Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR HASIL PENELITIAN

MAHASISWA JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat : Ruang seminar Gedung Daya (F), Jurusan Biologi, Fakultas Pertanian,
Perikanan, dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Balunijuk
Judul :Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Akar dan Daun Rukam
(FlacourtiaRukamZoll.&Mor) Terhadap Bakteri Mulut
(Streptococcus Mutans) Penyebab Karies Pada Gigi
Nama : Cristine Andriani
NIM :2031411012
Prodi : Biologi
Komisi Pembimbing : 1. Henri, S.Si., M.Si.
2. Rosha Kurnia Fembriyanto, S.Si., M.Si.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Akar dan Daun Rukam (Flacourtia rukam Zoll. & Mor)
Terhadap Bakteri Mulut (Streptococcus mutans) Penyebab Karies Pada Gigi
Cristine Andriani1), Henri2), Rosha Kurnia Fembriyanto3)
Abstract
Karies

Latar Belakang
Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang disebabkan adanya interaksi
antara bakteri dan gigi yang ditandai terbentuknya plak pada gigi (Pratiwi 2005). Bakteri penyebab utama karies
gigi adalah Streptococcus mutans (Makolit et al. 2017). Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang
kariogenik karena mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh
subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuanya membuat polisakarida
ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan (Moreno et al. 1999).
Penelitian dengan memanfaatkan bahan alam yang bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya
mendukung program pelayanan kesehatan gigi telah banyak dilakukan, khususnya untuk mencegah dan mengatasi
penyakit karies gigi (Sabir 2005). Salah satu bahan alam yang dijadikan sebagai obat sakit gigi adalah tumbuhan
rukam.
Masyarakat di Desa Sengir, Kecamatan Payung, Kabupaten Bangka Selatan memanfaatkan rukam sebagai
obat sakit gigi dengan merebus dan meminum airnya, atau berkumur-kumur dengan air rebusan tersebut (Maryati
2017, komunikasi pribadi, 20 September). Rukam belum pernah dilaporkan, tetapi tumbuhan Baichi atau Katai
(Flacourtia indica) yang memiliki genus yang sama dengan rukam (Flacourtia rukam) diketahui mengandung
tanin, saponin, alkaloid, fenol, terpenoid, steroid dan flavonoid dalam ekstrak akar (Eramma & Gayathri 2013),
sedangkan ekstrak daun dari tumbuhan lain dari genus yang sama, yaitu Flacourtia sepiaria dilaporkan memiliki
kandungan tanin, fenol, flavonoid, terpenoid, dan steroid (Sreejithet al. 2013).
Akar dan daun rukam sebagai salah satu obat tradisional untuk mengobati sakit gigi sudah lama digunakan
oleh masyarakat sebagai obat untuk mengobati sakit gigi yang ditandai dengan gigi yang berlubang akibat karies
gigi. Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang disebabkan adanya interaksi antara
bakteri dan gigi yang ditandai terbentuknya plak pada gigi (Pratiwi 2005). Bakteri penyebab utama karies gigi
adalah Streptococcus mutans (Makolit et al. 2017). Khasiat akar dan daun rukam terhadap Streptococcus mutans
belum ada dilakukan dalam penelitian yang berkaitan dengan aktivitas antibakteri. Oleh sebab itu, penting
dilakukan penelitian pengaruh bagian tanaman rukam, terutama pada bagian akar dan daun rukam tersebut
terhadap Streptococcus mutans penyebab karies gigi.

Rumusan Masalah
Streptococcus mutans salah satu bakteri yang dapat menyebabkan masalah gigi, salah satunya adalah karies.
Pemanfaatan tumbuhan rukam sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans masih belum banyak dilakukan.
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa aktif rukam sebagai antibakteri
dan kemampuan ekstrak akar dan daun rukam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang merupakan
bakteri penyebab karies.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeteksi keberadaan senyawa-senyawa aktif ekstrak kasar akar dan daun rukam secara kualitatif.
2. Mengetahui konsentrasi terbaik dari ekstrak tunggal akar dan daun rukam dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans.
Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kandungan senyawa aktif dan
kemampuan antibakteri ekstrak akar dan daun rukam yang berpotensi sebagai produk obat tradisional dalam
mengobati karies gigi, dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 hingga Juni 2018(Tabel 1). Pengambilan sampel
dilakukan di hutan Kebun Anggrek Epifit, Universitas Bangka Belitung. Ekstraksi dan uji fitokimia dilakukan di
Laboratorium Kimia, gedung Daya (F) Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi, sedangkan uji antibakteri
dilakukan di Laboratorium Biologi gedung Daya (F) Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf, blender, cawan petri, erlenmeyer, gelas beker,
tabung reaksi, pembakar spritus, pisau, Mortar danpestle, timbangan digital analitik, jangk sorong, jarum ose,
mikropipet, tip, pipet tetes, Laminar Air Flow, orbital shaker, pinset steril, jangka sorong digital, spektrofotometer
(UU-VIS 1800), hotplate, inkubator, rotary vacuum evaporator.
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, akuades steril, daun rukam, asam sulfat, asam asetat
(CH3COOH) glasial, etanol 96%, isolat S. Mutans, kapas, kertas Whatman filter No. 1, seal, aluminium foil, media
NA (Nutrient Agar), media NB (Nutrient Broth), mediaGNA (Glucose Nutrient Agar), kertas cakram ukuran 6
mm, kertas saring, povidone iodine 10%.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris, yaitu penelitian eksperimen yang dilakukan
di laboratorium. Rancangan percobaan yang digunakan, yaitu Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dan
Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial. Rancangan Acak Lengkap Faktorial digunakan untuk pengujian
pengaruh ekstrak tunggal terhadap bakteri S. mutans dengan menggunakan 2 faktor perlakuan, yaitu faktor pertama
adalah ekstrak tunggal akar dan daun, sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak tunggal akar dan daun.
Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial digunakan untuk pengujian pengaruh ekstrak campuran akar dan daun
dengan perbandingan 1:1 (b/b) terhadap Streptococcus mutans. Pengujian dilakukan sebanyak tiga ulangan
danparameter yang diamati adalah perlakuan yang terbentuk zona bening.

Prosedur Kerja
Penelitian terdiri atas beberapa tahapan, yaitu rancangan percobaan,pengambilan sampel dan preparasi
ekstrak, pembuatan ekstrak tumbuhan, dan analisis laboratorium berupa uji fitokimia, pembuatan kurva
pertumbuhan bakteri, penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM),
uji aktivitas antibakteri, dan pengukuran zona bening.

Pengambilan Sampel dan Preparasi Ekstrak


Pengambilan sampel dilakukan di sekitar hutan Kebun Anggrek Epifit, Universitas Bangka Belitung.
Sampel yang diambil merupakan bagian akar dan daun. Bagian daun yang diambil adalah helaian daun 2-4 yang
sehat, sedangkan bagian akar yang diambil adalah semua bagian akar dengan cara memotong bagian akar sesuai
dengan kebutuhan. Sampel akar dan daun yang diambil dari lokasi pengambilan sampel dicuci dengan air mengalir
untuk menghilangkan kotoran sisa pengambilan dan ditiriskan. Sampel yang telah bersih dipotong menjadi bagian-
bagian yang kecil. Sampel daun yang telah diambil kemudian dioven dengan suhu 40°C selama 3-4 hari dan
sampel akar dioven dengan suhu 50°C selama 18-19 jam . Setelah kering, akar dan daun rukam dihaluskan
menggunakan blender dan alat tambahan Mortar danpestle hingga menjadi serbuk kering dan diproses untuk
tahapan selanjutnya.

Pembuatan Ekstrak Tumbuhan


Metode yang digunakan untuk proses pembuatan ekstrak rukam adalah maserasi atau perendaman.
Perendaman dilakukan dengan perbandingan yang digunakan antara sampel dan pelarut, yaitu 1:2 (b/v) dengan
melarutkan masing-masing serbuk kering sampel akar dan daun sebanyak 20 g menggunakan 40 mL pelarut etanol
96% selama 72 jam pada suhu ruang. Sampel yang telah selesai direndam, kemudian disaring menggunakan kertas
Whatman filter No. 1, kemudian larutan dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40°C
untuk menghasilkan ekstrak kasar tumbuhan (Eramma & Gayathri 2013).

Uji Fitokimia
Analisis atau uji firokimia yang dilakukan pada penelitian sebanyak tujuh uji, yaitu uji alkaloid, uji fenol,
uji flavonoid, uji saponin, uji steroid, uji tanin, dan uji triterpenoid.
Uji Alkaloid
Ekstrak kasar akar dan daun sebanyak 0,5 g ditambahkan sebanyak 10 mL kloroform-amoniak dan
kemudian disaring ke dalam tabung reaksi. Filtrat ditambahkan 3-5 tetes asam sulfat 2M dikocok hingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan asam pada bagian atas filtrat dalam tabung reaksi dipipet dan ditambahkan
dengan 1 pipet pereaksi Dragendoff, sedangkan ekstrak akar diambil sebanyak 2 mL, kemudian
ditambahkan dengan pereaksi Mayer’s. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan jingga hingga
merah coklat pada masing-masing pereaksi (Eramma & Gayathri 2013).
Uji Fenol
Ekstrak kasar akar dan daun sebanyak 0,5 g ditambahkan 2 mL FeCl3 1%. Hasil positif ditandai
dengan terjadinya perubahan warna menjadi warna biru, merah, ungu, atau hitam pekat (Eramma &
Gayathri 2013).
Uji Flavonoid
Ekstrak kasar akar dan daun sebanyak 0,5 g dilarutkan dalam 5 mL etanol dan diberi perlakuan
dengan menambahkan beberapa tetes HCl pekat dan 0,5% magnesium, lalu campuran tersebut dikocok.
Hasil positif ditunjukkan dengan terjadi perubahan warna menjadi warna merah muda (Eramma & Gayathri
2013).
Uji Saponin
Ekstrak kasar akar dan daun sebanyak 0,5 g ditambahkan dengan 5 mL air steril dan dikocok hingga
homogen. Hasil positif ditandai dengan terbentuk busa dengan ketinggian 1-3 cm selama 10 menit
(Eramma & Gayathri 2013).
Uji Tanin
Ekstrak kasar akar dan daun diambil sebanyak 0,5 g dicampurkan dengan 20 mL air panas dan
dipanaskan dengan 5 menit dan lalu disaring, kemudian 0,1% FeCl3 ditambahkan dan dihomogen hingga
tercampur rata. Campuran tersebut dibiarkan berdiri beberapa dan diamati perubahannya. Hasil positif
ditandai dengan terbentuk warna coklat kehijauan hingga biru kehitaman (Eramma & Gayathri 2013).
Uji Terpenoid dan Uji Steroid
Ekstrak kasar akar dan daun diambil sebanyak 0,5 g dan ditambahkan 5 mL dietil-eter, kemudian
ditambahkan dengan CH3COOH glacial sebanyak 10 tetes dan H2SO4 pekat sebanyak 2 tetes ,larutan
dikocok perlahan dan dibiarkan menit. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna menjadi warna biru
atau hijau dan jika perubahan warna menjadi warna ungu atau merah menunjukkan hasil positif uji
triterpenoid (Eramma & Gayathri 2013).

Pembuatan Kurva Pertumbuhan Bakteri


Setiapisolatditumbuhkandalamtabungreaksiberisi 10 mL media NB padasuhu 37°C dalamwaktu 16 jam.
Media Nutrient Brothsebanyak 90 mLdalamerlenmeyer 250 mL untuksetiapjenisbakteridisiapkan.
Setiapisolatdiinokulasidalamlabuerlenmeyerdanditumbuhkanpada 37°C selama 24 jam. Setiapperlakuandibuat
ulangan. Sampelsebanyak 4 mL diambildari jam ke 0 sampai jam ke 24 denganselangwaktu 2 jam menggunakan
pipet steril 5 mL.Absorbansidiukurdenganspektrofotometer ultra violet, media
tanpadiinokulasidigunakansebagaiblanko. Data yang diperolehdiplotdalambentukgrafikpertumbuhan yang
ekspresikansebagaiabsorbansifungsiwaktu (Pambayunet al. 2008).

Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Penentuankonsentrasihambat minimum (KHM) diawalimembuat media NA (Nutrient Agar) sebanyak 250
mL pada labu erlenmeyer,kemudiandimasukkankedalamtabungreaksi. Selanjutnya, pembuatanekstrakdalam
konsentrasi yang berbeda,yaitu 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, dan 20% (b/v). BakteriS.
mutansdiambildenganmenggunakanoselaludigoreskanpadamediaNAmiring dandiinkubasiselama24 jam
padatemperatur 37° C. MediaNAyangberisibakteriS. mutanskemudiandisuspensikandenganmenggunakanNaCl 0,9
%.Medianutrient broth (NB) dibuatsebanyak 250 mL di dalamerlenmeyer.Mediainidimasukkankedalam 8
tabungreaksimasing-masing 5 mL. Semuatabungreaksidiinkubasiselama 24 jam padasuhu 37° C,
setelahmasainkubasi, dilakukanpemeriksaanpertumbuhanbakteriS. mutans(Sabir 2005). Penentuan konsentrasi
bunuh minimum (KBM) dilakukan dengan cara sampel diambil dari media NB yang merupakan uji penentuan
KHM sebelumnya yang menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri setelah inkubasi 24 jam dan disubkultur ke
media NA steril yang telah disiapkan. konsentrasi paling sedikit yang tidak menghasilkan pertumbuhan setelah 24
jam dianggap sebagai konsentrasi bunuh minimum dan hasilnya ditabulasikan.

Uji Aktivitas Antibakteri


Metode yang digunakanuntukujiaktivitasantibakteriekstrakakar dan daun rukamterhadapbakteriS.
mutansadalahmetodedifusi agar dengan menggunakan kertas cakram.
Ujiaktivitasantibakteridilakukandengancaramengambilsampelhasil uji konsentrasihambatminimum (KHM) dan
konsentrasi bunuh minimum (KBM),kontrolpositif, dankontrolnegatif. Mediaglucose nutrientagar(GNA)
dibuatsebanyak 300 mL di dalamlabuerlenmeyer. BiakanbakteriS. mutanssebanyak1 mL
dandimasukkandalamcawan petri dankemudiandimasukkankedalamcawanpetristerildandibuatsebanyak 20 mL, lalu
dibiarkan dalam suhu ruangan hingga mengeras. Kertas cakram dengan ukuran 6 mm direndam dalam ekstrak akar,
ekstrak daun, dan ekstrak campuran akar dan daun, dan sebagai kontrol negatif menggunakan aquadessteril, dan
1untukkontrolpositifdengan menggunakan povidone iodine 10% selama 15 menit. Kertas cakram yang telah
direndam dalam larutan kontrol dan ekstrak diletakkan di atas permukaan agar GNA yang telah mengeras dengan
menggunakan pinset steril. Selanjutnya, cawanpetridimasukkankedalaminkubatorselama 24 jam padasuhu 37° C.

Pengukuran Zona Bening


Pengukuran diameter darisetiapzonabeningpertumbuhanbakteri yang terjadi di sekeliling kertas
cakramdilakukandenganmenggunakanjangkasorongsetelah 24 jam dan 48 jam masainkubasi.
Prosedurinidilakukandenganulangansebanyak 3 kali terhadapbakteriS. mutans. Zona beningadalahjarakterdekat
(mm)daritepiluarselinderhinggamulaiterjadinyapertumbuhanbakteri (Sabir 2005).

Analisis Data
Data kuantitatif berupa data hasil perhitungan zona
beningdianalisisdenganmenggunakanstatistikparametrik,yaituujiOne-wayANOVA.
BilahasilujiANOVAtersebutmenunjukkanhasilyangsignifikan, makadilanjutkandenganujiDuncan. Data kualitatif
berupa data hasil uji fitokimia dianalisi secara deskriftif.

DAFTAR PUSTAKA

Eramma N, Gayathri D. 2013. Antibacterial Potential And Phytochemical Analysis Of FlacourtiaIndica(Burm.F.)


Merr.Root Extract Against Human Pathogens. Indo American Journal of Pharmaceutical Research. 3(5):
3832-3846.
Makolit J, Waworuntu OA, Leman MA. 2017. Ujikonsentrasihambat minimum (KHM)
ekstrakbuahmengkudu(MorindacitrifoliaL.) terhadappertumbuhanStreptococcusmutans. Jurnal e-Gigi (eG).
5(2):117-124.
Moreno MIN, Isla MI, Cudmani NG, Vattuone MA, SampietroAR.1999. Screening of antibacterial activity of
AmaichadelValle(Tucumán, Argentina) propolis. J Ethnopharmacol69:97–102.
Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S,Rahayu KK. 2008.SensitivitasBakteri Gram
PositifterhadapKatekinyangDiekstraksi dariGambir (UncariaGambir)AGRITECH. 28 (4).
Pratiwi R. 2005. Perbedaandayahambatterhadap Streptococcus mutansdari
beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.). 38(2):64-67.
Sabir A. 2005. Aktivitasantibakteri flavonoid propolisTrigonaspterhadapbakteriStreptococcusmutans (in vitro).
Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.).38 (3) 135–141.
Sreejith M, Kannappan N,Santhiagu A, Mathew AP. 2013.Phytochemical, Antioxidant and Anthelmintic activities
of various leafextracts of FlacourtiasepiariaRoxb. Asian Pac J Trop Biomed. 3(12): 947-953

Anda mungkin juga menyukai