Anda di halaman 1dari 12

Duta Pharma Journal Vol. 1 No.

2
Desember 2021

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAN FRAKSI N-HEKASAN, FRAKSI ETIL


ASETAT, FRAKSI AIR DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923

Ponco Harum Anggraini 1*) |, Anita Dwi Septiarini 1) |, Tatiana Siska W 1)


1) Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Duta Bangsa, Surakarta
* Koresponden Penulis : poncoharum418@gmail.com

ABSTRAK
Daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung banyak flavonoid yaitu flavon,
flavanon, dan flavan sehingga dapat menjadi antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak dan fraksi N-Heksan, fraksi Etil Asetat, fraksi
Air Daun Kersen (Muntingia calabura L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923 serta untuk mengetahui fraksi teraktif untuk menghambat bakteri. Pengujian
ekstrak dan fraksi dilakukan dengan menggunakan metode difusi dan dilusi pada sampel
ektrak yang dimaserasi dengan etanol 96% kemudian dilanjutkan proses fraksinasi.
Pengujian dengan metode difusi menggunakan konsentrasi 1%,5%,10%,15%,20%
menggunakan kontrol positif ciprofloxacin 0.5% dan metode dilusi konsentrasi 50%, 25%,
12,5%, 6,25%, 3,12%, 1,56%, 0,78%, 0,39%, 0,195% dan 0,098%. Hasil pengujian aktifitas
antibakteri menunjukan ekstrak, fraksi N-Heksan, Etil Asetat, dan Air memiliki daya hambat
terhadap bakteri. Fraksi teraktif pada penelitian ini adalah fraksi Etil Asetat dengan daya
hambat fraksi etil asetat pada konsentrasi 20% dengan rata– rata zona hambat sebesar 11,6
mm. Hasil uji dilusi Fraksi Etil Asetat dengan KBM pada konsentrasi 12.5%.

Kata kunci: Fraksi Etil Asetat, Fraksi Air Daun Kersen (Muntingia calabura L),
Staphylococcus aureus ATCC 25923, difusi, dilusi.

ABSTRACT
Cherry leaves (Muntingia calabura L.) contain many flavonoids, namely flavones,
flavanones, and flavans so that they can be antibacterial. This study aims to determine the
inhibitory ability of extracts and fractions of N-Hexane, Ethyl Acetate fraction, Kersen Leaf
Water fraction (Muntingia calabura L) against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and to
determine the most active fraction to inhibit bacteria. Extract and fraction tests were carried
out using the diffusion and dilution method on the extract sample macerated with 96%
ethanol and then continued with the fractionation process. Tests using the diffusion method
using a concentration of 1%,5%,10%,15%,20% using a positive control ciprofloxacin 0.5%
and the dilution method with concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.12% , 1.56%,
0.78%, 0.39%, 0.195% and 0.098%.The results of the antibacterial activity test showed that
the extract, N-Hexane, Ethyl Acetate, and Water fractions had inhibitory power against
bacteria. The most active fraction in this study was the ethyl acetate fraction with the
inhibitory power of the ethyl acetate fraction at a concentration of 20% with an average
inhibition zone of 11.6 mm. The results of the dilution test of the Ethyl Acetate Fraction with
KBM at a concentration of 12.5%.

Keywords: Ethyl Acetate Fraction, Water Fraction of Kersen Leaf (Muntingia calabura L),
Staphylococcus aureus ATCC 25923, diffusion, dilution.

8
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

Pendahuluan
Indonesia memiliki beragam tumbuhan METODE PENELITIAN
yang digunakan untuk pengobatan Jenis Penelitian
dikarenakan mengandung bahan kimia Jenis Penelitian yang dilakukan secara
yang berperan sebagai obat. Antibakteri eksperimental yaitu untuk mengetahui
yang sering digunakan adalah antibakteri kemampuan daya hambat ekstrak dan
berbahan kimia. Antibakteri merupakan fraksi N-Heksan, fraksi Etil Asetat, fraksi
zat yang dapat mengganggu pertumbuhan Air Daun Kersen (Muntingia calabura L)
atau bahkan mematikan bakteri dengan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
cara mengganggu metabolisme mikroba ATCC 25923 serta untuk mengetahui
yang merugikan. Mekanisme kerja dari fraksi teraktif untuk menghambat bakteri.
senyawa antibakteri diantaranya yaitu Waktu dan Tempat Penelitian
menghambat sintesis dinding sel, Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
menghambat keutuhan permeabilitas Oktober 2020 – Desember 2020
dinding sel bakteri, menghambat kerja bertempat di Laboratorium Politeknik
enzim dan menghambat sintesis asam Indonusa Surakarta
nukleat dan protein. (Puspitasari & Alat
Wulandari, 2017) Alat yang digunakan dalam penelitian
Tanaman kersen (Muntingia yaitu timbanagan analitik, blender, gelas
calabura L.) adalah tanaman asli Amerika ukur, gelas, moisture balance, piala,
Selatan yang telah tersebar di wilayah batang pengaduk, kertas saring, cawan
Asia, termasuk Indonesia. Tanaman ini petri, rotary evaporator, lemari pendingin,
dapat mencapai ketinggian 5 meter dan botol kaca, beker gelas, pipet, erlenmeyer,
tersusun dari daun yang rindang, autoklaf, aluminium foil, jangka sorong,
sehingga sering dijumpai ditepi jalan laminar air flow (LAF), inkubator,
sebagai pohon peneduh. Berdasarkan sentrifugasi, kawat ose, water bath,
hasil penelitian daun kersen mengandung ayakan, lampu spiritus, corong pisah,
berbagai senyawa bioaktif yaitu senyawa tabung reaksi.
flavonoid, saponin, triterpen, steroid, dan Bahan
tanin. Dimana senyawa bioaktif ini Bahan yang digunakan pada penelitian ini
merupakan senyawa yang berpotensi adalah serbuk daun kersen (Muntingia
sebagai antibakteri (Zulham, 2019) calabura L.), etanol 96%, CH3COOH,
Ekstrak daun Muntingia calabura Asam Sulfat Pekat, bakteri
L.memiliki aktivitas antiinflamasi, Staphylococcus aureus, FeCl3, Logam Na
antipiretik, antibakteri. Daun kersen ini dan HCL, Etil Asetat, Air, N-Heksana,
mengandung banyak flavonoid yaitu Media Mueller Hinton, media Na, Media
flavon, flavanon, dan flavan sehingga NB, DMSO 1%, Ciprofloxaxin tab 500 mg
dapat menjadi antibakteri dengan (Hexpharm Jaya), piper disk, spirtus,
aktivitas antibakteri yang paling besar dari hidrogen peroksida 3, larutan fuschine,
ekstrak dan fraksi daun kersen (Muntingia gentian violet, silika gel GF254.
calabura) terhadap Staphylococcus
Metode
aureus adalah fraksi etil asetat dengan
1. Determinasi Tanaman
Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar
0,312 mg/mL.(Air et al., n.d.)

9
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

Determinasi bertujuan untuk sulfat pekat kemudian dipanaskan. Uji


mengetahui kebenaran dan kesesuaian positif bebas etanol jika tidak terbentuk
identitas tanaman yang diinginkan bau ester yang khas dari etanol
dalam penelitian. Determinasi tanaman (Legifani, 2018)
dilakukan di Balai Besar Tanaman . Pada uji susut pengeringan metode
yang digunakan adalah gravimetri.
2. Pemilihan Daun Kersen
Dengan alat yang yang bernama
Daun Kersen diambil di Desa
Moisture Balance. Dua gram serbuk
Gagaksipat, daun yang diambil daun
kemudian dimasukkan kedalam alat
yang berwarna hijau, segar, dan
dan alat akan berbunyi kemudian catat
terbebas dari hama dipisahkan dari
susut pengeringan
batangnya dan dicuci dengan air
6. Identifikasi senyawa kimia ekstrak
mengalir dan dikeringkan. Daun yang
1. Uji flavonoid
telah dibersihkan diletakkan dalam
Sampel ekstrak ditambah dengan
wadah datar kemudian ditutup kain
logam Mg dan HCl akan terbentuk
hitam dan dikeringkan dibawah sinar
garam flavilium berwarna merah atau
matahari.
jingga.(Agustin et al., 2018)

3. Pembuatan serbuk simplisia 2. Uji tanin


Daun yang telah kering Sampel ekstrak ditambah dengan
dihaluskan kemudian diayak dengan beberapa tetes FeCl3 dan perubahan
pengayak Mesh No 40. warna membentuk warna hijau
(Agustin et al., 2018)
4. Pembuatan ekstrak
3. Uji saponin
Serbuk simplisia 200 gr yang
Sampel ekstrak ditambah dengan
telah terbentuk dilakukan proses
aquades panas akan terbentuk busa
maserasi dengan melakukan
atau buih selama 15 menit, timbulnya
perendaman menggunakan etanol 96
busa akan menunjukan adnya
% sebanyak 2000 mL selama 5 hari
saponin (Agustin et al., 2018)
dengan perbandingan 1:10. Filtrat
ekstrak daun kersen di pekatkan 7. Identifikasi kandungan senyawa
dengan rotary evaporator sehingga dengan menggunakan KLT
diperoleh ekstrak kental yang bebas Pengujian Kromatografi Lapis
dari pelarut. Ekstrak daun kersen yang Tipis (KLT) dilakukan pada fraksi
dihasilkan akan digunakan untuk teraktif dengan tujuan untuk
pengujian selanjutnya dengan mengetahui kemungkinan senyawa
pembuatan berbagai konsentrasi yang berperan dalam memberikan
ekstrak (1%; 5%;10%;15%;20%). aktifitas antibakteri. Pengujian meliputi
identifikasi falvonoid, tanin, saponin.
5. Pemeriksaan Kareteristik Serbuk a. Identifikasi flavonoid. Identifikasi
Simplisia senyawa flavonoid menggunakan KLT
Uji bebas etanol dilakukan yaitu fase diam silika gel GF254 dan
dengan esterifikasi yaitu ekstrak fase gerak kloroform : metanol (1:1)
ditambahkan asam asetat dan asam dengan penampakan noda uap

10
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

amoniak. Bila dengan sinar UV 254 b. Fraksinasi etil asetat ekstrak daun
nm dan UV 366 nm berfloresensi biru, kersen.
kuning, ungu gelap, dan berwarna Fraksinasi etil asetat ekstrak daun kersen
kuning setelah diuapi ammonia yang dibuat dengan cara fraksinasi dari residu
cepat dan pereaksi semprot yang n-heksan difraksi kembali dengan
digunakan adalah sitoborat menggunakan pelarut etil asetat
b. Identifikasi saponin. Identifikasi sebanyak 75 ml sebagai pelarut semi
senyawa saponin dilakukan dengan polar dalam corong pisah. Fraksi yang
menggunakan KLT, fase gerak yang dibagian atas fraksi etil asetat (replikasi
digunakan kloroform : etil asetat 3x).
(9:1). Setelah lempeng kromatografi c. Fraksinasi air ekstrak daun kersen.
berada 30 menit dalam bejana Fraksinasi air ekstrak daun kersen dibuat
kromatografi yang telah dijenuhkan, dengan cara hasil fraksinasi dari residu
suhu 20oC harus tetap terjaga. Suhu etil asetat, kemudian didapatkan fraksi
yang lebih tinggi, maka semua bercak air.
akan berpindah ke daerah Rf yang
lebih atas. Pereaksi penampakan yang 9. Pembuatan Media Sterilisasi
digunakan Liberman Bourchardat. Alat-alat yang digunakan dalam
Saponin akan membentuk bercak biru, uji aktivitas antibakteri ini disterilkan
violet biru, atau kadang-kadang terlebih dahulu. Alat-alat gelas dan
kekuningan bila diamati pada sinar media disterilkan dalam autoklaf pada
biasa suhu 1210C selama 15-20 menit
dengan tekanan 15 Psi sedangkan
c. Identifikasi tanin. Identifikasi
untuk jarum Ose dan pinset
senyawa tanin fase gerak yang
disterilisasikan dengan cara dibakar
digunakan adalah n-heksan : etil
asetat (3:7) dan fase diamnya silika
10. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
gel GF 254. Di deteksi dibawah sinar
UV 254 nm dan 366 nm tidak ada Media NA sebanyak 0,46 g
bercak. Pereaksi semprot yang dilarutkan dalam 20 ml aquadest
digunakan FeCl3 (23 g/1000 mL) menggunakan
Erlenmeyer. Selanjutnya
8. Fraksinasi
dihomogenkan dengan magnetic
a. Fraksinasi n-heksan ekstrak daun
stirrerhotplate. Sebanyak 5 ml
kersen.
dituangkan masing-masing pada 3
Fraksinasi n-heksan ekstrak
tabung reaksi steril dan ditutup dengan
daun kersen dibuat dengan cara ekstrak
aluminium foil. Media disterilkan
10 g etanol daun kersen (Muntingia
dalam autoklaf dengan suhu 121ºC
calabura L.) dilarutkan dengan 75 ml air
selama 15 menit, kemudian dibiarkan
kemudian difraksinasi dengan pelarut
pada suhu ruangan selama ± 30
non polar n-heksan sebanyak 75 ml
menit sampai media memadat pada
dalam corong pisah. Filtrat yang dibagian
kemiringan 30º. Media agar miring
atas fraksi n-heksan dipisahkan dari filtrat
digunakan untuk inokulum suspensi
yang di bagian bawah air, sehingga
bakteri uji.
didapat fraksi n-heksan (replikasi 3x).

11
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

b. Uji Koagulase dilakukan dengan


cara setetes NaCl fisiologis steril
diletakkan pada kaca benda,
11. Peremajaan Staphylococcus aureus kemudian menambahkan satu Ose
Peremajaan bakteri biakan bakteri Staphylococcus aureus
menggunakan agar miring NA dengan ATCC 25923. Reaksi positif terjadi
mengambil satu ose bakteri apabila dalam 3 menit terjadi
menggunakan ose steril yang sudah gumpalan/presipitat granuler.
dipanaskan dengan cara pemijaran
kemudian ditusuk dan digoreskan pada 14. Pembuatan Media MHA
permukaan agar miring dengan cara Sebanyak 11,4 gram Media
zig-zag dan di inkubasi selama 24 Mueller Hinton agar dilarutkan dalam
jam pada suhu 37°C. 300 ml aquadest dipanaskan sampai
larut. Media disterilisasi menggunakan
12. Identifikasi Staphylococcus aureus autoklaf selama 15 menit pada suhu
dengan Perwarnaan Gram 121°C. Dinginkan sampai suhu ±
Pewarnaan Gram dilakukan 50°C, selanjutnya dibagi ke dalam
dengan mengusapkan 1 Ose biakan cawan petri steril.
bakteri pada obyek glass kemudian
15. Pembuatan Medium NB
ditetesi akuades steril kemudian
diratakan agar setipis mungkin lalu Sebanyak 8 gram bubuk NB
difiksasi dengan dilewatkan diatas api dilarutkan dengan 1 liter akuades
spiritus. Preparat kemudian ditetesi dalam erlenmeyer kemudian diaduk
dengan kristal violet (selama ± 2 dengan menggunakan magnetic
menit), warna dicuci kemudian ditetesi stirrer. Setelah itu medium NB
lugol, diamkan selama 1 menit. disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
Preparat kemudian dilunturkan dengan 1210C selama 15 menit.
cara dicuci dengan alkohol 96%
selama 1 menit lalu dibuang. Preparat 16. Pembuatan Suspensi Bakteri
yang telah dicuci dengan alkohol 96% Staphylococcus aureus
kemudian ditetesi safranin dan biarkan Biakan bakteri Staphylococcus
selama 1 menit, selanjutnya dicuci aureus didalam media NA yang telah
dengan akudest. Preparat diamati diinkubasi selama 24 jam diambil
dibawah mikroskop sebanyak 1 ose dan dimasukkan
dalam tabung reaksi yang berisi NaCl
13. Identifikasi Staphylococcus aureus steril 1 ml. Kemudian dihomogenkan
dengan uji biokimia dengan menggunakan vortex dan
a. Uji Katalase dilakukan dengan inkubasi selama 24 jam pada suhu
bakteri uji ditambahkan 2-3 tetes 37°C selanjutnya kekeruhannya
hidrogen peroksida 3% pada kaca dibandingkan dengan 0.5 Mc Farland
benda, lalu mengamati terbentuknya (10⁵-10⁸/ml).
gelembung-gelembung udara.
(AKKOC, 2019)

12
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

Analisis Data dilanjutkan dengan waterbath pada suhu


Data penelitian ini dianalisis dengan 600C dengan tujuan untuk menghilangkan
menggunakan perangkat lunak SPSS 18 pelarut etanol 96%. Penguapan dilakukan
menggunakan uji One Way ANOVA selama 3 hari dan menghasilkan ekstrak
(Analysis of Varians) dan perlu dilakukan kental yang berwarna hijau pekat kental.
uji lanjutan yaitu Post Hoc Test. Uji Post
Hoc yang dilakukan dengan metode
Tukey. Hasil kareteristik simplisia
Uji bebas etanol dilakukan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui bahwa ekstrak yang akan
Determinasi Tanaman digunakan sudah tidak memiliki
kandungan etanol sehingga saat
Identifikasi tanaman dilakukan untuk
digunakan sebagai uji antibakteri bukan
mengetahui kebenaran tanaman yang
etanol yang membunuh bakteri melainkan
diambil, menyesuaikan ciri morfologi
ekstrak daun kersennya Susut
tanaman, dan menghindari kesalahan
pengeringan yang dilakukan pada
dalam pengumpulan bahan. Determinasi
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
dilakukan bertempat di Balai Besar
susut pengeringan dapat memberikan
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
batasan maksimal tentang besarnya
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
senyawa yang hilang pada proses
Hasil identifikasi tanaman bahwa benar
pengeringan. Batas maksimum susut
daun kersen (Mutinga Calbura L.)
pengeringan menurut Farmakope Herbal
Hasil pengeringan daun kersen tidak lebih dari 11% (Rahmaniati M et al.,
Pada proses pengeringan 2018). Pada praktikum kali ini susut
dilakukan dengan menggunakan panas pengeringan dilakukan dengan
matahari agar diperoleh hasil pengeringan menimbang 2 gram serbuk simplisia
yang baik dan terbebas dari jamur. kemudian dimasukkan dalam alat
Setelah melalui proses pengeringan daun Moisture Balance. Susut pengeringan
yang telah kering kemudian diblender dan yang didapat dari pengeringan daun
diayak dengan mesh 40 bertujuan untuk kersen ditemukan hasil 9,13% memenuhi
memperkecil ukuran sampel dan standar susut pengeringan.
menambah luas permukaan, sehingga zat
aktif yang terdapat pada daun kersen Uji Fitokimia
dapat disari secara maksimal. Ekstrak daun kersen yang
diperoleh, dilakukan uji kualitatif. Analisis
Hasil Ekstraksi Sampel kualitatif menggunaan reaksi warna
Serbuk daun kersen yang telah diblender bertujuan untuk mengetahui senyawa
kemudian disari dengan metode maserasi. yang ada pada daun kersen.
Penggunaan metode maserasi dipilih
1. Uji Flavonoid
karena metode sederhana dan
menggunakan etanol 96% selama 5 hari. Sampel ekstrak ditambah dengan logam
Hasil dari maserasi di saring dan Mg dan HCl akan terbentuk garam
kemudian hasil penyarian etanol di flavilium berwarna merah atau jingga.
uapkan dengan rotary evaporator Hasil identifikasi senyawa flavonoid pada

13
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

sampel menunjukan ekstrak etanol daun positif dengan adanya perubahan warna
kersen positif mengandung senyawa hijau pada sampel
flavonoid dengan adanya warna jingga
yang terbentuk pada sampel. 3. Uji Saponin
Sampel ekstrak ditambah dengan
2. Uji Tanin aquades panas akan terbentuk busa
Sampel ekstrak ditambah dengan atau buih selama 15 menit, timbulnya
beberapa tetes FeCl3 dan perubahan busa akan menunjukan adnya saponin.
warna membentuk warna hijau. Hasil Hasil identifikasi senyawa saponin
identifikasi senyawa tanin ditunjukan ditunjukan positif dengan adanya busa
atau buih.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Kersen
Senyawa Uji Teori Hasil Keterangan
Flavonoid Ekstrak+ Serbuk Warna Jingga, Warna Positif
Mg Dan HCl 2N Atau Merah Jingga
Kemerahan

Saponin Ekstrak+ Akuades Berbusa Berbusa Positif


dan Dikocok
Tanin Ekstrak+ Fecl3 1% Kehijauan Kehijauan Positif

a. Identifikasi senyawa flavonoid


Hasil Kromatografi Lapis Tipis fraksi menggunakan fase diam silika gel GF254
teraktif dan fase gerak kloroform : methanol (1:1)
dengan pereaksi semprot sitroborat.
Kromatografi Lapis Tipis
Senyawa flavonoid akan terlihat bercak
digunakan untuk pemisahan komponen
berwarna kuning. Berdasarkan hasil
dalam senyawa dan juga digunakan untuk
identifikasi Kromatografi Lapis Tipis, dapat
mencari Rf senyawa yang diuji. Dalam
disimpulkan bahwa fraksi etil asetat positif
KLT lempeng yang digunakan adalah
mengandung senyawa flavonoid. Hal ini
GF254. Fraksi teraktif dari daun kersen
ditunjukkan dengan bercak terlihat
dilarutkan dengan etanol kemudian
berwarna fluoresensi kuning pada sinar
ditotolkan pada garis bawah batas elusi
UV 254 nm, berwarna biru pada UV 366
didiamkan sampai kering kemudian
nm, dan Rf 0,88
dimasukkan kedalam chamber yang telah
b. Identifikasi senyawa saponin. Identifikasi
jenuh berisi pelarut. Pelarut akan beregak
senyawa saponin fase gerak yang
perlahan keatas dengan melarutkan
digunakan adalah n-heksan : etil asetat
komponen yang ada dalam fraksi dan
(3:7) dan fase diamnya silika gel GF 254.
memunculkan bercak. Setelah mencapai
Di deteksi dibawah sinar UV 254 nm dan
batas ahkir atas lempengan dikeluarkan
366 nm. Pereaksi semprot yang
dan dikeringkan untuk selanjutnya dilihat
digunakan FeCl3. Pada hasil KLT
dibawah sinar UV. Kromatografi lapis tipis
dihasilkan bercak kuning pada sinar 254
(KLT) digunakan untuk mengetahui
nm dengan Rf 0,62
identitas zat aktif yang ada pada fraksi
c. Identifikasi senyawa tanin. Hasil
teraktif daun kersen.
identifikasi golongan senyawa tanin dilihat

14
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

dengan sinar UV 254 dan UV 366 dan heksana (non-polar), etil asetat (semi
KLT menggunakan fase diam silika gel GF polar), dan metanol (polar). Ekstrak
254 dan fase gerak n-heksan: etil asetat ditimbang 10 gram kemudian dilarutkan
(3:1). Hasil identifikasi menunjukkan dengan aquadest 75 ml, setelah larut
bercak senyawa tanin adalah pada sinar sempurna ditambahkan n-heksan 75 ml
UV 254 nm berwarna biru violet dan UV dan dilakukan penggojogan selama 10
366 nm biru hitam. Sehingga dapat menit, sesekali corong pisah dibuka untuk
disimpulkan bahwa fraksi etil asetat mengeluarkan gas. Residu dari n-heksan
terdapat senyawa tanin dari bercak pada kemudian dilanjutkan kembali dengan
lempeng KLT yang dilihat pada UV 254 memasukkan etil asetat sebanyak 75 ml
dengan Rf 0,66 dan dilakukan penggojogan selama 10
menit. Hasil fraksi n-heksan dan etil asetat
Fraksinasi Ekstrak Daun Kersen
terletak diatas sedangkan fraksi air
Fraksinasi dilakukan dengan
terletak dibawah, hal ini dikarenakan air
menggunakan pelarut dengan tingkat
memiliki berat jenis yang lebih besar
kepolaran yang berbeda-beda. Fraksinasi
dibandingkan n-heksan dan etil asetat.
bertujuan untuk menarik semua senyawa-
Hasil fraksi kemudian diuapkan dengan
senyawa kimia dalam tumbuhan
waterbath sampai didapatkan hasil fraksi
berdasarkan kepolaran dari setiap
yang digunakan untuk proses antibakteri.
senyawa. Pelarut yang digunakan yaitu n-
Tabel 2. Hasil rendemen fraksi N-Heksan, Etil Asetat, dan Air
Pelarut Bobot ekstrak Bobot fraksi Prosentase Rata rata
N-Heksan 10 g 2,345 g 23,45% 22,22%
10 g 1,667 g 16,67%
10 g 2,656 g 26,56%
Etil Asetat 10 g 2,554 g 25,54% 25,54%
10 g 2,443 g 24,43%
10 g 2,628 g 26,28%
Air 10 g 2,799 g 27,99% 27,60%
10 g 2,828 g 28,28%
10 g 2,655 g 26,55%
Identifikasi Bakteri Staphylococcus berwarna ungu, bentuk bulat, susunan
aureus bergerombol, dan merupakan bakteri
Gram positif. Pada identifikasi bakteri
Identifikasi Staphylococcus aureus
dilakukan juga dengan uji biokimia
dengan pengecatan Gram dilakukan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
menggunakan cat Gram A (Kristal Violet),
menggunakan uji katalase dan uji
Gram B (iodium), Gram C (alkohol -
koagulase yang menandakan bakteri
aseton), Gram D (safranin) kemudian
benar dan dapat digunakan untuk
diamati dibawah mikroskop dengan
kegiatan praktikum selanjutnya. Pada uji
perbesaran 1000 dengan minyak emersi.
koagulase bakteri diletakkan pada kaca
Pengecatan Gram dilakukan bertujuan
arloji kemudian ditetesi NaCl fisiologis dan
untuk membedakan bakteri Gram positif
terbentuk gumpalan granuler. Dan pada
dan bakteri Gram negatif. Hasil
uji katalase bakteri juga diletakkan pada
pengecatan Gram Staphylococcus aureus

15
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

kaca arloji kemudian ditetetesi hidrogen adalah Ciprofloxacin. Perlakuan tersebut


peroksida 3% akan terbentuk gelembung dilakukan 3 kali pengulangan. Pembacaan
udara pada bakteri hasil dilakukan setelah inkubasi 24 jam
pada suhu 370C dengan melihat area
Pengujian Aktivitas Antibakteri
jernih pada permukaan media agar,
Pengujian aktivitas antibakteri dengan adanya area jernih tersebut
dengan menggunakan metode difusi. mengindikasikan adanya hambatan
Biakan bakteri pada media disuspensikan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen
dengan larutan NaCl steril untuk antibakteri. Area jernih pada permukaan
digunakan pada metode difusi. Bakteri media agar diukur dengan satuan mm
yang dibuat suspensi dibandingkan (Ningsih & Zusfahair, n.d.)
dengan 0.5 Mc Suspensi bakteri yang
Zona hambat yang dihasilkan fraksi etil
telah dibuat diambil 10 mikron dengan
asetat pada konsentrasi 20% dihasilkan
pipet ukur kemudian dimasukkan pada
11,6 mm mendekati kontrol positif.
cawan petri yang telah berisi media MHA
Mekanisme kerja flavonoid sebagai
dan diratakan dengan pengaduk L. Paper
antibakteri karena kemampuannya dalam
disk direndam pada ekstrak dengan
membentuk kompleks dengan protein
perbandingan konsentrasi ekstrak dan
ekstra seluler dan dinding sel bakteri.
fraksi 1%, 5%, 10%, 15%, 20% dan untuk
Pada uji dilusi dilakukan percobaan
kontrol negatif direndam pada DMSO 1%
dengan media cair dengan
selama 15 menit kemudian di letakkan
memperhatikan kekeruhan pada tabung
diatas media Mueller Hinton Agar yang
yang diberi bakteri dan fraksi teraktif yang
telah diinokulasikan Staphylococcus
diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator
aureus. Kontrol positif yang digunakan
dengan kontrol positif Ciprofloxaxin. Hasil
pada bakteri Staphylococcus aureus
daya hambat dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.Uji Aktifitas Antibakteri secara Difusi
Pelarut Konsentrasi Daya Hambat SD ± Mean
I II III
Ekstrak 1 6 6 6 .0.00±6.00
5 7 7 7 0.00±7.00
10 8 8 8 0.00±8.00
15 8,5 8 9 0.28±8.50
20 9 8 8 0.33±8.33
N-Heksan 1 6 6 6 0.00±6.00
5 6,5 6.5 7 0.17±6.67
10 7 8 8 0.33±7.67
15 8 8 8 0.00±8.00
20 8.5 9 9 0.17±8.83
Etil Asetat 1 6 6 7 0.33±6.33
5 8.5 8 9 0,28±8.50
10 8 8 8 0.00±8.00
15 10 9 10 0.33±9.67
20 10 12 13 0.88±11.67
Air 1 0 0 0 0.00±0.00
5 6 6 6 0.00±6.00
10 7 6 7 0.33±6.67
15 6 7 7 0.33±6.67

16
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

20 8 7 7 0.33±7.33
Kontrol + 0.5% 12 12 12 0.21±11,86
10 12 12 0.21±11,86
10 13 12 0.21±11,86
12 12 12 0.21±11,86
12 13 12 0.21±11,86
Kontrol - 0.1 % 0 0 0 0.00±0.00
0 0 0 0.00±0.00
0 0 0 0.00±0.00
0 0 0 0.00±0.00
0 0 0 0.00±0.00
kejernihan pada tabung yang telah diisi
Uji dilusi dilakukan dari hasil uji difusi fraksi etil asetat ditambah suspensi bakteri
ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etil dan juga media cair NB. Konsentrasi
asetat dan air dari daun kersen yang telah fraksi yang digunakan yaitu 50%; 25%;
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri 12,5%; 6,25%; 3,12%; 1,56%; 0,78%;
terhadap pertumbuhan bakteri 0,39%; 0,195%; 0,098%. Pada tabung
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat yang 12,5% telah terlihat tabung berwarna
paling aktif dalam menghambat dengan bening sampai dengan tabung 50%.
KHM 12,5%. Ditandai dengan adanya
Tabel 4. Akitifitas Antibakteri Dilusi
Kosentrasi Fraksi Etil Asetat Replikasi
I II III
Kontrol (-) Fraksi etil asetat - - -
50% - - -
25% - - -
12,5% - - -
6,25% + + +
3,12% + + +
1,56% + + +
0,78% + + +
0,39% + + +
0.195% + + +
0,098% + + +
Kontrol (+) Suspensi Bakteri + + +
Pengujian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test dengan metode Tukey.
penginokulasian dari media cair ke media Dari hasil uji One-Sample Kolmogorove-
padat MHA dan dilanjutkan dengan Sminov diperoleh sig 0,114 > 0,05 maka
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 H0 diterima, data tersebut dinyatakan
0
c dalam inkubasi untuk memberjelas terdistribusi normal sehingga dapat
KBM yang dihasilkan. Konsentrasi bunuh dilanjutkkan menggunakan uji ANOVA
minimum (KBM) yang didapat pada One Way. Dalam penelitian ini untuk uji
konsentrasi 12,5%. homogenitas menggunakan uji Levene
dengan bantuan program SPSS. Nilai
Hasil analisis data
probabilitas Levene Statistic adalah 0,086
Analisis data yang digunakan > 0,05 maka H0 diterima yang artinya
pada praktikum kali ini menggunakan uji keempat sampel memiliki varian yang
One Way Anova yang dilanjutkan dengan sama. Hasil signifikasi dari data uji

17
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

ANOVA adalah 0,000 < 0,05 yang artinya Surakarta yang telah mendidik dan
keempat sampel ada perbedaan dalam membantu penulis dalam
diameter zona hambat. Uji Tukey menyelesaikan studi
digunakan untuk mengetahui kelompok 6. Rekan rekan mahasiswa
perlakuan yang memiliki pengaruh sama seperjuangan dan pihak yang tidak
atau berbeda antara satu dengan yang dapat disebutkan satu per satu
lainnya. Dengan analisa Tukey adanya yang telah membantu dalam
perbedaan konsentrasi pada setiap penyusunan Skripsi
perlakuan pada penelitian berpengaruh
Penulis menyadari Skrispi ini tidak lepas
pada daya hambat bakteri
dari kekurangan semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan
Ucapan Terima Kasih
pembaca guna menambah pengetahuan
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat
dan wawasan.
Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat Kesimpulan
menyelesaikan Skripsi yang berjudul Uji 1. Ekstrak dan fraksi n-heksan, fraksi etil
Daya Hambat Ekstrak Dan Fraksi N- asetat, fraksi air dari daun kersen
Heksan, Fraksi Etil Asetat, Fraksi Air (Muntingia calabura L.) memiliki
Daun Kersen (Muntingia calabura L) aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus ATCC 25923.
ATCC 25923. Ucapan terima kasih 2. Fraksi Etil Asetat merupakan fraksi
penulis sampaikan kepada teraktif dalam menghambat
1. Allah SWT, atas kenikmataan dan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
kemudahan yang telah diberikan. aureus ATCC 25923.
2. Dr. Singgih Purnomo, M.M selaku 3. Kosentrasi Hambat Minimum (KHM)
rektor Universitas Duta Bangsa dari fraksi teraktif daun kersen
Surakarta yang telah memberikan (Muntingia calabura L.) terhadap
kesepatan kepada penulis untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus
membuat Skrpsi ini aureus ATCC 25923 adalah 12,5%.
3. Tatiana Siska W, M.Farm selaku 4. Kosentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari
ketua Program Studi S1 Farmasi fraksi teraktif dari daun kersen
Universitas Duta Bangsa (Muntingia calabura L.) terhadap
Surakarta dan selaku pembimbing pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Skrispsi yang telah memberikan aureus ATCC 25923 adalah 12,5%.
arahan, bimbingan dan nasehat
hingga selesainya penulisan DAFTAR PUSTAKA
Agustin, B. A., Puspawaty, N., &
Skripsi ini
Rukmana, R. M. (2018). Aktivitas
4. Apt. Anita Dwi Septiarini, M.Farm Antibakteri Kombinasi Ekstrak
selaku pembimbing Skrispsi yang Etanolik Daun Beluntas (Pluchaea
telah memberikan arahan, indica Less.) dan Meniran
bimbingan dan nasehat hingga (Phyllanthus niruri L.) terhadap
selesainya penulisan Skripsi ini Bakteri Staphylococcus aureus.
5. Seluruh Dosen serta Staff Biomedika, 11(2), 79–87.
https://doi.org/10.31001/biomedika.v1
Universitas Duta Bangsa
1i2.425

18
Duta Pharma Journal Vol. 1 No. 2
Desember 2021

Air, F., Kersen, D., & Staphylococcus, B.


(n.d.). Uji Daya Hambat Ektrak Dan
Fraksi N-Heksan, Fraksi Etil Asetat,
Fraksi Air Daun Kersen (Muntingia
calabura L ) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923.
1–12.
AKKOC, B. (2019). Identifikasi Dan Uji
Sensitifitas Staphylococcus aureus
Terhadap Antibiotik Pada Ulkus
Penderita Diabetes Melitus Di RSUP.
H Adam Malik Sumatra. Αγαη, 8(5),
55.
Legifani, M. E. (2018). Karakteristik dan
Uji Stabilitas Sediaan Krim Ekstrak
Etanol Daun Kersen (Muntingia
calabura L.). Polteknik Kesehatan
Kemenkes Kupang, 1, 23–24.
Ningsih, D. R., & Zusfahair, D. K. (n.d.).
Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Serta Uji Aktifitas Ekstrak
Daun Sirsak Sebagai Antibakteri
Identification Of Secondary Metabolit
Compunds And Antibacterial
Activities On The Extract Of Soursop
Leaf.
Puspitasari, A. D., & Wulandari, R. L.
(2017). Aktivitas Antioksidan dan
Penetapan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Etil Asetat Daun Kersen
(Muntingia calabura). Jurnal
Pharmascience, 4(2).
https://doi.org/10.20527/jps.v4i2.5770
Rahmaniati M, A., Ulfah, M., &
Mulangsari, D. A. K. (2018).
Standarisasi Parameter Non Spesifik
Ekstrak Etanol Daun Pegagan
(Centella asiatica L.) Di Dua Tempat
Tumbuh. Jurnal Inovasi Teknik Kimia,
3(1).
https://doi.org/10.31942/inteka.v3i1.2
128
Zulham, Z. (2019). Formuasi Dan Uji
Efektifitas Sediaan Mounthwash
Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) Terhadap
Bakteri Streptococcus mutans. Jurnal
Ilmiah Pharmacy, 6(2), 580–590.
https://doi.org/10.52161/jiphar.v6i2.3
1

19

Anda mungkin juga menyukai