Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

“AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI KUMARIN DARI DAUN

TUMBUHAN PACAR AIR (Impatient balsamina L.)”

Diusulkan oleh :

Dati.A.Pradja (3211151001)

Rohmatutib Fathurrohman (3211151002)

Shindi Mulfani Defara (3211151003)

Jurusan : Kimia

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS MIPA

CIMAHI 2017

Jl. Terusan jend.Sudirman PO BOX 148 cimahi 40533 telp./fax (022) 6610233
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanng

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting, karena gigi dan mulut yang

sehat memungkinkan seseorang untuk makan, berbicara dan bersosialisasi dengan nyaman

tanpa mengalami rasa sakit. Namun, pada kenyataannya kondisi ini sulit dicapai. Hal ini

tergambar lewat banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditemukan di

masyarakat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional pada tahun 2013,

prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai 25,9% dan sebanyak 14

provinsi di Indonesia memiliki prevalensi masalah gigi dan mulut di atas prevalensi

nasional. Provinsi Sulawesi Utara menduduki urutan keenam dari 14 provinsi tersebut

dengan prevalensi masalah gigi dan mulut sebesar 31,6% (Anonim, 2013).

Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang

sering dijumpai di masyarakat. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011, pada

tahun 2010 terdapat 92.979 masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit umum milik

Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah karena menderita penyakit periodontal

(Anonim, 2012). Penyakit periodontal merupakan infeksi pada ronga mulut yang mengenai

jaringan periodontal. Penyebab utama penyakit ini yaitu mikroorganisme yang

berkolonisasi di permukaan gigi (plak bakteri). Kultur mikroorganisme (bakteri) yang

ditemukan pada plak menunjukkan adanya bakteri Gram negatif tertentu pada penyakit

periodontitis spesifik seperti periodontitis kronis (Fedi dkk,2004).


Periodontitis kronis atau yang biasa disebut periodontitis dewasa merupakan tipe periodontitis

yang biasanya berjalan lambat. Penyebab utama periodontitis ini ialah bakteri Porphyromonas

gingivalis. Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri anaerob Gram negatif yang berkoloni

dalam jaringan mulut dan tumbuh serta berkembang pada biofilm subgingiva (Fedi dkk, 2004;

Yilmaz, 2008). Perawatan pada penderita periodontitis kronis ialah dengan melakukan scalling

dan root planning disertai dengan terapi obat. Pemberian obat antibiotik seperti metronidazol

merupakan terapi obat yang diberikan kepada penderita periodontitis ini. Namun, menurut

Ardila, dkk penggunaan antibiotik yang kurang tepat dan berlebihan dapat mengakibatkan

bakteri Porphyromonas gingivalis resisten terhadap obat antibiotik yang telah diberikan

(Ardila dkk, 2010).

Resistennya Porphyromonas gingivalis terhadap obat antibiotik memungkinkan

penggunaan obat herbal dari bahan alam menjadi salah satu alternatif lain dalam perawatan

periodontitis kronis. Penggunaan obat herbal dari bahan alam secara umum dinilai lebih aman

daripada penggunaan obat modern, karena obat herbal sebagai obat tradisional memiliki efek

samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern (Sari, 2006).

Bahan alam yang digunakan sebagai obat herbal salah satunya ialah tanaman pacar air

(Impatiens balsamina). Di Indonesia tanaman ini tidak hanya digunakan sebagai obat herbal,

tetapi juga sering ditemukan sebagai tanaman hias dan kadang-kadang sebagai tumbuhan liar.

Tanaman pacar air terdiri atas akar, batang, buah, biji, bunga, dan daun. Daun pacar air

(Impatiens balsamina L.) dipercaya memiliki efek farmakologis, karena mengandung senyawa

flavonoid, steroid, saponin, tanin, dan kuinon yang bersifat antibakteri. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak daun pacar air (Impatiens balsamina L.) terbukti

efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas


aeruginosa, Streptococcus mutans, dan Aeromonas hydrophila (Sekeon dkk, 2015). Namun,

penelitian terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis sebagai bakteri penyebab periodontitis

kronis belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun pacar air

(Impatiens balsamina L.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun pacar air dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis serta menilai besar daya hambat ekstrak daun

pacar air terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dilihat dari zona

hambatnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari daun tumbuhan pacar air?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari daun tumbuhan pacar

air

1.4 Manfaat

1. Memberikan informasi aktivitas antibakteri dari fraksi kumarin bagian daun

tumbuhan impatien balsamina L


2. Menjadi awal untuk pengembangan turunan dan eksplorasi senyawa dari

tumbuhan Impatein balsamina L yang mudah dibudidayakan untuk antibakteri

1.5 Metoda Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sungguhan yang akan

dilakukan di laboratorium prodi kimia fakultas MIPA UNJANI ,Cimahi. Penelitian ini

mempunyai tujuan agar dapat mengetahui aktivitas antibakteri fraksi kumarin dari

daun tumbuhan pacar air.

Tahapan pelaksanaan

a. Persiapan Sampel

b. Ekstraksi.

c. Partisi.

d. Fraksinasi.

e. Uji aktivitas antibakteri.

1.6 Tempat dan Waktu

Waktu : 2 November 2017 – 16 Juni 2017

Tempat : Laboratorium Kimia FMIPA UNJANI Cimahi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Pacar Air ( Impatient balsamina L.)

a) Klasifikasi Tanaman Pacar Air

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Ericales

Famili : Balsaminaceae

Genus : Impatiens

Spesies : Impatiens balsamina L (Philip, dkk, 2009)


b) Morfologi Tanaman Pacar Air

Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang,

warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan

tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.

Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset

memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna

daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar.

Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2

sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akarserabut.

Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat

dua atau lebih bakal biji. Buahmembuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti.

Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic.

Embrio akan mengalami diferensiasi.

Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah,

ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan

terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di

ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak

samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya.

Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2

cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan
panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih

pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala

sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya

berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik.

c) Habitat Tanaman Pacar Air

Habitatnya pada daerah beriklim tropical, namun tidak dapat hidup pada daerah

yang kering. Tanaman ini sangat peka terhadap hama, biasanya tumbuh di pekarangan

rumah pada ketinggian 1-900 m.

d) Kandungan Kimiawi Tanaman Pacar Air

Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga yang

mengandung anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol,

quercetin. Sementara biji mengandung saponin dan kandungan minyak seperti γ-

spinasterol, β-ergosterol, balsaminasterol, parianaric acid, quercetin, nephthaquinon,

minyak terbang, dan turunan kaempherol, dan ada juga kandungan racunnya, dan oleh

karena itu harus diperhatikan kontra indikasi pemakaian (Anonymous, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit

sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan

steroid.
e) Manfaat Tanaman Pacar Air

Pacar air berkasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jenis-jenis

penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan oleh tumbuhan pacar air adalah: tumor

usus, kanker saluran pencernaan, usus buntu, menurunkan kolesterol, tekanan darah

tinggi, rematik, pembengkakan, sakit pinggang, kaku pinggang, leher kaku, tarsuga

(terkena duri ikan ditenggorokan), sigurdongon (peradangan dipinggir kuku),

merangsang pertumbuhan rambut, pewarnaan kuku seperti kuteks, mengatasi

keputihan (leukorea) dan lain-lain (Mustarichie Resmi, dkk. 2011)

2. Kumarin

Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan

tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari segi biogenetik,

kerangka benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari asam-asam sinamat, melalui orto-

hidroksilasi. Asam orto-kumarat yang dihasilkan setelah menjalani isomerisasi cis-

trans, menjalani kondensasi.

Penelitian mengenai biosintesis kumarin pada beberapa jenis tumbuhan

ternyata mendukung biosintesa ini. Walaupun demikian, mekanisme dari sebagian

besar tahap-tahap reaksi tersebut masih belum jelas. Misalnya reaksi isomerisasi cis-

trans dari asam orto-hidroksikumarat mungkin berlangsung dengan katalis enzim atau

melalui proses fotokimia atau suatu proses reduksi-dehidrogenasi yang beruntun.

(Zainab, 2007)
Struktur Senyawa Kumarin

3. Antibakteri

Menurut Majid (2009) antibakteri adalah senyawa-senyawa kimia alami kadar

rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu bahan anti bakteri adalah

antibiotik. Antimikroba dapat berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami.

Antimikroba sintetik dapat dihasilkan dengan membuat suatu senyawa yang sifatnya

mirip dengan aslinya yang dibuat secara besar-besaran sedangkan yang alami

didapatkan langsung dari organisme yang menghasilkan senyawa tersebut dengan

melakukan proses pengekstrakan.

Menurut Aulia (2008), antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang

digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan

manusia. Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian

bakteri yaitu germisid, bakterisid, bakteriostatik, antiseptik, desinfektan. Mekanisme

kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti. Namun mekanisme aksi ini dapat

dikelompokkan dalam empat hal utama:


a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel

b. Penghambatan terhadap fungsi membran sel

c. Penghambatan terhadap sintesis protein

d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat

Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun

dinding sel, (2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan

kehilangan komponen penyusun sel, (3) menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau

kerusakan fungsi material genetik. Kemampuan senyawa antimikroba untuk

menghambat aktivitas pertumbuhan mikroba dalam sistem pangan dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, pH (keasaman), ketersediaan oksigen,

dan interaksi/sinergi antara beberapa faktor tersebut (Wijaningsih, 2008).

Antibakteri adalah zat yang menghambat pertumbuhan bakteri dan digunakan

secara khusus untuk mengobati infeksi. Mekanisme keja antibakteri dapat tejadi

melalui beberapa cara yaitu kerusakan pada dinding sel, perubahan permeabilitas sel,

dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Banyak faktor dan keadaan yang

dapat mempengaruhi kerja antibakteri, antara lain konsentrasi antibakteri, jumlah

bakteri, spesies bakteri, adanya bahan organik, suhu, dan pH lingkungan (Fajrina et al.,

2008).
Menurut Effionora (1990) dalam Majid (2009), berdasarkan mekanisme

kerjanya antibiotik dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu menghambat proses

sintesis dinding sel. Tekanan osmotik dalam sel mikroba lebih tinggi dari pada di luar

sel, sehingga kerusakan dinding sel mikroba akan menyebaakan terjadinya lisis yang

merupakan dasar dari efek bakterisidal terhadap mikroba yang peka.

Salah satu khasiat yang dimiliki oleh daun pacar air Impatiens balsamina L.

yaitu dapat mengobati radang pinggir kuku : cantengan (paronychia) yang disebabkan

oleh jamur dan bakteri (Masters, 1987).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Daun Pacar air (Impatiens


balsamina L.)

- dibersihkan

- dihaluskan

Daun pacar air

- dimaserasi dengan
etanol 24 jam
- di saring

Ekstrak cair Residu

- Dievaporasi

Ekstrak pekat

- Dibuat seri konsentrasi ekstrak daun


pacar air (Impatiens balsamina L.)

- Disiapkan Inokulum Bakteri

- Uji antibakteri

Hasil
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan:

1. Blender 6. media Nutrien broth (NB)

2. Pisau 7. media NA

3. Corong pisah 8. Cawan petri

4. Penguap putar 9. Termometer

5. Kolom KVC

3.2.2 Bahan

1. Daun tumbuhan pacar air

2. Metanol

3. Rotary vaccum evaporator

4. Pelarut kloroform:aseton (7:3)

5. Biakan bakteri

6. - N-heksana
3.3 Prosedur penelitian

a. Persiapan Sampel

Sampel berupa daun tumbuhan pacar air dikumpulkan, dicuci dan dikeringkan

di udara terbuka. Sampel yang sudah kering dibuat menjadi potongan kecil lalu

dihaluskan dengan blender.

b. Ekstraksi.

Maserasi dilakukan dengan merendam sebanyak 500 gram serbuk daun

tumbuhan pacar kedalam pelarut etanol 96%, sampai terendam seluruhnya selama ±

24 jam, kemudian disaring dengan kertas penyaring. Residu kembali dimaserasi lagi

dengan cara yang sama, sampai 3x. Ekstrak hasil maserasi atau filtrat yang dihasilkan,

ditampung menjadi satu dan diuapkan, untuk memisahkan pelarutnya. Penguapan

dilakukan dengan menggunakan alat Rotary evaporator pada suhu 45-50°C, sampai

pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental daun Tanaman Pacar Air (

Impatient balsamina L.).

c. Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak daun Tanaman Pacar Air (

Impatient balsamina L.).

Ekstrakdaun tanaman daun pacar air, dibuat 10 seri konsentrasi (10%-100%)

dengan menggunakan larutan CMC 0,1 %. Larutan CMC 0,1% dibuat dengan
melarutkan 0,1 gram serbuk CMC ke dalam 100 mL aquades steril. Setiap seri

konsentrasi dibuat dengan menambahkan larutan CMC 0,1%, kedalam beberapa gram

ekstrak kental buah mengkudu, sampai volumenya 3 mL. Jumlah ekstrak yang

digunakan untuk penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah ekstrak yang digunakan untuk pembuatan stok konsentrasi ekstrak

Konsentrasi ( % ) Ekstrak etanol buah mengkudu

(gram)

10 0,3

20 0,6

30 0,9

40 1,2

50 1,5

60 1,8

70 2,1

80 2,4

90 2,7

100 3,0

d. Penyiapan Inokulum Bakteri

Biakan murni bakteri Bacillus cereus ATCC 1178, Staphylococcus

saprophyticus ATCC 15305, Enterobacter aerogenes ATCC 13048, dan Eschericia


coli ATCC 11229 pada NA miring, masing-masing digores 1 ose dan ditumbuhkan

dalam erlenmeyer berisi 10 mL media NB. Media NB dibuat dengan cara melarutkan

8 gram bubuk media NB dalam aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan media

dipanaskan sampai bubuk media NB benar-benar larut, dan dimasukkan dalam

erlenmeyer, kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit

pada tekanan 1 atm, suhu 121°C. Kultur bakteri dalam media NB selanjutnya

diinkubasi pada suhu kamar dengan cara digoyang-goyang menggunakan shaker

kecepatan putaran 120 rpm selama 12-18 jam. Kultur bakteri yang semula jernih akan

berubah menjadi keruh, yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri setelah masa

inkubasi. Kultur bakteri kemudian dibuat stok bakteri, dengan menumbuhkan bakteri

pada media NA miring. Setiap kultur bakteri diambil 1 ose dan digoreskan pada tabung

reaksi berisi 5 mL media NA miring. Media NA dibuat dengan cara melarutkan 20

gram bubuk media NA dalam aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan media

dipanaskan sampai bubuk media NA benar-benar larut, dan dimasukkan dalam tabung

reaksi masing-masing 5 mL. Kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf

selama 15 menit pada tekanan 1 atm, suhu 121°C. Tabung reaksi selanjutnya

dimiringkan agar media NA didalamnya membeku berbentuk miring. Bakteri-bakteri

dalam media NA miring kemudian diinkubasi selama 12-18 jam dalam inkubator suhu

37ºC. Koloni yang terbentuk, menunjukkan pertumbuhan bakteri. Stok bakteri dapat

langsung digunakan untuk uji atau bila tidak digunakan, dapat disimpan dalam lemari

pendingin. Bakteri diregenerasi setiap dua minggu sekali dengan cara yang sama.

e. Uji Antibakteri
Pembuatan Kurva Standar : Biakan murni Bacillus cereus ATCC 1178,

Staphylococcus saprophyticus ATCC 15305, Enterobacter aerogenes ATCC 13048,

dan Escherichia coli ATCC 11229 masing-masing diregenerasi dalam erlenmeyer

berisi MHB, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Sebanyak 1 mL kultur murni

diambil dan dimasukkan ke dalam 9 mL MHB dan dihitung sebagai pengenceran

pertama (10-1). Pengenceran pertama dihomogenisasi dengan vortex kemudian diambil

1 mL kultur dan dimasukkan ke dalam 9 mL MHB. Pengenceran ini dihitung sebagai

pengenceran kedua (10-2), begitu seterusnya hingga pengenceran keenam. Masing-

masing pengenceran diambil 40 μL kultur bakteri dan dituang ke dalam 10 mL media

MHA dengan metode sebar, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C, dan

dihitung jumlah selnya. Masing-masing kultur pada seri pengenceran diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UVVis pada panjang

gelombang 480 nm. Panjang gelombang tersebut digunakan karena berdasarkan

percobaan dapat menunjukkan nilai absorbansi terhadap seri pengenceran kultur

bakteri dengan ketelitian tertinggi dibanding panjang gelombang lainnya. Nilai

absorbansi dapat menunjukkan jumlah sel bakteri, dengan cara memasukan ke dalam

persamaan garis kurva standar y = bx + a, dimana y = jumlah sel, dan x = besarnya

nilai absorbansi. Pengujian aktivitas antibakteri, kali pertama dilakukan dengan

melakukan uji pendahuluan untuk mengetahui penghambatan ekstrak etanol daun pacar

air terhadap bakteri uji, dengan metode difusi/sumuran. Metode sumuran dilakukan

dengan menggunakan media MHA yang bercampur dengan bakteri uji didalamnya.

Media MHA dibuat dengan cara melarutkan 38 gram bubuk media MHA dalam
aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan dipanaskan sampai bubuk benar benar larut,

selanjutnya dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dilakukan sterilisasi menggunakan

autoklaf selama 15 menit pada tekanan 1 atm, 121°C. Media MHA yang sudah steril,

didiamkan sampai kisaran suhu 50-60ºC, kemudian secara aseptis dicampurkan kultur

bakteri uji dengan perbandingan 1:3 (bakteri : media). Media yang sudah bercampur

bakteri uji dituang kedalam cawan petri steril masing-masing 10 mL, dan dibiarkan

memadat. Media padat yang bercampur bakteri uji, dibuat sumuran dengan

menggunakan besi pelubang berdiameter 6 mm. Pada sumuran tersebut dilakukan

berbagai uji, untuk mengetahui aktivitas penghambatan larutan uji terhadap bakteri uji.

Larutan uji yang digunakan adalah larutan CMC 0,1%, etanol 96%, amoxicillin 250

mg, formalin 1%, dan 10 seri konsentrasi ekstrak etanol daun pacar air. Masing-masing

larutan uji diinjeksikan sebanyak 25 μL ke dalam cawan petri yang berisi 10 mL media

MHA bercampur bakteri, dan dilakukan inkubasi selama 12-18 jam suhu 37ºC dalam

inkubator. Hasil inkubasi akan menunjukkan adanya koloni bakteri uji dan zona bening

disekitar sumuran, yang menandakan adanya efek penghambatan larutan uji terhadap

bakteri uji. Zona bening yang ada merupakan zona hambat, dapat diukur dengan

menggunakan jangka sorong. Penentuan MIC dan MBC dilakukan dengan metode

dilusi/pengenceran, media yang digunakan adalah MHB. Penentuan MIC dan MBC

untuk 1 bakteri uji digunakan 20 tabung reaksi, yang masing-masing berisi 5 mL media

MHB. Media MHB dibuat dengan cara melarutkan 21 gram bubuk media MHB dalam

aquades, sampai volume 1 Liter. Larutan dipanaskan sampai bubuk benarbenar larut,

selanjutnya dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilakukan sterilisasi menggunakan


autoklaf selama 15 menit pada tekanan 1 atm, 115°C. Setiap tabung reaksi yang berisi

5 mL media MHB steril, ditambahkan 200 μL dari 10 seri konsentrasi ekstrak etanol

daun pacar air dan ditambahkan 200 μL kultur bakteri dari hasil pengenceran.

Pengenceran kultur bakteri dilakukan dengan cara menambahkan 200 μL kultur bakteri

dari 10 mL media MHB yang telah diinkubasi selama 12-18 jam ke dalam tabung reaksi

berisi 4800 μL media MHB steril (total volume 5 mL). Sepuluh tabung reaksi berisi 5

mL media MHB yang telah ditambahkan dengan 10 seri konsentrasi ekstrak etanol

daun pacar air dan kultur bakteri, kemudian diukur Optical Density (OD) bakteri

dengan menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm) sebagai pembanding sebelum

perlakuan atau kontrol. Sepuluh tabung reaksi lainnya, diinkubasi selama 12-18 jam

pada suhu 37°C dalam inkubator. Hasil inkubasi diukur Optical Density (OD) bakteri

dengan menggunakan spektrofotometer (λ 480 nm), sebagai pembanding sesudah

perlakuan inkubasi. MIC ditentukan dengan membandingkan OD setelah perlakuan

inkubasi dikurangi OD sebelum perlakuan. Apabila terdapat konsentrasi terendah yang

22 menghambat pertumbuhan bakteri, ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan

(OD bakteri adalah ≤ 0), maka didapatkan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) atau

Minimal Inhibitory Concentration (MIC). Sedangkan untuk menentukan MBC,

dilakukan uji lanjutan dengan cara mengambil 200 μL dari konsentrasi yang

menunjukkan MIC, ditambahkan kedalam tabung reaksi berisi 5 mL media MHB steril.

Tabung reaksi diinkubasi selama 12-18 jam pada suhu 37ºC dalam inkubator,

selanjutnya dilakukan pengukuran OD kembali dengan spektrofotometer (λ 480 nm).

Apabila hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi terendah ekstrak etanol daun pacar
air mempunyai OD adalah 0 (tidak adanya kekeruhan), maka didapatkan Konsentrasi

Bakterisidal Minimum (KBM) atau Minimum Bactericidal Concentration (MBC).

DAFTAR PUSTAKA

Adfa, M., 2000, Isolasi Kumarin dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.), Tesis,
Program Pasca sarjana, Universitas Andalas, Padang.

Ardila CM, Lopez MA, Guzman IC. 2010. High resistance against clyndamycin,
metronidazole, and amoxicillin in Porphyromonas gingivalis and Aggregatibacter
actinomycetemcomitans isolated of periodontal disease. Med oral patol oral cir bucal.; 15(6):
h.e950.
Fedi PF, Vernino AR, Gray JL. 2004. Silabus periodonti. Alih bahasa: Amaliya. EGC.
Jakarta;.h.13-33.

Masters, 1987. Book Vegetable Teratology. Journal of Botany. London, Vol. 5 page
158.

Mustarichie Resmi, dkk. 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat. Bandung: Widya
Padjajaran.

Philip, K., Sinniah, S. K., Muniandy, S. 2009. Antimicrobial Peptides in Aqueous and
Ethanolic Extracts from Microbial, Plant and Fermented Sources. Biotecnology, 8: 248-
253.

Sari LORK. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan
keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian; III(1): h.6.

Sekeon CG, Wuisan J, Juliatri. 2015. Efektifitas antibakteri ekstrak daun pacar air (Impatiens
balsamina L.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans secara

RENCANA KEGIATAN

Tabel Rencana Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Bulan ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Proposal

2 Studi Literatur

3 Penelitian /Kerja

3.a Persiapan bahan

3.b Preparasi sampel

3.c Penelitian

4 Analisa Data

Bimbingan /
5
Penulisan skripsi

6 Seminar

7 Sidang

RINCIAN BIAYA

Tabel Rincian Biaya


No Uraian Biaya

1 Anggaran Bahan Habis Pakai Rp1.450.000,-

2 Anggaran Pembuatan proposal Rp200.000,-

3 Anggaran Lain Rp250.000,-

Jumlah Rp1.900.000,-

Anda mungkin juga menyukai