Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Salah satu tindakan yang paling umum dan sering dilakukan oleh dokter gigi
adalah pencabutan gigi atau dalam istilah kedokteran gigi disebut dengan ekstraksi
gigi. Tindakan pencabutan gigi dilakukan sebagai upaya akhir pada pasien dengan
kondisi gigi yang rusak dan tidak dapat dirawat lagi. Pada proses pencabutan gigi
akan menimbulkan jaringan luka dan kerap terjadi komplikasi, oleh karena itu
pencabutan gigi harus dilakukan dengan teknik yang benar (Sim, 2021;
Mardiyantoro, 2019; Hutagalung, 2018; Wiantari, 2018).

Luka yang disebabkan oleh pencabutan gigi dapat sembuh dengan


sendirinya, namun dengan proses yang lambat. Fenomena ini dikenal dengan
regenerasi atau penggantian jaringan yang mati atau rusak dengan jaringan yang
baru. Pada proses penyembuhan luka secara umum akan melalui 3 fase yaitu, fase
inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi/remodeling. Fase inflamasi
berlangsung pada saat terjadinya luka dan dilanjutkan dengan fase proliferasi yang
dimulai dari hari ke-6 sampai dengan hari ke-11 dimana terjadi proliferasi sel
fibroblas, sementara fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 sampai kurang lebih
12 bulan. Fibroblas berperan penting dalam menghasilkan struktur protein yang
digunakan untuk proses rekontruksi jaringan Berdasarkan penelitian terdahulu
mengenai fase penyembuhan luka, sifat antiseptik yang terdapat pada minyak jahe
berperan dalam mempersingkat fase inflamasi karena, kandungan antiseptik pada
jahe mampu menghambat masuknya kuman yang dapat mengganggu proses
penyembuhan luka. Dalam penelitian lainnya didapati hasil bahwa kelompok
perlakuan dari hari pertama hingga hari kelima terjadi peningkatan sel fibroblas,
kemudian pada hari kelima hingga kesepuluh terjadi penurunan jumlah sel
fibroblas. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan kecepatan penyembuhan
luka normal dengan penyembuhan luka yang diberikan intervensi (Saputro, 2021;
Fakhrurrazi, 2020; Luthfiyati, 2020; Rahayu,2020; Ningtyas, 2020; Dewi, 2018).
Banyak tanaman herbal yang mengandung zat aktif serta bermanfaat
terhadap percepatan penyembuhan luka, Indonesia merupakan negara yang
memiliki tanaman herbal dan sudah terbukti khasiatnya sebagai alternatif
pengobatan luka diantaranya adalah jahe. Berdasarkan bentuk, ukuran, warna
rimpang dan kandungan kimianya, jahe dibedakan menjadi 3 jenis antara lain : jahe
badak , jahe sunti (emprit) dan jahe merah, dari ketiga jenis jahe tersebut jahe merah
yang memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dari jenis jahe lainnya
(Jauhary, 2020; Supu, 2018; Syafitri, 2018).

Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) merupakan salah satu
jenis tanaman herbal yang sering dan mudah ditemui, jahe merah memiliki rimpang
berwarna merah hingga jingga muda dengan rasa yang sangat pedas dan aroma yang
tajam. Komponen-komponen kimia yang ada pada jahe merah memiliki efek
farmakologi berupa antiinflamasi, antioksidan, analgesik, antikarsinogenik,
antibakteri, non-toksik dan non-mutagenik. Pemanfaatan jahe merah ini umumnya
dijadikan sebagai bahan baku obat karena mengandung zat aktif berupa gingerol,
shogaol, triterpenoid, flavonoid dan saponin. Gingerol dan shogaol memiliki
aktvitas antiinflamasi yang mampu mengurangi proses inflamasi dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin. Flavonoid berperan sebagai antioksidan
yang kuat untuk melindungi tubuh dan juga berperan dalam mengaktifkan
makrofag untuk fagositosis. Saponin berfungsi untuk mengaktifkan TGF-β,
naiknya kadar TGF-β akan meningkatkan proliferasi fibroblas, yang nantinya
berpengaruh terhadap jumlah sel fibroblas sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan luka (Munir, 2020; Fransiska, 2020; Huyen, 2020; Suharto, 2019;
Herawati, 2019; Jayanudin, 2019; Rahayu,2018).

Dalam kurun waktu 4 tahun kebelakang telah terdapat beberapa penelitian


yang menggunakan ekstrak jahe dan salep jahe untuk proses penyembuhan luka.
Hasil yang dikemukakan dari penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa
ekstrak etanol jahe merah dapat menurunkan jumlah sel makrofag pada hari ke-3
secara signifikan namun pada jumlah pembuluh darah tidak berbeda secara
bermakna, pemberian jahe (Zingiber officinale roscoe) dapat menurunkan jumlah
sel neutrofil, meningkatkan jumlah sel fibroblas dan meningkatkan epitelisasi luka
insisi pada mencit putih, ekstrak jahe menyebabkan penghambatan edema dikaki
terutama pada dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat referensi.
Penelitian mengenai efektivitas salep jahe (Zingiber officinale roscoe) pada sayatan
penyembuhan luka pada tikus putih, menghasilkan data bahwa kelompok perlakuan
dengan salep ekstrak jahe 10% lebih efektif dalam mempercepat proses
penyembuhan luka. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan tanaman jahe merah untuk penyembuhan luka memiliki dampak yang
bermakna (Sadikim, 2018; Rahayu, 2020; Shaban, 2019; Lestari, 2021).

Berbagai penelitian efektivitas ekstrak jahe merah telah dilakukan, namun


masih sedikit yang meneliti mengenai efektivitas ekstrak jahe merah terhadap luka
soket pasca pencabutan gigi. Konsentrasi ekstrak jahe merah yang efektif
berdasarkan penelitian terdahulu adalah 1% - 20% terhadap penyembuhan luka
sayat, pada konsentrasi diatas 20% memiliki efek toksisitas lebih tinggi. Sehingga
pada penelitian ini akan diuji efektivitas ekstrak jahe merah terhadap luka soket
pasca pencabutan gigi pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale)


terhadap penyembuhan luka pada soket pencabutan gigi tikus wistar ditinjau dari
pembentukan sel fibroblas.

1.3 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale) terhadap


pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.

Ho : Tidak ada efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale)


terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak jahe merah


(Zingiber officinale) terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale) 2,5%


terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.
b. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale) 5%
terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.
c. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale) 7,5%
terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.
d. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber officinale) 10%
terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.
e. Untuk melihat perbandingan efektivitas ekstrak jahe merah (Zingiber
officinale) konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% terhadap pembentukan sel
fibroblas soket gigi tikus wistar.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dalam ilmu pengetahuan tentang tanaman herbal


jahe merah (Zingiber officinale) terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus
wistar, dan sebagai bahan pembelajaran serta referensi pada penulisan selanjutnya
yang berhubungan dengan pemanfaatan ekstrak jahe merah (Zingiber officinale)
terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar.

1.5.2 Manfaat Praktisi

Memberikan informasi ilmiah mengenai efektivitas ekstrak jahe merah


(Zingiber officinale) terhadap pembentukan sel fibroblas soket gigi tikus wistar,
dengan tanaman herbal yang bermanfaat untuk penyembuha luka serta mudah di
dapatkan dan memiliki efek samping yang minimal.

Anda mungkin juga menyukai