Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PANGAN FUNGSIONAL DAN FITOKIMIA PANGAN

ANALISA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Heptania Lirin Rahasti


05031281924097

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih,
sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih, maka tubuh membutuhkan
antioksidan yang berasal dari luar tubuh. Radikal bebas dapat bereaksi dengan
molekul yang merupakan komponen sel tubuh dengan cara mengikat elektron
molekul. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lemak
bahkan DNA sel dan menginisiasi timbulnya penyakit degenartif. Antioksidan
merupakan senyawa yang dapat menghambat dan mencegah terjadinya proses
oksidasi. Cara kerjanya yaitu menghentikan reaksi radikal bebas dari metabolisme
di dalam tubuh ataupun dari lingkungan. Antioksidan berasal dari sintetik dan alam,
di Indonesia yang memiliki iklim tropis terdapat berbagai macam tumbuhan salah
satunya tanaman durian. Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat atau
menunda reaksi oksidasi molekul dengan cara menghambat proses inisiasi atau
propagasi reaksi oksidasi berantai. Struktur kimiawi antioksidan, sumber radikal
bebas, dan sifat fisiko-kimia sediaan sampel yang berbeda dapat memberikan hasil
uji aktivitas antioksidan yang beragam. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
analisa aktivitas antioksidan yang selektif untuk suatu jenis sampel tertentu
(Maesaroh, Kurnia, & Al Anshori, 2018). Antioksidan dapat mencegah terjadinya
berbagai penyakit degenaratif dan penyakit lainnya (Puspitasari & Sumantri, 2019).
Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari
antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Antioksidan alami mampu melindungi tubuh
terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen reaktif, mampu menghambat
terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksida lipid pada
makanan.

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menganalisa aktifitas antioksidan
menggunakan metode DPPH.

1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menghambat proses oksidasi, sehingga
dapat melindungi sel dari bahaya radikal bebas yang golongan senyawa turunan
fenol seperti flavonoid (kuersetin), turunan senyawa asam hidroksamat, kumarin,
vitamin (tokoferol), asam organik (asam galat) dan vitamin C. Sistem kerja
antioksidan secara umum dibagi menjadi dua, yaitu enzimatik: Superoxide
dismutase (SOD), Katalase (CAT), Peroksidase (POX), Asam askorbat peroksidase
(APX), glutation reduktase (GR) dan polifenol oksidase (PPO) dan non-enzimatik;
contohnya asam askorbat (vitamin C), senyawa fenolik, karotin dan tokoferol.
Senyawa fenolik yang sangat aktif sebagai antioksidan alam dan paling banyak
ditemukan dalam tanaman diantaranya adalah asam galat dan kuersetin (Maesaroh).
Pengujian aktivitas antioksidan non enzimatis pada tanaman dan bahan pangan
umumnya dapat menggunakan metode yang berbasis air 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
(DPPH) (reaksi dengan radikal bebas), Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)
(reaksi reduksi-oksidasi), Ferrous Ion Chelating (FIC) (reaksi kelat atau melalui
pembentukan komplek), dan yang berbasis lemak misalnya dengan Thiobarbituric
acid (TBA). Banyaknya metode uji aktivitas antioksidan tersebut dapat
memberikan hasil uji yang beragam. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya pengaruh
dari struktur kimiawi antioksidan, sumber radikal bebas, dan sifat fisiko-kimia
sediaan sampel yang berbeda. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemilihan metode
analisa aktivitas antioksidan yang tepat dan selektif untuk suatu jenis sampel
tertentu (Maesaroh, Kurnia, & Al Anshori, 2018). Senyawa antioksidan banyak
ditemukan pada tumbuhan, baik pada bunga, daun maupun buah. Tumbuhan yang
mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, dan terpenoid
merupakan bahan baku yang potensial yang dapat digunakan sebagai antioksidan
alami. Sumber antioksidan bisa diperoleh dari alam, beberapa tumbuhan yang
diketahui mampu memberikan efek antioksidan yaitu kunyit, jahe, pala, paprika,
bawang putih, bawang merah, jeruk dan banyak lagi (Prasetyo, Kharomah, &
Rahayu, 2021).

2 Universitas Sriwijaya
3

2.2. Radikal Bebas


Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak
berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini
cenderung mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan
dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus. Tubuh
manusia memiliki sistem pertahanan endogen terhadap serangan radikal bebas
terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan peradangan. Jumlah
radikal bebas dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan faktor stress, radiasi,
asap rokok dan polusi lingkungan menyebabkan sistem pertahanan tubuh yang ada
tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang
dapat melindungi dari serangan radikal bebas. catechin, dan isoflavone
(Wahdaningsih, Setyowati, & Wahyuono, 2012). Fakta-fakta telah menunjukkan
bahwa kecenderungan keberadaan senyawa-senyawa radikal bebas dalam tubuh
semakin meluas. Radikal bebas adalah molekul yang sangat rekatif karena memiliki
elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya. Kerja radikal bebas dapat
dihambat oleh antioksidan yakni zat yang dapat memperlambat dan mencegah
terjadinya oksidasi molekul (Anzalia & Hamtini, 2017).

2.3. Sari Buah Jeruk


Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak
dikembangkan di Indonesia. Jenis jeruk yang cukup banyak dikembangkan oleh
petani adalah jeruk siam, jeruk keprok, pamelo dan jeruk manis. Oleh karenanya,
penggunaan zat pewarna makanan alami khususnya untuk makanan, sangat perlu
dianjurkan karena lebih aman dari segi kesehatan. Selain warna dan penampilan
produk sari buah yang menjadi lebih menarik dengan penambahan pewarna, tren
yang berkembang sekarang di industri pangan adalah munculnya produk sari buah
dengan penambahan bulir (pulp). Penambahan bulir pada sari buah selain
meningkatkan penampilan produk sari buah juga meningkatkan fungsional sari
buah. Bulir buah jeruk manis dapat meningkatkan status antioksidan dan menekan
peroksidasi lemak pada tikus jantan yang diperlakukan orsidektomi. Orsidektomi
dapat menyebabkan stres oksidatif yakni kondisi jumlah radikal bebas di tubuh
melebihi kapasitas untuk menetralkannya (Maesaroh, Kurnia, & Al Anshori, 2018).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2021 pukul
15.30 – 16. 30 WIB di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
1).Beaker gelas, 2).Penangas air, 3).Penjepit tabung reaksi, 4).Pipet tetes, 5).Pipet
ukur, 6).Rak tabung reaksi, 7).Spektrofotometer, 8).Tabung reaksi, 9).Vortex.
Bahan yang digunakan pada praktikum aktifitas antioksidan adalah :
1).Aquadest, 2).DPPH, 3) Jus berbagai merek 4).Metanol

3.3. Cara Kerja


Cara kerja dari praktikum kali ini adalah:
1. Jeruk manis diperas sarinya dan dimasukkan ke dalam gelas beaker.
2. Sampel jeruk manis sebanyak 2 ml dilarutkan dengan 8 ml metanol dalam
tabung reaksi hingga total larutan sebanyak 10 ml.
3. Sampel jeruk kemasan pulpy orange sebanyak 2 ml dilarutkan dengan 8 ml
metanol dalam tabung reaksi hingga total larutan sebanyak 10 ml.
4. Campuran dihomogenkan dengan vortex, kemudian ditutup dengan alumunium
foil agar pelarut tidak menguap.
5. Larutan dibuat 4 seri pengenceran.
6. Seri pengenceran 0x dibuat dari 5 ml sampel (tanpa pengenceran).
7. Seri pengenceran 5x dibuat dari 0,1 ml sampel ditambah 4,9 metanol dan
dihomogenkan dengan vortex.
8. Seri pengenceran 10x dibuat dari 0,5 ml sampel ditambah 4,5 ml metanol dan
dihomogenkan dengan vortex.
9. Seri pengenceran 15x dibuat dari 1 ml sampel ditambah 4 ml metanol dan
dihomogenkan dengan vortex.
10. Larutan DPPH dibuat dari 0,0038 mg serbuk DPPH dilarutkan dalam 50 ml

4 Universitas Sriwijaya
5

11. metanol dan dihomogenkan dengan vortex.


12. Sampel diletakkan di tempat gelap dan ditambahkan 2 ml larutan DPPH ke
dalam masing-masing sampel.
13. Larutan dihomogenkan dengan vortex dan didiamkan selama 30 menit.
14. Larutan DPPH dimasukkan ke dalam cuvet lalu diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer (panjang gelombang 517 nm). Dicatat sebagai blanko (A0).
15. Larutan yang telah didiamkan di ruang gelap selama 30 menit, dimasukkan ke
dalam cuvet dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer (panjang
gelombang 517 nm). Dicatat sebagai sampel (A1).
16. Nilai absorbansi antioksidan dihitung dengan menggunakan rumus
17. Perhitungan dilanjutkan ke IC50 dengan menggunakan regresi

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pada kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Aktivitas Antioksidan
Kapasitas
No Sampel Konsentrasi A0 A1 Antioksidan 𝑰𝑪𝟓𝟎
(%)
1 4000 ppm 1,556 0,452 70,95
2 Jeruk 20000 ppm 1,556 0,438 71,85 x = -3,08875 x
3 manis 40000 ppm 1,556 0,190 87,78 105
4 200000 ppm 1,556 0,174 88,82
5 Jeruk 4000 ppm 1,556 0,163 89,52
6 kemasan 20000 ppm 1,556 0,156 89,97 x = -1,98925 x
7 pulpy 40000 ppm 1,556 0,135 91,32 106
8 orange 200000 ppm 1,556 0,095 93,89

6 Universitas Sriwijaya
7

4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai analisa aktivitas antioksidan yang
terdapat pada buah jeruk. Sampel yg digunakan pada praktikum kali ini, yaitu
sampel buah jeruk manis dan jeruk kemasan pulpy orange. Alasan mengapa dipilih
sampel tersebut dalam praktikum kali ini. Dikarenakan, pada buah jeruk,
mengandung vitamin C, dan juga terdapat kandungan antioksidan dalam sampel
jeruk, serta terdapat senyawa flavonoid, yang dimana terjadi aktivitas antioksidan
semakin mudah dalam proses Analisa nantinya (Puspitasari & Sumantri, 2019).
Adanya elektron tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif
mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron yang berada di
sekitarnya sehingga dapat memicu timbulnya penyakit. Analisa aktivitas
antioksidan dalam praktikum ini, dengan menggunakan metode DPPPH. Dilakukan
dengan mereaksi kan larutan sampel dengan metode DPPH. DPPH merupakan
senyawa radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi
dari elektron bebas pada seluruh molekul. Metode ini tidak memerlukan substrat
sehingga lebih sederhana dengan waktu analisis yang lebih cepat (Anzalia &
Hamtini, 2017).
Analisa aktivitas antioksidan dilakukan dengan menambahkan radikal bebas
dalam bentuk 1,1-difenil-2-pikrihidrazil. Hal itu yang menyebabkan, radikal bebas
memiliki senyawa aktif yang lain, dari pasangan tersebut, dan dia bisa menyerang
ke yang lain. Metode DPPH merupakan metode in vitro yang sering dipilih sebagai
metode pengujian aktivitas antioksidan karena sederhana, mudah, cepat, peka dan
memerlukan sedikit sampel. Metode ini hanya membutuhkan senyawa DPPH yang
bersifat stabil dan senyawa pembandingan seperti vitamin A, vitamin C dan vitamin
E. Selain itu, metode ini tidak memerlukan substrat karena radikal bebas sudah
tersedia secara langsung untuk menggati substrat (Prasetyo, Kharomah, & Rahayu,
2021). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan
suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517
nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron
menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Lung & Destiani, 2017). Jika pada
sampel yang tidak berpasangan, nantinya akan dilengkapi oleh yang punya

Universitas Sriwijaya
8

antioksidan. Itulah mengapa yang sampel menggunakan jeruk manis, dikarenakan


sampel tersebut memiliki antioksidan, yang nantinya akan mendonorkan ke DPPH,
dan akan membuatnya stabil. Terdapat tandanya jika menjadi stabil, yaitu hasilnya
akan berubah warna. Sampel dengan seri pengenceran yang lebih rendah atau yang
dimaksud tanpa DPPH, nantinya akan menunjukkan hasil yang berwarna kuning.
Adapun hasil akhir dari warna sampelnya kuning, itu menunjukkan bahwa
kandungan antioksidan nya tinggi. Terdapat alasan mengapa menggunakan
senyawa methanol, yaitu dikarenakan pada DPPH dapat atau mudah larut, tanpa
menyebabkan reaksi samping, dan juga tanpa memberikan perubahan warna. Setiap
sampel yang akan digunakan juga dilakukan pengenceran dengan menggunakan
metanol, dimana sampel larutan dibuat menjadi empat seri pengenceran dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Sampel yang telah diencerkan kemudian
ditambahkan dengan larutan DPPH lalu di diamkan di dalam ruangan gelap.
Digunakannya ruangan gelap, yaitu dikarenakan dari sampel yang digunakan,
memiliki sifat yang labil pada panas dan juga dari cahaya. DPPH bersifat labil juga
sinar matahari dan cahaya yang ada. Minuman senyawa radikal. Apabila terkena
cahaya. Itu lah kenapa, harus dilakukan diruang gelap. Selain cahaya, terdapat juga
factor yang lain, bisa dari penyimpanan, semakin banyak kandungan metabolisme
sekunder pada sampel juga mempengaruhi dalam hal aktivitas antioksidan pada
sampel yang digunakan (Makasari , Hidayat, & Ivanti, 2015).
Seri pengenceran yang dilakukan pada sampel dalam praktikum analisa
aktivitas antioksidan kali ini, yaitu sebanyak 5x, 10x, dan 15x. Suatu senyawa dapat
dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat, jika hasil yang didapatkan itu
bernilai pada IC50 senyawa tersebut, dan bernilai dibawah 50. Adapun panjang
gelombang yang digunakan pada analisa antioksidan, yaitu sebesar 517 nm
nilainya. Sedangkan jika,hasil yang ditunjukkan semakin rendah nilai IC50 maka
efek pada daya hambat ekstrak terhadap radikal bebas semakin tinggi. Aktivitas
antioksidan digolongkan sangat aktif jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm,
digolongkan aktif apabila nilai IC50 50-100 ppm, digolongkan sedang apabila dari
range nilai IC50 101- 250 ppm, dan digolongkan lemah apabila nilai IC50 250-500
ppm, serta digolongkan tidak aktif bila nilai IC50 lebih besar dari 500 ppm (Anzalia
& Hamtini, 2017).

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1. Panjang gelombang yang digunakan dalam Analisa antioksidan, yaitu sebesar
517 nm.
2. Suatu senyawa dapat dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat, jika nilai
pada IC50 senyawa tersebut, bernilai dibawah 50.
3. Seri pengenceran yang dilakukan pada sampel dalam praktikum Analisa
aktivitas antioksidan, yaitu sebanyak 5x, 10x, dan 15x.
4. Sampel dengan seri pengenceran yang lebih rendah atau yang dimaksud tanpa
DPPH, nantinya akan menunjukkan hasil yang berwarna kuning.
5. Adapun hasil akhir dari warna sampelnya kuning, itu menunjukkan bahwa
kandungan antioksidan nya tinggi.
6. Digunakannya ruangan gelap, yaitu dikarenakan dari sampel yang digunakan,
memiliki sifat yang labil pada panas dan juga dari cahaya.
7. Aktivitas antioksidan digolongkan sangat aktif jika nilai IC50 kurang dari 50
ppm, digolongkan aktif bila nilai IC50 50-100 ppm, digolongkan sedang bila
nilai IC50 101- 250 ppm, dan digolongkan lemah bila nilai IC50 250-500 ppm,
serta digolongkan tidak aktif bila nilai IC50 lebih besar dari 500 ppm.
8. Terdapat alasan mengapa menggunakan senyawa methanol, yaitu dikarenakan
pada DPPH dapat atau mudah larut, tanpa menyebabkan reaksi samping, dan
juga tanpa memberikan perubahan warna.

9 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Anzalia, S., & Hamtini. (2017). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol dari Daun
Alocasia Macrorrhizos Dengan Metode DPPH. Jurnal Medikes, 4(1), 101-107.

Lung, J. S., & Destiani, D. P. (2017). Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin A, C, E dengan
metode DPPH. Jurnal Farmaka, 15(1), 53-63.

Maesaroh, K., Kurnia, D., & Al Anshori, J. (2018). Perbandingan Metode Uji Aktivitas
Antioksidan DPPH, FRAP dan FIC Terhadap Asam Askorbat, Asam Galat dan
Kuersetin. Jurnal Chimica et Natura Acta, 6(2), 93-100.

Makasari , W., Hidayat, T., & Ivanti, L. (2015). Mutu Organoleptik dan Nilai Tambah Sari
Buah Jeruk Rimau Gerga Lebong (Citrus nobilis SP.) Dengan Ekstraksi dan
Penambahan Pewarna. Jurnal Agroindustri, 5(2), 75 – 84.

Prasetyo, E., Kharomah, N. Z., & Rahayu, T. P. (2021). Uji Aktivitas Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) Terhadap Ekstrak
Etanol Kulit Buah Durian (Durio zibethinnus L.) dari Desa Alasmalang Kabupaten
Banyumas. Jurnal Pharmascience, 8(1), 75-82.

Puspitasari, A. D., & Sumantri. (2019). Aktivitas Antioksidan Perasan Jeruk Manis (Citrus
sinensis) dan Jeruk Purut (Citrus hystrix) Menggunakan Metode ABTS. Jurnal
Majalah Farmasi dan Farmakologi, 23(2), 48-51.

Wahdaningsih, S., Setyowati, E. P., & Wahyuono, S. (2012). Aktivitas Penangkap Radikal
Bebas dari Batang Pakis (Alsophila glauca J. Sm). Jurnal Majalah Obat
Tradisional, 16(3), 156 – 160.

10 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GRAFIK

Grafik 1. Kapasitas Antioksidan Jeruk Manis

Kapasitas Antioksidan Jeruk Manis


100
90
80
y = 8E-05x + 74,709
70 R² = 0,5207
60
50
40
30
20
10
0
4000 54000 104000 154000 204000 254000

Grafik 2. Kapasitas Antioksidan Jeruk Kemasan (Pulpy Orange)

Kapasitas Antioksidan Jeruk Kemasan


94,5
94
93,5
93
y = 2E-05x + 89,785
92,5
R² = 0,9423
92
91,5
91
90,5
90
89,5
89
4000 54000 104000 154000 204000 254000

11 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A1 (Jeruk Manis 4000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A1)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,452
= 𝑥 100%
1,556
1,104
= 1,556 𝑥 100%

= 0,7095 x 100%
= 70,95%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A2 (Jeruk Manis 20000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A2)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,438
= 𝑥 100%
1,556
1,118
= 1,556 𝑥 100%

= 0,7185 x 100%
= 71,85%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A3 (Jeruk Manis 40000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A3)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,190
= 𝑥 100%
1,556
1,336
= 1,556 𝑥 100%

= 0,8778 x 100%
= 87,78%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A4 (Jeruk Manis 2000000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A4)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,174
= 1,556
𝑥 100%
1,382
= 1,556 𝑥 100%

12 Universitas Sriwijaya
13

= 0,8882 x 100%
= 88,82%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A5 (Jeruk Kemasan 4000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A5)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,163
= 𝑥 100%
1,556
1,393
= 1,556 𝑥 100%

= 0,8952 x 100%
= 89,52%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A6 (Jeruk Kemasan 20000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A6)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,156
= 𝑥 100%
1,556
1,4
= 1,556 𝑥 100%

= 0,8997 x 100%
= 89,97%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A7 (Jeruk Kemasan 40000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A7)
= Absorbansi blanko (A0)
𝑥 100%
1,556 − 0,135
= 𝑥 100%
1,556
1,421
= 1,556 𝑥 100%

= 0,9132 x 100%
= 91,32%

Mencari Kapasitas Antioksidan Sampel A8 (Jeruk Kemasan 2000000 ppm)


Absorbansi blanko (A0)−Absorbansi sampel (A8)
= 𝑥 100%
Absorbansi blanko (A0)
1,556 − 0,095
= 𝑥 100%
1,556
1,461
= 1,556 𝑥 100%

Universitas Sriwijaya
14

= 0,9389 x 100%
= 93,89%

Nilai IC50 Jeruk Manis


y = ax + b
y = 8E-05x + 74,71
50 = 8 X 10-5 x + 74,71
50 − 74,71
x= 8 𝑥 10−5

x = -3,08875 x 105

Nilai IC50 Jeruk Kemasan


y = ax + b
y = 2E-05x + 89,785
50 = 2 X 10-5 x + 89,785
x = -1,98925 x 106

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai