Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID


DARI EKSTRAK DAUN TREMBESI (Albizia saman (Jacq.) Merr)
SEBAGAI ANTIBAKTERI Escherichia coli
Wiwik Susanah Rita1), I Kadek Pater Suteja2 I A Raka Astiti Asih2), I Made Dira
Swantara1) ), I Wayan Gede Gunawan2),

wiwiksr@yahoo.com
1)
Program Magister Kimia Terapan P.Ps. Universitas Udayana
2)
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Udayana

ABSTRAK
Daun trembesi (Albizia saman (Jacq.) Merr) diketahui aktif menghambat bakteri Escherichia coli
(E.coli). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa flavonoid yang terdapat dalam ekstrak
daun trembesi dan aktivitas antibakteri terhadap E. coli. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
dan partisi. Pemisahan senyawa dilakukan dengan kromatografi kolom, sedangkan uji aktivitas
antibakteri dengan metode difusi cakram, dan identifikasi dilakukan dengan spektrofotometer Ultraviolet-
visible (UV-vis) dan Inframerah. Ekstraksi 1 kg serbuk daun trembesi dengan 5 L etanol menghasilkan
73,38 g ekstrak pekat etanol. Proses partisi menghasilkan 26,34 g ekstrak n-heksana, 8,12 g ekstrak
etilasetat, 19,37 g ekstrak n-butanol, dan 12,56 g ekstrak air. Uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi n-
butanol positif mengandung senyawa flavonoid. Hasil uji aktivitas antibakteri E.coli terhadap fraksi n-
butanol pada konsentrasi 10% menunjukkan aktivitas sedang dengan daya hambat sebesar 6,3 mm. Nilai
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 2 % (b/v) dengan diameter hambat sebesar 1 mm.
Pemisahan dan pemurnian dihasilkan isolat flavonoid relatif murni. Hasil analisis dengan
spektrofotometer UV-Vis diindikasikan bahwa isolat merupakan golongan senyawa isoflavon dengan
gugus hidroksi pada cincin A yaitu atom C-5 dan C-7. Analisis spektroskopi inframerah menunjukkan
bahwa senyawa diduga mengandung gugus fungsi OH, C-OH, CH alifatik, C=O keton, C=C aromatik,
C-O-C eter, dan CH aromatik. Isolat menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah terhadap bakteri E.
coli.
Kata kunci : Albizia saman (Jacq.) Merr, Flavonoid, Antibakteri, Escherichia coli

ABSTRACT
Rain tree (Albizia saman (Jacq.) Merr) could inhibit the growth of Escherichia coli (E.coli). This
research aims to determine the type of flavonoid in rain tree leaves and antibacterial activity against E.
coli. Extraction was done by maceration and partition methods, separation was applied by column
chromatography, antibacterial activity was tested by disk diffussion method, and the identification was
done by Ultraviolet-visible (UV-vis) and Infrared. Extraction of 1 kg of rain tree powder with 5 L ethanol
produced 73.38 g of concentrated ethanol extract. The partition process produced 26,34 g of n-hexane,
8,12 g of ethylacetate, 19,37 g n-butanol, and 12,56 g of water extracts. Phytochemical test of the extracts
showed that the n-butanol extract contained flavonoids, Antibacterial activity of n-butanol extract
towards E.coli showed a medium activity with a diameter inhibition of 6.3 mm. MIC value was 2% (w/v)
with a diameter inhibition of 1 mm. Separation and purification extract were obtained relatively pure
flavonoid. Analysis with UV-Vis spectrophotometer indicated that isolate is isoflavon with a hydroxy
group at C-5 and C-7. Analysis with infrared spectroscopy showed that the isolate B have functional
groups of OH, C-OH, aliphatic CH, C = O ketones, C = C aromatic, COC ether, and aromatic CH. The
isolate showed a low antibacterial activity.

Keywords : Albizia saman (Jacq.) Merr, Flavonoid, Antibacterial, Escherichia coli

1. PENDAHULUAN [Heading Level 1: Times New Roman 11 bold]


Bakteri Escherichia coli (E. coli) merupakan salah satu penyebab dari gangguan kesehatan
manusia. Salah satu cara untuk menanggulangi atau mencegahan pertumbuhan bakteri E. coli
adalah dengan memanfaatkan bahan aktif dari tanaman yang dapat digunakan sebagai antibakteri
(Prasad et al., 2008). Antibakteri merupakan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan
2

bakteri sehingga dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan terhadap gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh bakteri (Goldberg, 1959). Tanaman trembesi merupakan salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakeri (Prasad et al., 2008). Menurut Staples dan Elevitch
(2006), daun trembesi dapat digunakan sebagai obat tradisional antara lain obat diare, demam, sakit
perut, dan sakit kepala. Daun trembesi yang dapat digunakan sebagai obat diare erat kaitannya
dengan pertumbuhan bakteri E. coli dalam usus. Maka pada penelitian ini bagian tanaman trembesi
yang digunakan adalah bagian daunnya yang memiliki potensi sebagai antibakteri E. coli. Menurut
Prasad et al., (2008), ekstrak daun trembesi mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia
coli, Candida albicans, dan Staphylococcus aureus) dan berdasarkan skrining fitokimia yang
dilakukannya menunjukkan adanya senyawa flavonoid, tannin, steroid, saponin, terpenoid, dan
glikosida kardiak dalam ekstrak daun trembesi. Flavonoid merupakan salah satu senyawa aktif pada
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri (Abdul, 2008). Edziri et al. (2012)
melaporkan bahwa senyawa flavonoid dalam bunga Retama raetam memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Parubak (2013) melaporkan bahwa
flavonoid dalam daun akway (Drimys beccariana Gibbs) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Bacilus subtilis. Hendra et al. (2011) juga melaporkan bahwa flavonoid dalam
buah mahkota dewa berkontribusi terhadap aktivitasnya sebagai antibakteri.

Penelitian mengenai senyawa flavonoid sebagai antibakteri pada ekstrak tanaman telah banyak
dilakukan, namun sejauh ini belum ada yang melakukan uji aktivitas antibakteri senyawa flavonoid
pada ekstrak daun trembesi terhadap bakteri Escherechia coli. Dengan adanya kandungan senyawa
flavonoid dalam ekstrak daun trembesi, serta aktivitas flavonoid sebagai antibakteri, maka perlu
dilakukan pemisahan senyawa flavonoid dalam daun trembesi, dan uji aktivitas antibakteri senyawa
flavonoid tersebut terhadap bakteri Escherichia coli.

2. MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun trembesi yang diperoleh di Jalan Kapten
Tantular, Renon, Denpasar Bali. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Escherechia coli. Bahan
kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol (teknis), n-heksana (teknis), etilasetat
(p.a), n-butanol (p.a), akuades, asam asetat (p.a), metanol (p.a), etanol (p.a), silika gel, aluminium
klorida (AlCl3), asam klorida (HCl) pekat, logam Mg, asam borat (H3BO3), natrium hidroksida
(NaOH), kalium bromida (KBr), NaCl, serbuk MHA (Mueller Hinton Agar), antibiotik amoxicillin
3,0 % dan meropenem 10%.

2.1 Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas dengan berbagai ukuran,
corong pisah, statif dan klem, pengaduk kaca, tabung reaksi, neraca, pipet tetes, blender, pisau, kain
kasa, kertas saring Whatman No. 1, penguap putar vakum (rotary vacuum evaporator), autoklaf,
inkubator, preforator, alat sentrifugasi, mistar, alat vorteks, kaca arloji, cawan petri, aluminium foil,
kapas, penangas air, seperangkat alat kromatografi lapis tipis dan kromatografi preparatif, lampu
UV, seperangkat alat spektrofotometer ultraviolet-visibel (UV-Vis), dan inframerah.

2.2 Cara Kerja

Sebanyak 1 kg serbuk kering daun trembesi dimaserasi dengan etanol, kemudian disaring dan
diuapkan pada tekanan rendah dengan penguap putar vakum hingga diperoleh ekstrak pekat etanol.
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dengan etanol : air (3:7) dan diuapkan dengan penguap putar vakum
hingga diperoleh ekstrak air. Ekstrak air dipartisi beberapa kali dengan n-heksana, etilasetat, dan n-
butanol. Masing-masing ekstrak dilakukan uji flavonoid. Ekstrak yang positif mengandung
flavonoid selanjutnya diuji aktivitas antibakteri serta penentuan nilai konsentrasi hambat minimum
(KHM) terhadap bakteri E.coli. Ekstrak positif flavonoid dan memiliki aktivitas antibakteri
selanjutnya dipisahkan dan dimurnikan dengan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel
3

GF254 dan fase gerak n-butanol : methanol : kloroform (5:3:2). Isolat hasil kromatografi kolom
dilakukan uji flavonoid. Isolat positif flavonoid dilakukan uji kemurnian dengan kromatografi lapis
tipis (KLT) menggunakan campuran pelarut yang berbeda. Isolat relatif murni secara KLT
selanjutnya dilakukan uji aktivitas antibakteri serta diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis
dan Inframerah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ekstraksi dan Uji Fitokimia Senyawa Flavonoid dalam Daun Trembesi

Ekstraksi 1,00 kg serbuk kering daun trembesi selama ± 24 jam dengan menggunakan 5 L etanol
teknis 96% menghasilkan 73,38 g ekstrak kental etanol yang berwarna hijau pekat. Proses partisi
dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, dan n-butanol yang menghasilkan
26,34 g ekstrak n-heksana, 8,12 g ekstrak etilasetat, 19,37 g ekstrak n-butanol, dan 12,56 g esktrak
air. Selanjutnya masing-masing ekstrak dilakukan uji flavonoid.

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol yang paling positif mengandung
flavonoid karena saat penambahan pereaksi warna menunjukkan adanya perubahan warna yang
khas untuk senyawa flavonoid, ekstrak etilasetat menunjukkan intensitas warna yang lemah dan n-
heksana tidak menunjukkan perubahan warna yang mengindikasikan tidak mengandung senyawa
flavonoid.

3.2 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Trembesi

Hasil uji aktivitas antibakteri E. coli ekstrak n-butanol dipaparkan pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun trembesi dalam konsentrasi 10 % (b/v)
Ekstrak uji Daya Hambat (mm)
Ekstrak Air -
Ekstrak n-heksana -
Ekstrak etilasetat -
Ekstrak n-butanol 6,3
Kontrol positif (amoxicillin 3,0%) -
Kontrol negatif -

Gambar 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air, n-heksana, etilasetat, dan n-butanol daun trembesi
terhadap E. coli pada konsentrasi 10 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol daun trembesi dalam konsentrasi 10 % (b/v) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dengan rata-rata diameter hambat sebesar 6,3 mm.
Berdasarkan kategori daya hambat bakteri menurut Ardiansyah (2004), hasil tersebut menunjukkan
bahwa senyawa flavonoid dari ekstrak n-buanol daun trembesi mempunyai daya hambat antara 5-
4

10 mm, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-butanol memiliki aktivitas antibakteri yang
sedang terhadap bakteri E. coli. Sedangkan ekstrak air, n-heksana, dan etilasetat dari daun trembesi
dalam konsentrasi 10% tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Kontrol positif
(amoxicillin 3,0 %) yang digunakan pada penelitian ini tidak mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli, hal tersebut disebabkan oleh resistensi dari bakteri Escherichia coli
terhadap antibiotik amoxicillin yang digunakan. Sehingga untuk selanjutnya kontrol positif diganti
dengan meropenem 10%.

Pada uji aktivitas antibakteri dilakukan penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM) dengan
metode yang sama. Hasil penentuan konsentrasi hambat minimum dipaparkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari aktivitas antibakteri ekstrak n-butanol
daun trembesi
Konsentrasi Ekstrak Uji (% b/v) Diameter Hambatan (mm)

8 7,6
6 6,3
4 5,3
2 3,3
1 2,3
0 2,3

Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-butanol daun trembesi pada konsentrasi 2; 4; 6 dan 8 %
menunjukkan adanya aktivitas antibakeri E. coli dengan diameter hambat setelah dikurangi dengan
diameter hambat kontrol negatif didapatkan sebesar 1; 3; 4 dan 5,3 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai KHM dari aktivitas antibakteri ekstrak n-butanol positif flavonoid yaitu pada 2 % (b/v)
dengan diameter hambat 1 mm.

3.3 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Flavonoid

Pemisahan senyawa flavonoid pada penelitian ini didahului dengan pemilihan eluen terbaik untuk
menentukan fase gerak yang digunakan. Berdasarkan hasil pemisahan diperoleh bahwa eluen n-
butanol : metanol : kloroform (5:3:2) memberikan pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat dengan
adanya noda yang terpisah dengan baik dan jumlah noda terbanyak yaitu 6 noda. Sehingga eluen ini
digunakan dalam pemisahan senyawa flavonoid dengan kromatografi kolom. Pemisahan dengan
kromatografi kolom didapatkan 82 botol eluat. Eluat yang dihasilkan dilakukan KLT analitik untuk
melihat kesamaan noda yang dihasilkan. Fraksi-fraksi yang memiliki pola noda yang sama
digabungkan sehingga didapatkan 4 fraksi dengan pola noda yang sama, yaitu fraksi A; fraksi B;
fraksi C; dan fraksi D. Fraksi-fraksi tersebut kemudian dilakukan uji flavonoid,

Hasil uji flavonoid menunjukkan hanya fraksi B yang positif mengandung flavonoid, kemudian
fraksi B dilanjutkan untuk uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis. Hasil uji kemurnian yang
telah dilakukan didapatkan hasil berupa kromatogram yang menunjukkan noda tunggal. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa isolat B dikatakan relatif murni secara KLT dan isolat tersebut
selanjutnya dilakukan identifikasi dan uji aktivitas antibakteri.

3.4 Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid dengan Spektrofotometer UV-Vis dan FTIR

Hasil spektrum inframerah pada isolat B dapat dilihat pada Gambar 2.


5

Gambar 2. Spektrum inframerah hasil identifikasi isolat B

Hasil identifikasi senyawa isolat B dengan spektrofotomoter inframerah menunjukkan adanya


serapan yang melebar dan intensitasnya lemah yaitu pada daerah bilangan gelombang 3286,7 cm-1
yang menunjukkan adanya gugus OH terikat pada gugus alifatik dan aromatik yang disebabkan
adanya vibrasi ikatan hidrogen intramolekul. Hasil spektrum yang muncul pada bilangan
gelombang 2949,16 cm-1 dengan bentuk pita serapan melebar dan intensitasnya sedang
menunjukkan adanya gugus CH alifatik. Serapan yang melebar juga terdapat pada daerah bilangan
gelombang 1662,64 cm-1 dengan intensitas sedang yang menunjukkan bahwa terdapat gugus C=O
keton. Adanya serapan yang melebar dan intensitas sedang pada bilangan gelombang 1563.67 cm-1
yang menunjukkan serapan dari C=C aromatik. Pita serapan pada bilangan gelombang 1448,54 cm-
1
dengan bentuk pita melebar dan intensitas sedang menunjukkan serapan C-OH. Serapan dengan
bentuk pita tajam dan intensitas kuat pada bilangan gelombang 1012,63 cm-1 dan 1031,92 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-O-C eter. Bentuk pita yang melebar dan intensitasnya lemah pada
bilangan gelombang 779,24 cm-1 menunjukkan adanya tekukan ke luar bidang ikatan CH aromatik
(Markham, 1988). Hasil analisis spektrum inframerah terhadap isolat B diduga mengandung gugus-
gugus fungsi antara lain OH, C-OH, CH alifatik, C=O keton, dan C=C aromatik, C-O-C eter, dan
CH aromatik. Spektrum UV-Vis dari isolat B ditunjukkan pada Gambar 3, sedangkan panjang
gelombang dan absorbansinya dipaparkan pada Tabel 3.

Gambar 3. Spektrum UV-Vis dari isolat B


6

Tabel 3. Data spektrum UV-Vis isolat B


Isolat B Panjang gelombang (nm) Absorbansi
Pita I 329,70 0,312

Pita II 266,20 0,704

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada isolat B dihasilkan serapan pada rentang panjang gelombang
310-330 nm yaitu pada panjang gelombang 329,70 pada pita I, dan rentang serapan 245-275 nm
yaitu pada panjang gelombang 266,20 pada pita II. Dari bentuk spektrum dari isolat B tersebut
diduga menunjukkan rentang serapan senyawa flavonoid golongan isoflavon (Markham, 1998;
Sastrohamidjojo, 2001).Kedudukan gugus hidroksi pada inti flavonoid ditentukan dengan
penambahan pereaksi geser. Serapan pita II berpengaruh pada hidroksilasi cincin A, sedangkan
serapan pita I mempengaruhi hidroksilasi pada cincin B dan C. Hidroksilasi dipengaruhi oleh
pergeseran batokromik sedangkan metilasi dan glikosilasi akan menyebabkan pergeseran pita ke
panjang gelombang yang lebih rendah (hipsokromik). Hasil pergeseran absorbsi setelah
penambahan pereaksi geser dapat dilihat pada Tabel 4.

Pereaksi geser natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang dipergunakan untuk
mendeteksi adanya gugus hidroksi. Hasil penambahan pereaksi geser NaOH pada isolat B
menghasilkan pergeseran batokromik yang jelas pada pita I sebesar 79,3 nm, sedangkan pada pita II
didapatkan pergeseran batokromik sebesar 3,6 nm. Adanya pegeseran batokromik pada pita II
mengindikasikan adanya gugus hidroksi pada cincin A. Penambahan pereaksi geser aluminium
klorida (AlCl3) akan membentuk kompleks dengan gugus orto-dihidroksi maupun hidroksi keton.
Sedangkan pada penambahan HCl akan mengakibatkan kompleks terurai kembali karena adanya Al
tidak stabil yang terbentuk pada gugus orto-dihidroksi. Pada penambahan pereaksi aluminium
klorida (AlCl3) menghasilkan pergeseran batokromik sebesar 7 nm pada pita II, selanjutnya pada
penambahan pereaksi geser asam klorida (HCl) menunjukkan pergeseran batokromik sebesar 12,6
nm. Peningkatan pergeseran absorbsi pada spektrum setelah penambahan pereaksi geser AlCl3 dan
AlCl3 + HCl menunjukkan tidak adanya kompleks yang terurai sehingga mengindikasikan tidak
adanya gugus orto-dihidroksi. Adanya pergeseran batokromik pada pita II setelah penambahan
pereaksi AlCl3 + HCl sebesar 12,61 nm mengindikasikan adanya gugus hidroksi pada cincin A
yaitu pada C-5.

Tabel 4. Hasil pergeseran absorbsi setelah penambahan pereaksi geser


λ (nm) Pergeseran λ (nm)
Sampel
Pita II Pita I Pita II Pita I
+Metanol 266,20 329,70 - -
+Metanol+NaOH 269,80 395,00 +3,6 +65,3
+Metanol+NaOAc 271,30 398,60 +5,1 +68,9
+Metanol+NaOAc+H3BO3 264,00 347,20 -2,2 +17,5
+Metanol+AlCl3 273,20 339,40 +7 +9,7
+Metanol+AlCl3+HCl 278,80 338,00 -12,6 +8,3

Penambahan pereaksi NaOAc akan bereaksi dengan mengionisasi gugus hidroksil flavonoid yang
paling tahan asam yaitu gugus 7-OH dan menyebabkan terjadinya pergeseran batokromik pada pita
II, sedangkan penambahan H3BO3 (asam borat) akan menjembatani kedua gugus hidroksil pada
gugus orto-dihidroksi sehingga terbentuk kompleks borat. Dari penambahan pereaksi NaOAc pada
isolat B menunjukkan adanya pergeseran batokromik pada pita II sebesar 5,1 nm yang
mengindikasikan adanya gugus 7-OH, sedangkan pada penambahan pereaksi geser NaOAc +
H3BO3 terjadi pergeseran hipsokromik pada pita II sebesar 2,2 nm yang mengindikasikan tidak
adanya gugus orto-dihidroksi.
7

Berdasarkan hasil uji fitokimia serta karakterisasi isolat dengan spektrofotometer inframerah dan
UV-Vis dapat disimpulkan suatu dugaan bahwa pada isolat B mengandung senyawa flavonoid
golongan isoflavon yaitu 5,7 dihidroksi isoflavon dengan gugus hidroksi pada cincin A yaitu atom
C-5 dan C-7. Dugaan struktur 5,7 dihidroksi isoflavon dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur 5,7 dihidroksi isoflavon

3.5 Uji Aktivitas Antibakteri Isolat Flavonoid

Hasil uji aktivitas antibakteri isolat B dipaparkan pada Tabel 5 dan Gambar 5.

Tabel 5. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat flavonoid


Konsentrasi Daya Hambat (mm)
Kontrol negatif (n-butanol) -
4% 2a
5% 3b
6% 3,7bc
7% 3,7bc
8% 4,3d
Kontrol positif (meropenem 10%) 27,3e

Gambar 5. Hasil uji aktivitas antibakteri isolat flavonoid dalam konsentrasi 4%, 5%, 6%, 7%, dan
8% terhadap bakteri E. coli

Tabel 5 menunjukkan bahwa isolat flavonoid dengan konsentrasi 0%; 4%; 5%; 6%; 7%; 8%
memiliki rata-rata daya hambat terhadap bakteri E.coli masing-masing sebesar 0 mm; 2 mm; 3 mm;
3,7 mm; 3,7 mm; 4,3 mm. Dari Tabel tersebut diketahui bahwa semakin besar konsentrasi yang
diaplikasikan, daya hambat isolat terhadap pertumbuhan bakteri semakin besar. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dikatakan senyawa flavonoid hasil isolasi memiliki aktivitas antibakteri E. coli yang
8

lemah pada konsentrasi yang diterapkan, karena memiliki daya hambat terhadap bakteri E.coli < 5
mm

4. KESIMPULAN

 Ekstrak n-butanol daun trembesi mengandung jenis senyawa flavonoid golongan isoflavon
yang mengandung gugus hidroksi pada cincin A yaitu atom C-5 dan C-7.

 Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak n-butanol daun trembesi memiliki
aktivitas antibakteri lemah terhadap bakteri E.coli.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Penyandang dana DP2M (DIKTI) dan LPPM
Universitas Udayana, serta semua pihak atas saran dan masukannya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. (2008) Air Belimbing Wuluh Sebagai Alternatif. Available at: http://id.shvoong.com.
[Diunduh: 17 Desember 2014].
Ardiansyah. ( 2004) Daun Beluntas sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan, Available at:
Berita IPTEK. com. [Diunduh: 24 Agustus 2013].
Goldberg, H.S, (1959), Antibiotics: Their Chemistry and Non-Medical Uses, Van Nostrand
Company, New York.
Edziri, H., Mastouri, M., Mahjoub., MA., Mighri, Z.,Verschaeve, L (2012) Antibacterial,
Antifungal, and Cytotoxic Activities of Two Flavonoids from Retama reatam Flowers.
Molecules; 17(6), pp. 7284-7293.
Hendra, R., Ahmad, S., Sukari, A., Shukor, M.Y., and Oskoueian, E. (2011)’ Flavonoid Analyses
and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Frui’t.
Int. J. Mol. Sci. 12, pp. 3422-3431.
Markham, K.R.(1988) Cara mengidentifikasi flavonoid’. Penerbit ITB., 1988.: Bandung.
Parubak, A. S. (2013) ‘Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari akway (Drimys beccariana
Gibbs), Chem. Prog. 6(1), pp. 34-37.
Prasad, R.N., Viswanathan, S., Devi, J.R., Nayak, Swetha, V.V.C., Archana, B.R., Parathasarathy,
N., and Rajkumar, J. ( 2008) ‘ Short Communication, Preliminary phytochemical screening
and antimicrobial activity of Samanea saman. Journal of Medicinal Plants Research, 2(10),
pp. 268-270.
Sastrohamidjojo, H. (2001) ‘Spektroskopi’, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta.
Staples, G.W., and Elevitch, C.R. (2006) Samanea saman (Trembesi), ver. 2.1. In: C.R Elevitch
(ed). Species Profiles For Pacific Island Agroforestry, Permanent Agriculture Resources
(PAR).

Anda mungkin juga menyukai