NIM : J2A015018
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
A. TINJAUAN TEORI
1. Jati Jati (Tectona grandis L.f)
a. Klasifikasi
Jati (Tectona grandis L.f) merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh
dengan baik di iklim tropis dengan suhu yang hangat dan lembab.
Kontrol Positif
Ekstraksi
Metronidazole
250mg
Pertumbuhan Bakteri
Porphyromonas
gingivalis Terhambat
C. Kerangka Konsep
K+ P1 P2 P3 P4
Keterangan :
K+ = Kontrol positif (Metronidazol 250 mg)
P1 = Perlakuan 1 (Ekstrak daun jati konsentrasi 25%)
P2 = Perlakuan 2 (Ekstrak daun jati konsentrasi 50%)
P3 = Perlakuan 3 (Ekstrak daun jati konsentrasi 75%)
P4 = Perlakuan 4 (Ekstrak daun jati konsentrasi 100%)
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan adalah biakan bakteri Porphyromonas
gingivalis yang tersedia di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Airlangga.
2. Sampel
Bakteri Porphyromonas gingivalis diambil dari strain biakan murni
dengan menggunakan ose sebanyak satu koloni kemudian dimasukan 0,5 ml
Brain Heart Infusion (BHI) cair dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º
C. Suspensi tadi diencerkan dengan akuades steril sampai kepekatan tertentu
sesuai dengan standar Mc Farland 0,5 yaitu 1 x 108 CFU/ml. Sampel bakteri
Porphyromonas gingivalis yang berada pada beberapa cawan petri dengan
masing-masing konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, 100% akan dilakukan
pengulangan yang sama. Pengulangan dilakukan sesuai dengan hasil
perhitungan rumus Federer (Arkerman dan David, 2006) yaitu :
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
(5 – 1) (r – 1) ≥ 15
4r – 4≥ 15
r ≥ 4,57
r≥ 5
t = jumlah kelompok perlakuan
r = jumlah pengulangan
Jumlah ulangan yang ideal menurut hitungan rumus Federer di
atas adalah 5 kali ulangan atau lebih untuk tiap kelompok uji.
Tabel 3.1 Kelompok Perlakuan (Pengulangan)
Kelompok Konsentrasi Ekstrak Bakteri Pengulangan
Kelompok 1 Ekstrak daun jati Suspensi bakteri yang 5 kali pengulangan
konsentrasi 25 % sudah disetarakan
dengan metode
McFarland 50μl
Kelompok 2 Ekstrak daun jati Suspensi bakteri yang 5 kali pengulangan
konsentrasi 50 % sudah disetarakan
dengan metode
McFarland 50μl
Kelompok 3 Ekstrak daun jati Suspensi bakteri yang 5 kali pengulangan
konsentrasi 75 % sudah disetarakan
dengan metode
McFarland 50μl
Kelompok 4 Ekstrak daun jati Suspensi bakteri yang 5 kali pengulangan
konsentrasi 100 % sudah disetarakan
dengan metode
McFarland 50μl
Kelompok 5 (kontrol Metronidazol 250 mg Suspensi bakteri yang 5 kali pengulangan
positif) sudah disetarakan
dengan metode
McFarland 50μl
Jumlah perlakuan 25 perlakuan
a. Krieteria Inklusi
Daun jati muda berwarna hijau, utuh dan tidak rusak, daun yang diambil
dari Blora.
b. Kriteria Eksklusi
Daun jati tua bewarna hijau kekuningan, gugur dari pohon, daun yang
dimakan hama atau ulat.
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat :
Dalam penelitian ini menggunakan laboratorium yaitu:
a. Pengambilan bakteri Porphyromonas gingivalis ATCC 33277 di
Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga.
b. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Semarang untuk uji hambat pertumbuhan
Porphyromonas gingivalis.
c. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Semarang untuk pengekstrak daun jati dalam
pembuatan ekstrak dengan mengambil daun jati di daerah Blora Jawa
Tengah.
2. Waktu Penelitian :
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2018 –April 2019.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun jati
konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis pada media Mueller Hinton Agar (MHA).
3. Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah Media biakan Mueller
Hinton Agar (MHA), suhu inkubasi 37oC, lama inkubasi baktei
Porphyromonas gingivalis selama 24 jam, sterilisasi alat, dan berbagai
konsentrasi ekstrak daun jati (25%,50%, 75%, dan 100%).
4. Variabel Tidak Terkontrol
Variabel tidak terkontrol dalam penelitian ini adalah kontaminasi pada
media biakan.
F. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel
Dependen
1 Pertumbuhan Lebar/Zona Jangka Dengan Rasio
Bakteri hambat di sorong metode
Porphyromo sekeliling yang disc
nas tidak ditemukan diffusion
gingivalis pertumbuhan
bakteri
Porphyromonas
gingivalis
Variabel
Independent
2 Ekstrak Ekstrak Daun Mikro Rumus : Rasio
Daun Jati Jati konsentrasi pipet M1 x V1
25%, 50%, 75%, =M2 x V2
100% dengan
metode maserasi
3 Kontrol Tablet Mikro Mengguna Rasio
Positif metronidazol pipet kan
250 mg yang timbangan
telah dilarutkan
F. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Riset
kuantitatif adalah riset yang didasarkan pada data yang berbentuk angka atau
bilangan. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data yang diproleh langsung dari subjek penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari.
G. Tahap Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap pertama :
a. Membuat surat Ethical Clearence dari KEPK untuk memulai penelitian.
b. Menentukan laboratorium yang akan digunakan untuk jalannya
penelitian.
c. Melakukan pencatatan peralatan yang sudah tersedia dalam lab maupun
belum tersedia, kemudian mempersiapkan dan menyediakan peralatan
maupun bahan penelitian.
d. Memberikan surat kepada laboratorium guna melakukan penelitian
dengan surat yang diketahui oleh Dekan dan Kepala Prodi.
2. Tahap kedua :
Pencarian bahan dan alat guna kepentingan penelitian.
3. Tahap ketiga :
a. Sterilisasi alat
Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk penelitian disterilkan
terlebih dahulu. Alat berbahan gelas disterilkan dengan oven yang bersuhu
170̊ C selama ± 2 jam. Jarum ose dipanaskan atau dibakar diatas api
langsung dan media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121̊C selama
±15 menit.
b. Pembuatan ekstrak daun jati
Ekstrak daun jati diambil dengan kriteria daun jati yang masih muda
dan tidak gugur. Tahap pembuatan ekstrak sebagai berikut :
1) Timbang daun jati yang sudah dipetik dan terkumpul 3 kg.
2) Cuci daun kemudian dirajang dirajang halus menggunakan pisau dan
dikeringkan dengan tidak terpapar langsung matahari karena akan
timbul kerusakan kandungan daun jati. Setelah kering hingga tidak
ada kadar air yang ada dalam daun jati dan ditimbang kembali.
3) Ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi, rendam rajangan
daun jati yang sudah kering dalam 3 liter larutan etanol 96% dan
ditutup alumunium foil selama 3x24 jam sambil sesekali diaduk.
4) Lakukan pemisahan maserat yaitu filtrate dan ampas daun jati
dengan kertas saring untuk mendapatkan filtrat daun jati cair.
5) Filtrate dipekatkan dan diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator dengan suhu 50̊ C hingga didapatkan ekstrak etanol daun
jati.
6) Lalu dilakukan pembuatan beberapa konsentrasi sesuai kelompok
(25%, 50%, 75%, 100%) dengan menggunakan rumus berikut:
N1 x V1 = N2 x V2
Keterangan :
N1 = Konsentrasi 100% (%)
V1 = Volume larutan dengan konsentrasi 100% yang diperlukan (ml)
N2 = Konsentrasi yang diinginkan (%)
V2 = Volume konsentrasi yang diinginkan (ml)
(Kartikasari, dkk., 2012)
Hingga diperoleh :
a) Kelompok 1 : untuk mendapatkan hasil konsentrasi ekstrak daun
jati 25% sebesar 10 ml, maka ditambahkan 2,5 gr/ml dari 100%
ekstrak daun jati.
b) Kelompok 2 : untuk mendapatkan hasil konsentrasi ekstrak daun
jati 50% sebesar 10 ml, maka ditambahkan 5 gr/ml dari 100% ekstrak
daun jati.
c) Kelompok 3 : untuk mendapatkan hasil konsentrasi ekstrak daun
jati 75% sebesar 10 ml, maka ditambahkan 7,5 gr/ml dari 100%
ekstrak daun jati.
d) Kelompok 4 : untuk mendapatkan hasil konsentrasi ekstrak daun
jati 100% sebesar 10 ml, maka ditambahkan 10 gr/ml dari 100%
ekstrak daun jati.
c. Analisa fitokimia
Analisa fitokimia merupakan analisa kualitatif yang dilakukan untuk
mengetahui komponen bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun jati
(Tectona grandis L.f) dengan menggunakan uji tabung reaksi dengan
mengamati perubahan warna. Analisa fitokimia yang dilakukan seperti
flavonoid, tanin dan saponin.
1). Identifikasi flavonoid, masukkan 3 mL ekstrak daun jati ke dalam
tabung reaksi, tambahkan logam magnesium 0,5 mg dan HCL pekat 3
tetes. Septyaningsih (2010) menjelaskan bahwa jika ekstrak sampel
terdapat senyawa flavonoid, maka setelah penambahan logam Mg dan
HCL akan terbentuk garam flavilium berwarna merah atau jingga.
Penambahan HCL pekat dalam uji flavonoid dimaksudkan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari
asam karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang
biasa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Reduksi dengan
Mg dan HCL pekat ini menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna mrah ataujingga pada flavonol, flavanon, flavanonol dan
xanton (Mariana, 2013).
2). Identifikasi saponin, masukkan 0,1 g ekstrak daun jati ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 ml air hangat atau panas lalu
dikocok selama 30 detik. Tes buih positif mengandung saponin bila
terjadi buih yang stabil selama 15 menit dengan tinggi 3 cm di atas
permukaan cairan (Fitriyani, dkk., 2011). Timbulnya busa
menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glikosa dan
senyawa lainnya (Marliana, 2005).
3). Identifikasi tanin, masukkan 3 mL ekstrak daun jati ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%. Larutan akan berwarna hitam
kebiruan atau hijau jika mengandung senyawa tanin (Sangi, dkk.,
2008). Terjadinya pembentukan warna hijau ini karena terbentuknya
senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa kompleks
terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau
atom logam dengan atom nonlogam (Effendy, 2007).
d. Pembuatan kontrol positif
Uji ini dilakukan dengan menggunakan tablet metronidazol 250 mg.
Tablet dihancurkan untuk dijadikan serbuk, kemudian ditimbang dan
dilarutkan dalam 100 ml akuades. Setelah itu, diaduk dan hasilnya
disaring (Moch, 2012).
e. Uji konfirmasi bakteri Porphyromonas gingivalis
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan suatu mikroorganisme
dari lingkungan, sehingga diperoleh biakan yang murni atau tidak
tercampur dengan jenis lainnya (Gandjar, dkk., 1992). Identifikasi
bakteri dilakukan dengan pewarnaan Gram dan uji koloni
Porphyromonas gingivalis (Pelczar dan Chan, 2007).
f. Pembuatan Larutan Mc Farland
Pembuatan larutan standar larutan baku Mc Farland terdiri atas dua
komponen yaitu larutan BaCL2 1% dan H2SO4 1%. Larutan BaCL2 1%
sebanyak 0,05 ml dicampur dengan larutan H2SO4 1% sebanyak 9,95 ml
dan dikocok hingga homogen. Nilai absorban larutan baku Mc Farland
0,5 ekuivalen dengan suspense sel bakteri konsentrasi 1,5 x 108 CFU/ml.
Larutan harus dikocok terlebih dahulu hingga homogen setiap akan
digunakan untuk membandingkan suspensi bakteri (Vandepitte, dkk.,
2010).
g. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Timbang 9,5 gram Mueller Hinton Agar atau MHA (38 gr/L) dengan
komposisi medium (Beef infusion 300 gram, Casamino acid 17,5 gram,
strach 1,5 gram dan agar) dilarutkan dalam 250 ml akuades lalu
dipanaskan hingga mendidih kemudian disterilkan dalam autoklaf
selama 20 menit dengan tekanan udara 1 atm suhu C (Vandepitte, dkk.,
2010).
h. Pembuatan kultur bakteri
Bakteri Porphyromonas gingivalis yang digunakan merupakan
biakan murni dan tidak mati sebelum dan saat penelitian. Tahapan
pembuatan kultur bakteri sebagai berikut :
1) Bakteri Porphyromonas gingivalis diambil dari media Brain Heart
Infusion (BHI) dengan menggunakan ose steril di atas api spiritus
dan digores tipis ke media Mueller Hinton Agar (MHA).
2) Selanjutnya cawan petri diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator
dengan suhu 37̊C .
3) Pembuatan suspensi bakteri uji yang dibandingkan dengan 0,5 Mc
Farland diambil 100 μl.
i. Pembuatan suspensi bakteri
Biakan bakteri Porphyromonas gingivalis diambil dan biakan murni
ditanam pada media Brain Heart Infusion (BHI) kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37OC. Setelah diinkubasi, suspensi bakteri
tersebut diencerkan dngan larutan fisiologis NaCL 0,9% di dalam tabung
sampai didapatkan kekeruhan yang disesuaikan dengan standart
kekeruhan Mc Farland 0,5 untuk mendapatkan konsentrasi larutan
bakteri sebanyak 108 CFU/mL. Cara untuk menentukan kekeruhannya
adalah dengan menggunakan alat nephelometer. Kekeruhan dilihat
dengan mengambil sedikit suspensi ke dalam tabung reaksi yang lebih
kecil dan memasukkannya ke lubang pada nephelometer dan dilihat
angka kekeruhannya. Jika kurang keruh suspensi ditambahkan koloni,
sedangkan jika lebih keruh ditambahkan NaCL 0,9% (Permatasari,
2018).
j. Uji daya hambat pertumbuhan bakteri
Metode yang digunakan untuk uji daya bakteri adalah metode difusi
yaitu metode sumuran. Pada suspensi kuman 108 CFU/ml (sesuai dengan
standar Mc.Farland) dicelupkan kapas steril, kemudian kapas tersebut
ditekan ke dinding tabung agar tidak terlalu basah, lalu dioleskan pada
media MHA hingga rata. Setelah media dioleskan dengan suspensi
kuman, setiap cawan petri diberi lubang sumuran berdiameter 6 mm.
Setiap lubang sumuran pada media ditetesi ekstrak daun jati, hingga
setiap lubang sumuran berisi larutan percobaan dengan konsentrasi 25%,
50%, 75%, 100% dan metronidazol sebagai kontrol, kemudian media
tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC, setelah itu dilakukan
pembacaan hasil. Lakukan pengamatan zona hambat, setelah 24 jam
daerah bening yang terbentuk pada media masing- masing sumuran yang
diberi bahan coba.
Rumus : L = (D1-D3)+(D2-D3)
2
L = (D1-6)+(D2-6)
2
Keterangan :
L = Luas Zona Hambat
D1= Diameter Zona Hambat Horizontal
D2= Diameter Zona Hambat Vertikal
D3= Diameter Sumuran
Gambar 3.2 Rumus perhitungan zona hambat (Gunawan, dkk., 2014)
I. Pengolahan Data
Untuk melakukan pengolahan data pada penelitian ini menggunakan suatu
aplikasi statistik yaitu SPSS. Adapun kegiatan pengolahan data yang digunakan
untuk melakukan penelitian ini terdiri dari pemeriksaan data, pemberian kode
dan tabulasi.
1. Memeriksa data
Memeriksa kembali data zona hambat bakteri pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data
yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau
diolah lebih lanjut.
2. Memberi kode
Memberikan kode tertentu pada setiap kelompok perlakuan. Kelompok
A diberikan perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 25%, kelompok B
diberikan perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 50%, kelompok C diberikan
perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 75%, kelompok D diberikan perlakuan
dengan konsentrasi ekstrak 100%, kelompok E diberikan perlakuan dengan
antibiotik Metronidazol 250 mg yang telah dilarutkan dalam 100 ml akuades.
3. Tabulasi data
Proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Dari data tabel
tersebut kemudian data diolah dan dianalisis dengan menggunakan sistem
pengolahan data SPSS, sehingga diperoleh kesimpulan.
J. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari penelitian ini dimasukan ke dalam tabel
untuk pengamatan dan pengkajian data. Data kemudian dianalisis dan diolah
dengan menggunakan sistem pengolahan data SPSS.
1. Uji Normalitas dan Homogenitas
a. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas peneliti akan menggunakan uji normalitas
Shapiro-Wilk. Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak.
b. Uji Homogenitas
Untuk uji Homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji
Lavene’s Test. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh homogen atau tidak.
2. Uji Statistik
Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi maka dilakukan
pengolahan data menggunakan uji parametrik ANOVA satu arah (One Way
Anova), apabila menunjukkan pengaruh yang signifikan, analisis data
dilanjutkan dengan uji Post Hoc menggunakan metode LSD (Least
Significant Difference) untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata
antar kelompok perlakuan. Alternatif lain yang dapat digunakan jika data
yang diperoleh tidak normal dan homogen adalah analisis non parametrik
dengan menggunakan uji Kruskall Wallis.
K. Alur Penelitian
Tahap Persiapan
Kultur Bakteri
Porphyromonas
gingivalis pada Media
BHI
25 % 50 % 75 % 100 %
Pengulangan 4 kali
Pengukuran Zona
Hambat
Analisis Data