Anda di halaman 1dari 16

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon

Sthamineus Bth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas


Gingivalis

SKRIPSI

Mayangsari Putri Rahayu


15011103015

Dosen Pembimbing :
dr. Angela Fitriani C. MS.Epid, MSc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING
(Orthosiphon Sthamineus Bth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Porphyromonas Gingivalis”. Penulis membuat proposal skripsi ini untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelas Sarjana Kedokteran
Gigi pada Universitas Sam Ratulangi Manado.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini tidak mungkin


akan terwujud apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan
ini izinkan penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ellen Joan Kumaat, Msc, DEA selaku Rektor Universitas Sam
Ratulangi Manado.
2. Prof. dr. Adrian Umboh, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. Prof. dr. Pieter L. Suling, Msc, SpKK(K), FINSDV, FAADV selaku
Koordinator Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam
Ratulangi Manado.
4. dr. D.H.C Pangemanan, Mkes, AIFM, AIFO selaku sekertaris Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi Manado.
5. Seluruh staf dan pegawai Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Universitas Sam Ratulangi Manado.
6. Nurmiatyjafar Nur, Ssi di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Sam Ratulangi Manado.
7. Keluarga Tercinta Ayahanda Kuncoro Karyo Widodo, Ibunda Amelia
Dodowor, adik Tessalonika Putri Rahayu dan Larasati Putri Rahayu serta
seluruh keluarga besar terimakasih atas doa, motivasi dan bantuan materi
selama ini.
8. Teman-teman sejawat di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Universitas Sam Ratulangi Manado angkata 2015 “Gingixva” yang telah
bersama-sama dengan penulis dalam suka dan duka menjalani masa
perkuliahan.
9. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu
semuanya, yang sudah membantu berbagai hal dalam penyelesaian skripsi
ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih


kurang sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman
penulis. Namun demikian, skripsi ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kedokteran Gigi.

Manado 13 Oktober 2018

Penulis
Mayangsari Putri Rahayu
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Porphyromonas gingivalis merupakan flora normal rongga mulut
dan berperan dalam perkembangan penyakit mulut seperti penyakit
periodontal, halitosis, kanker mulut serta kondisi sistemik seperti diabetes
mellitus dan penyakit kardiovaskuler (Newman dkk., 2006; Ongole dan
Shenoy, 2010; Katz dkk., 2011). Bakteri tersebut dapat menjadi patogen
apabila terjadi penurunan fungsi sistem pertahanan tubuh dan peningkatan
jumlah bakteri, yang menyebabkan keseimbangan interaksi antara host dan
bakteri dalam rongga mulut terganggu (Lamont dan Jenkinson, 1998).

Porphyromonas gingivalis dapat menginduksi terjadinya gingivitis


dan periodontitis (Newman dkk., 2006). Laporan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 (RISKESDAS) menyatakan bahwa prevalensi nasional
masalah gigi dan mulut dijumpai sebesar 25,9 %. Prevalensi penyakit
periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia yaitu 96,58%. Dari
data Riskesdas ini, terdapat 31,1 % yang menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter
gigi spesialis), sementara 68,9 % lainnya tidak dilakukan perawatan.
Pengendalian pertumbuhan Porphyromonas gingivalis penting
dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang ditimbulkan bakteri tersebut
terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan obat kumur mengandung antibakteri
(Newman dkk., 2006; Nishihara dkk., 2009). Obat kumur yang saat ini
banyak digunakan adalah obat kumur yang mengandung clorhexidine,
namun obat kumur tersebut apabila digunakan secara berkepanjangan
dapat menyebabkan pewarnaan gigi dan 4 mengurangi daya pengecapan
(Newman dkk., 2006). Oleh karena itu, diperlukan penelitian terhadap
agen baru sebagai alternatif antibakteri khususnya terhadap
Porphyromonas gingivalis.

Banyak jenis tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat,


salah satunya adalah tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon Stamineus
Bth.) dari familia Lamiaceae. Tumbuhan kumis kucing merupakan salah
satu tanaman herbal yang dikenal berkhasiat sebagai anti bakteri karena
tumbuhan ini mengandung senyawa kimia yang mempunyai daya hambat
antibakteri yaitu, alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, saponin (Alshaws,
dkk., 2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Bth.)
terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan cara dibuatkan ekstrak
dari daun kumis kucing dan di masukan pada cawan petri berisi bakteri
Porphyromonas gingivalis kemudian di lihat daya hambatnya dan di
bandingkan dengan daya hambat dari ciprofloxacin sebagai kontrol positif
dan daya hambat dari aquades sebagai kontrol negatif.

B. Rumusan Masalah
Apakah ekstak tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Bth.)
Memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas
gingivalis ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui daya hambat tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon
Stamineus Bth.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan terhadap potensi ekstrak tumbuhan kumis
kucing (Orthosiphon Stamineus Bth.) terhadap pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis. Dan sebagai data sekunder untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Intuisi Pendidikan
Memberikan data mengenai ekstrak tumbuhan kumis kucing
(Orthosiphon Stamineus Bth.) terhadap pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis.
b. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pembudidayaan kumis kucing (Orthosiphon
Stamineus Bth.) sebagai pencegahan pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis.
c. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan tentang daya hambat tumbuhan kumis
kucing (Orthosiphon Stamineus Bth.) terhadap pertumbuhan
bakteri Porphyromonas gingivalis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Kumis Kucing


1. Deskripsi Umum
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai
istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah
(Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot
koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika
tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.

Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar


tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi
empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset,
lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 –
10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir
berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik
karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang
tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal
berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas
gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan
ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek
yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang
bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya
lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas.
Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
2. Taksonomi

Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosiphon
Jenis : Orthosiphon stamineus Benth( Anonim, 2000).

3. Nama Lain dari tumbuhan kumis kucing


a. Nama botani : Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani
Orthosiphon stamineus Benth., dan mempunyai sinonim Orthosiphon
aristatus Miq., Orthosiphon spicatus B.Bs, Orthosiphon grandiflorus
Bold.
b. Nama daerah : kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), sesalaseyan
(Madura) soengot koceng (Madura).
c. Nama asing : Mao xu cao ( C ), kattesnor ( B ), balbas-pusa, kabling
gubat (Tag.).
d. Nama simplisia :Orthosiphi Herba (herba kumis kucing)
(Dalimartha,2000).

4. Manfaat Tanaman
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan
obatobatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai
obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan
di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis
kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk
encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini
juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing
manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.

5. Kandungan kimia
Tumbuhan kumis kucing mengandung senyawa kimia yang
mempunyai daya hambat antibakteri yaitu, alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin (Alshaws, dkk., 2012).
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak
terdapat di alam. Flavonoid terdapat pada hampir semua tumbuhan
hijau (Markham, 2003). Jika dilihat dari strukturnya flavonoid
merupakan senyawa yang terdiri dari dua gugus C6 (Cincin
benzene tersubstitusi) yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon. Penggolongan flavonoid didasarkan pada perbedaan cincin
heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola berlainan.Flavanoid mempunyai efek yang sangat
banyak pada tiaptiap organisme. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa flavonoid mempunyai manfaat yang besar dalam dunia
pengobatan (Robinson,1995).
b. Tanin
Tanin merupakan senyawa fenolik polimer yang memiliki sifat
antibakteri dan astrigent (bersifat menciutkan). Mekanisme anti
bakteri pada tanin sebagai pengamat enzim reservase transcriptase
dan DNA topoisomerase, sehingga sel bakteri tidak terbentuk. Efek
antibakteri tanin berhubungan dengan kemampuannya untuk
menginaktifkan adhesi sel mikroba, menginaktifkan enzim dan
menggangu transport protein pada lapisan dalam sel.
c. Saponin
Saponin merupakan zat yang mempunyai sifat seperti sabun yang
dapat melarutkan kotoran. Mekanisme antibakteri pada saponin
dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel.
d. Alkaloid
Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglika pada sel bakteri
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk dan menyebabkan
kematian sel tersebut (Juliantina,2008).

Gambar 1. Tumbuhan kumis kucing


B. Porphyromonas gingivalis
1. Deskripsi Umum
Porphyromonas gingivalis merupakan flora normal di rongga
mulut. Porphy gingivalis adalah bakteri coccobacilli golongan gram
negatif, sering terdapat di daerah subgingiva, lidah dan tonsil.
Karakteristik Porphyromonas gingivalis ialah tidak bergerak,
asaccharolytic, pendek dan pleomorphic (Samaranayake, 2002).
Porphyromonas gingivalis berkembang secara anaerob ( tidak butuh
oksigen) berpigmen gelap pada media yang mengandung darah.
Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dipengaruh oleh hidrolisat
protein, seperti : trypticase, proteose peptone dan ekstrak yeast.
Pertumbuhannya dapat ditingkatkan dengan penambahan 0,5% - 0,8%
NaCl dalam sediaan darah (samaranayake, 2007).

2. Taknonomi
Berdasarkan taksonominya Porphyromonas gingivalis diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Eubacteria
Filum : Bacteroidetes
Famili : Porphyromonaceae
Genus : Porphyromonas
Species : Porphyromonas Gingivalis (Boone & Castenholzt, 2002).

Gambar 2. Bakteri Porphyromonas gingivalis


C. Kerangka Teori

Ekstrak daun kumis kucing

(Orthosiphon Stamineus Bth.)

Flavonoid Tanin Alkaloid Saponin

Efek Antibakteri

Porphyromonas gingivalis

D. Kerangka Konsep

Ekstrak daun kumis kucing


Porphyromonas gingivalis
(Orthosiphon Stamineus Bth.)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
menggunakan rancangan eksperimental murni (true experimental design)
dimana eksperimen ini digunakan untuk sebab-akibat dengan cara
melibatkan kelompok control disamping kelompok eksperimental, yang
pemilihan kedua kelompok tersebut menggunakan teknik acak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi dan Laboratorium Farmasi
Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu Porphyromonas gingivalis.

D. Variabel Penelitian
1. Ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon Stamineus Bth.)
2. Bakteri Porphyromonas gingivalis
3. Daya hambat
E. Definisi Operasional
1. Daun kumis kucing yang sudah di ekstrak di masukan kedalam cawan
petri yang sudah berisikan bakteri Porphyromonas gingivalis.
2. Porphyromonas gingivalis yakni bakteri yang diperoleh dari hapusan
mukosa rongga mulut yang dibiakan di Laboratorium Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. Daya hambat yakni zona bening yang terlihat di sekitar kertas saring
yang sudah dicelupkan kedalam ekstrak daun kumis kucing,
ciprofoxacin dan aquades.

F. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan :
a. Cawan petri
b. Tabung erlenmeyer
c. Tabung reaksi
d. Jarum soe
e. Pinset
f. Mikropijet
g. Batang pengaduk
h. Inkubator
i. Autoklaf
j. Timbangan digital
k. Laminar air flow
l. Bunsen
m. Korek api
n. Jangka sorong (bahan besi)
o. Sentrifugasi
p. Masker
q. Sarung tangan
r. Spidol
s. Kamera
t. Jas lab
u. Oven
v. Saringan
w. Sendok

2. Bahan-bahan yang digunakan :


a. Ekstrak daun kumis kucing
b. Bakteri Porphyromonas gingivalis
c. Nutrient agar (NA)
d. Kertas saring
e. Etanol
f. Alumunium foil
g. Spritus
h. Antibakteri ciprofolxacin
i. Akuades
j. Tissue
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


Riskesdas 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2013.
2. Sariningsih E. Gigi Busuk dan Poket Periodontal sebagai Fokus Infeksi.
Jakarta: PT Gramedia; 2014
3. Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta;
2000.
4. Anonimous. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia;1989.
5. Palezar JM. Chan ECS. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-
PRESS;1998.
6. Irianto K. Mikrobiologi Medis. Bandung: Alfabeta; 2013

Anda mungkin juga menyukai