Diusulkan oleh :
Dati.A.Pradja (3211151001)
Jurusan : Kimia
CIMAHI 2017
Jl. Terusan jend.Sudirman PO BOX 148 cimahi 40533 telp./fax (022) 6610233
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting, karena gigi dan mulut yang
sehat memungkinkan seseorang untuk makan, berbicara dan bersosialisasi dengan nyaman
tanpa mengalami rasa sakit. Namun, pada kenyataannya kondisi ini sulit dicapai. Hal ini
tergambar lewat banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditemukan di
masyarakat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional pada tahun 2013,
prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai 25,9% dan sebanyak 14
provinsi di Indonesia memiliki prevalensi masalah gigi dan mulut di atas prevalensi
nasional. Provinsi Sulawesi Utara menduduki urutan keenam dari 14 provinsi tersebut
dengan prevalensi masalah gigi dan mulut sebesar 31,6% (Anonim, 2013).
Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang
sering dijumpai di masyarakat. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, pada
tahun 2010 terdapat 92.979 masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit umum milik
(Anonim, 2012). Penyakit periodontal merupakan infeksi pada ronga mulut yang mengenai
ditemukan pada plak menunjukkan adanya bakteri Gram negatif tertentu pada penyakit
yang biasanya berjalan lambat. Penyebab utama periodontitis ini ialah bakteri Porphyromonas
gingivalis. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri anaerob Gram negatif yang berkoloni
dalam jaringan mulut dan tumbuh serta berkembang pada biofilm subgingiva (Fedi dkk, 2004;
Yilmaz, 2008). Perawatan pada penderita periodontitis kronis ialah dengan melakukan scalling
dan root planning disertai dengan terapi obat. Pemberian obat antibiotik seperti metronidazol
merupakan terapi obat yang diberikan kepada penderita periodontitis ini. Namun, menurut
Ardila, dkk penggunaan antibiotik yang kurang tepat dan berlebihan dapat mengakibatkan
bakteri Porphyromonas gingivalis resisten terhadap obat antibiotik yang telah diberikan
penggunaan obat herbal dari bahan alam menjadi salah satu alternatif lain dalam perawatan
periodontitis kronis. Penggunaan obat herbal dari bahan alam secara umum dinilai lebih aman
daripada penggunaan obat modern, karena obat herbal sebagai obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern (Sari, 2006).
Bahan alam yang digunakan sebagai obat herbal salah satunya ialah tanaman pacar air
(Impatiens balsamina). Di Indonesia tanaman ini tidak hanya digunakan sebagai obat herbal,
tetapi juga sering ditemukan sebagai tanaman hias dan kadang-kadang sebagai tumbuhan liar.
Tanaman pacar air terdiri atas akar, batang, buah, biji, bunga, dan daun. Daun pacar air
(Impatiens balsamina L.) dipercaya memiliki efek farmakologis, karena mengandung senyawa
flavonoid, steroid, saponin, tanin, dan kuinon yang bersifat antibakteri. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina L.) terbukti
kronis belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun pacar air
bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun pacar air dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis serta menilai besar daya hambat ekstrak daun
pacar air terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dilihat dari zona
hambatnya.
berikut:
1. Bagaimana aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari daun tumbuhan pacar air?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari daun tumbuhan pacar
air
1.4 Manfaat
dilakukan di laboratorium prodi kimia fakultas MIPA UNJANI ,Cimahi. Penelitian ini
mempunyai tujuan agar dapat mengetahui aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari
Tahapan pelaksanaan
a. Persiapan Sampel
b. Ekstraksi.
c. Partisi.
d. Fraksinasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang,
warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan
Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset
daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar.
Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2
sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akarserabut.
Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat
dua atau lebih bakal biji. Buahmembuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti.
Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic.
Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah,
ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan
ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak
samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya.
Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2
cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan
panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih
pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala
sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya
Habitatnya pada daerah beriklim tropical, namun tidak dapat hidup pada daerah
yang kering. Tanaman ini sangat peka terhadap hama, biasanya tumbuh di pekarangan
Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga yang
minyak terbang, dan turunan kaempherol, dan ada juga kandungan racunnya, dan oleh
Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit
sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan
steroid.
e) Manfaat Tanaman Pacar Air
penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan oleh tumbuhan pacar air adalah: tumor
usus, kanker saluran pencernaan, usus buntu, menurunkan kolesterol, tekanan darah
tinggi, rematik, pembengkakan, sakit pinggang, kaku pinggang, leher kaku, tarsuga
2. Kumarin
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan
tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari segi biogenetik,
kerangka benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari asam-asam sinamat, melalui orto-
besar tahap-tahap reaksi tersebut masih belum jelas. Misalnya reaksi isomerisasi cis-
trans dari asam orto-hidroksikumarat mungkin berlangsung dengan katalis enzim atau
(Zainab, 2007)
Struktur Senyawa Kumarin
3. Antibakteri
rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu bahan anti bakteri adalah
antibiotik. Antimikroba dapat berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami.
Antimikroba sintetik dapat dihasilkan dengan membuat suatu senyawa yang sifatnya
mirip dengan aslinya yang dibuat secara besar-besaran sedangkan yang alami
Menurut Aulia (2008), antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang
kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti. Namun mekanisme aksi ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun
dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan
kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau
secara khusus untuk mengobati infeksi. Mekanisme keja antibakteri dapat tejadi
melalui beberapa cara yaitu kerusakan pada dinding sel, perubahan permeabilitas sel,
dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Banyak faktor dan keadaan yang
bakteri, spesies bakteri, adanya bahan organik, suhu, dan pH lingkungan (Fajrina et al.,
2008).
Menurut Effionora (1990) dalam Majid (2009), berdasarkan mekanisme
sintesis dinding sel. Tekanan osmotik dalam sel mikroba lebih tinggi dari pada di luar
sel, sehingga kerusakan dinding sel mikroba akan menyebaakan terjadinya lisis yang
Salah satu khasiat yang dimiliki oleh daun pacar air Impatiens balsamina L.
yaitu dapat mengobati radang pinggir kuku : cantengan (paronychia) yang disebabkan
METODOLOGI PENELITIAN
- dibersihkan
- dihaluskan
- dimaserasi dengan
etanol 24 jam
- di saring
- Dievaporasi
Ekstrak pekat
- Uji antibakteri
Hasil
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
2. Pisau 7. media NA
5. Kolom KVC
3.2.2 Bahan
2. Metanol
5. Biakan bakteri
6. - N-heksana
3.3 Prosedur penelitian
a. Persiapan Sampel
Sampel berupa daun tumbuhan pacar air dikumpulkan, dicuci dan dikeringkan
di udara terbuka. Sampel yang sudah kering dibuat menjadi potongan kecil lalu
b. Ekstraksi.
tumbuhan pacar kedalam pelarut etanol 96%, sampai terendam seluruhnya selama ±
24 jam, kemudian disaring dengan kertas penyaring. Residu kembali dimaserasi lagi
dengan cara yang sama, sampai 3x. Ekstrak hasil maserasi atau filtrat yang dihasilkan,
dilakukan dengan menggunakan alat Rotary evaporator pada suhu 45-50°C, sampai
pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental daun Tanaman Pacar Air (
dengan menggunakan larutan CMC 0,1 %. Larutan CMC 0,1% dibuat dengan
melarutkan 0,1 gram serbuk CMC ke dalam 100 mL aquades steril. Setiap seri
konsentrasi dibuat dengan menambahkan larutan CMC 0,1%, kedalam beberapa gram
ekstrak kental buah mengkudu, sampai volumenya 3 mL. Jumlah ekstrak yang
Tabel 1. Jumlah ekstrak yang digunakan untuk pembuatan stok konsentrasi ekstrak
(gram)
10 0,3
20 0,6
30 0,9
40 1,2
50 1,5
60 1,8
70 2,1
80 2,4
90 2,7
100 3,0
dalam erlenmeyer berisi 10 mL media NB. Media NB dibuat dengan cara melarutkan
8 gram bubuk media NB dalam aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan media
pada tekanan 1 atm, suhu 121°C. Kultur bakteri dalam media NB selanjutnya
kecepatan putaran 120 rpm selama 12-18 jam. Kultur bakteri yang semula jernih akan
berubah menjadi keruh, yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri setelah masa
inkubasi. Kultur bakteri kemudian dibuat stok bakteri, dengan menumbuhkan bakteri
pada media NA miring. Setiap kultur bakteri diambil 1 ose dan digoreskan pada tabung
gram bubuk media NA dalam aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan media
dipanaskan sampai bubuk media NA benar-benar larut, dan dimasukkan dalam tabung
selama 15 menit pada tekanan 1 atm, suhu 121°C. Tabung reaksi selanjutnya
dalam media NA miring kemudian diinkubasi selama 12-18 jam dalam inkubator suhu
37ºC. Koloni yang terbentuk, menunjukkan pertumbuhan bakteri. Stok bakteri dapat
langsung digunakan untuk uji atau bila tidak digunakan, dapat disimpan dalam lemari
pendingin. Bakteri diregenerasi setiap dua minggu sekali dengan cara yang sama.
e. Uji Antibakteri
Pembuatan Kurva Standar : Biakan murni Bacillus cereus ATCC 1178,
berisi MHB, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Sebanyak 1 mL kultur murni
MHA dengan metode sebar, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, dan
absorbansi dapat menunjukkan jumlah sel bakteri, dengan cara memasukan ke dalam
melakukan uji pendahuluan untuk mengetahui penghambatan ekstrak etanol daun pacar
air terhadap bakteri uji, dengan metode difusi/sumuran. Metode sumuran dilakukan
dengan menggunakan media MHA yang bercampur dengan bakteri uji didalamnya.
Media MHA dibuat dengan cara melarutkan 38 gram bubuk media MHA dalam
aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan dipanaskan sampai bubuk benar benar larut,
autoklaf selama 15 menit pada tekanan 1 atm, 121°C. Media MHA yang sudah steril,
didiamkan sampai kisaran suhu 50-60ºC, kemudian secara aseptis dicampurkan kultur
bakteri uji dengan perbandingan 1:3 (bakteri : media). Media yang sudah bercampur
bakteri uji dituang kedalam cawan petri steril masing-masing 10 mL, dan dibiarkan
memadat. Media padat yang bercampur bakteri uji, dibuat sumuran dengan
berbagai uji, untuk mengetahui aktivitas penghambatan larutan uji terhadap bakteri uji.
Larutan uji yang digunakan adalah larutan CMC 0,1%, etanol 96%, amoxicillin 250
mg, formalin 1%, dan 10 seri konsentrasi ekstrak etanol daun pacar air. Masing-masing
larutan uji diinjeksikan sebanyak 25 μL ke dalam cawan petri yang berisi 10 mL media
MHA bercampur bakteri, dan dilakukan inkubasi selama 12-18 jam suhu 37ºC dalam
inkubator. Hasil inkubasi akan menunjukkan adanya koloni bakteri uji dan zona bening
disekitar sumuran, yang menandakan adanya efek penghambatan larutan uji terhadap
bakteri uji. Zona bening yang ada merupakan zona hambat, dapat diukur dengan
menggunakan jangka sorong. Penentuan MIC dan MBC dilakukan dengan metode
dilusi/pengenceran, media yang digunakan adalah MHB. Penentuan MIC dan MBC
untuk 1 bakteri uji digunakan 20 tabung reaksi, yang masing-masing berisi 5 mL media
MHB. Media MHB dibuat dengan cara melarutkan 21 gram bubuk media MHB dalam
aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan dipanaskan sampai bubuk benarbenar larut,
5 mL media MHB steril, ditambahkan 200 μL dari 10 seri konsentrasi ekstrak etanol
daun pacar air dan ditambahkan 200 μL kultur bakteri dari hasil pengenceran.
Pengenceran kultur bakteri dilakukan dengan cara menambahkan 200 μL kultur bakteri
dari 10 mL media MHB yang telah diinkubasi selama 12-18 jam ke dalam tabung reaksi
berisi 4800 μL media MHB steril (total volume 5 mL). Sepuluh tabung reaksi berisi 5
mL media MHB yang telah ditambahkan dengan 10 seri konsentrasi ekstrak etanol
daun pacar air dan kultur bakteri, kemudian diukur Optical Density (OD) bakteri
perlakuan atau kontrol. Sepuluh tabung reaksi lainnya, diinkubasi selama 12-18 jam
pada suhu 37°C dalam inkubator. Hasil inkubasi diukur Optical Density (OD) bakteri
(OD bakteri adalah ≤ 0), maka didapatkan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau
dilakukan uji lanjutan dengan cara mengambil 200 μL dari konsentrasi yang
menunjukkan MIC, ditambahkan kedalam tabung reaksi berisi 5 mL media MHB steril.
Tabung reaksi diinkubasi selama 12-18 jam pada suhu 37ºC dalam inkubator,
Apabila hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi terendah ekstrak etanol daun pacar
air mempunyai OD adalah 0 (tidak adanya kekeruhan), maka didapatkan Konsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
Adfa, M., 2000, Isolasi Kumarin dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.), Tesis,
Program Pasca sarjana, Universitas Andalas, Padang.
Ardila CM, Lopez MA, Guzman IC. 2010. High resistance against clyndamycin,
metronidazole, and amoxicillin in Porphyromonas gingivalis and Aggregatibacter
actinomycetemcomitans isolated of periodontal disease. Med oral patol oral cir bucal.; 15(6):
h.e950.
Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. 2004. Silabus periodonti. Alih bahasa: Amaliya. EGC.
Jakarta;.h.13-33.
Masters, 1987. Book Vegetable Teratology. Journal of Botany. London, Vol. 5 page
158.
Mustarichie Resmi, dkk. 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat. Bandung: Widya
Padjajaran.
Philip, K., Sinniah, S. K., Muniandy, S. 2009. Antimicrobial Peptides in Aqueous and
Ethanolic Extracts from Microbial, Plant and Fermented Sources. Biotecnology, 8: 248-
253.
Sari LORK. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan
keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian; III(1): h.6.
Sekeon CG, Wuisan J, Juliatri. 2015. Efektifitas antibakteri ekstrak daun pacar air (Impatiens
balsamina L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans secara
RENCANA KEGIATAN
1 Proposal
2 Studi Literatur
3 Penelitian /Kerja
3.c Penelitian
4 Analisa Data
Bimbingan /
5
Penulisan skripsi
6 Seminar
7 Sidang
RINCIAN BIAYA
Jumlah Rp1.900.000,-