Anda di halaman 1dari 6

JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-107

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH TAMPOI (Baccaurea macrocarpa)


TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

Renos Yunus 1*, Andi Hairil Alimuddin 1, Puji Ardiningsih1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124
*email: renos.yunus08@gmail.com

Abstrak

Buah tampoi (B. macrocarpa) merupakan tumbuhan yang tumbuh di Kalimantan Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan golongan senyawa metabolit sekunder kulit buah tampoi
dan menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan Metode sumur. Hasil
analisis fitokimia kulit buah tampoi pada Ekstrak metanol kulit buah tampoi positif mengandung golongan
senyawa alkaloid, polifenol, dan flavonoid, fraksi n-heksan mengandung golongan senyawa alkaloid dan
fraksi etil asetat menunjukan golongan senyawa alkaloid dan polifenol sedangkan fraksi metanol positif
mengandung golongan senyawa alkaloid, polifenol dan flavonoid. Diameter zona hambat ekstrak
metanol kulit buah tampoi tarhadap bakteri S. aureus pada konsentrasi 5%, 10%, dan 20% berturut-turut
sebesar 0, 0,433, dan 6,40 mm, fraksi n-heksan sebesar 3,55, 6,55 dan 8,77 mm, fraksi etil asetat
sebesar 16,55, 19,05 dan 22,01 mm, dan pada fraksi metanol sebesar 6,92, 9,78 dan 12,32 mm,
sedangkan ekstrak metanol pada bakteri E. coli pada konsentrasi 5%, 10%, dan 20% sebesar 5,01,
7,82, dan 9,21 mm, fraksi n-heksan sebesar 8,22, 11,36 dan 13,66 mm, fraksi etil asetat sebesar 15,41,
20,25 dan 23,92 mm, dan pada fraksi metanol sebesar 9,78, 13,43 dan 15,02 mm. Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kulit buah tampoi positif mengandung golongan senyawa alkaloid, polifenol
dan flavonoid, uji aktivitas antibakteri kulit buah tampoi fraksi etil asetat memiliki daya hambat antibakteri
paling tinggi terhadap pertumbuhan S. aureus dan E. coli.

Kata Kunci : tampoi, baccaurea macrocarpa, fitokimia, aktivitas antibakteri.

PENDAHULUAN

Kalimantan Barat memiliki berbagai sumber menarik adalah ekstrak dari daun Baccaurea
keanekaragaman hayati yang tinggi, salah ramiflora sebagai zat hipoglikemik, hipolipidemik
satunya adalah tumbuhan tampui atau tampoi. dan antioksidan (Ullah et al, 2012). Selain itu,
Tumbuhan tampoi (Baccaurea macrocarpa) fraksi n-heksana, kloroform, dan karbon
termasuk dalam genus Baccaurea sehingga tetraklorida dari ekstrak etanol daun dan kulit
masih sekerabat dengan menteng dan rambai. batang B. ramiflora menunjukkan aktivitas
Buah tampoi memiliki rasa manis dan asam, sitotoksik menggunakan metode Brine Shrimp
namun berukuran lebih besar dan berkulit lebih Lethality Bioassay (Howlader et al.,2012).
tebal dibandingkan buah rambai (Tirana et al,, Sisillia (2012) melaporkan potensi ekstrak kulit
2013). batang buah rambai (Baccaurea motleyana)
Pemanfaatan buah tampoi (B. macrocarpa) yang telah diuji secara in vitro terhadap bakteri
oleh Suku Dayak Kalimantan Barat masih Staphylococcus aureus, Staphylococcus
terbatas pada konsumsi dan bahan untuk epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa
pembuatan minuman tuak. Penelitian yang telah menunjukkan zona hambat masing-masing
dilakukan oleh (Tirtana, dkk, 2013) terhadap sebesar adalah 8.67, 4.10, dan 8.23 mm pada
daging buah tampoi menunjukkan aktivitas konsentrasi 50 mg/mL secara berturut-turut.
antioksidan dengan nilai EC50 33,11 µg/ml. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk
Informasi tentang pemanfaatan buah tampoi mengkaji aktivitas antibakteri dari buah tampoi
dalam bidang kesehatan baru sebatas aktivitas (B.macrocarpa) yang berpotensi untuk
antioksidan. Padahal aktivitas biologi tanaman dikembangkan sebagai bahan obat alami,
tampoi berpeluang untuk dieksploitasi karena khususnya sebagai antibakteri.
penelitian yang telah dilakukan terhadap Pada penelitian ini, ekstrak bagian kulit buah
tanaman dari genus Baccaurea menunjukkan tampoi diperoleh melalui proses ekstraksi
beberapa aktivitas biologi. dengan metode maserasi menggunakan
Tanaman dari genus Baccaurea yang telah metanol yang selanjutnya ekstrak kasar metanol
diteliti dan memiliki aktivitas farmakologi yang dipartisi dengan n-heksana, dan etil asetat.

19
JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-1077

Setiap fraksi yang diperoleh dilakukan uji warna ekstrak menjadi coklat pada bagian yang
fitokimia untuk menentukan pola penyebaran ditetesi preaksi Dragendroff (Marliana et al.,
kandungan golongan senyawanya dan 2005).
penentuan aktivitas antibakteri terhadap bakteri b. Uji polifenol
E. coli dan S. aureus dengan metode difusi Uji polifenol dilakukan dengan cara sampel
agar. diteteskan pada bagian plat tetes dan ditetesi
dengan larutan FeCl3. Folifenol positif apabila
METODOLOGI PENELITIAN timbul warna biru sampai hitam (Fransworth dan
Cordell, 1976)
Bahan dan Alat c. Uji Steroid
a. Sampel Penelitian Uji steroid dilakukan dengan cara sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini diteteskan pada bagian plat tetes dan ditetesi
adalah kulit buah tampoi (B. macrocarpa) yang dengan pereaksi Liebermann-Bucchard, lalu
berasal dari daerah Sekendal Kecamatan Air dibiarkan selama 5 menit. Steroid positif apabila
Besar, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan terbentuk cincin kehijauan pada larutan
Barat. (Marliana et al., 2005).
b. Peralatan d. Uji Flavonoid
Alat-alat yang digunakan antara lain: Uji flavonoid dilakukan dengan cara sampel
autoklaf, aluminium foil, petri dish, corong, diteteskan pada bagian plat tetes dan ditetesi
jangka sorong, mikropipet, seperangkat alat dengan larutan NaOH, H2SO4 pekat dan Mg-
gelas dan seperangkat alat rotary evaporator. HCl. Perubahan warna yang terjadi yaitu warna
c. Bahan jingga sampai merah.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain:
akuades, asam sulfat, bakteri E.colli, S.aureus, Persiapan Bakteri Uji dan Media Agar
etil asetat, kloromfenikol, metanol, natrium agar a. Penyiapan Media Agar
(NA), nutrien borth (NB), n-heksan, natrium Media Agar yang digunakan pada penelitian
klorida, pereaksi Wagner dan Dragendroff, ini adalah nutrien agar. Sebanyak 20g NA
pereaksi Liebermann-Bucchard dan kulit buah dilarutkan dalam air suling sebanyak 1L,
tampoi. kemudian dipanaskan di atas penangas air
hingga semuanya menjadi larut dan disterilkan
Metode Penelitian dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu
a. Sterilisasi Alat 1210C sehingga didapat NA yang steril
Alat-alat yang digunakan disterilisasi dalam (Sulistiyaningsih,dkk, 2009).
autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 2 b. Persiapan Bakteri Uji
atm selama 15 menit (Waluyo, 2007). Inokulum bakteri dibuat dengan cara
b. Ekstraksi (Tirtana et al. 2013) membiakan bakteri dalam media NA dan
Kulit buah tampoi sebanyak 3 kg dilakukan diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24
maserasi dengan pelarut metanol pada suhu jam.Biakan disuspensikan dalam larutan NB
ruang. Proses maserasi dilakukan sampai steril sehingga didapat suspensi bakteri E.coli
larutan jernih dan diuapkan dengan rotary dan bakteri S. aureus (Sulistiyaningsih,dkk,
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental 2009)
metanol kulit buah tampoi.
c. Partisi (Tirtana et al. 2013) Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak kulit Buah
Ekstrak kental metanol kulit buah tampo Tampoi
dipartisi menggunakan pelarut n-heksan, dan Pengujian daya hambat ekstrak metanol kulit
etil asetat selanjutnya dievaporasi sehingga buah tampoi terhadap pertumbuhan bakteri
diperoleh fraksi kering metanol, n-heksana, dan E.coli dan S.aureus dilakukan dengan metode
etil asetat. difusi sumur. Sebanyak 20 ml nutrien agar
dicairkan dan dibiarkan mencapai suhu kurang
Uji Fitokimia lebih 450C, kemudian dituangkan ke dalam
a. Uji alkaloid cawan petri dish steril yang sudah berisi
Uji alkaloid dilakukan dengan cara sampel suspensi bakteri. Campuran kemudian diputar
diteteskan pada bagian plat tetes dan ditetesi hingga homogen dan dibiarkan selama
dengan pereaksi Wagner dan Dragendroff lalu beberapa menit sehingga menjadi padat.
dibiarkan selama 10 menit. Alkaloid dinyatakan Selanjutnya, dibuat tiga sumur pada media agar
positif apabila pada ekstrak yang ditetesi dalam cawan petri dish. Variasi konsentrasi
pereaksi berwarna coklat serta ada perubahan ekstrak sampel yang digunakan adalah 5, 10

20
JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-1077

dan 20%. Ekstrak metanol kulit buah tampoi mengurangi resiko rusaknya senyawa yang
dilarutkan dengan menggunakan pelarut Dimetil tidak tahan terhadap panas. Proses maserasi
Sulfoxid, kemudian diteteskan sebanyak 20µl menyebabkan pelarut masuk ke dalam sel
pada mansing-mansing sumur dan dimasukan melewati dinding sel dimana senyawa-senyawa
ke dalam inkubator pada suhu 370C selama 18- kimia akan ikut larut, karena adanya perbedaan
24 jam. Diameter hambat ditandai dengan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar
adanya zona bening, kemudian diukur diameter sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
hambatnya dengan menggunakan jangka keluar dan diganti oleh pelarut dengan
sorong (Sulistiyaningsih,dkk, 2009). konsentrasi rendah. Proses tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
HASIL DAN PEMBAHASAN larutan didalam sel dan diluar sel. Selama
proses maserasi, dilakukan penggantian pelarut
Preparasi Sampel Kulit Buah Tampoi setiap hari sehingga kandungan senyawa
(Baccaurea macrocarpa) metabolit sekunder pada sel kulit buah tampoi
Sampel yang digunakan adalah kulit buah dapat terekstrak secara keseluruhan sampai
tampoi (B. macrocarpa), yang berasal dari Desa warna ekstrak mulai memudar dan diperoleh
Sekendal, Kecamatan Air Besar, Kabupaten ekstrak metanol yang maksimal.
Landak, Kalimantan Barat. Preparasi sampel Ekstrak metanol kulit buah tampoi yang
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: diperoleh selanjutnya dievaporasi, sehingga
pengumpulan, pengeringan, dan penghalusan. diperoleh ekstrak kental metanol yaitu sebanyak
Sampel kulit buah tampoi (B. macrocarpa) 110 gram yang berwarna cokelat kemerahan.
dibersihkan terlebih dalulu sebelum dikeringkan Evaporasi merupakan suatu proses pemisahan
pada suhu ruang. Pengeringan bertujuan untuk suatu sampel dengan pelarut.
mengurangi kandungan air dalam sampel.
Kandungan air dalam sampel dapat Tahap Partisi
memudahkan tumbuhnya mikroorganisme Ekstrak kental metanol kulit buah tampoi
selain itu air didalam sampel akan sulit untuk yang diperoleh sebanyak 110 gram masih
dipisahkan pada proses evaporasi, karena air mengandung senyawa kimia yang kompleks
memiliki titik didih yang tinggi dibandingkan titik seingga perlu dilakukan pemisahan yang lebih
didih pelarut organik yang digunakan. lanjut dengan cara partisi menggunakan
Sampel yang telah kering kemudian berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang
dipotong-potong dan dihaluskan. Tujuan berbeda. Proses pertisi dilakukan dengan
penghalusan dari sampel untuk memperluas menggunakan corong pisah.
permukaan sampel sehingga pada proses Senyawa metabolit sekunder yang berada di
ekstraksi, senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak metanol dipartisi dengan n-
didalam sampel dapat terekstraksi lebih cepat heksan. Pelarut n-heksan bersifat nonpolar,
dan maksimal. sehingga zat terlarut dengan sifat nonpolar yang
berada di dalam ekstrak metanol kulit buah
Ekstraksi Kulit Buah Tampoi (Baccaurea tampoi akan terdistribusi ke pelarut n-heksan.
macrocarpa) Proses pertisi dilakukan secara bertingkat mulai
Ekstraksi kulit buah tampoi (B. macrocarpa) dari pelarut yang nonpolar hingga polar, yaitu
dilakukan dengan cara maserasi, pada metode menggunakan n-heksan dan etil asetat.
ini sampel direndam dengan pelarut metanol Rendemen hasil dapat dilihat pada table 4.1.
selama 3x24 jam pada suhu ruang. Maserasi ini
bertujuan untuk memperoleh ekstrak kandungan Tabel 4.1 Hasil maserasi dan rendemen
senyawa metabolit sekunder dari sampel. Pada Sampel kulit Hasil maserasi Rendemen
penelitian ini digunakan sebanyak 3 kg serbuk buah tampoi (gram) (%)
kulit buah tampoi, meserasi sebanyak 3 kali Ekstrak metanol 110 3,67
bartujuan untuk memaksimalkan proses
pengambilan komponen-komponen kimia yang Fraksi n-heksan 7 1,28
terdapat pada sampel kulit buah tampoi. Fraksi etil asetat 2 0.37
Pelarut metanol sering digunakan dalam Fraksi metanol 5 0,92
proses maserasi karena pelarut metanol mampu
memecah dinding dan sitoplasma sel, selain itu
alkohol memiliki titik didih yang rendah (790C), Berdasarkan data hasil maserasi dan
sehingga memudahkan pada saat memekatkan rendemen di atas ekstrak kental metanol
ekstrak menggunakan rotary evaporator dan sebanyak 110 gram dari 3 kg sampel kulit buah

21
JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-1077

tampoi dan dipartisi sebanyak 20 gram dengan penambahan pereaksi Liebermann-Bucchard


n-heksan, sehingga terbentuk dua lapisan. menunjukan adanya golongan senyawa steroid,
Fraksi metanol berada pada lapisan bawah sedangkan pada uji golongan senyawa
sedangkan fraksi n-heksan di lapisan atas flavonoid terbentuk warna jingga sampai merah
karena n-heksan memiliki berat jenis yang lebih setelah penambahan Mg-HCL. Hasil uji fitokimia
kecil dibandingkan dengan metanol. Lapisan n- disajikan pada table 4.2.
heksan ditampung, sedangkan lapisan metanol
dipartisi kembali dengan pelarut n-heksan. Hal Tabel 4.2 Hasil uji fitokimia kulit buah tampoi
ini dilakukan berulang-ulang sampai 3 kali. Golongan Ekstrak Fraksi
Lapisan n-heksan yang diperoleh dipekatkan senyawa metanol
dengan menggunakan rotari evaporator, Heksan Etil Metanol
sehingga diperolah fraksi n-heksan sebanyak 7 asetat
gram dengan rendemen 1,28%. Fraksi metanol Alkaloid + + + +
kemudian dipartisi kembali dengan etil asetat Polifenol + - + +
dengan proses yang sama seperti yang Steroid - - - -
sebelumnya. Hasil partisi etil asetat yang telah Flavonoid + - - +
dipekatkan sebanyak 2 gram dengan rendemen Keterangan : + Terdeteksi
0,37%. Selain itu diperoleh juga fraksi metanol - Tidak Terdeteksi
hasil partisi dari ekstrak metanol sebanyak 5 Hasil uji fitokimia menunjukan bahwa pada
gram dengan rendemen 0,92%. Senyawa ekstrak metanol kulit buah tampoi menunjukan
metabolit sekunder yang diperoleh dari hasil adanya kandungan golongan senyawa alkaloid,
partisi akan dilakukan uji fitokimia untuk polifenol, dan flavonoid. Fraksi n-heksan
mengetahui golongan senyawa metabolit mengandung golongan senyawa alkaloid dan
sekunder yang terkandung pada ekstrak etil asetat mengandung golongan senyawa
metanol dan hasil fraksinasi. Gambar hasil alkaloid dam polifenol. Pada uji fitokimia fraksi
partisi dapat dilihat pada Gambar 4.1. metanol menunjukan adanya golongan senyawa
alkaloid, polifenol dan flavonoid. Semua fraksi
hasil fraksinasi kulit buah tampoi tidak
menunjukan adanya golongan senyawa steroid.
Kulit buah tampoi (B. macrocarpa) memiliki
potensi sebagai antibakteri karena menurut
Cowan (1999), senyawa golongan fenolik
memiliki efektifitas yang tinggi sebagai agen
antibakteri.
A B
A. Fraksi n-heksan dan fraksi methanol Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dan
B. Fraksi metanol dan fraksi etil asetat Hasil Fraksinasi Kulit Buah Tampoi (B.
Gambar 4.1 Hasil partisi macrocarpa)
Pengujian aktivitas antibakteri pada ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, etila setat dan metanol
Uji Fitokimia Terhadap Ekstrak Metanol dan dari kulit buah tampoi dilakukan terhadap bakteri
Fraksi Hasil Partisi Ekstrak Kulit Buah S. aureus dan E. coli. Aktivitas antibakteri
Tampoi (B. macrocarpa) ditentukan menggunakan metode difusi sumur
Ekstrak metanol dan fraksi-fraksi kulit buah dengan masing-masing konsentrasi 5, 10, dan
tampoi yang diperoleh dilakukan uji fitokimia 20%. Variasi konsentrasi ini bertujuan untuk
untuk mengetahui golongan senyawa yang melihat perbedaan diameter hambat dari
terdapat pada ekstrak metanol dan fraksi. Uji masing-masing konsentrasi yang digunakan.
kualitatif ini berdasarkan perbedaan warna yang Pada penelitian ini digunakan kontrol positif dan
timbul dan pembentukan busa. Beberapa uji kontrol negatif sebagai pembanding. Kontrol
fitokimia yang dilakukan yaitu uji golongan positif yang digunakan adalah antibiotik dengan
alkaloid, polifenol, steroid dan flavonoid. Reaksi spektrum antimikroba yang luas, yaitu
positif adanya golongan senyawa alkaloid kloramfenikol. Kontrol negatif yang digunakan
adalah timbulnya warna coklat setelah adalah DMSO yang merupakan pelarut untuk
penambahan pereaksi Dragendroff. Golongan melarutkan jenis-jenis ekstrak kulit buah tampoi
senyawa polifenol ditunjukan pembentukan sebelum digunakan dalam pengujian. Pemilihan
warna biru sampai hitam dengan penambahan DMSO sebagai pelarut karena merupakan
larutan FeCl3.Warna hijau yang muncul setelah pelarut ekstrak yang baik tanpa memberikan

22
JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-1077

pengaruh dalam aktivitas penghambatan golongan senyawa yang terdapat pada fraksi etil
terhadap bakteri uji. asetat adalah golongan senyawa alkaloid dan
Daya hambat pertumbuan bakteri S. aureus pelifenol. Menurut Leon et al. (2010), senyawa
dan E. coli oleh ekstrak metanol dan hasil partisi fenolik dan terpenoid memiliki target utama yaitu
dari kulit buah tampoi yang dilakukan selama membran sitoplasma yang mengacu pada sifat
18-24 jam ditentukan dengan cara menghitung alamnya yang hidrofobik.
diameter hambat. Hasil perhitungan diameter Alkaloid memiliki kemampuan sebagai
hambat ditunjukan pada Tabel 4.3. antibakteri , mekanisme penghambatan bakteri
oleh senyawa alkaloid dengan cara
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antibakteri kulit buah mengganggu komponen penyusun
tampoi terhadap bakteri S. aureus dan E. coli. peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
Bakteri Sampel uji Diameter hambat menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson,
(mm) 1995).
5% 10% 20% Mekanisme kerja flavonoid sebagai
S. aureus Ekstrak - 4,33 6,40 antibakteri adalah membentuk senyawa
metanol kompleks dengan protein ekstraseluler dan
Fraksi 3,55 6,55 8,77 terlarut sehingga dapat merusak membrane sel
n-heksan bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa
Fraksi 16,55 19,05 22,01 intraseluler (Cowan, 1999 ; Nuria et al., 2009 ;
etil asetat Bobbarala, 2012).
Fraksi 6,92 9,78 13,32 Menurut Davis dan Stout (1971), ketentuan
metanol antibakteri adalah sebagai berikut ; daerah
E. coli Ekstrak 5,01 7,82 9,21 hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,
metanol daerah hambatan 10 – 20 mm berarti kuat, 5 –
Fraksi 8,22 11,36 13,66 10 mm berarti sedang, dan daerah hambatan 5
n-heksan mm atau kurang bararti lemah. Dengan hasil
Fraksi etil 15,41 20,25 23,92 yang di peroleh bisa disimpulkan bahwa kulit
asetat buah tampoi (B.macrocarpa) memiliki pengaruh
Fraksi 9,78 13,43 15,02 antibakteri yang kuat terhadap bakteri E. coli
metanol dan S. aureus, karena rata - rata diameter
berada di kisaran 10 – 20 mm. Hal ini didukung
Berdasarkan data hasil uji aktivitas oleh hasil positif terhadap uji fitokimia.
antibakteri di atas dapat diketahui bahwa
ekstrak metanol kulit buah tampoi dan hasil SIMPULAN
fraksinasi memiliki aktivitas antibakteri yang Berdasarkan data yang telah diperoleh
berbeda-beda terhadap bakteri uji. Ekstrak dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan
metanol kulit buah tampoi pada konsentrasi 5% bahwa:
tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri 1. Kulit buah (B. macrocarpa) tampoi positif
S. aureus. aktivitas antibakteri juga dipengaruhi mengandung golongan senyawa alkaloid,
oleh jumlah komponen aktif yang terekstrak oleh polifenol, dan flavonoid.
pelarut yang digunakan. Hal ini menunjukkan 2. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri
bahwa spektrum penghambatan tergantung ekstrak dan hasil fraksinasi. Fraksi etil asetat
pada jenis dan kekuatan senyawa antibakteri memiliki daya hambat antibakteri paling aktif.
dari masing-masing komponen yang terekstrak
karena masing-masing pelarut dapat DAFTAR PUSTAKA
mengekstrak komponen aktif yang berbeda- Bobbarala, V. 2012. Antimicrobial Agents.
beda. Intech, Croatia.
Pengujian aktivitas antibakteri menunjukan Cowan, M.M. 1999. Plant Products as
bahwa ekstrak etil asetat merupakan aktivitas Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology
antibakteri yang terbesar terhadap pertumbuhan Reviews. 12: 564 – 582.
S. aureus dan E. coli dibandingkan dengan Davis, W.W. dan T. R. Stout. 1971. Disc Plate
ekstrak metanol, fraksi n-heksan, dan fraksi Method of Microbiological Antibiotic Assay.
metanol kulit buah tampoi. Oleh karena itu dapat Applied Microbiology. 22: 659 – 665.
disimpulkan bahwa senyawa aktif antibakteri Fransworth, N. R. and Cordell, G. A., 1976, A
terkonsentrasi pada fraksi etil asetat. Riview of Some Biologically Active
Berdasarkan data fitokimia, kandungan

23
JKK, tahun 2014, volume 3 (3), halaman 19- 24 ISSN 2303-1077

Compounds Isolated from Plants as Ramiflora). International Journal of


Reported in the 1974-1975, J, Nat, Prod. Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Howlader Md. A., Apu A. Sarker., Saha R. Waluyo, L., 2007, Mikrobiologi Umum, Edisi
Kumer., Rizwan F., Nasrin N., Revisi, UPT, Penerbit Universitas
Asaduzzaman M., 2012.,Cytotoxic Activity Muhammadiyah Malang, Malang.
Of N-Hexane, Chloroform And Carbon
Tetrachloride Fractions Of The Ethanolic
Extract Of Leaves And Stems Of
Baccaurea Ramiflora.,International Journal
of Pharmaceutical Sciences and
Research
Leon, L.D., Lopez, M.R. dan L. Moujir. 2010.
Antibacterial Properties of Zeylasterone a
Triterpenoid Isolated from Maytenus
blepharacles against Staphylococcus
aureus. Microbiological Research. 12: 2 –
10.
Marliana, S.D. Suryanti, V. dan Suyono, 2005,
Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia
Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq.Swartz.) dalam Ekstrak Etanol,
Jurnal Biofarmasi, 3 (1):26-31
Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri. 2009.
Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
Pagar (Jatropha cuircas L) terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus ATCC
25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan
Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu
– ilmu Pertanian. 5: 26 – 37.
Robinson, t., 1995, Kandungan Kimia Organik
Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung.
Penerbit ITB .
Sisillia, L., 2010. Aktifitas Antibakteri Zat
Ekstraktif Kulit Kayu Rambai (Baccaure
Motleyana Muell. Arg).The Philippine
Agricultural Scientist
Sulistiyaningsih, Rostinawati,T, dan Permana,
C., 2009, Aktivitas Antimikroba Ekstrak
Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis
(Parkins.) Fosbberg) Terhadap Bakteri
Eschericia Coli, Basillus Subtilis dan
Jamur Candida albicans,Microsporum
Gypsium, Fakulatas Farmasi, Universitas
Padjdjaran, Jatinangor.
Tirtana, E. Idiawati, N. Warsidah. Dan Jayuska,
A, 2013, Analisa Proksimat, Uji Fitokimia
dan Aktivitas Antioksidan Pada Buah
Tampoi (baccaurea Macrocarpa), Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, pontianak.
Ullah M. O., Urmi K. F., Howlader Md. A.,
Hossain Md. K., Ahmed M. T., Ahmed
Kaiser.,2012.,Hypogiycemic,
Hypolippidemic and Antioxidant Effects of
Leaves Methanolic Extract of (Baccaurea

24

Anda mungkin juga menyukai