Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah memiliki suatu upaya dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yaitu dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan

kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang, guna terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai

usaha untuk menciptakan pertumbuhan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomi. Seiring dengan upaya meningkatkan derajat

kesehatan maka setiap sarana penyelenggaraan kesehatan dituntut untuk

senantiasa memberikan pelayanan terbaik. (UU RI No. 39 Tahun 2009 tentang

Kesehatan).

Salah satu kesehatan yang harus diperhatikan adalah kesehatan organ

penglihatan, untuk dapat mempertahankan fungsi penglihatan dengan baik.

Dimana keberhasilan dalam peningkatan organ penglihatan tersebut salah

satunya tergantung pada tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan yang

benar dan baik serta dapat bertanggungjawab sesuai dengan profesinya.

Mengenai hal tersebut maka mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan

pelayanan harus dapat ditingkatkan. Oleh karena itu peranan refraksionist

optisien sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk

1
melaksanakan upaya kesehatan mata dan pencegahan kebutaan (UU RI No.

572, 2008).

Menurt Undang-undang RI No. 572 tentang Standar Profesi

Refraksionis Optisien Tahun 2008, Refraksionis Optisien/Optometris adalah

tenaga kesehatan yang telah lulus pendidikan berdasarkan perundang-

undangan yang berlaku yang berwenang melakukan pemeriksaan mata dasar,

pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil pemeriksaan, menyiapkan dan

membuat lensa kacamata atau lensa kontak, termasuk pelatihan ortoptik. (UU

RI No. 572, 2008).

Seorang refraksionist optisien harus dapat menjalankan tugasnya

dengan baik dan kompenten, agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pada

pasien sehingga dapat terwujudnya peningkatan status kesehatan organ

penglihatan masyarakat.

Sehubungan dengan uraian diatas, Program Studi D3 Refraksi Optisi

STIKes Dharma Husada Bandung dalam upaya peran serta mendukung

program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu

dengan pembangunan kesehatan, melaksanakan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan sebagai salah satu lembaga pendidikan profesionalisme kesehatan

untuk membentuk tenaga ahli yang kompeten dalam menangani pasien.

Dimana praktik kerja lapangan ini dilaksanakan disalah satu sarana prasana

kesehatan mata yaitu BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) Cikampek.

2
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

mahasiswa bisa lebih mengerti dan mengetahui pekerjaan seorang

refraksi optisi dan mampu mengaplikasikannya, mahasiswa/i juga harus

memiliki kemampuan dalam mengoreksi, mengetahui optic secara luas

dari mulai lensa, frame, proses pemasetan secara manual maupun otomatis

dan dapat melayani pasien secara efisien, aman, nyaman dan akurat.

2. Tujuan Khusus

Mendapatkan ilmu secara langsung dan dapat mengetahui

berbagai macam karakter pasien juga keinginan mereka, oleh karena itu

proses pemeriksaan yang kita lakukan harus sesuai dengan tahapan

pemeriksaan refraksi juga optisi.

C. Manfaat

1. Manfaat Umum

Meningkatakan kerjasama antara STIKes Dharma Husada bandung

dan Balai kesehatan Mata Masyarakat, sehingga mahasiswa/i dapat

melakukan tugas praktik dengan baik juga menambah wawasan dan ilmu.

Juga agar masyarakat dapat lebih mengenal atau mengetahui profesi seorang

Refraksionis Optisi yang melaukan koreksi sesuai dengan keluhan yang

dirasakan oleh pasien.

2. Manfaat Khusus

3
Dapat memberikan pengalaman secara praktik juga materi,

menambah wawasan tentang bagaimana seorang Refraksionis Optisi

bekerja teruatama dalam bidang refraksi klinik dan dispencing.

BAB II

4
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Tempat Praktik

1. Sejarah BKMM Cikampek

Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Cikampek didirikan

pada tahun 1957. Semula namanya adalah Balai Pemberantasan Penyakit

Trachoma, karena adanya wabah trachoma di daerah tersebut. Dalam

kegiatan sehari-hari ternyata pasien yang datang tidak hanya penyakit

trachoma saja, tetapi juga penderita kasus lain. Oleh karena itu, namanya

berubah menjadi Balai Pengobatan (BP) Mata yang berada di bawah Seksi

Kesehatan Mata Kanwil Kementerian Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan

dipimpin oleh tenaga paramedis, dan didatangkan dokter mata sebulan

sekali dari RS propinsi.

Pada tahun 1991 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.350A/Menkes/SK/VI/1991 tentang Susunan Organisasi tugas pokok

dan fungsi pada Balai Kesehatan Mata Masyarakat dan sekaligus

merupakan unit pelaksanaan teknis dibidang Kesehatan Mata Depkes RI.

Keputusan menteri kesehatan Nomor 1277/MENKES/SK/VI /2001

Tentang organisasi dan tata kerja Dapertemen kesehatan RI nomor.

556/Mennkes/SK/V1/2002 Menjelaskan bahwa balai kesehatan Mata

Masyarakat Cikampek berada di bawah Direktorat jendral Bina Kesehatan

Masyarakat dan dipinpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

kepada Direktur Jendral .

5
Permenkes Nomor. 1652/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 16

Desember 2005, Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Merupakan

Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Binaan di wilayah Indonesia

Barat dan diharapkan menjadi “Center of Excellence “ dalam pelayanan

kesehatan mata.

Berdasarkan Permenkes Nomor 2353/MENKES PER/X1/2011,

Tanggal 22 November 2011, Tentang Perubahan Atas Permenkes

Nomor.1652/MENKES/PER/X1/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Merupakan Unit Pelaksana

Teknis Dilingkungan Kementrian Kesehatan Yang Berada Direktorat

Jendral Bina Upaya Kesehatan.

2. Alamat BKMM Cikampek

Jln. Ir.H.Juanda No.10 Cikampek Kecamatan Kota Baru Kabupaten

Karawang Propinsi Jawa Barat.

Website : http://www.bkmm-cikampek.org

E-mail : bkmmwestjava@yahoo.com

3. Organisasi BKMM

a. Kepala

b. Subagian Tata Usaha

c. Seksie Pelayanan Kesehatan

d. Seksie Penunjang Pelayanan Kesehatan

6
e. Seksie Kemitraan

f. Kelompok Jabatan Fungsional

g. Instalasi

STRUKTUR ORGANISASI

BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) CIKAMPEK

Kepala BKMM
Dr. Eko Budi Priyanto, MARS

KASUBAG TU
Rina Rahmawati, SKM

Sie Pelayanan&Kes Sie Penunjang Sie Kemitraan


Fitri Purwanto, S.Kp, H. Endang N, SKM Parluhutan BB, SKM
MM

INSTALASI KEL. JABATAN


FUNGSIONAL

4. Visi Misi BKMM

a. Visi

7
“Pusat Pelayanan Kesehatan Mata Masyarakat Yang Berkualitas ”.

b. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan mata yang mencakup

promotif, prevntif ,dan rehabilitasi secara paripurna dan

berkualitas.

2. Memeberikan jaminan kepercayaan bagi masyarakat dalam

pelayanan kesehatan mata secara holistik dan ramah lansia.

3. Membangun kemitraan ysng sinergis dalam memelihara

kesehatan mata masyarakat secara optimal.

4. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan mata masyarakat sesuai standartd dan

mengoptimalkan sistem informasi manajemen kesehatan dan

rumah sakit yang terintegrasi dan akuntabel.

c. Moto

Terdepan Dalam Pelayanan, Profesional, Integritas,

Komitmen,Aman Dan Nyaman, Terpercaya.

d. Nilai-nilai

Nyaman, Terjangkau, Berkualitas.

5. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi BKMM

8
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasonal dan Kepmenkes no 425

tahun 2006. Tetang Kebijakan Dasar Balai Kesehatan Masyarakat,

kedudukan BKMM sebagai UPT Depkes setara dengan sarana pelayanan

kesehatan strata dua.

Sebagai UPT Pusat, BKMM Cikampek berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat, yang mempunyai wilayah kerja seluruh atau sebagian wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Permenkes Nomor

1652/Menkes/Per/XII/2005 BKMM Cikampek mempunyai wilayah

bimbingan teknis di Indonesia bagian Barat, yang meliputi : Jawa Barat,

Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan,

Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I

Yogyakarta, Bali, NTB, NTT.

Dalam Permenkes Nomor 1652/Menkes/Per/XII/2005 dinyatakan

bahwa BKMM adalah Unit Pelaksana Teknis dibidang kesehatan mata

dalam lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

dan mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan, pendidikan dan

pelatihan tenis, penelitian dan pengembangan serta peningkatan kemitraan

dibidang kesehatan mata masyarakat. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut, BKMM mempunyai fungsi :

9
1. Penyusunan rencana dan program pelayanan kesehatan mata

masyarakat.

2. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pencegahan

timbulnya gangguan kesehatan mata masyarakat.

3. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pengobatan mata

masyarakat.

4. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

penunjang dibidang kesehatan mata masyarakat.

5. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pemulihan dan

peningkatan fungsi penglihatan dan kebutaan

6. Pengamatan terhadap masalah kesehatan mata masyarakat.

7. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan

rujukan kesehatan mata masyarakat.

8. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan

pelatihan tenaga kesehatan dibidag kesehtan mata masyarakat.

9. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi penelitian dan

pengembangan teknologi tepat guna dibidang kesehatan mata

masyarakat.

10. Perencanaan, koordiansi, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan

kemitraan dan sosialisasi kesehatan mata masyarakat.

11. Pelaksanaan urusan ketatausahaan da kerumahtanggaan BKMM.

10
6. Kegiatan

Kegiatan pelayanan kesehatan mata yang dilakukan oleh BKMM

(SK menkes no.1982/Menkes/SK/XII/2010 tentang SPM BKMM)

Cikampek adalah :

a. Pelayanan Kesehatan mata dalam gedung

b. Pelayanan Kesehatan mata luar gedung

c. Meningkatkan SDM tenaga kesehatan

d. Meningkatkan kegiatan kemitraan

e. Pelayanan Kesehatan Indra Pendengaran

I. Pelayanan Kesehatan Mata Dalam Rungan

a. Pelayanan rawat jalan

b. Pelayanan tindakan operasi mata

 Operasi katarak

 Teknik operasi

- Phacoemulsification

- Small Incision Cataract Sugery (SICS)

- Extracapsular Cataract Extraction (Ecce)

- Intracapsular Catarakct Extrations (Icce)

c. pelayanan penunjang diagnostic

d. pelayanan laboratorium

e. pelayan obat

f. pelayanan konsultasi gizi.

11
II. Pelayanan Kesehatan Mata Luar Gedung

a. Promosi Dan Penyuluhan

b. Skrining (Deteksi Dini)

- Katarak, Glaukoma,Xeroftalmia & Kelainan Refraksi

c. Pelayanan Operasi Katarak Massal Di Rs Kab/Kota Atau

Puskesmas Binaan

d. Uks : Skrining Kelanianan Refraksi Pada Anak Sd.

Semenjak tahun 2006 BKMM Cikampek sudah membuat

perjanjian kerjasama dengan Kementerian THT FKUI/RSCM dan

Kementerian THT FK UNPAD/RSHS. Jadi BKMM Cikampek juga

melaksanakan pelayanan rawat jalan kesehatan telinga dalam gedung dan

di luar gedung berupa penyuluhan dan pemeriksaan teling pada murid SD,

pelatihan guru UKS dan kader. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dokter

Spesialis THT dari Unit THT Komunitas FKUI dan FK UNAD. Pelayanan

THT dalam gedung dilakukan 2 kali seminggu oleh dokter spesialis dari

FKUI dan FKUNPAD.

7. Wilayah Kerja

Wilayah kerja se – Provinsi Jawa Barat.

8. Wilayah Binaan

Wilayah Binaan : Indonesia Bagian Barat yaitu Lintas Propinsi

antara lain : NAD , Sumut, Sumbar, Riau, Jambi Bengkulu, Lampung,

Sumsel, Bangka Belitung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, DIY dan DKI.

Bali, NTT dan NTB.

12
9. Bagian Ruangan di BKMM Cikampek

Di tempat praktik klinik dasar BKMM Cikampek terdapat

beberapa rungan yang digunakan untuk melakukan tindakan pemeriksaan,

diantaranya:

a. Tempat pendaftaran, pasien diminta melakukan pendaftaran untuk

memperoleh informasi yang kemudian dimasukan ke dalam status

pasien.

b. Ruang 1 pemeriksaan visus refraksi, pasien yang sudah melakukan

pendaftaran masuk ke ruang 1 untuk melakukan visus dasar atau

koreksi maksimal.

c. Ruang 2 poli umum, pasien dengan kelainan refraksi dengan usia >40

tahun guna untuk dilakukan pemeriksaan tekanan darah darah dan

tingkat gula darah kemudian dilakukan tindakan selanjutnya, apakah

dilakukan koreksi maksimal atau tidak.

d. Ruang 3 poli mata, merupakan ruangan tindakan dokter mata dan

pasien dengan usia <40 tahun bisa langsung ke ruang 3.

e. Ruang 6 optik, diperuntukan bagi pasien yang membutuhkan

kacamata setelah dikoreksi maksimal dan sesuai persetujuan dokter

mata.

f. Ruang 7 operasi kecil (penunjang), pasien yang diidikasi memiliki

kelainan organik oleh dokter dilakukan beberapa tindakan, diantaranya

funduskopi, biometri, serta tonometri.

13
g. Kamar operasi, pasien yang memiliki kelaian organic pada mata

khususnya katarak dilakukan tindakan operasi di ruangan ini.

h. Ruang pengambilan obat (apotek).

10. Program Kegiatan yang Menjadi Fokus Praktik Klinik

Pelaksanaan praktik klinik dasar dilaksanakan di BKMM cikampek

dengan ruangan yang digunakan sebagai tempat praktik adalah sebagai

sebagai berikut:

a. Ruang Pemeriksaan Visus Dasar

b. Ruang Optik

c. Ruang Penunjang

d. Poli Umum

e. Poli Mata

f. Ruang Koreksi Maksimal

14
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rencana Cakupan Praktik Klinik Lanjutan Balai Kesehatan Mata

Masyarakat Cikampek 2018

1. Melakukan Pelayanan Pemeriksaan Refraksi

Memberikan dan mengelola pelayanan pada klien/pasien yang

mengalami gangguan penglihatan. Target Pasien yang harus dicapai dalam

praktik klinik lanjutan Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek 2019

mencapai 20 orang pasien selama ± 2 minggu dengan fokus praktik :

a. Melakukan komunikasi dengan pasien/klien dengan sopan dan santun

b. Melakukan persiapan pelayanan refraksi

c. Melakukan pelayanan pemeriksaan tahap awal refraksi/pendahuluan

d. Melakukan pemeriksaan refraksi objektif

e. Melakukan pemeriksaan refraksi subjektif

f. Melakukan pemeriksaan penglihatan binokuler

g. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dekat

h. Melakukan diagnosa dan analisa refraksi

15
2. Melakukan Pelayanan Optisi

Memberikan dan mengelola pelayanan optisi pada klien/pasien

yang mengalami gangguan penglihatan selama ± 2 minggu dengan fokus

praktik :

a. Melakukan penerjemahan resep kacamata

b. Melakukan pemilihan frame/bingkai dan lensa kacamata

c. Melakukan ordering

d. Melakukan kontrol ordering

e. Melakukan proses pembuatan kacamata

f. Melakukan kontrol kualitas hasil pembuatan kacamata

g. Melakukan fitting standar kacamata

h. Melakukan fitting penyesuaian kacamata pada pasien

B. Hasil Cakupan Praktik Refraksi Optisi Lanjutan Balai Kesehatan Mata

Masyarakat Cikampek 2019

1. Cakupan Pemeriksaan Refraksi

Target pasien yang telah dicapai dalam praktik klinik lanjutan

Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek 2019 mencapai 20 pasien

Refraksi dan 4 pasien Optik selama ± 2 minggu.

16
Tabel 3.1 Data Pasien Refraksi BKMM Cikampek

Jenis

No Nama Kelamin Umur Visus Koreksi

1. OD: 5/60 OS DIABETIK


Ny. AI P 49 th
OS: 4/60 RETINOPATY

2. OD: 5/20 OD : S-0.75 C-0.50 x 60

Ny. NA P 55 th OS: 5/5 Add :+2.50

OD: (AMC )

3. OD: 0
Ny. OH P 78 th
OS: cffc OS :RENCANA OPERASI

4.

OD :S+0.50

OD: 5/5 OS:S+0.50


Tn. MR L 43 th
OS: 5/5 Add: +1.50

ODS : (HIPERMETROP

PRESBIOPIA)

5. OD: 5/50
Tn. SI P 78 th
OS: 4/60 ODS : RENCANA OPERASI

6. OD: 1/60 OD : S-3.00 C-3.00 x 85

Ny. YT P 52 th OS: 1/60 OS : S-3.50 C-2.50 x 85

Add :+2.25

17
ODS : (AMC)

7. OD: 5/10 OD : S-1.00

Tn. WK L 46 th OS: 5/15 OS: S-1.50

ODS : (MIOPIA)

8. OD: 5/10 OD= S-2.00 C-1.50 X 80

Tn. SO L 34 th OS: 5/10 OS= S-2.50 C-1.50 X 80

ODS: (AMC )

9. OD: 5/50 OD= S-1.50 C-1.50 X 85

OS: 5/40 OD= S- 1.50 C-1.00 X 5


Tn. SI L 80 th
Add :+ 3.00

ODS : (AMC)

10. OD: 5/40 OD : C- 2.25 x 105

Ny. UW P 61 th OS: 5/30 OS: S+0.50 C-0.75 x 90

Add : +3.00

11. OD: 5/15 OD: C-1.25 X 90

Ny. IS P 47 th OS: 5/6 OS: C-0.50 X 90

ODS : (AMS)

12. OD: 5/50 OD: C-2.25 X 180

Ny. RT L 25 th OS: 5/50 OS: C-2.25 X 180

ODS : (AMS)

18
13. OD:5/15 OD : S-1.50 C-0.25 X 10

An. SI P 11 th OS: 5/50 =5/5 (AMC)

OS : 5/40

14. OD:5/5 OS : S-1.00

Tn. DD L 50 th OS: 5/10 Add : +2.00

OS : (MIOPIA)

15. OD:5/20 OD: S-1.25 C-1.25 X 90

An. AP P 62 th OS: 5/15 OS: -1.25 C-1.00 X 90

ODS : (AMC)

16. OD:5/30

Ny. RI P 30 th OS: 5/30 ODS : S-2.00

ODS : (MIOPIA)

17. OD:5/20 OD : S- 1.75

OS: 5/15 OS :S- 1.00


Ny. TN P 61 th
Add :+3.00

ODS : (MIOPIA)

18. OD:5/5 OD :S+0.75 C-0.50 x 80

Tn. AI L 44 th OS: 5/10 OS : S+0.50 C-0.75 x 60

ODS : (

19. OD:5/15 OD: C- 1.50 X 170


Tn. TN P 47 th
OS: 5/30 OS: C-2.00 X 35

19
20. OD:5/5
Ny. IA P 39 th
OS: 5/10

Tabel 3.2 Data pasien Pembuatan Kacamata

No Nama Power ADD PD Lensa

1. An. DV ODS : S-1.00 - 58 Cr Mc

2. OD : S-0.50 C-1.50 x 180


An. RA - 59 Cr Mc
OS : S-2.00 C-0.75 x 175

3. OD : C-0.50 x 170
An. KZ - 60 Cr Mc
OS : C-0.50 x 180

4. OD : S-2.25
An. BN - Cr Mc
OS: S-2.50

5. OD : S-0.50
An. RN - Cr Mc
OS : S-0.75

6. OD : S-1.50
An. SA - 59 Cr Mc
OS : S-1.50 C- 0.50 x 180

7. OD : S-2.00
An. WD - 59 Cr Mc
OS: S-1.25

8. An. KS OD: S-2.00 - Cr Mc

Tabel 3.3 Data Pasien Penunjang

20
Hasil
No Nama Umur P/L
Tonometri Biometri

1. Tn. DM 72 L OD : 15,8 OS : 13,8 ODS : 22,0

OS : 24,0
2. Ny. KM 69 P OD : 27,3 OS : 9,6
OD :20.0

3. Ny. RN 64 P OD : 18,2 OS : 11,5 -

4. Tn. SR 59 L OD :15.8 OS: 13.8 OD S: 20.0

5. Tn. CP 43 L OD :11.1 OS: 20.8 ODS : 19.5

6. Ny. RH 69 P OD :33.2 OS: 18.7 -

OD :23.0
7. Tn. IS 49 L
OD :26.6 OS: 15.9 OS: 24.5

8. Tn. AP 66 L OD : 16.2 -

OD :26.6 OS: 30.9 OD :23.0


9. Ny. RT 77 P
OS: 24.0

OD :22.5 OS: 20.9 OD :21.0


10. Ny. AH 46 P
OS: 19.5

Tabel 3.4 Data Pasien Visus

No Nama L/P Usia Visus

1. P VOD : 5/6
Ny. YT 57
VOS : 0

21
2. P VOD : 5/25
Ny. AH 39
VOS : 5/30

3. L VOD : 5/40
Tn. JK 64
VOS : 3/60

4. P VOD : 5/20
Ny. DN 46
VOS : 5/30

5. L VOD : 5/5
Tn. KN 44
VOS : 5/5

Tabel 3.5 Data Pasien Poli Umum

No. Nama Usia P/L Visus Tekanan Darah Diagnosa

1. Ny. E YT 50 P VOD : 5/6 110/70 OD:Keratitis

VOS : 5/5

2. Tn. SH 78 L VOD : 5/50 120/80 ODS : KSI

VOS : 5/40

3. Tn. WM 46 L VOD : 5/10 160/100 ODS : PS

VOS : 5/15

4. Ny. YT 52 P VOD : 1/60 130/70 ODS : KSI

VOS : 1/60

5. Ny. IF 70 L VOD : 5/5 140/70 ODS:

VOS : 5/5 K.TIVITIS

22
C. Masalah Kesehatan Mata Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat

Cikampek 2018NY

Berdasarkan hasil dari rekam medik di ruangan refraksi BKMM

Cikampek gangguan penglihatan mata terbanyak yaitu miopia, namun masalah

lain yang jarang terjadi dan banyak ditemukan di BKMM yaitu Astigmatisme.

Sehingga penulis tertarik untuk membahas mengenai Astigmatisme.

a. Astigmatisme

1. Definisi Astigmatisme

Astigmatisme adalah ketidaksempurnaan ringan, dan

umumnya mudah ditangani, yang terjadi pada kelengkungan mata.

Astigmatisme menyebabkan penglihatan seseorang menjadi

berbayang.

Kondisi ini terjadi ketika permukaan depan mata (kornea) atau

lensa memiliki lengkung permukaan yang tidak sama.

Astigmatisme menyebabkan penglihatan kabur pada semua jarak.

Kondisi ini bisa merupakan bawaan lahir atau terjadi pada orang yang

mengalami rabun jauh atau rabun dekat. Astigmatisma bisa dikoreksi

menggunakan kacamata dengan lensa cylinder yang sesuai.

2. Tanda dan gejala astigmatisme termasuk

 Penglihatan kabur atau terdistorsi

 Kelelahan mata dan sakit kepala

 Melihat benda yang bulat menjadi lonjong

23
 Penglihatan berbayang

 Memicingkan mata

3. Pencegahan dan cara mengatasi rabun jauh

Cara yang umum digunakan untuk mengatasi mata silinder adalah

menggunakan lensa koreksi cylinder seperti kacamata atau lensa

kontak toric.

Astigmatisme terjadi karena kelainan refraksi pada permukaan

kornea mata. Kelainan Astigmatisme yang kecil akan memberikan

gangguan ketajaman penglihatan ringan, namun dapat menyebabkan

sakit kepala, ketegangan pada mata dan kelelahan.

Cara mengoreksi astigmatisme adalah dengan memberikan lensa

cylinder. Pasien dapat mengalami kombinasi kelainan astigmatisme

dengan myopia (rabun jauh) atau dengan hypermetropia (rabun dekat).

Jika hal ini terjadi, dapat diatasi dengan memberikan kombinasi antara

lensa spheris dan dan lensa cylinder, yang ditempatkan pada

axis/derajat yang sesuai.

4. Bentuk Astigmatisme

1. Astigmat Reguler

Astigmat yang memiliki kedua meridian utama saling tegak

lurus, bayangan yang terjadi pada astigmat reguler dengan bentuk

yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.

2. Astigmat Ireguler

24
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak

lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea

pada meridian yang sama berbeda sehingga baangan menjadi

ireguler. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat infeksi kornea,

trauma atau akibat kelainan pembiasan.

3. Astigmat Against The Rule

Power meridian horisontal / mendekati horisontal. Axis

berhubungan dengan axis cylinder refraktif akan berada antara 70°

dan 110°. Daerah yang vertikal akan buram dan yang horisontal

akan jelas.

4. Astigmat With The Rule

Power astigmat penglihatan akan lebih jelas di vertikal /

mendekati vertikal axis tegak lurus diantara 0 dan 20° atau 160°

dan 180°

5. Astigmat Oblique

Power meridian astigmat tidak horisontal/vertikal, axis

meridian berhubungan dengan axis refraktif yang berada antara 21°

dan 69° atau 111° dan 159°.

5. Klasifikasi Astigmatisme

1. Astigmat Miopia Simplek

Astigmatisme jenis ini yaitu titik a berada di depan retina,

sedangkan titik b berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa

koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph plano Cyl -2.00.

25
a b

2. Astigmat Hipermetrop Simplek

Astigmatisme jenis ini, titik a berada tepat pada retina,

sedangkan titik b berada di belakang retina. Pola ukuran lensa

koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph plano Cyl +3.00.

a b

3. Astigmat Miop Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik a berada di depan retina,

sedangkan titik b berada di antara titik a dan retina. Pola ukuran

lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -3.00 Cyl -2.00.

a b

26
4. Astigmat Hipermetrop Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik b berada di belakang retina,

sedangkan titik a berada di antara titik b dan retina. Pola ukuran

lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +2.00 Cyl +3.00

a b

1.

5. Astigmat Miktus

Astigmatisme jenis ini, titik a berada di depan retina,

sedangkan titik b berada di belakang retina. Pola ukuran lensa

koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +2.00 Cyl -3.00.

a b

27
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Sutrisno Bin Suwarno

Usia : 34 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Dusun Galur, Cikampek

B. Anamnesa

 Melihat jauh buram

 Penglihatan berganda

 Kadang pusing

 Pegal

 gatal

C. Pemeriksaan Subjektif

Visus Dasar : OD : 5/10

OS : 5/10

AVOD : S – 2.00 C - 1.50 X 80 5/5

AVOS : S – 2.50 C – 1.50 X 80 5/5

D. Diagnosa refraksi

ODS Astigmat Miopia simplek

E. Terapi hasil refraksi

Kacamata

28
F. Resume

Pasein dengan nama Sutrisno Bin Suwarno yang berusia 34 tahun

dengan hasil anamnesa di dapat bahwa penglihatan jauh buram, lihat

berbayang, dan terkadang pusing dan pegal disertai gatal, sehingga

mengakibatkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktifitas pasien sehari –

hari. Pasien tidak memiliki riwayat kesehatan seperti hipertensi, diabeters

militus, namun pasien mengeluh mata merah dan gatal atau bisa disebut juga

konjungtivitis. Pemeriksaan visus dasar mata kanan di dapat 5/10 dan mata

kiri 5/10.

Dengan diagnose konjungtivitis. Dimana Pada gejala klinis pasien

konjungtivitis (peradangan) biasanya mengeluh gatal dan berair pada mata

yang terinfeksi dan penglihatan menjadi buram. Sebelum melakukan

pemeriksaan subjektif pasien terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan

objektif dengan menggunakan autorefraktometer dan didapatkan hasil OD

= S – 2.50 C – 2.00 X 90 dan OS = S – 1.75 C – 0.75 X 80, Pada pemeriksaan

refraksi untuk penglihatan jauh, visus awal di dapatkan Visus ODS 5/10,

setelah itu dilakukan pin hole visus ada perbaikan. Setelah itu dilakukan

pemeriksaan refraksi subjektif dan didapatkan ukuran OD S – 2.00 C – 1.50

X 80 5/5, OS S-2.50 C- 1.00 X 80 5/5, Kemudian dilakukan test akhir

binokuler duke elder dengan ukuran S+0.25 responden mengeluh

penglihatan menjadi buram,

Setelah itu dilakukan test keseimbangan binokuler dengan

mengintruksikan pasien untuk mencoba menggunakan lensa koreksi dengan

29
berjalan-jalan selama kurang lebih 5 menit dan pasien menyatakan tidak

pusing.

30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pasien mengeluh kedua mata melihat jauh buram, penglihatan

ganda, pegal, dan terkadanag pusing, diseratai gatal sehingga harus

dikoreksi dan didapat hasil koreksi maksimal dan nyaman digunakannya

yaitu:

AVOD : S – 2.00 C - 1.50 X 80 5/5

AVOS : S – 2.50 C – 1.50 X 80 5/5

Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif dan subjektif yang telah di

lakukan pasien berinisial Tn. sutrisno ini menderita kelainan refrakasi

Astigmat Miop Compositus, dimana satu titik di fokuskan di depan retina

dan titik yang lainnya berada di antara titik focus dan di retina. Penglihatan

dekat pasien masih normal dengan biasa membaca objek / kalimat pada

reading chart sampai baris paling bawah / 8 metrik.

B. Saran

Pasien di sarankan agar memakai kacamata sesuai dengan hasil

ukuran koreksi maksimal dan harus setiap 6 bulan sekali melakukan kontrol

ke rumah sakit terdekat atau tempat pemeriksaan mata lainnya.

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai