Anda di halaman 1dari 61

Laporan Field Lab

Rumah Sakit Wongsonegoro

Disusun oleh :

Ramzy Haidar/J2A015019

Fakultas Kedokteran Gigi


UniversitasMuhammadiyah
Semarang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Sejarah berdirinya R.S.U.D Wongsonegoro

Berdirinya RSUD Kota Semarang dirintis oleh dr. H. Iman Soebekti, MPH pada
awal tahun 1990. Pengoperasian RSUD Kota Semarang diresmikan oleh Pembantu
Walikota Semarang waktu itu yaitu Bapak Iman Soeparto Tjakrayuda, SH berdasarkan
SK tentang kelahiran RSUD Kota Semarang yang dibuat oleh Walikota Soetrisno
Suharto pada tangal 17 Desember 1990. Pada tahun 1993 mulai diabngun Instalasi
Bedah Sentral, gedung radiologi, dan gedung perawatan III hingga mencapai 80 TT.

Pada tahun 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1183/Menkes/SK/XI/1994 tentang Penetapan Kelas 41 Rumah Sakit Daerah sebagai
Rumah Sakit Umum Kelas D. Selain itu juga dilakukan pembangunan masjid dan
peningkatan fasilitas gedung perawatan IV, gedung loundry, kamar jenazah, dan
generator set.
Pada tahun 1995 hingga tahun 2003, jumlah tenaga kerja 197 orang yang terdiri
dari 9 dokter spesialis, 2 apoteker, 50 perawat, 36 non perawat, 36 tenaga teknis dan
administrasi, 46 TPHL. Selain itu juga berhasil mendapatkan akreditasi 12 layanan dan
peningkatan kelas C menjadi kelas B berdasarkan SK Menkes Nomo
194/Menkes/SK/II/2003.
Pada tahun 2007 hingga 2016, RSUD Wongsonegoro menjadi badan layanan
publik, dengan status tersebut RS dituntun untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Selain itu juga dilakukan pembangunan dan pengembangan fasilitas
Rumah Sakit seperti, Pengembangan IBS dari 2 OK menjadi 6 OK, peningkatan
kapasitas rawat inap dari 150 TT menjadi 230 TT, menyelesaikan pembangunan dan
pengembangan Gedung Instalasi Rehabilitasi Medik, Gedung Instalasi Laboratorium,
dan Gedung Jantung Paru 2 lantai. Selain itu pada tahun 2016 meraih sertifikat
akreditasi KARS versi 2012 dengan predikat LULUS PARIPURNA.
Pada tanggal 14 Agustus 2002 berhasil mendapatkan akreditasi 12 pelayanan.
Pada tahun 2003 peningkatan status Kelas C menjadi Kelas B berdasarkan SK Menkes
Nomo 194/Menkes/SK/II/2003. Tahun 2006 adanya penataan pengelolaan SOTK yang
tertuang dalam Perda Nomo 3 Tahun 2006 tentang Pembentukan SOTK RS Kelas.
Tahun 2007 berubah menjadi badan layanan publik berdasarkan SK Walikota Nomor
445/0174/2007 tanggal 18 Juni 2007.

2. Denah Lokasi RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

RSUD K.M.R.T Wongsonegoro beralamatkan di Jalan Fatmawati No. 1,


Ketileng, Semarang, Jawa Tengah. No Telepon (024) 6717755 Kode Pos : 50272.

Gambar 1. Denah Lokasi RSUD Wongsonegoro


Profil RSUD K.M.R.T Wongsonegoro
a. Visi, Misi dan Motto RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

VISI

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Menjadi Rumah Sakit


Kepercayaan Publik di Jawa Tengah dalam Bidang Pelayanan, Pendidikan
dan Penelitian.
MISI

 Memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai kebutuhan pasien dan


keluarga secara profesional yang berorientasi pada keselamatan pasien;
 Mengembangkan secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan
kinerja organisasi;
 Menyelenggarakan pendidikan yang menunjang penelitian dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan

b. Maksud dan Tujuan RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

Maksud Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum adalah agar di


dalam pelayanan kesehatan dapat lebih fleksibel dalam mengelola sumber daya
pelaksanaan tugas operasional public dan pengelolaan keuangan.

Tujuan Rumah Sakit adalah :

 Timbulnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang


diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

 Menghilangkan Image Masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah dalam


memberikan layanan kesehatan selalu lambat, berbelit-belit dan kotor.
 Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga pelayanan
kesehatan dan administrasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan akurat.

 Terwujudnya pegawai yang sejahtera secara proposional dengan didukung


pegawai yang berdedikasi dan disiplin tinggi.

 Terwujudnya pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah Kota


Semarang dengan standar Rumah Sakit kelas B.

 Terpenuhinya peralatan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota


Semarang yang bertekhnologi tinggi dengan standar Rumah Sakit kelas
B.

c. Struktur Organisasi RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

DIREKTUR
KOMITE KOMITE
MEDIK KEPERAWATAN

WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR


KELOMPOK SPI
JABATAN INSTALASI PELAYANAN UMUM DAN KEUANGAN
FUNGSIONAL

BIDANG BIDANG BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DAN PENGEMBANGAN
PENUNJANG MEDIK PENUNJANG NON MEDIK TATA UASAHA KEUANGAN DAN INFORMASI

SEKSI SEKSI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


PELAYANAN KEPERAWATA PENYU. ANGG PROGRAM DAN
MEDIK N UMUM DAN AKUNTANSI EVALUASI

SEKSI SUB BAGIAN


SEKSI SUB BAGIAN
PENUNJANG INFORMASI DAN
SUB BAGIAN PERBEND DAN
PENUNAJNG NON MEDIK KEPEGAWAIAN
PEMASARAN
MOBILAISASI
MEDIK DANA

Gambar 2. Struktur organisasi RSUD Wonowongso

Rumah Sakit Umum Daerah K.M.R.T Wongsonegoro memiliki struktur


organisasi yang sangat terstruktur dengan baik. Berikut adalah susunan manajemen :
1. Direktur

Nama : dr. SUSI HERAWATI, M.Kes

Periode Jabatan : mulai September 2012 s.d. sekarang

Pendidikan : S2 Manajemen

2. Wakil Direktur Umum dan Keuangan

Nama : SUTRISNO, SKM, M.H.Kes

Periode Jabatan : mulai Januari 2014 s.d. sekarang

Pendidikan : S2 Manajemen

Wakil Direktur Pelayanan

Nama : dr. Moch. Abdul Hakam, Sp.PD

Periode Jabatan : Januari 2017 s.d.Sekarang

Pendidikan : S1 Kedokteran

3. Kepala Bagian Pengembangan dan Informasi

Nama : dr. JIRJIS AL HAKIM

Periode Jabatan : mulai Januari 2016 s.d. sekarang

Pendidikan : S1 Kedokteran

4. Kepala Bagian Keuangan

Nama : Nurul Aini Wedaserana, SE, MM

Periode Jabatan : mulai Januari 2014 s.d. sekarang

Pendidikan : S2 Manajemen
5. Kepala Bidang Pelayanan

Nama : dr. Suzanna Dewi Ratih, M.Kes

Periode Jabatan : mulai Januari 2014 s.d. sekarang

Pendidikan : S2 Manajemen

6. Kepala Bidang Keperawatan

Nama : dr. Wardani, MM

Periode Jabatan : mulai April 2014 s.d. sekarang

Pendidikan : S2 Manajemen

7. Kepala Bagian Tata Usaha

Nama : Irwan Setiono, SH

Periode Jabatan : mulai Januari 2014 s.d. sekarang

Pendidikan : S1 Hukum

8. Kepala Seksi Pelayanan Medik

Nama : dr. ROOSMALIA ISDIANI

Pendidikan : S1 Kedokteran Umum

9. Kepala Seksi Penunjang Medik

Nama : ARGA WAHYU AMPERAWATI, S.Farm, Apt

Pendidikan : S1 Farmasi

10. Kepala Seksi Keperawatan

Nama : APMITARSI, S. Kep

Pendidikan : S1 Keperawatan
11. Kepala Seksi Penunjang Non Medik

Nama : YUNITA YUDANINGSIH, SKM

Pendidikan : S1 Kesehatan Masyarakat

12. Kepala Sub Bagian Umum

Nama : RACHMAD SAPTONO,S.Sos

Pendidikan : S1

13. Kepala Sub Bagian Kepegawaian

Nama : IS SUTANTO, S.Sos

Pendidikan : S1 Komunikasi

14. Kepala Sub Bagian Penyusunan Anggaran dan Akuntansi

Nama : SUWARNO, SE

Pendidikan : S1 Ekonomi

15. Kepala Sub Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana

Nama : SRI AGUSTINAH, SE

Pendidikan : S1 Ekonomi

16. Kepala Sub Bagian Penyusunan Program dan Evaluasi

Nama : ARI SAPTO KUSTANTO, SE

Pendidikan : S1 Ekonomi

17. Kepala Sub Bagian Informasi dan Pemasaran

Nama : WIWIK DWI PRISTIWATI, SSi T, M.HKes

Pendidikan : S2 Magister Kesehatan


d. Tipe RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

Pada tanggal 14 Agustus 2002 berhasil mendapatkan akreditasi 12


pelayanan. Pada tahun 2003 peningkatan status Kelas C menjadi Kelas B
berdasarkan SK Menkes Nomo 194/Menkes/SK/II/2003. Tahun 2006 adanya
penataan pengelolaan SOTK yang tertuang dalam Perda Nomo 3 Tahun 2006
tentang Pembentukan SOTK RS Kelas. Tahun 2007 berubah menjadi badan
layanan publik berdasarkan SK Walikota Nomor 445/0174/2007 tanggal 18
Juni 2007.

Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan
disetiap Ibu Kota Propinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah
sakit Kabupaten.

e. Akreditasi RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

Telah terakreditasi dengan status Tingkat Paripurna untuk rumah sakit


tipe B karena telah memenuhi 15 pokja (kelompok kerja) 323 standar dan 1218
elemen penilaian menurut KARS ( komite akreditasi rumah sakit) meliputi :

 SKP : Sasaran Keselamatan Pasien


 HPK : Hak Pasien dan Keluarga
 PPK : Pendidikan Pasien dan Keluarga
 PMKP :Peningkatan Mutu Keselamatan Pasien
 MDGs : Sasaran Millenium Development Goals
 AP : Assesment Pasien
 APK : Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
 PP : Pelayanan Pasien
 PAB : Pelayanan Anestesi dan Bedah
 MPO :Manajemen Penggunaan Obat
 MKI : Manajemen Komunikasi dan Informasi
 KPS :Kualifikasi dan Pendidikan Staff
f. Fasilitas dan Pelayanan RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki beberapa fasilitas umum


yang dimiliki, antara lain yaitu :

 Lapangan Olahraga
 Lapangan Parkir
 Bank Jateng
 Kantin
 Masjid
 Perpustakaan
 Taman Bermain Anak
RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki beberapa pelayanan yang
dimiliki, antara lain adalah :

 Instalasi Rawat Inap  Instalasi Gizi


 Instalasi Rawat Jalan  Instalasi Kesehatan &
 Instalasi Gawat Darurat Keselamatan Kerja (K3)
 Instalasi Kamar Bersalin  Instalasi Sterilisasi
 Instalasi Peristi Sentral
 Instalasi Care Unit dan  Instalasi Rekam Medik
High Care Unit  Instalasi Pemeliharaan
 Instalasi Hemodialisa Sarana RS (IPSRS)
 Instalasi Laboratorium  Instalasi Pendidikan &
 Instalasi Radiologi Pelatihan

 Instalasi Bedah Sentral  Insalasi. Pemulasaraan

 Instalasi Rehabilitasi Jenasah

Medik  Instalasi SIM-RS

 Instalasi Farmasi
Sedangkan instalasi rawat jalan yang dimiliki oleh RSUD K.M.R.T
Wongsonegoro, antara lain adalah :

 Klinik Spesialis Anak


 Klinik Spesialis Bedah
 Klinik Spesialis Bedah Digestif
 Klinik Spesialis Bedah Orthopedi
 Klinik Spesialis Bedah Mulut
 Klinik Spesialis Konservasi Gigi
 Klinik Gigi
 Klinik Spesilasi Konsultan Gigi Anak
 Klinik Spesialis Bedah Saraf
 PoliSpesialisEksekutive
 KlinikSpesialisKebidanan dan Penyakit Kandungan
 Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
 Klinik Spesialis Konsultasi Gizi
 Klinik Spesialis Mata
 Klinik Spesialis Penyakit Dalam
 Klinik Spesialis Jiwa
 Klinik Gizi
 Klinik Psikologi
 Klinik Spesialis Saraf
 Klinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan
 Klinik Akupunktur
 Klinik Tumbuh Kembang Anak
 Klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing)
 Poli MCU (Medical Check Up)
3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sumber Daya Manusia dari RSUD K.M.R.T Wongsonegoro?

2. Bagaimana manajemen dari RSUD K.M.R.T Wongsonegoro?

3. Bagaimana sistem pelayanan di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro?

4. Bagaimana cara pengendalian keselamatan pasien dan infeksi nosokomial di


RSUD K.M.R.T Wongsonegoro?

5. Bagaimana alur analisa hasil observasi di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Manajemen Rumah Sakit
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno
ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut WHO rumah
sakit adalah keseluruhan dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif,
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian
biososial.
Menurut PERMENKES (2014) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan,
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit
juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladan dalam budaya hidup
bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyrakat , rumah sakit
menjadi faktor yang harus diperhatikan jika meninjau dan menganalisa bagaimana
manajemen yang baik yang ada di rumah sakit karena manajem pelayanan kesehatan
yang tersistem akan memperngaruhi mutu pelayanan yang dberikan. Menurut Prof.
Dr.Soekidjo Notoatmojo, pelayanan kesehatan adalah sebuah sitem pelayanan
kesehatan yang tujuan utamanya adaah pelayanan preventif ( pencegahan ) promotif
( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyrakat. Dalam muatan UU kesehatan
no 23 tahun 1992 salah satu upaya pembangunan kesehatan ialah peneyembuhan,
peningkatan derajat kesehatan ,pencegahan dan pemulihan.
Tujuan penyelengaraan upaya kesehatan adalah terselengaranya upaya
kesehatan adalah upaya kesehatan yang adil, merata , terajagkau dan bermutu untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatakan derajat
kesehatan yang setinggi tinginya. Indikator sebuah pelayanan kesehatan yang
berhasil adalah adanya peningkatakan status kesehatan di masyarakat karena dengan
meningkatnya angka status kesehatan masyarakat ke arah yang progresif bisa
menjadi sebuah indikator keberhasilan pelayanan kesehatan dan manajemen yang
baik tanpa adanya evaluasi menjadi sebuah yang sistem tanpa adanya regulasi dan
pemberahuan, maka dalam bidang kesehatan, evaluasi adalah suatu kegiatan yang
penting untuk menilai kualitas, rasionalistas, efektivitas , efisien dan equity pada
pelayanan kesehatan dan evaluasi program kesehatan yang dilakukan dalam sistem
yang menyuluruh yakni ada tiga komponen input, proses dan output.

2. Tipe-tipe Rumah Sakit

Penggolongan tipe rumah sakitdidasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan,


fisik dan peralatan. Ada lima tipe yaitu:

 Rumah Sakit Tipe A


Rumah sakit tipe A adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai
rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai Rumah
Sakit pusat.
 Rumah Sakit Tipe B
Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap
Ibu Kota Propinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
Kabupaten.

 Rumah Sakit Tipe C


Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibu Kota
Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari
Puskesmas.
 Rumah Sakit Tipe D
Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan
kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi.Rumah
sakit ini menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas.
 Rumah Sakit Tipe E
Rumah sakit tipe E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja.Saat
ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misalnya, rumah sakit kusta, paru,
jantung, jiwa, kanker, ibu dan anak (Anonim, 2011).

3. Akreditasi Rumah sakit


 Akreditasi Rumah Sakit Internasional

Menurut Depkes RI (2009) Akreditasi internasional rumah sakit adalah


akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan/atau Badan Akreditasi Rumah Sakit
taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah memenuhi standar dan kriteria
yang ditentukan.

Menurut Joint Comission International (JCI) Tahun 2011, akreditasi adalah


proses p enilaian organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya
rumah sakit non pemerintah, oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan standar
internasional yang telah ditetapkan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah


sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga akreditasi
internasional berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan perawatan kesehatan.

 Akreditasi Rumah Sakit Nasional

Pada Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,
disebutkan bahwa pengertian akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar
Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit secara berkesinambungan.

Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40 ayat :

(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali
(2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan
standar akreditasi yang berlaku.
 Akreditasi Internasional oleh Joint Commission International (JCI)

Joint Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi


internasional yang didirikan tahun 1998 dan berwenang melakukan akreditasi.
Kementerian Kesehatan menetapkan JCI sebagai lembaga atau badan yang dapat
melakukan akreditasi rumah sakit bertaraf Internasional yang ditetapkan dalam
Keputusan Menkes No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010.

Pada tahun 2012 penilaian Akreditasi Rumah Sakit akan mengacu pada
Standar JCI, yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu, (1) kelompok sasaran
Universitas Sumatera Utara yang berfokus pada pasien, (2) kelompok standar
manajemen rumah sakit, (3) kelompok keselamatan pasien dan (4) sasaran MDGs.

B. Laporan Kegiatan

Kegiatan field lab dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah K.M.R.T


Wongsonegoo selama dua hari, yakni pada tanggal 2-3 Mei 2017.

Pada hari pertama, Selasa 2 Mei 2017, agenda atau susunan acara :

1. Pengenalan Profil Rumah Sakit oleh Pak Istanto


2. Pengenalan tugas dan fungsi RSUD K.M.R.T Wongsonegoro oleh Pak Istanto
3. Hospital tour yang dipandu oleh Ibu Rini, dibagi menjadi :
 Rehabilitatif Medik
 Manajemen Rumah Sakit
 Pengembangan Informasi (PI) dan Pelayanan.

Pada hari kedua, Rabu 3 Mei 2017, agenda atau susunan acara :

1. Pengenalan Sistem Pelayanan Rumah Sakit oleh dr. Suzanna


2. Hospital tour yang dipandu oleh Ibu Rini, dibagi menjadi :
 Rawat Jalan
 IGD
 Laboratorium
 Radiologi
 IBS
 Apotik

1. Manajemen RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO


1.1. Manajemen kepegawaian

Pada Mei 2017, jumlah pegawai di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro berjumlah


1.101 pegawai. Jumlah pegawai tersebut sudah termasuk pegawai kontrak dan pegawai
tetap. Ada kemungkinan dari jumlah pegawai tersebut, masih akan ada penambahan
pegawai lagi.

Jenis pegawai yang ada di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro ini ada berbagai
macam, diantaranya :

- Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 431 orang


- Tenaga Pegawai Harian Lepas : 1 orang
- Pegawai Tetap : 98 orang
- Kontrak (Perawat, dll) : 552 orang
- Dokter Mitra : 18 orang
- Konsultan : 1 orang

Penerimaan pegawai memiliki alur yang berbeda-beda tergantung dari jenis


pegawai yang dibutuhkan. Alur penerimaan tersebut diantaranya :

- PNS
Penerimaan pegawai di proses oleh pemerintah pusat, sehingga dari RSUD
hanya menerima pegawai yang sudah diterima atau dipindah tugas dari luar daerah.
- Tenaga Kontrak
Melalui jalur seleksi yang dilaksanakan oleh RSUD tersebut. Seleksi
berlangsung dua tahap, seleksi tertulis dan seleksi psikologis. Penerimaan pegawai
melalui jalur seleksi ini hanya dibuka apabila kebutuhan pegawai tersebut kurang. Jadi,
penerimaan dari jalur seleksi ini tidak sewaktu-waktu dibuka.
- Pegawai Tetap
Penerimaan pegawai tetap ini merupakan limpahan dari pegawai kontrak.
Tingkatan penerimaan pegawai tetap ini mulai dari pegawai kontrak lalu menjadi
pegawai tetap. Walaupun penerimaan pegawai dari limpahan pegawai kontrak tapi
tetap ada proses dan seleksi yang harus diikuti. Syarat yang digunakan adalah apabila
pegawai kontrak tersebut telah bekerja selama 1 tahun, mengikuti 3 bulan masa magang
setelah diterima menjadi pegawai tetap. Seleksi yang harus diikuti oleh pegawai yaitu
seleksi administrasi, seleksi praktik, seleksi wawancara dan seleksi psikologi.
-
- Pegawai Mitra
Penerimaan pegawai mitra ini ketika yang bersangkutan (calon pegawai)
mengirimkan dan mengajukan surat permohonan. Surat permohonan ini sifatnya
seperti surat lamaran dan jalur seleksinya terpisah dari manajemen. Penerimaan mitra
ini juga tidak dibuka sewaktu-waktu, tergantung dari kebutuhan dari RSUD.

Sistem manajemen diterapkan di rumah sakit berbeda dari puskesmas dan


klinik. Untuk rumah sakit dan puskesmas itu wajib memiliki KK. Rumah sakit itu
memiliki autoritas dan otonomi untuk pengelolaan manajemennya. Pemberian gaji
kepada pegawai berbeda tergantung jenis pegawai tersebut. Gaji pegai kontrak
diberikan langsung dari anggaran rumah sakit, sedangkan untuk jenis pegawai lainnya,
anggaran yang digunakan dari pemerintah kota.

Suatu instansi pasti akan menerapkan sistem evaluasi. RSUD sebagai suatu
instansi pemerintah juga menerapkan sistem evaluasi yang dilakukan setiap satu bulan
sekali. Evaluasi di laporkan kepada masing-masing manajemen yang menangani.
Manajemen keuangan menangani evaluasi tentang gaji pegawai, anggaran yang di telah
digunakan ataupun dirancang tiap-tiap bidangnya, dll. Sedangkan untuk masalah
penyakit, jumlah pasien, keluhan yang berhubungan dengan pasien dilaporkan ke pihak
pelayanan. Manajemen kepegawaian menangani evaluasi tentang segala hal yang
berhubungan dengan penerimaan, perpindahan ataupun keluarnya pegawai. Setelah
segala laporan evaluasi diterima oleh masing-masing manajemen, kepala bidang
manajemen tersebut akan melakukan rapat evaluasi bulanan dengan direktur RSUD
K.M.R.T Wongsonegoro.

1.2.Manajemen Keuangan

1.2.1. Jamseskot

Pendaftaran Membawa Persyaratan SEP Koding

Verifikasi Data pasien di Kasir


DKK
entry

ACC
TTD Direktur Klaim

Skema 1.2. Alur pembayaran jamseskot

1.2.2. BPJS

Rujukan Pendaftaran SEP Pengesahan


oleh dokter

Data pasien di Kasir Koding


TTD Direktur
entry

Klaim

Skema 1.2.2. Alur Pembayaran BPJS


2. Pengembangan Informasi dan Pemasaran RSUD K.M.R.T Wongsonegoro
2.1.Bagian Informasi dan Pemasaran
Bagian informasi dan pemasaran ini merupakan salah satu tugas dari humas
RSUD K.M.R.T Wongsonegoro. Bagian kehumasan bertugas untuk menerima dan
menjawab segala bentuk aduan yang disampaikan oleh masyarakat terhadap
RSUD K.M.R.T Wongsonegoro. Aduan yang disampaikan tidak hanya dari segi
pelayanan paramedic ataupun staf rumah sakit, tetapi juga sampai di sarana dan
prasarana yang ada di rumah sakit.
Terdapat berbagai macam cara untuk menyampaikan aduan kepada rumah
sakit ini. Di dalam rumah sakit sendiri banyak disediakan kotak saran apabila
masyarakat ingin langsung memberikan kritik dan saran. Selain kotak saran,
RSUD ini juga menyediakan platform media sosial seperti facebook dan twitter.
Selain kedua platform tersebut, disediakan pula sms center dan aplikasi
lapor.go.id. Media sms center ini dapat terhubung langsung oleh Walikota dan
RSUD K.M.R.T Wongsonegoro, sehingga aduan masyarakat harus segera dibalas
paling lambat 3x24 jam setelah pelaporan. RSUD K.M.R.T Wongsonegoro juga
memiliki website yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat,
www.rsud.kotasemarang.go.id, akan membantu masyarakat dalam menyampaikan
kritik dan saran.
Pengaduan yang telah disampaikan oleh masyarakat diklasifikasikan
terlebih dahulu kegawat-daruratannya, antara lain :
- Hijau : aduan ringan (parkir, mushala, dll)
- Kuning : aduan sedang (apotik, paramedic, staf, dll)
- Merah : aduan berat (sesuatu yang mengancam nyawa
seluruh wargaRSUD)
Adapun untuk laporan hijau dan kuning, pelaporan dari masyarakat akan
dikumpulkan terlebih dahulu, disampaikan kepada direktur ketika masa evaluasi
berlangsung. Pelaporan merah karena mengancam keselamatan dari seluruh rumah
sakit, pelaporan tersebut akan langsung disampaikan kepada direktur. Segala
bentuk pelaporan masyarakat, harus mendapatkan respon dari rumah sakit, apabila
tidak di respon, rumah sakit akan mendapatkan teguran dari walikota.
Setiap instansi pasti memiliki suatu media untuk memasarkan keunggulan
dari instansi tersebut yang tidak dimiliki oleh instansi lainnya. Begitu pun dengan
RSUD K.M.R.T Wongsonegoro pasti juga memiliki suatu media pemasaran.
Media pemasaran tersebut berbentuk brosur dan flyer, fungsinya agar masyarakat
dapat mengetahui apa saja fasilitas dan pelayanan yang dimiliki oleh RSUD tetapi
tidak dimiliki oleh rumah sakit lainnya serta berisi tentang keunggulan pelayanan
dan fasilitas.
Berbeda dengan puskesmas, RSUD tidak diperbolehkan untuk
memasarkan produk diluar rumah sakit ataupun memasarkan produk secara
langsung kepada masyarakat. Media seperti brosur ataupun flyer disediakan
disetiap sudut di RSUD, sehingga sembari mengantri, pasien dapat mengambil
media tersebut tanpa adanya paksaan dari rumah sakit.

3. Bagian Perencanaan dan Pengembangan RSUD K.M.R.T Wongsonegoro


Bagian pengembangan bertugas untuk menyusun rencana dalam satu tahun
kedepan. Rencana yang disusun antara lain, rencana anggaran dan rencana
kegiatan. Fungsi dari penyusunan rencana tersebut, agar mempermudah rumah
sakit dalam berbagai hal dan menjadi pelaporan kepada Walikota Kota Semarang
atas apa yang akan dikerjakan dalam satu tahun kedepan. Apabila terdapat
perubahan anggaran ataupun kegiatan, maka susunan dari laporan tersebut akan
dirubah, dicetak dan dilaporkan kembali kepada Walikota.
4. IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO
4.1.Alur Pasien Datang
-
Pasien BPJS/Non BPJS Datang
(masuk lewat dari titik drop
zone)

Perawat keluar dari ruang IGD

Keluarga pasien/wali pasien mendaftar pada loket


pendaftaran

Merah

TRIASE Kuning

Hijau Ruang CPR/PONEX


anamnesa (henti jantung & nafas)

Pemeriksaan fisik

Tindakan

Pasien stabil Turun Triase/ Rawat Inap

4.1. Skema alur pasien datang IGD

Keterangan:
- Indikasi pasien pada bilik hijau adalah apabila keadaan pasien ringan dan pasien
masih bisa berjalan.
- Indikasi pasien pada bilik kuning adalah apabila keadaan pasien gawat tetapi
tidak darurat.
Indikasi pasien pada bilik merah adalah apabila keadaan pasien gawat darurat.
Pasien yang akan masuk ke IGD di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro,
memiliki alur sebagai berikut :

Di Instalasi Gawat Darurat memiliki titik dropzone terlebih dahulu. Titik


dropzone memiliki fungsi untuk memisah pasien yang benar-benar harus
diutamakan dengan pasien dengan belum tentu gawat darurat. Titik dropzone
memiliki triase yang diantaranya :

- Merah : Triase ESI, 1 & 2


- Kuning : Triase ESI 3
- Hijau : Triase ESI 4
- Ponek : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

5. Sarana Prasarana

Obat-obatan yang ada diruang Instalasi Gawat Darurat terdapat


Eprinephrin dan non Epinephrin, Dopamin. Alat-alatnyanya terdapat portable
mobile, SA, Air-way, RMA. Pada ruangan IGD terdapat Triase bilik hijau, bilik
kuning, dan bilik merah dan ruang CPR/PONEX. Ambulan di Rumah Sakit
Umum Daerah Semarang terdiri dari ambulan penjemputan, ambulan rujuk, dan
ambulan jenazah. Pemanggilan ambulan harus sesuai kebutuhan triase.
6. SDM.
Dokter Umum tiga, perawat lima, dan bidannya dua. Tenaga Kesehatan
pada ruang IGD melakukan evaluasi organisasi setiap satu bulan sekali yang
dilaksanakan oleh pihak manajemen. Kegiatan evaluasi kerja dilakukan setiap apel
pagi setiap hari yang membahas tentang pelayanan pada RSUD Semarang.

7. Beda Gawat Dan Darurat.


(Lampiran dari kertas biru)
8. Basic Life Support.

Basic Life support di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang masih


menggunakan tahun 2010. Bedanya hanya kedalaman dan kecepatan, jika
mengambil kecepatan sampai 120, yang dulunya 100 jadi lebih berat, lihat
kemampuannya, tapi sudah dikasih tahu yang 2015.

9. Penanangan Shock Anfilaktik.

Segera berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1:1000 untuk penderita


dewasa atau 0,01 mk/kg untuk penderita anak-anak intramuscular. Pemberian ini
dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Biasanya diberikan
kontinyu adrenalin 2-4 ug/menit.

10. K3.

Keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang


ialah safety box, handscoon steril dan non steril, masker, celemek, pencuci tangan

11. Informed Consent.

Jika kompresen darurat misalnya penyakit jantung tanpa Informed


consent, tapi terburukan. Jika sudah gawat darurat tanpa informed consent Pihak
IGD sah melakukan tindakan sesuai kondisi dan situasi.

12. General Consent.

General Consent ialah data secara menyeluruh, dari semua pasien,


pemilihan dokter.
13. RAWAT INAP RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO
13.1. Alur pasien rawat inap

Pasien Datang

Poli IGD

TPPRI
TPPRGD

Dicarikan Kamar

Melihat Triase
Keadaan Pasien
Perawat kamar
membawa pasien hijau

Mengurus Merah
administrasi
kepulangan pasien Dengan
Pasien ditanya
Pasien kendaraan
dengan dokter dinyatakan pribadi
siapa pasien pulang
Pasien
ingin dirawat
dinyatakan sehat
Diantar dengan
ambulance gratis
DPJB Pasien telah Dokter mulai visit (khusus daerah
disepakati oleh ke bangsal pasien Semarang)
rumah sakit

13.1. Skema alur pasien rawat inap


13.2. Alur pasien rawat inap pindah kamar

Konfirmasi dari Alih Kelola Data


pihak RS apabila Pasien
kamar yang
diinginkan asien
telah ada. DPJB Pasien
dipindahkan apabila
terdapat perubahan
dokter yang Ketua bangsal
menangani pasien. mengenalkan diri ke
kamar pasien, agar
pasien tahu adanya
perubahan praktisi
Pasien dipindahkan
kesehatan.

13.2 Skema alur pasien rawat inap pindah kamar

13.3. Alur Pasien Rawat Inap yang Akan Menjalani Pemeriksaan


Penunjang

Dokter akan
memberikan surat
Selama menunggu Hasil dari
pengantar kepada
hasil pemeriksaan pemeriksaan
pasien tentang
penunjang, pasien penunjang, akan
pemeriksaan
dikembalikan ke dikomunikasikan
penunjang yang akan
ruang kamar. kepada pasien
dijalani
setelah jadwal visit
dokter berikutnya.

Pasien diantar oleh Pasien menjalani


perawat ke pemeriksaan
laboratorium atau penunjang.
rontgent

13.3. Skema alur pasien yang akan menjalani pemeriksaan penunjang


Dokter yang menangani pasien, akan mengunjungi pasien (visit) setiap
harinya. Guna memantai perkembangan ataupun penurunan kondisi dari pasien.
Pasien yang diperbolehkan pulang oleh dokter, harus meninggalkan rumah sakit
maksimal 1 jam setelah dinyatakan.

13.4. Alur Distribusi Gizi Pasien Rawat Inap

DPJB akan Ahli gizi akan Dapur


menghubungi meresepkan
ahli gizi menu pasien

Dokter-ahli gizi Transfer ke pasien


akan rawat
bersama

Bagian keperawatan
akan mengurusi
Kalau ada segala kebutuhan
permintaan khusus, pasien termasu k
DPJB akan konsumsi dan laundry
menulisan diet
yang dijalani pasien

13.4. Skema alur distribusi gizi pasien rawat inap

RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki 471 titik kamar. Dan dari


beberapa titik kamar tersebut, dibagi menjadi beberapa bangsal, diantaranya :
1. VVIP ( sedang proses)
2. VIP
3. Kelas 3 (terdapat 260-an kamar)
4. Kelas 2
5. Kelas 1 (20% dari keseluruhan titik kamar)
Walaupun terdapat beberapa kelas kamar yang disediakan oleh rumah
sakit, akan tetapi tidak ada perbedaan dari pelayanan ataupun dokter yang
menangani. Sarana dan prasarana juga sama, hanya jumlah tiap pasien yang
menempati kamar tersebut berbeda. Di kamar kelas 3 terdapat lebih dari 3 pasien
dalam satu ruangnya.

14. Radiologi RSUD Wonowongso

Pada radiologi ini dibawahi oleh dr. Oki dengan kepala ruangannya yaitu
Bapak Anies Widiatmoko Pada radiologi di RSUD ini terbagi menjadi dua, yaitu
untuk radiologi umum dan untuk radiologi gigi.

Radiologi RSUD Kota Semarang terdiri dari :


 Gigi
Radiologi untuk gigi terbagi:
1. Cephalometric
Cephalometric merupakan rekam ortodonti yang sangat berguna untuk
menentukan kelainan skeletal, letak gigi, profil dan lain-lain. Manfaat untuk
mengenal dan mengevaluasi perubahan akibat dari perawatan ortodontik. Untuk
tujuan diagnostik, manfaat utama dari sefalometri adalah mengklasifikasikan
karakteristik hubungan dental, skeletal dan profil jaringan lunak pasien.

2. Panoramic Digital
Panoramic Digital yang memiliki keunggulan tidak memerlukan film dan
langsung input ke komputer.
 Umum
1. CT Scan : terdiri dari printer termal dan printer laser
2. USG 4 dimensi : di operasionalkan oleh dr. Lia yang sudah
dilengkapi untuk memeriksa tiroid, abdomen, janin, dan
vaginauntuk melihat massa janin. Untuk USG menggunakan
satuan megahertz, semakin dalam  hertz semakin lemah
3. ECHO
14.1. Berikut skema pembagian radiologi RSUD Wonowongso :

Radiologi

Gigi Umum

Panoramik Cephalometric USG 4 dimensi ECHO CT Scan

Tidak Memakai
Tiroid
Film

Langsung
Abdomen
Komputer

Janin

Vagina

14.1. Skema pembagian radiologi

14.2. Alur Pasien Datang untuk Radiologi.

Radiologi

Rawat Inap Rawat Jalan IGD

Pemeriksaan Mendaftar di Pemeriksaan


Dokter Loket dokter

tindakan BPJS Umum tindakan

Rujukan Kasir

tindakan tindakan

14.2. Skema alur pasien datang ke radiologi


14.3. SDM di Bagian Radiologi

SDM Radiologi

Penerimaan Staf Staf Radiologi Sistem


Radiologi RSUD RSUD Pembagian Kerja

Pusat Informasi Dokter Spesialis Radiografer Perawat Admin Cleaning Service 07.00 - 14.00

Pendaftaran 3 orang 10 orang 1 orang 1 orang 1 orang 14.00 - 17.00

Diterima 17.00 - 19.00

Ditolak 19.00 - 21.00

14.3. Skema Sumber Daya Manusia Radiologi

 Dokter spesialis: 3 orang


 Radiografer : 10 orang
 Cleaning Service :1 orang
 Perawat : 1 orang
 Admin : 1 orang
 Kerja shif
o 07.00 – 14.00  dokter
o 14.00 – 17.00
o 17.00 – 19.00
o 19.00 – 21.00
14.4. Sarana Prasarana di Ruang Radiologi
 Ruang USG
 Ruang MSCT
 Ruang Panoramik
 Ruang Periksa
 Ruang Panel Listrik
 Ruang Petugas
 Loket Pendaftaran
 Pesawat : kurang ruang, 1 ruang 2 pesawat
14.5. K3 di Ruang Radiologi
 Thorax max 3 jam
 Yang lain: sebelum 3 jam
 Desain Ruangan Radiologi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam instalasi
ruangan radiologi sebelum bangunan didirikan diantaranya.

i. Lokasi bangunan
Lokasi ruangan radiologi sedapat mungkin jangan terganggu oleh
kegiatan sekitarnya

ii. Letak ruangan


Upayakan pemasangan pesawat dekat dengan ruang emergency
dan jauhkan dari aktivitas ramai

iii. Desain ruangan


Panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2.8 meter. Ukuran
tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien
iv. Tebal dinding
Tebal dinding suatu ruangan radiologi sedemikian rupa sehingga
penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal
setebal 2 mm. Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis
2,35 gr/cc adalah 15 cm. Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan
plester adalah 25 cm

v. Pintu dan Jendela


Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding ( missal lobang stop
kontak dll ) harus di beri penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2
mm timbal. Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah
menyala ketika meja control pesawat dihidupkan

vi. Proteksi Radiasi Terhadap Pasien


vii. Pasien harus memakai apron pelindung.
viii. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan seorang dokter.
ix. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya
tembusnya lebih kuat.
x. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan
xi. mempergunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar
tembus).
xii. Waktu peyinaran sesingkat mungkin.
xiii. Alat-alat kelamin diberi perlindungan.
xiv. Pasien hamil, terutama trimester pertama dan trimester ketiga
dipertimbangkan tidak melakukan pemeriksaan radiografi.
xv. Proteksi Radiasi Terhadap Operator
 Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb
dengan ketebalan maksimum 0,5mm Pb.
 Operator tidak harus memegang film radiografi selama penyinaran.
 Operator tidak berada didalam ruangan atau berada di belakang penghalang
yang cocok atau dinding selama penyinaran.
 Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang kepala.
 Berdiri minimal 6 kaki (1.8288 meter) dari pasien dan di lokasi yang bebas
dari jalur sinar X selama penyinaran.
 Proteksi Radiasi Terhadap Lingkungan
 Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2mm Pb.
 Pintu ruang pesawat sinar-X harus diberi penahan radiasi yang cukup
sehingga terproteksi dengan baik.
 Ruang operator dan tempat pesawat sinar-X sebaiknya dibuat terpisah atau
bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan
dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.

15. LABORATORIUM RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO


15.1. Alur Perawatan Pasien Laboratorium
15.1.1. Alur Perawatan Pasien dari IGD

(TPPGD) ➡ di serahkan pada dokter gigi bedah mulut atau drg/dr spesialis

lainnya tergantung kondisi pasien ➡ pemeriksaan di lab (atas perintah dokter).

Pemeriksaan dilakukan selama 90 menit (tergantung permintaan dokter) tetapi


idealnya menurut Permenkes 140 menit.

IGD

Di serahkan pada dokter yang menangani

Pemeriksaan di laboratorium 90 menit

Hasil laboratorium
15.1.1. Skema alur perawatan pasien dari IGD

15.1.2 Alur perawatan pasien datang dari rawat jalan

(TPPRJ) ➡ ke poli gigi ➡ pemeriksaan di lab, pemeriksa dilakukan selama

120 menit, rawat jalan lebih lama karena 1 hari pada 500-600 pasien

Rawat Jalan Hasil Laboratorium

Poli Gigi Pemeriksaan di laboratorium 120 menit

15.1.2. Skema alur perawatan pasien datang dari rawat jalan

15.1.3. Alur perawatan pasien datang dari rawat inap

(TPPRI) ➡ diserahkan pada dokter gigi bedah mulut atau drg/dr spesialis

lainnya tergantung kondisi pasien ➡ pemeriksaan di laboratorium.

Rawat Inap

Di serahkan pada dokter yang menangani

Pemeriksaan di laboratorium

Hasil Laboratorium

15.1.3. Skema alur perawatan pasien dari rawat inap

15.2. Jumlah Laboratorium di Rumah Sakit.


Di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki unit atau divisi laboratorium,
antara lain :
 Bank darah : tugasnya mengatur regulasi darah pasien
 Patologi klinik : tugasnya memeriksa darah rutin, Hb, trombosit, gula, dll
 Patologi Anatomi : tugasnya memeriksa adanya kecurigaan penyakit (co:
gingivitis)

15.3. Hasil Laboratorium.


Jangka waktu hasil laboratorium dikeluarkan juga bermacam-macam
tergantung dari jenis pemeriksaan yang dijalankan. Adapun jangka waktunya :
 Patologi Anatomi : 7 hari/seminggu
 Mikrobiologi : 5 hari
 Patologi Klinis : 120 menit

15.4. Fase di Laboratorium.


 Pre analitik
Dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap ini sangat
menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan mempengaruhi
proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap pra analitik meliputi
kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap proses
persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan.
 Analitik
Tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan.
 Pasca analitik
Tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau benar.

15.5. SDM ( Sumber Daya Manusia ) di Pelayanan Laboratorium


Laboratorium di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki pegawai total
berjumlah 27 orang. Akan tetapi ideal untuk sebuah Rumah Sakit memiliki pegawai
berjumlah 50 orang. Sehingga di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro dapat dikatakan
kekurangan pegawai laboratorium. Akan tetapi, kekurangan tersebut tidak
menghambat kinerja dari pelayanan laboraotium tersebut.

15.6. Sarana dan Pra Sarana Laboratorium


Sarana dan prasarana di laboratorium RSUD K.M.R.T Wongsonegoro ini
tergolong lengkap, karena dapat melayani pemeriksaan penunjang untuk laboratorium
yang dibutuhkan. Sarana dan prasarananya, antara lain :
 Pemeriksaan Hematologi
 Pemeriksaan Hemostasis
 Pemeriksaan Kimia Klinik
 Pemeriksaan Imunoserologi
 Pemeriksaan Mikrobiologi
 Pemeriksaan Diagnostik Molekuler.

15.7. K3 (Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan) di Laboratorium


Untuk K3 yang diterapkan di laboratorium di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro
sangat lengkap. Terdapat APD, masker, handscoon yang selalu tersedia di dekat ruang
patologi klinik. Hanya saja, masker hanya digunakan di ruang mikro saja, karena
penularan dapat terjadi lewat udara.

15.8. Informed Consent Laboratorium


Laboratorium di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro hanya menjadi pelaksana
saja, sehingga tidak menyediakan informed consent.

15.9. Pembuangan Limbah Laboratorium


Limbah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu limbah rumah tangga (non-
infeksius) dan limbah produksi (infeksius dan berbahaya).
Pembuangan limbah juga berbeda, tergantung dari jenis limbah tersebut. Jenis
limbah dibagi menjadi dua pula, yaitu limbah padat dan limbah cair.
 Limbah Padat : Setelah dikumpulkan lanjut dimusnahkan dengan dibakar di
tempat khusus.
 Limbah Cair : Apabila limbah cair tersebut berisiko, dilakukan pengendapan
terlebih dahulu, lalu dijernihkan dengan campuran kimia sehingga ketika
dialirkan ke luar RS tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat.

15.10. Sterilisasi di Laboratorium


Untuk sterilisasi yang diterapkan di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro ini dibagi
menjadi dua :
 Bahan atau alat yang sekali pakai, akan langsung dibuang.
 Pakaian seperti APD akan dibawa ke bagian laundry untuk di sterilkan disana.
Akan tetapi untuk mencuciannya, akan dipisahkan dengan yang lainnya.

16. FARMASI RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO


16.1. Susunan Kepala Ruang Instalasi Farmasi

kepala
Infarmasi

koordinator koordinator koordinator


pelayanan mutu pengadaan

kepala tim
depo

DEPO DEPO
depo IGD DEPO IBS
rawat jalan rawat inap

16.1. Skema susunan oraganisasi instalasi farmasi


16.2. Alur Status Pasien

status

umum asuransi

BPJS mandiri
(90%) include (10%)

NON PBI
PBI
(PNS)

16.2. Skema alur status pasien

Di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro tidak ada perbedaan obat ataupun pelayanan


kepada pasien BPJS maupun pasien umum. Dan untuk pasien asuransi atau pasien
BPJS dapat mendapatkan obat secara gratis asalkan berdomisili di Kota Semarang.
Yang membedakan adalah, pada tingkatan asuransi tertentu, rumah sakit memberi
akomodasi yang sedikt berbeda, tergantung dengan tingkat asuransi (kelas) yang di
miliki oleh pasien

16.3. Layanan Farmasi (DEPO)

DEPO

Rawat Rawat
IGD IBS
jalan inap

poliklinik IGD IBS Bangsal

16.3. Skema pelayanan instalasi farmasi (DEPO)


16.4. SDM Farmasi RSUD K.M.R.T Wongsonegoro.

Di Rumah Sakit Umum Daerah ini memiliki 152 pegawai untuk bagian farmasi.
Dari beberapa pegawai tersebut terdiri dari :

 Pegawai belum kontrak : 76 pegawai


 Apoteker : 20 pegawai
 Tenaga tetap kontrak : 43 pegawai
 Non apoteker + non tenaga tetap kontrak : 13 pegawai

16.5. Perencanaan dan Pengadaan Obat RSUD K.M.R.T Wongsonegoro.

Adanya perencanaan dan pengadaan obat di suatu rumah sakit tentunya adanya
sumber dana yang diberikan atau disusun. Di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro ini
sumber dana didapatkan dari Pemerintah Kota Semarang.

Pengadaan obat di RSUD ini melalui distributor. Akan tetapi terdapat aturan
permintaan obat berdasarkan PBF (Pedagang Besar Farmasi) sehingga harus ada
klasifikasi pemasaran yang diwajibkan adanya izin atau keterangan dari dokter atau
instansi terkait.

Sistem pembelian obat di klasifikasikan mengikuti sistem pemerintah. Adapun


pembelian obat antara lain ada e-catalog (daftar obat yang dijual atau disediakan oleh
distributor) dan e-purchasion (pasokan yang harus ada di rumah sakit).

Obat yang diterima oleh RSUD adalah obat yang memiliki jangka waktu
penggunaan maksimal 2 tahun. Akan tetapi untuk obat cair memiliki ketentuan khusus
yaitu masa penggunaan yang kurang dari 2 tahun untuk menghindari masalah masa
kadaluarsa.

Penyimpanan obat di RSUD ini di terapkan peraturan yaitu vivo first in (obat
yang sering keluar/digunakan didahulukan) dan vivo first out (obat yang jangka
waktunya pendek didahulukan). Setiap obat pasti memiliki masa kadaluarsa yang
berbeda-beda. Apabila masa kadaluarsa obat sudah mendekati, obat akan dipisahkan di
lemari yang berbeda. Obat yang sudah kadaluarsa akan dikumpulkan kemudia
dimusnahkan sesuai dengan aturan di RSUD tersebut.
16.6.Sistem Pembayaran Obat RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

pembayaran

status dan
IGD IBS Rawat inap
poli

copy resep Pemilihan resep


umum asuransi langsung paket langsung
dari dokter operasi dari dokter

masukan
persiaan ke kartu
copy resep copy resep terima obat obat
diruangan diruang
bangsal
pembayara
n ketika
farmasi screening disiapkan farmasi
akan
pulang

administras
entri screening formalium
i

formalium tidak ada


screening tambahan siapkan
asuransi tambahan

tidak ada
ada obat entri entri racik
obat

bagi ke
antar ke
enter copy resep info pasien setiap
ruangan
bangsal

kasir /
pembayara ke kasir terima
n

farmasi

peracikan

terima

16.6. Skema alur pembayaran obat


17. REHABILITASI MEDIK RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO

Rehabilitasi Medik

Ruang A
Ruang B Ruang C Ruang F

Hubbert psikolog sport muskul integgu electrot nebulai pediatri


Cyotera Hydrot ank i injury ment erapi neurom kardior zer c
oskelet espirasi
pi erapi uscular
al

17. skema macam pelayanan rehabilitasi medik

Ruang rehabilitatif terbagi menjadi 11 ruangan dengan pembeda menggunkan


huruf A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, dan K masing-masing ruangan meiliki fungsinya
tersendiri dalam menangani pasien.

17.1. Ruang A

 Hydroterapy (Hidroterapi)

Hidroterapi adalah metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati atau


meringankan suatu penyakit. Hidroterapi terkait dengan terapi hidrotermal, dimana
suhu air yang diubah – ubah digunakan untuk menyembuhkan berbagai keluhan
penyakit. Hidroterapi di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro dipandu oleh bagian
fisioterapi yaitu Bapak Winarno, S.St.Ft.

Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan merangsang produksi endorfin yang


merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat analgesik. Oeh karena itu, pasien yang
menderita berbagai penyakit seperti CPP, HNP, Osteoarthritis, Stroke, Pasien dengan
pen, reumatik, stroke, radang sendi, linu panggul, sakit punggung, diabetes, insomnia,
kelelahan, stres, sirkulasi darah yang buruk, nyeri otot, kram, dankaku, terapi air atau
hidroterapi bisa digunakan untuk meringankan masalah tersebut.
Pasien pada hidroterapi ini, melakukan terapi dengan mandi berendam. Dalam
metode ini, pasien berendam sampai bahu dalam air bersuhu 32 – 35oC dalam waktu
10 – 15 menit untuk pasien yang tidak tahan air dan 30 m3nit untuk pasien yang tahan
terhadap suhu air. Air yang digunakan bisa dari air biasa atau yang sudah diberi minyak
aromaterapi, herbal atau garam.

Metode hidroterapi yang digunakan oleh RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro ada


dua, yaitu stretching (peregangan) dan straightening (pelurusan).

Terapi dilakukan dengan sistem paket. Dalam 1 paket terapi terdapat 6 kali
terapi dan setiap terapi biayanya adalah RP. 173.000.,Setiap hari pasien yang datang
untuk melakukan hidroterapi di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro yaitu sekitar 10 – 25
pasien.

 Hubbertank

Hubbertank adalah hidroterapi yang digunakan untuk terapi pada anak. Pada
dasarnya, prinsip dan metode yang digunakan sama dengan hidroterapi. Pasien anak
yang melakukan terapi hubbertank ini sebagian besar adalah Pasien Cerebral Palsy.

17.2. Ruang B

Di ruang B terdapat 9 ruangan yang rata-rata setiap hari dikunjungi oleh 80-
100 pasien yang merupakan ruangan dengan kunjugan pasien terbanyak di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro. Di ruangan 1 dan 6 terdapat tense simulasi listrik untuk
mengurani rasa nyeri.

Di ruang B terdapat beberapa pelayanan rehabilitasi yang disediakan oleh


RSUD K.M.R.T Wongsonegoro, antara lain :

 Stimulasi Elektrik
Merupakan transfer energi ke luka dengan penggunaan arus elektrik dan
menempatkan elektroda disekitar luka sehingga arus elektrik mengalir
melewati luka untuk percepatan penyembuhan luka Di ruangan 2,3,4 terdapat
Diatremi MWD yaitu sejenis microwave untuk mengurangi nyeri muskulus skeletal Di
ruangan 8 terdapat traksi untuk meregangkan lumbal dan cervical.
 Traksi Lumbal
Suatu tehnik terapi dengan menggunakan mesin mekanis berupa tarikan
/peregangan pada pinggang dan pelvis yang bertujuan untuk:
- Membantu merelaksasi otot-otot daerah pinggang (lumbal).
- Membantu mengurangi penekanan/ kompresi/iritasi akar syaraf.
- Membantu penguluran/peregangan otot-otot vertebrae regio lumbal
 Traksi Cervical
Suatu tehnik terapi dengan menggunakan mesin mekanis berupa tarikan
/peregangan pada daerah cervical (leher) yang bertujuan untuk:
- Membantu merelaksasi otot-otot daerah leher dan pundak (cervical).
- Membantu mengurangi penekanan/ kompresi/iritasi akar syaraf.
- Membantu penguluran/peregangan otot-otot vertebrae regio cervical.
 Parafin dan Infrared
Parafin dan infrared memiliki fungsi yang berbeda. Parafin berfungsinya untuk
mengetahui penumpukan asam urat pada sendi, sedangkan infrared fungsinya
mengurangi rasa nyeri.
 Gymnastic Exercise
Di ruang gymnastic exercise terdapat banyak alat yang membantu pasien dalam
latihan gerak tubuh. Beberapa alat tersebut diantaranya :
- Shoulder wheel (trauma sendi bahu)
- Sepeda statis
- Tangga
- Stabilometic Plat Form (mengukur keseimbangan tubuh pasien)
- Wolbar (penderita scoliosis)
- Entri
- Quadrisep
17.3. Ruang C

Ruang C terdiri dari 6 ruangan, yaitu:


1. Ruang 1 & 2 (Ruang Terapi Wicara)
Terapi wicara adalah suatu perilaku komunikasi normal/abnormal yang
dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita gangguan
perilaku komunikasi, yaitu kemampuan bahasa, bicara, suara, irama,
sehingga penderita mampu berinteraksi.
2. Ruang 3 & 4 (Stroke)
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak atau
secara cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
daerah otak yang terganggu. Keluhan ini dapat ditangani oleh
fisioterapi.
3. Ruang 5 (PT. Neuromuskular)
Kardiorespirasi sangat sangat penting untuk menunjang kerja otot
dengan mengambil oksigen dan menyalurkan ke seluruh jaringan otot
yang sedang aktif sehingga dapat digunakan untuk metabolisme.
Nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi /pernafasan.
4. Ruang 6 (Elektro Terapi)
Elektroterapi yaitu penggunaan alat terapi dengan memberikan arus
listrik bolak–balik pada tubuh. Alat untuk latihan kaki lumpuh dan bisa
diatur untuk lumpuh sebagian ataupun lumpuh seluruhnya
17.4. Alur Pasien Datang.

Alur Pasien

umum BPJS

rujukan dari
pendaftaran pendaftaran dokter
keluarga

poli saraf poli saraf

dokter dokter
rehabilitasi rehabilitasi

proses proses
6 kali rehab 6 kali rehab
rehabilitasi rehabilitasi

membaik membaik

berhenti berhenti

check up
check up
dokter

17.4. Skema alur pasien datang ke rehabilitasi

17.5. SDM Rehabilitasi Medik RSUD K.M.R.T Wongsonegoro

RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki 16 pegawai yang mengurusi bagian


rehabilitasi medik. Beberapa pegawai tersebut, terdiri dari:
- Fisioterapi : 9 pegawai
- Psikologi : 1 pegawai
- OT : 1 pegawai
- Admin : 4 pegawai
- Terapi wicara : 1 pegawai.

18. INSTALANSI BEDAH SENTRAL RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO

RSUD Kota Semarang memiliki fasilitas kamar operasi yang memadai dan
lengkap dengan dokter ahli dan handal dibidangnya, antara lain Bedah Umum, Bedah
Ortopedi, Bedah Syaraf, Bedah Digestif, Bedah Mata, Bedah Mulut, dll. Didukung
dengan peralatan medis yang modern serta perawat yang kompeten dan terampil
mampu memberikan hasil yang baik.

18.1. Alur Pasien datang ke Instalasi Bedah Sentral

Pendaftaran

Rujukan Rawat Inap

Di Jadwalkan
Menghubungi
dokter yang
Setuju Informed Consent bersangkutan

Tindakan
Dokter tidak ada Dokter
berada
ditempat (RS)
Di hubungi untuk
segera datang

18.1. Skema alur kedatangan pasien ke IBS


18.2. Pelayanan Intalansi Bedah Sentral.

Di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki beberapa pelayanan IBS yang


lengkap. Beberapa pelayanan tersebut, diantaranya :

19. Bedah Kepala dan 22. Bedah Mulut


Leher 23. Bedah Umum
20. Bedah Digestif 24. Bedah Saraf
21. Bedah Mata
19. RAWAT JALAN RSUD K.M.R.T WONGSONEGORO

19.1. Alur Pasien Datang.

TPPRJ (PENDAFTARAN) Pasien diklasifikasi berdasaran


Pasien baru
umum atau asuransi

Pendaftaran online. Melalui Di data


Pasien lama terlebih
website
http://114.6.197.190:90/rsudo dahulu
nline2/#top

Disarankan Menuju Poli Diperiksa


untuk periksa
penunjang

Pasien datang keesokan hari


sudah memiliki nomor antrian.
Maka dapat langsung menuju
Hasil belum keluar Hasil sudah keluar
poli yang dituju

Dokter Dokter tidak


Besok datang lagi
mampu mampu
tanpa harus
menangani menangani
mengantri di poli

Di resepkan obat Dirujuk ke RS lain

19.1. skema alur datang pasien rawat jalan


19.2. Informed Consent

Di RSUD K.M.R.T Wongsonegoro memiliki informed consent untuk setiap


polinya. Informed consent tersebut tidak ada perbedaan antara poli umum, poli
spesialis ataupun poli gigi.

19.3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Setiap poli yang dimiliki oleh RSUD memiliki 1 dokter/1 dokter spesialis/1
dokter gigi dan 1 perawat yang membantu.

19.4. Jam Operasional

Pendaftaran untuk rawat jalan dimulai dari jam 06.00-12.00, dokter mulai
mengerjakan pasien dari jam 07.30 WIB- selesai.

20. INDIKATOR MUTU PELAYANAN

No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ideal

1 BOR 75,58% 81,86% 83,04% 78,33% 82,15% 79,37% 60-85%

2 LOS 4,1 3,81 5,36 5,07 5,18 5,16 6-9 hari

3 TOI 0,33 0,84 0,8 1,97 0,87 1,34 1-3 hari

40-50
4 BTO 67,26 78,64 77,71 61,71 73,96 66,56 kali

Tabel 1. Indikator capaian mutu

Nilai indikator pelayanan BOR pada RSUD Kota Semarang termasuk dalam
kategori normal pada tahun 2015, karena nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI. 2005).
Nilai Indikator LOS pada RSUD Kota Semarang termasuk dalam kategori
cepat pada tahun 2015, karena secara umum nilai rata-rata LOS yang ideal antara 6-9
hari (Depkes RI. 2005).
Nilai Indikator TOI pada RSUD Kota Semarang termasuk dalam kategori
efisien pada tahun 2015, karena idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.
Nilai indikator BTO pada RSUD Kota Semarang termasuk dalam kategori
tidak efisien pada tahun 2015, karena nilai BTO dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.

Indikator capaian Rumah Sakit :


a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur Rumah Sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005).

b. LOS (Length of Stay = Lamanya pasien dirawat)


AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
BAB III

KESIMPULAN

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk


melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang cepat dan tepat.
Untuk mencapai hal tersebut manajemen rumah sakit harus dilaksanakan dengan benar.
Seiring dengan perkembangan zaman, manajemen rumah sakit yang pada mulanya
murni bersifat sosial berkembang menjadi bersifat sosio-ekonomis.

Sehingga didapatkan fungsi timbulnya kepercayaan masyarakat terhadap


layanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang,
menghilangkan image masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah dalam memberikan
layanan kesehatan selalu lambat, berbelit-belit dan kotor, terwujudnya sumber daya
manusia yang berkualitas sehingga pelayanan kesehatan dan administrasi dapat
dilaksanakan dengan cepat dan akurat, terwujudnya pegawai yang sejahtera secara
proposional dengan didukung pegawai yang berdedikasi dan disiplin tinggi,
terwujudnya pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
dengan standar Rumah Sakit kelas B dan terpenuhinya peralatan kesehatan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang bertekhnologi tinggi dengan standar Rumah
Sakit kelas B.

Pada tanggal 14 Agustus 2002 berhasil mendapatkan akreditasi 12 pelayanan.


Pada tahun 2003 peningkatan status Kelas C menjadi Kelas B berdasarkan SK Menkes
Nomo 194/Menkes/SK/II/2003. Tahun 2007 berubah menjadi badan layanan publik
berdasarkan SK Walikota Nomor 445/0174/2007 tanggal 18 Juni 2007. Dengan status
tersebut , RS dituntut makin mengedepankan pelayanan kepada masyarakat,
pengembangan IBS dari 2 OK menjadi 6 OK dan peningkatan kapasitas rawat inap,
dari 150 TT menjadi 230 TT

Pada tahun 2013 berhasil menyelesaikan pengembangan Gedung Instalasi


Laboratorium. Pada tahun 2014 meresmikan Gedung Instalasi Rawat Inap 4 lantai,
yang selanjutnya dinamakan Ruang Nakula 1, Nakula 2, Nakula 3 dan Nakula 4 serta
menyelesaikan pembangunan Gedung Instalasi Rehabilitasi Medik beserta
peningkatan fasilitas alat kesehatan didalamnya. Tahun 2015 berhasil menyelesaikan
pembangunan Gedung Jantung Paru, 2 lantai, dan selanjutnya dinamakan Ruang
Arjuna 1 dan 2. Terakhir pada tahun 2016, RSUD meraih Sertifikat Akreditasi KARS
versi 2012 dengan predikat lulus paripurna.
DAFTAR PUSTAKA

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode penelitian Manajemen: “Pedoman Penelitian


Untuk Penulisan Skripsi, Tensis, dan disertai Ilmu Manajemen”. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

KepMenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta.

KepMenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008. Tentang Standar Pelayanan Minimal


Rumah Sakit.Jakarta: Depkes RI.

Nasution, M.N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu: Total Service Management. Bogor:
PT. Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.

Oentoro, Deliyanti. 2010. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Laksbang


Pressindo.

Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

Purwanto,S. (2009). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Dari


http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kepuasan-pasien-terhadappelayanan-
rumah-sakit/ diakses 11 April 2014

Soedarmono, S, 2000. Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Bagian Penyusunan


Program dan laporan Ditjen Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RIWHO,
Jakarta

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40 ayat 1-3

Wijayanti, Irine Diana Sari, Manajemen, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press, 2008.
LAMPIRAN

 Manajemen Kepegawaian

 Pengembangan Informasi dan Pemasaran


 Rehabilitasi Medik

RUANG A

RUANG B
RUANG B
RUANG C
 Radiologi

 IGD

Anda mungkin juga menyukai