
Penuntun Cara Modern Menganalisis Cited in the Holly Quran. EJBS, 2(1), pp. 40-
Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi 51.
Bandung. 31. Ahmad, A. R., Juwita, Siti, A. D. R. & Abdul,
19. Agoes, G., 2007. Teknologi Bahan Alam. M., 2015. Penetapan Kadar Fenolik dan
Bandung: Institut Teknologi Bandung. Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan
20. Tensiska, Bambang, N., Endah Wulandari & Daun Patikala (Etlingera elatior
Yusni Ayu Laras Rartri, 2020. Aktivitas (Jack)R.M.SM). Pharm Sci Res, 2(1), pp. 1-
Antioksidan Ekstrak Dedak Hanjeli (Coix 15.
lachryma-Jobi L.) dengan beberapa Jenis 32. Pekal, A. & Pyrzynska, K., 2014. Evaluation
Pelarut. Jurnal Agro Industri, 10(1), pp. 1-11. of Aluminium Complexation Reaction for
21. Romadanu, Siti, H. R. & Shanti, D. L., 2014. Flavonoid Content Assay. Food Anal.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Methods, pp. 1776-1782.
Bunga Lotus (Nelumbo nucifera). Fishtech, 33. Vlase, L., Parvu, M., Parvu, E. A. & Toiu, A.,
3(1), pp. 1-7. 2013. Phytochemical Analysis of Allium
22. Dananta, I. J., 2014. Bulb Moisture, Ash and fitolusum L. and A. ursinum L.. Dig J
Dry Matter Contents of Onion Provenances in Nanometer Bios, Volume 8, pp. 457-467.
Northem Bauchi, Nigeria. Asian Journal of 34. Borges, L. et al., 2013. Environmental Factors
Applied Sciences, 2(3), pp. 386-374. Affecting The Concentration of Phenolic
23. Winarno, F. G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Compounds In Myrcia Tomentosa Leaves.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Brazilian Journal of Pharmacognosy, 23(2),
24. Gouda, G. P., Ramachandra CT, Udaykumar pp. 230-238.
Nidoni & Sharanagouda H., 2018. Studies on 35. Kurniasari, I., 2006. Metode Cepat Penentuan
Drying Characteristics of Onion (variety-Arka Flavonoid Total Meniran (Phyllantus niruri
kalyan) Slices Using Different Drying L) Berbasis Teknik Spektrofotometri
Methods. Journal of Pharmacognosy and Inframerah dan Kemometrik. Bogor: IPB.
Phytochemistry, 7(2), pp. 1013-1016. 36. Rahmawati, A. M. & LaOde , M. S., 2015.
25. Bhattacharjee, S. et al., 2013. Analysis of the Aanalisis Aktivitas Antioksidan Produk Sirup
Proximate Composition and Energy Values of Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Two Varieties of Onion (Allium cepa L.) dengan Metode DPPH. Jurnal Fitofarmaka
Bulbs of Different Origin: A Comparative Indonesia, 2(2), pp. 97-101.
Study. International Journal of Nutrition and 37. Damanis, F. V. M., Wewengkang, D. S. &
Food Sciences, 2(5), pp. 246-253. Antasionasti, I., 2020. Uji Aktivitas
26. Chezem, W. R. & Clay, N. K., 2016. Antioksidan Ekstrak Etanol Ascidian
Regulation of plant secondary metabolism and Herdmania Momus dengan Metode DPPH
associated specialized cell development by (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Pharmacon,
MYBs and bHLHs. Phytochemistry, Volume 9(3), pp. 464-469.
161, pp. 26-43.

44
UNESA Journal of Chemistry Vol. 11, No. 1, January 2022

38. Nur, S. et al., 2019. Korelasi antara Kadar


Total Flavonoid dan Fenolik dari Ekstrak dan
Fraksi Daun Jati Putih (Gmelina arborea
Roxb.) terhadap Aktivitas Antioksidan.
Jurnal Farmasi Galenika, 5(1), pp. 33-42.
39. Sulasiyah, Sarjono, P. R. & Aminin, L. N. A.,
2018. Antioxidant from Turmeric
Fermentation Products (Curcuma longa) by
Aspergillus Oryzae. Jurnak Kimia Sains dan
Aplikasi, 21(1), pp. 13-18.
40. Indra, N. N. & Meti Kusmiati, 2019. Fenolik
Total, Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Mareme
(Glochidion arborescens Blume). Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 6(3), pp. 206-212.

45

Anda mungkin juga menyukai