Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.

19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

EKSTRAK ETANOL MORINGA OLEIFERA LAM


TERHADAP FOLIKULOGENESIS PADA MENCIT
MODEL ENDOMETRIOSIS

Rila Rindi Antina*1, Hendy Hendarto2, Widjiati3


1
Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga Surabaya
2
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga,
RSUD Dr. Soetomo
3
Departemen Embriologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Email : rila.rindi@gmail.com

Abstrak
Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium di luar rahim.
Peningkatan konsentrasi sitokin inflamasi dan faktor pertumbuhan di dalam cairan
peritonium berkontribusi pada pembentukan lesi peritonium. Faktor pertumbuhan
berperan selama folliculogenesis. Moringa oleifera kaya akan flavonoid. Kuercetin dan
kaempferol adalah flavonoid, senyawa dengan gugus hidroksil fenolik dengan aksi
antioksidan yang memiliki kegunaan potensial terapeutik. Penelitian ini untuk
membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera
Lam) terhadap folikulogenesis pada mencit (Mus musculus) model endometriosis.
Metode penelitian menggunakan mencit (Mus musculus) 20-25g yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kontrol endometriosis dan kelompok perlakuan diberi ekstrak
etanol daun kelor 0,35 mg/gBB selama 14 hari. Jaringan ovarium dilakukan pemeriksaan
histopatologi dengan pengecatan hematoxylin-eosin. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan (ρ<0,05) jumlah folikel primer, jumlah folikel
sekunder, jumlah folikel tersier, jumlah folikel de graaf pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Kesimpulan Penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kelor
meningkatkan folikulogenesis pada mencit model endometriosis

Kata kunci—Ekstrak etanol daun kelor, folikulogenesis, endometrosis

246
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

ABSTRACT
Endometriosis is defined as the presence of endometrial tissue outside the uterus.
The increased concentration of inflammatory cytokines and growth factors in
contributing to the formation of the peritoneum liquid lesions peritoneum. Growth factor
plays a role during folliculogenesis. Moringa oleifera is rich in flavonoids. Quercetin and
kaempferol are flavonoids, compounds with hydroxyl phenolic antioxidant action with
that have potential therapeutic uses. This research to prove the existence of the influence
of ethanol extracts of leaves of granting Moringa oleifera Lam against folliculogenesis in
mice (Mus musculus) model of endometriosis. Research method using mice (Mus
musculus) 20-25 g are divided into two groups, namely the control group and the Group's
treatment of endometriosis was given ethanol extracts of leaves of the Moringa oleifera
0.35 mg/gBB for 14 days. Ovarian tissue histopathology examination is performed with
hematoxylin-eosin staining. The results showed there was a significant difference (ρ <
0.05) the number of primary follicles, the number of secondary follicles, the number of
tertiary follicles, the number of follicles de Graaf between the control group and
treatment group. The conclusion the research indicates ethanol extracts of leaves of
Moringa oleifera increased folliculogenesis on mice model of endometriosis

Keywords—Ethanol extracts of leaves of Moringa oleifera, folliculogenesis,


endometriosis

247
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

1. PENDAHULUAN migrasi germ sel ke gonad (Yang et al.,


2013). Faktor pertumbuhan (growth
Endometriosis didefinisikan sebagai factors) juga bekerja pada perekrutan
adanya jaringan endometrium di luar folikel, proliferasi atau atresia sel
rahim. Etiologi endometriosis tidak pasti, granulosa dan teka, steroidogenesis,
kombinasi genetik, hormonal, imunologis pematangan oosit, ovulasi dan luteinisasi
dan faktor anatomi berkontribusi pada (Dunlop dan Anderson, 2014). Di antara
pembentukan dan perkembangan lesi growth factors, anggota superfamili
endometrium (Giudice dan Kao, 2004; transforming growth factor beta (TGF-β)
Young et al., 2013). dianggap penting untuk pengembangan
Endometriosis diperkirakan folikuler (Hsueh et al., 2014; Piotrowska
mempengaruhi wanita usia subur sekitar 6- et al., 2013). Beberapa anggota
10% dan berhubungan dengan nyeri superfamili transforming growth factor
panggul kronis, dismenorea dan beta (TGF-β) yang berperan dalam
subfertilitas (Giudice and Kao 2004; folikulogenesis diantaranya adalah growth
Meuleman et al., 2009). Kejadian differentiation factor 9 dan bone
endometriosis yang telah dilaporkan per morphogenetic protein 15 (Peng et al.,
tahun sebesar 0,1% antara wanita berusia 2013; Hendarto et al., 2010) serta aktivin
15-49 tahun (Vercellini et al., 2014).
yang berperan dalam interaksi
Prevalensi endometriosis pada wanita
dengan infertilitas sangat tinggi, mencapai intrafolikuler (Pauklin dan Vallier, 2015;
hampir 50% (Matarese et al., 2003). Robertson et al., 2004)
Peningkatan konsentrasi sitokin Berdasarkan hasil pengamatan ini,
inflamasi dan faktor pertumbuhan (growth diperkirakan bahwa lingkungan lokal
factors) di dalam cairan peritonium dan intrafolikular mungkin secara negatif
jaringan peritonium dianggap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berkontribusi pada pembentukan lesi berhubungan dengan endometriosis.
peritonium (Young et al., 2013). Beberapa Beberapa penelitian telah menjelaskan
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bagaimana mekanisme molekuler bahwa
perubahan ekspresi dan signaling TGF-β endometriosis dapat mempengaruhi
dapat berkontribusi pada patofisiologi pertumbuhan, steroidogenesis dan fungsi
endometriosis (Pizzo et al., 2002; Young sel granulosa (GCs). Integrasi antara oosit
et al., 2014; Young et al., 2017). dan GC-nya sangat penting untuk
Transforming growth factor beta menentukan waktu dimulainya kembali
(TGF-β) adalah faktor pertumbuhan meiosis dan kejadian yang akan terjadi
inflamasi yang mengatur berbagai fungsi pada embrio setelah fertilisasi (Sanchez et
seluler termasuk adesi sel, invasi dan al., 2016).
angiogenesis yang semuanya sangat Saat ini, pengobatan untuk
penting selama pengembangan lesi endometriosis terutama terdiri dari terapi
endometriosis (Pizzo et al., 2002; Young menopause semu dan terapi pseudocyesis
et al., 2014). Faktor pertumbuhan (growth yang paling banyak digunakan (Platteeuw
factors) berperan penting selama dan D'Hooghe, 2014). Endometriosis yang
perkembangan ovarium awal dan ditangani secara operasi atau pengobatan
folliculogenesis, karena faktor medis gejalanya bisa kambuh hingga 75%
pertumbuhan (growth factors) mengatur dari seluruh kasus dan perawatan medis

248
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

yang tersedia masih memiliki efek usia subur. Endometriosis juga


samping yang tidak diinginkan (Jacobson didefinisikan dengan adanya jaringan
et al., 2009).
Di Asia, Moringa oleifera kaya akan
kuersetin dan kaempferol. Kuercetin dan
kaempferol adalah flavonoid, senyawa
dengan gugus hidroksil fenolik dengan
aksi antioksidan yang memiliki kegunaan
potensial terapeutik (Ferreira et al., 2008).
Kuercetin secara signifikan menghambat
ekspresi reseptor TGF-β 1 dan 2 pada
fibroblas keloid pada konsentrasi rendah,
sedang, dan tinggi (Phan et al., 2004).
Ekstrak etanol Moringa oleifera secara
signifikan mengurangi kenaikan TNF-α
dan TGF-β pada tikus albino fibrosis hati
yang diinduksi thiacemide (Moustafa et
al., 2015).
Berdasarkan komponen bioaktif
yang terkandung didalam ekstrak etanol
(Moringa oleifera Lam), penggunaannya
untuk pengobatan endometriosis dapat
digunakan namun penelitian mengenai
pengaruh ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam) terhadap endometriosis
belum banyak dilakukan, atas dasar hal
tersebut dilakukan penelitian tentang
folikulogenesis pada ovarium dengan
endometriosis. Hasil dari penelitian ini
diharapkan sebagai upaya pembaharuan
terhadap upaya preventif terhadap
infertilitas karena proses perubahan siklus
sel granulosa yang mengakibatkan
gangguan folikulogenesis, sehingga dirasa
perlu untuk meneliti pengaruh ekstrak
etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam)
terhadap ekspresi aktivin dan
folikulogenesis pada mencit (Mus
musculus) model endometriosis.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Endometriosis adalah penyakit


inflamasi yang bergantung pada estrogen
yang mempengaruhi 5 sampai 10% wanita

249
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
seperti endometrium di situs luar rongga
uterus, terutama pada peritoneum pelvis
dan ovarium. Klinis utama endometriosis
adalah kelainan panggul kronis, nyeri saat
bersenggama, dan infertilitas (Giudice dan
Kao, 2004). Endometriosis diperkirakan
mempengaruhi wanita usia subur sekitar 6-
10% dan berhubungan dengan nyeri
panggul kronis, dismenorea dan
subfertilitas (Giudice and Kao, 2004;
Meuleman et al., 2009).
Angka prevalensi dan kejadian
endometriosis tergantung pada hasil
visualisasi lesi pada proses pembedahan
yang mahal dan prosedural invasif untuk
mendiagnosis secara pasti. Perkiraan
prevalensi endometriosis sulit ditemukan
(Vercellini et al., 2014; Allaire, 2006).
Perkiraan prevalensinya menunjukkan
bahwa endometriosis mempengaruhi 10%-
15% dari semua usia wanita reproduksi
(Allaire, 2006). Prevalensinya sekitar 5%,
mencapai puncaknya antara usia 25 tahun
sampai dengan 35 tahun. Kejadian
endometriosis yang telah dilaporkan per
tahun sebesar 0,1% antara wanita berusia
15-49 tahun (Vercellini et al., 2014).
Endometriosis dianggap sebagai salah satu
penyakit ginekologi yang paling sering
terjadi, yang mempengaruhi wanita dalam
kehidupan reproduksinya sebesar 15-20%.
Prevalensi endometriosis pada wanita
dengan infertilitas sangat tinggi, mencapai
hampir 50% (Matarese et al., 2003).
Tiga bentuk endometriosis yang
berbeda secara klinis adalah implan
endometriotik pada permukaan peritoneum
pelvis dan ovarium (peritonium
endometriosis), ovarium kista yang
dilapisi oleh mukosa endometrioid
(endometrioma) dan massa padat yang
kompleks terdiri dari jaringan
endometriotik (jaringan adiposa dan
fibromuskular) berada diantara rektum dan
vagina (rectovaginal endometriotic
nodule). Tiga bentuk endometriosis

250
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

tersebut mungkin merupakan varian dari karakteristik fungsinya. Dalam konteks


proses patologis yang sama atau juga parakrin intraovarian, beberapa anggota
dapat disebabkan oleh mekanisme yang transforming growth factor beta (TGF-β)
berbeda (Garry, 2004; Brosens, 2004). superfamili diketahui memainkan peran
Setelah attachment, sel endometrium penting (Sanchez et al., 2016). TGF-β
ektopik harus menyerang lingkungan adalah peptida yang diproduksi secara
peritonium untuk membangun diri sebagai eksklusif oleh GCs pada folikel pre-antral
lesi. Investigasi menggunakan jaringan dan folikel antral kecil yang tumbuh,
endometrium dan peritonium dari pasien peptida ini berfungsi untuk menjaga
dengan dan tanpa endometriosis terjadi ketenangan mereka (Sanchez et al., 2013).
peningkatan invasi potensi sel stroma BMP adalah subfamili terbesar dari
endometrium dari pasien dengan superfamili TGF-β dan bertindak sebagai
endometriosis (Shi et al., 2011). Invasi regulator utama aktivasi folikel,
mesothelium dapat difasilitasi oleh matriks perkembangan, proliferasi dan
metaloprotease (MMPs) sekelompok steroidogenesis (Abir et al., 2008).
protein kolagenase yang mampu mencerna Ekspresi dari mRNA atau protein untuk
dan memodernisasi ECM. MMPs komponen sistem BMP, termasuk ligan,
diekspresikan dalam endometrium dan reseptor dan faktor transduksi sinyal
telah terbukti terdapat dalam cairan intraseluler telah ditunjukkan pada sel-sel
peritoneum dan lesi endometriotik pertumbuhan folikel (Otsuka et al., 2011).
(Gilabert-Estelle's et al., 2007; Sotnikova Secara khusus, GCs manusia
et al., 2010; Itoh et al., 2012). mengekspresikan BMP2, BMP4, BMP6
Gambaran histologis endometriosis dan BMP7. BMP2 dan BMP4 mengikat
adalah adanya sel stroma atau epitel bone morphogenic protein tipe reseptor
endometrium, perdarahan kronis, dan 1A (BMPR1A) dengan derajat afinitas
tanda-tanda peradangan. Lesi yang berbeda yang berakibat memicu
endometriosis dapat terjadi secara tunggal fosforilasi intraseluler small mother agains
atau kombinasi dan berhubungan dengan decapentaplegic (SMAD) jalur 1/5/8. Pada
peningkatan risiko infertilitas atau nyeri sel kultur wanita bersepeda, BMP6 dan
pelvis kronis (Bulun, 2009). Peradangan BMP7 tapi tidak BMP4 dapat menurunkan
yang terlibat dalam endometriosis dapat basal 17β-estradiol (E2) yang diproduksi
merangsang ujung saraf di panggul dan oleh GCs (Khalaf et al., 2013). Paparan
dengan demikian menyebabkan rasa sakit, yang tidak seimbang pada BMP dapat
merusak fungsi rahim, mengurangi mengubah sensitivitas folikel terhadap
reseptivitas endometrium dan menghambat folikel stimulating hormone (FSH) dan
perkembangan oosit dan embrio (Berkley dengan demikian dapat mengganggu
et al., 2004; Banhardt et al., 2002). proses seleksi folikel dominan (Khalaf et
Pengaruh parakrin intraovarian al., 2013). Selanjutnya, terapi GCs
sangat penting untuk modulasi oosit, manusia dengan BMP2, BMP6 dan BMP7
pertumbuhan dan pematangan folikel dan secara signifikan menginduksi ekspresi
memberikan sensitifitas yang cukup AMH pada tingkat mRNA protein dan
terhadap stimulasi gonadotropin. juga meningkatkan FSH reseptor (Ogura-
Signalling antara oosit dan GCs belum Nose et al., 2012).
sepenuhnya dipahami namun dalam Aktivin diproduksi oleh sel
beberapa tahun terakhir beberapa sinyal granulosa folikel primer sampai dengan
sudah dapat diidentifikasi beserta folikel tersier, aktivin berfungsi untuk
251
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

menginduksi pelepasan FSH dari hipofisis menunjukkan bahwa morfologi dan tahap
anterior dan pada ovarium, berperan dalam transisi genetik dari folikel primordial
mempromosikan aktivitas aromatase, sampai ovulasi dan pembentukan korpus
pembentukan rongga antral, dan proliferasi luteum berhubungan dengan aktivasi
sel granulosa (Zhao et al., 2001). ActA kaskade dari faktor pertumbuhan yang
(aktivin A) mengubah perkembangan sangat mengatur proliferasi dan
folikel, menghasilkan peningkatan jumlah diferensiasi sel ovarium (Nagashima et al.,
folikel preantral (Rosairo et al., 2008). 2011; Joseph et al., 2012; Kawano et al.,
Studi in vitro mengidentifikasi peran ActA 2012). Faktor pertumbuhan yang paling
(aktivin A) dalam transisi folikel penting meliputi gen TGFB superfamili
primordial ke tahap perkembangan folikel yang diekspresikan dalam sel somatik
primer dan menghambat apoptosis oosit ovarium dan oosit mamalia, dengan
dengan FSH sebagai stimulator (Cossigny demikian superfamili gen TGFB,
et al., 2012). berfungsi sebagai regulator intraovarian
Aktivin termasuk dalam kelompok dari folikulogenesis (Paradis et al., 2009;
superfamili transforming growth factor-β Nagashima et al., 2011; Corduk et al.,
(TGF-β) dan banyak diekspresikan di 2012). TGFB gen superfamili yang paling
banyak jaringan, di mana mereka penting termasuk bone morphogenetic
mengatur berbagai proses fisiologis, protein 2, 4, 5, 6, 7, dan 15 (BMP2,
termasuk reproduksi (Knight dan Glister BMP4, BMP5, BMP6, BMP7, dan
2001; Knight dan Glister, 2006; Pang et BMP15) dan growth diferentiation factor
al., 2016). Di ovarium, aktivin A 9 (GDF9), yang diekspresikan melalui
diekspresikan dalam sel granulosa dan folliculogenesis dan mengatur langkah-
dapat bertindak mengatur fungsi ovarium langkah penting pertumbuhan dan
secara autokrin atau parakrin, termasuk pengembangan folikel (Knight dan Glister,
steroidogenesis, proliferasi sel granulosa, 2006).
perkembangan folikel, pematangan oosit Peran ekspresi gen TGFB
dan fungsi korpus luteum (Knight dan superfamily dalam pengaturan
Glister, 2001; Pang et al., 2016). Aktivin folliculogenesis tikus telah dipelajari
memainkan peran penting dalam banyak dengan seksama menggunakan tikus
proses fisiologis seperti diferensiasi dan model knockout(Li et al., 2012; Pangas et
remodeling sel, regenerasi dan perbaikan al., 2012). Drummond et al (2002)
jaringan dari berbagai organ, angiogenesis, mempelajari peran TGFB / BMP atau jalur
morfogenesis organ kelenjar, pluripotency signaling aktivin di ovarium tikus
dan diferensiasi germ cell, adhesi sel dan postnatal dengan menggunakan tes
apoptosis. Aktivin berpartisipasi dalam ekspresi PCR real-time, mereka
proses reproduksi seperti embriogenesis, mengamati adanya reseptor aktivin atau
dalam ekspresi folikel stimulating hormon BMP (ActRIA, ActRIB, ActRIIA, dan
dan luteinizing hormon dan pematangan ActRIIB), betaglycan dan Smad 1-8 di
folikel ovarium (Ferreira et al., 2015). dalam ovarium tikus. Ekspresi reseptor
Beberapa kelompok penelitian telah aktivin dan gen Smad superfamili
menunjukkan bahwa gen dan protein umumnya terkait dengan pembentukan
superfamili TGFB diekspresikan dalam folikel sekunder. Pada tahap folikel antral,
jaringan ovarium (Ergin et al., 2008; Zhu aktivitas reseptor dan Smad diekspresikan
et al., 2010; Hatzirodos et al., 2011; tergantung gen. Semua ekspresi gen
Nagashima et al., 2011). Penelitian terbaru aktivin-Smad superfamili teridentifikasi di
252
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

dalam oosit pada semua tahap molekul TGF-β (Huang et al, 2009).
pengembangan folikel dan dalam sel GDF9 secara khusus mengaktifkan
granulosa dan sel teka. Hasil ini SMAD2 dan SMAD3 yang membentuk
mengkonfirmasi bahwa TGFB, aktivin, kompleks dengan SMAD4, mitra umum
Smad cascade signaling adalah kunci dari semua protein SMAD, yang kemudian
pengatur pertumbuhan dan dapat melakukan translokasi ke nukleus
perkembangannya folikel. Pertumbuhan untuk mengatur ekspresi gen (Gilchrist et
dan perkembangan folikel diatur oleh al, 2008).
sintesis dan sekresi beberapa growth BMP15 dapat bertindak tidak sesuai
factors yang dihasilkan oleh sel oosit atau dengan GDF9 atau mungkin mengatur
granulosa. Faktor pertumbuhan ini aktivitas GDF9 (You-Qiang et al., 2004;
disekresikan oleh oosit ke sel granulosa Reader et al., 2014). Penelitian in vitro
dan dengan sedemikian rupa mengaktifkan telah menunjukkan bahwa ligan ini
folikel melalui mekanisme parakrin yang menggunakan jalur sinyal yang berbeda,
spesifik. Beberapa penelitian telah sinyal BMP15 melalui jalur 1/5 SMAD,
menunjukkan peran faktor-faktor spesifik sementara sinyal GDF9 melalui SMAD
oosit yang dimiliki oleh TGFB superfamili 2/3 (Paradis et al., 2009; Li et al., 2014).
termasuk BMP15 dan GDF9 (Piotrowska Semua bagian dari pohon kelor
et al., 2013). dapat dimakan dan sudah sejak lama
Pada banyak spesies mamalia GDF9 dikonsumsi oleh manusia (Jed, 2005
sangat penting untuk perkembangan dalam Krisnadi, 2015). Pohon kelor adalah
folikuler awal melalui pengaruh langsung salah satu tanaman yang paling luar biasa
yang memungkinkan proliferasi dan yang pernah ditemukan. Hal ini mungkin
diferensiasi pada sel granulosa (Castro et terdengar sensasional, namun faktanya
al., 2015). Defisiensi GDF9 terkait lagi memang kelor terbukti secara ilmiah
dengan regulasi inhibin. Ekspresi normal merupakan sumber gizi berkhasiat obat
GDF9 memungkinkan downregulation yang kandungannya diluar kebiasaan
inhibin A dan dengan demikian
kandungan tanaman pada umumnya.
meningkatkan kemampuan folikel untuk
melewati tahap awal perkembangan Sehingga kelor diyakini memiliki potensi
(Otsuka et al., 2011). GDF9 menyebabkan untuk mengakhiri kekurangan gizi,
perluasan sel kumulus, suatu proses kelaparan, serta mencegah dan
karakteristik dalam perkembangan menyembuhkan berbagai penyakit di
folikuler normal (Castro et al, 2015). seluruh dunia. Kelor benar-benar tanaman
GDF9 bertindak melalui dua reseptor pada ajaib, dan karunia Tuhan sebagai sumber
sel-sel yang mengelilingi oosit, ia bergizi dan obat penyembuhan bagi umat
mengikat reseptor bone morphogenetic manusia. Menurut Fuglie (1999) dalam
protein 2 (BMPRII) dan menuju ke hilir Krisnadi (2015), menurut hasil
untuk mengaktifkan reseptor TGF- β tipe 1 penelitiannya, daun kelor ternyata
(Gilchrist et al, 2008). Aktivasi reseptor mengandung vitamin A, vitamin C, Vit B,
ligan memungkinkan fosforilasi dan kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam
aktivasi protein SMAD (Castro et al, jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna
2015). Protein SMAD adalah faktor dan diasimilasi oleh tubuh manusia,
transkripsi yang ditemukan pada jumlahnya berlipat-lipat dari sumber
vertebrata, serangga dan nematoda, dan
makanan yang selama ini digunakan
merupakan substrat antar sel dari semua
sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan
gizi di banyak belahan negara. Tidak
253
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

hanya itu, kelor pun diketahui 4400 μg/ml sebanyak 36,5%. Secara
mengandung lebih dari 40 antioksidan. deskriptif ekstrak daun kelor cenderung
Antioksidan adalah zat kimia yang meningkatkan apoptosis sel MCF-7
membantu melindungi tubuh dari (Nabila dkk., 2016).
kerusakan sel-sel oleh radikal bebas. Kelor Penelitian Hasan et al, (2016)
mengandung 46 antioksidan kuat, senyawa bertujuan untuk mengevaluasi efek ekstrak
yang melindungi tubuh terhadap efek metanol dari Moringa oleifera (MO) dan
merusak dari radikal bebas dengan atau dosis rendah radiasi gamma (LDR)
menetralkannya sebelum dapat terhadap toksisitas paru-paru pada tikus
menyebabkan kerusakan sel dan menjadi dengan amiodarone (AMD). Pemberian
penyakit. Senyawa antioksidan yang MO menyebabkan penurunan yang
terkandung dalam kelor adalah vitamin A, signifikan pada kadar tumor nekrosis
vitamin C, vitamin E, vitamin K, vitamin faktor alfa (TNF-α) dan tingkat faktor
B (choline), vitamin B1 (thiamin), vitamin pertumbuhan beta (TGF-β) serta aktivitas
B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), laktat dehidrogenase (LDH). Selain itu,
vitamin B6, alanine, alpha-carotene, kandungan malondialdehid (MDA) dan
arginine, beta-carotene, beta-sitosterol, hydroxyproline (HYP) secara signifikan
caffeoylquinic acid, campesterol, menurun pada jaringan paru-paru.
carotenoids, chlorophyll, chromium, delta- Selanjutnya, MO secara signifikan
5-avenasterol, delta-7-avenasterol, meningkatkan kandungan glutathione
glutathione, histidine, indole acetic acid, (GSH) yang berkurang di jaringan paru-
indoleacetonitrile, kaempferol, leucine, paru dibandingkan dengan AMD.
lutein, methionine, myristic-acid, palmitic- Investigasi histopatologis jaringan paru
acid, prolamine, proline, quercetin, rutin, menunjukkan adanya pneumonia
selenium, threonine, tryptophan, xanthins, interstisial pada tikus yang diobati dengan
xanthophyll, zeatin, zeaxanthin, zinc. AMD. Pemberian oral Moringa oleifera
Efek anti inflamasi moringa oleifera dan atau paparan LDR membalikkan
melalui LPS yang diinduksi RAW 264.7 perubahan biokimia dan histopatologis
magrofag (Arulselvan et al, 2016). yang diinduksi oleh AMD. Hal ini dapat
Pemberian ekstrak metanol moringa dikatakan bahwa MO dan LDR mungkin
oleifera dapat menurunkan kadar TNF-α memiliki peran yang cukup besar dalam
dan IL-6 pada dosis 20mg/kg/BB/hari pencegahan toksisitas paru-paru yang
(Endang dan Sukma, 2016). Menurut diinduksi oleh AMD. Kuersetin dan
penelitian Moustafa et al, (2015) diperoleh catenin menghambat ekspresi integrin,
hasil bahwa pemberian TAA pada tikus COX-2, TNF-α, IL-1β, MCP-1 (Huang et
albino betina menyebabkan peningkatan al., 2006), αVβ1 integrin (Doersch dan
serum TNF-α dan TGF-β yang signifikan Newell-Rogers, 2017).
dibandingkan dengan kontrol. Pemberian Berbagai penelitian mengenai
ekstrak etanol daun kelor Moringa oleifera khasiat tanaman kelor telah banyak
(MOE) dan atau LDR telah menurunkan disitasi. Sashidara dkk, (2009) melaporkan
secara signifikan kenaikan ini (P <0,05). efek antiinflamasi dan antinosiseptik
Ekstrak daun kelor dapat menurunkan bagian akar tanaman kelor. Kelor juga
aktivitas NF-ĸB pada sel MCF-7 dilaporkan memberikan aktivitas sebagai
dibandingkan dengan kontrol. Penurunan hepatoprotektif dan antibiotik (Eleirt,
aktivitas NF-ĸB dengan dosis IC50 2200 2007). Ekstrak etanol daun kelor yang
μg/ml sebanyak 31,6% dan dosis 2xIC50 dikombinasi dengan 5-flourourasil
254
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

dilaporkan sebagai kemoterapi pada sel dilakukan pembedahan perut mencit untuk
kanker kolon (Nur, 2011). Kelor juga mengambil jaringan ovarium mencit.
dilaporkan memiliki aktivitas Sampel dari hasil eksisi implan
kemopreventif (Barali, 2003) serta sebagai endometriosis diletakkan pada cawan yang
antiinflamasi, antispasmodik, antidiuretik, mengandung PBS, defikasi dan dehidrasi
penurun kolesterol, antioksidan, dalam aseton pada suhu -20oC selama 20
antidiabetes dan antifungi. jam, dilakukan penjernihan dengan metil
benzoat dan xylene. Sampel
dipenetrasikan (impregnasi) dengan
3. METODE PENELITIAN parafin. Blok parafin yang dihasilkan
disimpan pada suhu 4oC sampai dilakukan
Penelitian ini berjenis penelitian penyayatan jaringan. Sampel pada blok
eksperimental laboratorium dan rancangan parafin dilakukan penyayatan serial
yang dipakai adalah Randomized post test sebanyak 5 set ketebalan masing-masing
only control group design yaitu dengan 100µm. Pada sediaan sayatan pertama dari
cara membandingkan hasil observasi pada masing-masing set yang telah disiapkan
kelompok kontrol dan perlakuan setelah dilakukan pengecatan dengan
diberi tindakan. Pengelompokan sampel hematoxylin-eosin (HE). Pengacatan HE
penelitian dilakukan secara simple dimaksudkan untuk mendapatkan
random. gambaran folikulogenesis pada jaringan
Sampel yang digunakan adalah ovarium secara mikroskopis.
mencit betina usia 3 bulan, berat badan Analisis deskriftif dilakukan untuk
mencit 20-25 gram sebanyak 12 sampel mengetahui distribusi frekuensi dari nilai
tiap kelompok. Kelompok terdiri dari rata-rata jumlah folikel sekunder, tersier
kelompok kontrol dan kelompok
dan folikel de Graaf pada kelompok
perlakuan. Mencit disuntik siklosporin A
secara intramuscular pada paha mencit perlakukan dan kelompok kontrol. Data
dengan dosis 10 mg/kgBB. Selanjutnya diuji dengan uji normalitas dengan uji
dilakukan penyuntikan jaringan Shapiro Wilk dan uji homogenitas dengan
endometrium. Bahan jaringan uji Levene untuk menentukan data
endometrium diambil secara exsisi dari berdistribusi normal atau tidak
uterus pasien operasi tumor jinak. Dosis berdistribusi normal. Data berdistribusi
yang diberikan pada mencit 0,1 ml. normal maka dilakukan uji komparasi
Dilakukan penyuntikan intraperitonium antar kelompok pada variabel penelitian
jaringan endometrium secara perlahan. dengan menggunakan uji independent t
Berikutnya dilakukan pemberian ethynil test. Data tidak berdistribusi normal maka
estradiol secara intramuscular pada paha dilakukan uji komparasi antar kelompok
mencit dosis 30 ug/kgBB. Penyuntikan pada variabel penelitian dengan Mann
ethynil estradiol secara intramuscular pada Whitney U test.
paha mencit dilakukan pada hari pertama
dan kelima setelah perlakuan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
endometrium. Hari ke-14 diharapkan telah
menjadi mencit model endometriosis. Tabel 1. Rerata dan simpangan baku
Kelompok perlakuan diberikan ekstrak
folikel mencit model
etanol daun kelor selama 14 hari. Sampel
endometriosis antara kelompok
diambil segera setelah mencit dikorbankan
dengan dislokasio servikalis, kemudian kontrol (X1) dan kelompok

255
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

yang mendapat ekstrak etanol gene expression endometrium dari wanita


daun kelor (X2) dengan endometriosis terkait dengan
Rerata dan Simpangan Baku kegagalan implantasi, infertilitas, dan
X1 X2 resistensi progesteron (Kao et al., 2003;
Folikel 1,61±1,06 2,66±1,26 Burney et al., 2007). Jaringan
Primer endometriotik mempunyai ciri-ciri
Folikel 0,96±0,76 1,43±0,70 peradangan yang dikaitkan dengan
Sekunder kelebihan produksi prostaglandin,
Folikel 0,59±0,91 1,25±1,06 metaloproteinase, sitokin, dan kemokin
Tersier (Guidice dan Kao, 2004; Sharpe-Timms,
Folikel de 0,02±0,08 0,26±0,38 2002). Peningkatan tingkat inflamasi akut
graaf akan meningkatkan sitokin seperti
interleukin-1β, interleukin-6, dan faktor
Berdasarkan hasil penghitungan tumor nekrosis, peningkatan sitokin
rerata jumlah folikel primer, jumlah folikel meningkatkan adesi jaringan fragmen
sekunder, folikel tersier dan folikel de endometrium ke permukaan peritonium
Graaf menunjukkan perbedaan yang dan membran metaloproteinase proteolitik
bermakna antara kelompok kontrol dan meningkatkan implantasi fragmen
kelompok perlakuan yang diberi ekstrak (Guidice dan Kao, 2004; Sharpe-Timms,
kelor 0,35 mg/gBB. Dari tabel 1 dapat 2002).
diketahui jumlah folikel primer, folikel Pemberian ekstrak etanol moringa
sekunder, tersier dan de graaf secara oleifera sebagai terapi yang mempunyai
signifikan lebih tinggi dibandingkan kandungan antiinflamsi (Singh et al.,
dengan kelompok kontrol. Hasil uji 2012; Anwar, 2006). Ekstrak etanol
statistik pada indeks folikulogenesis Moringa oleifera yang mempunyai
menunjukkan hasil signifikan dengan kandungan flavonoid dengan senyawa
masing-masing hasil signifikasi sebagai aktif kuersetin sebagai antiinflamasi dan
berikut : jumlah folikel primer (0,038), imunodulator. Kuersetin sangat
jumlah folikel sekunder (0,049), jumlah mengurangi aktivasi ERK kinase dan p38
folikel tersier (0,048) dan jumlah de Graaf MAP kinase. Selain itu, kuersetin
(0,026) hal ini menunjukkan bahwa ada menghambat aktivasi NF-κB melalui
perbedaan bermakna indeks stabilisasi NF-κB/IκB kompleks,
folikulogenesis antara kelompok yang degradasi IκB, sitokin proinflamasi dan
diberi ekstrak etanol Moringa oleifera ekspresi NO/iNOS (Yeon Cho et al.,
dengan kelompok kontrol. 2003).
Lesi endometriosis berhubungan Pengaruh parakrin intraovarian
dengan peningkatan risiko infertilitas atau sangat penting untuk modulasi oosit,
nyeri pelvis kronis (Bulun, 2009). pertumbuhan dan pematangan folikel dan
Peradangan yang terlibat dalam memberikan sensitifitas yang cukup
endometriosis dapat merangsang ujung terhadap stimulasi gonadotropin.
saraf di panggul dan dengan demikian Signalling antara oosit dan GCs belum
menyebabkan rasa sakit, merusak fungsi sepenuhnya dipahami namun dalam
rahim, mengurangi reseptivitas beberapa tahun terakhir beberapa sinyal
endometrium dan menghambat sudah dapat diidentifikasi beserta
perkembangan oosit dan embrio (Berkley karakteristik fungsinya. Dalam konteks
et al., 2004; Banhardt et al., 2002). Profil parakrin intraovarian, beberapa anggota
256
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

transforming growth factor beta (TGF-β) pengembangan folikel dan dalam sel
superfamili diketahui memainkan peran granulosa dan sel teka. Hasil ini
penting (Sanchez et al., 2016). TGF-β mengkonfirmasi bahwa TGFB, aktivin,
adalah peptida yang diproduksi secara Smad cascade signaling adalah kunci
eksklusif oleh GCs pada folikel pre-antral pengatur pertumbuhan dan
dan folikel antral kecil yang tumbuh, perkembangannya folikel. Pertumbuhan
peptida ini berfungsi untuk menjaga dan perkembangan folikel diatur oleh
ketenangan mereka (Sanchez et al., 2013). sintesis dan sekresi beberapa growth
Beberapa kelompok penelitian telah factors yang dihasilkan oleh sel oosit atau
menunjukkan bahwa gen dan protein granulosa. Faktor pertumbuhan ini
superfamili TGFB diekspresikan dalam disekresikan oleh oosit ke sel granulosa
jaringan ovarium (Ergin et al., 2008; Zhu dan dengan sedemikian rupa mengaktifkan
et al., 2010; Hatzirodos et al., 2011; folikel melalui mekanisme parakrin yang
Nagashima et al., 2011). Penelitian terbaru spesifik. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa morfologi dan tahap menunjukkan peran faktor-faktor spesifik
transisi genetik dari folikel primordial oosit yang dimiliki oleh TGFB superfamili
sampai ovulasi dan pembentukan korpus termasuk BMP15 dan GDF9 (Piotrowska
luteum berhubungan dengan aktivasi et al., 2013).
kaskade dari faktor pertumbuhan yang Dari beberapa penelitian diatas
sangat mengatur proliferasi dan menjadikan alasan mengapa ekstrak etanol
diferensiasi sel ovarium (Nagashima et al., moringa oleifera Lam dapat meningkatkan
2011; Joseph et al., 2012; Kawano et al., folikulogenesis yaitu dipengaruhi oleh
2012). Faktor pertumbuhan yang paling ekspresi aktivin dan komunikasi antara sel
penting meliputi gen TGFB superfamili granulosa, sel teka dan oosit secara
yang diekspresikan dalam sel somatik autokrin dan parakrin.
ovarium dan oosit mamalia, dengan
demikian superfamili gen TGFB, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
berfungsi sebagai regulator intraovarian
dari folikulogenesis (Paradis et al., 2009; Kesimpulannya, pada kelompok
Nagashima et al., 2011; Corduk et al., mencit model endometriosis yang diberi
2012). Drummond et al (2002) ekstrak etanol daun kelor meningkatkan
mempelajari peran TGFB / BMP atau jalur folikulogenesis dengan dosis 0,35
signaling aktivin di ovarium tikus mg/gBB. Perlu dilakukan penelitian untuk
postnatal dengan menggunakan tes mengevaluasi sel teka, sel granulosa dan
ekspresi PCR real-time, mereka oosit pada setiap fase perkembangan
mengamati adanya reseptor aktivin atau folikel.
BMP (ActRIA, ActRIB, ActRIIA, dan
ActRIIB), betaglycan dan Smad 1-8 di UCAPAN TERIMA KASIH
dalam ovarium tikus. Ekspresi reseptor
aktivin dan gen Smad superfamili Saya sangat berterima kasih kepada
umumnya terkait dengan pembentukan dokter, embriolog, patolog dari RSUD
folikel sekunder. Pada tahap folikel antral, Sutomo Surabaya dan Fakultas
aktivitas reseptor dan Smad diekspresikan Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
tergantung gen. Semua ekspresi gen atas bantuan mereka dalam mengadakan
aktivin-Smad superfamili teridentifikasi di penelitian ini. Saya mengucapkan terima
dalam oosit pada semua tahap
257
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
kasih yang tak terhingga kepada Yayasan
dan Stikes Ngudia Husada Madura atas

258
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

bantuan finansial yang diberikan dalam Hasan, H. F., N. M. Thabet., and M. Kh.
penelitian ini. Abdel-rafei. 2016. ‘Methanolic
extract of moringa oleifera leaf and
DAFTAR PUSTAKA low doses of gamma radiation
alleviated amiodarone-induced lung
Anwar, F., S. Latif., M. Ashraf., and A. H. toxicity in albino rats’. Arch. Biol.
Gilani. 2007. ‘Moringa oleifera: A Sci., belgrade. 68(1), 31-39.
Food Plant with Multiple Medicinal Hendarto, H., P. Prabowo., F. A.
Uses’. Phytotherapy Research. Moeloek., S. Soetjipto. 2010.
21:17–25. ‘Growth differentiation factor 9
Berkley, K. J., A. J, Rapkin., and R. E, concentration in the follicular fluid
Papka. 2004. The pains of of infertile women with
endometriosis. Science. 308:1587–9. endometriosis’. Fertil Steril.
Bulun. S. E. 2009. ‘Mechanisms of 94:758–60.
Disease Endometriosis’. The new Hsueh, A. J. W., K. Kawamura., Y.
england journal o f medicine. Cheng., and B. C. J. M. Fauser.
360:268-79. 2014. ‘Intraovarian control of early
Burney. R. O., and L. C. Giudice. 2012. folliculogenesis’. Endocrine society.
‘Pathogenesis and pathophysiology Huang, H. J., J. C.Wu., P. Su., O.
of endometriosis’. Fertility and Zhirnov., W. L. Miller. 2001. A
Sterility. 98(3) :511–519. novel role for bone morphogenetic
Cao. Y., Meng-fei. Z., Y. Yang, Shu-wu. proteins in the synthesis of follicle-
X., Jin-gang. C, L. Cao., Ting-ting stimulating hormone.
Z., and Yan. Z. 2014. ‘Preliminary Endocrinology. 142 :2275–2283.
Study of Quercetin Affecting the Kipp, J. L., S. M. Kilen., T. K. Woodruff.,
Hypothalamic-Pituitary-Gonadal and K. E. Mayo. 2007. ‘Activin
Axis on Rat Endometriosis Model’. Regulates Estrogen Receptor Gene
Hindawi Publishing Corporation Expression in the Mouse Ovary’.
Evidence-Based Complementary The Journal Of Biological
and Alternative Medicine. 2014. Chemistry . 282 (50): 36755–36765.
Dunlop, C. E., and R. A. Anderson. 2014. Knight, P. G., and C. Glister. 2001.
‘The regulation and assessment of ‘Potential local regulatory functions
follicular growth’. Scandinavian of inhibins, activins and follistatin in
Journal of Clinical and Laboratory the ovary’. Reproduction.
Investigation. 74(244): 13–17. 121(4):503-12.
Ferreira, N. de Souza., M. C. de Almeida., Knight, P. G., and C. Glister. 2006. ‘Focus
G. W. de Araujo., R. M. de Melo on TGF-b Signalling TGF-b
Leite., I. C. dos Santos., M. de Paula superfamily members and ovarian
Lima., and J. L. Pesquero. 2015. follicle development’. Society for
High Levels Production of Reproduction and Fertility. 1741–
Recombinant Human Activin A— 7899
Effect upon in Vivo Follicle Matarese, G., G. De Placido., Y. Nikas.,
Stimulation. Advances in Bioscience and C. Alviggi. 2009. ‘Pathogenesis
and Biotechnology. 6 :96-104. of endometriosis: natural immunity
Giudice, L. C.., and L. C. Kao. 2004. dysfunction or autoimmune
‘Endometriosis’. (364): 1789-1799
259
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

disease’. Trends Mol Med. 9(5):223- Bukowska., P. Antosik., M.


8. Rybska., K.P. Brussow., M.
Meuleman. C., B. Vandenabeele., S. Nowicki., M. Zabel. 2013. ‘The role
Fieuws., C. Spiessens., D. of TGF superfamily gene expression
Timmerman., and T. D’Hooghe. in the regulation of folliculogenesis
2009. ‘High prevalence of and oogenesis in mammals’.
endometriosis in infertile women Veterinarni Medicina. 58(10): 505–
with normal ovulation and 515.
normospermic partners’. Fertility Pizzo, A., F. M. Salmeri., F. V. Ardita., V.
and Sterility. 92(1). Sofo., M. Tripepi., S. Marsico.
Moustafa, E. M., M. K. Abdel-Rafei., N. 2002. ‘Behaviour of Cytokine
M. Thabet., and H. F. Hasan. 2015. Levels in Serum and Peritoneal
‘Moringa oleifera Leaf Ethanolic Fluid of Women with
Extract Subsidized by Low Doses of Endometriosis’. Gynecol Obstet
Gamma Irradiation Modulates the Invest. 54:82–87.
Thioacetamide Induced Fibrotic Platteeuw, A. R., T. M. D’Hooghe., A.
Signs in Liver of Albino Rats’. Fazleabas. 2014. ‘Defining future
Pakistan J. Zool. 47(3):793-802. directions for endometriosis
Nagashima, T., J. Kim., Q. Li., J. P. research: workshop report from the
Lydon., F. J. Demayo., K. M. 2011 world congress of
Lyons., and M. M. Matzuk. 2011. endometriosis in Montpellier,
Connective tissue growth factor is France,” Reproductive Science.
required for normal follicle 20:483–499.
development and ovulation. Mol Robertson, D. M., H. G. Burger., and P. J.
Endocrinol. 25:1740–1759. Fuller. 2004. ‘Inhibin/activin and
Pang, P. L., C. Hsun-Ming., C. Jung- ovarian cancer’. Endocrine-Related
Chien., and L. C. K. Peter. 2016. Cancer Bioscientifica. 11(1): 35–49.
‘Activin A upregulates PTGS2 Sanchez. A.M., P. Vigano., E.
expression and increases PGE2 Somigliana., P. Panina-Bordignon.,
production in human granulosa- P. Vercellini., and M. Candiani.
lutein cells’. Reproduction. 152: 2014. ‘The distinguishing cellular
655–664.
and molecular features of the
Pauklin, S., and L. Vallier. 2015.
endometriotic ovarian cyst: from
‘Activin/Nodal signalling in stem
pathophysiology to the potential
cells’. Development. 142 (4): 607-
endometrioma-mediated damage to
626.
the ovary’. Human Reproduction
Peng. J., Q. Li., K. Wigglesworth., A.
Update. 20(2): 217–230.
Rangarajan., C. Kattamuri., R. T.
Sanchez, A. M., E. Somigliana., P.
Peterson., J. J. Eppig., T. B.
Vercellini., L. Pagliardini., M.
Thompson., and M. M. Matzuk.
Candiani., P. Vigano. 2015.
2013. ‘Growth differentiation factor
‘Endometriosis as a detrimental
9:bone morphogenetic protein 15
condition for granulosa cell
heterodimers are potent regulators
Steroidogenesis and development:
of ovarian functions’. PNAS.
from molecular Alterations to
Piotrowska, H., B. Kempisty., P.
clinical impact’. Journal of Steroid
Sosinska., S. Ciesiolka., D.

260
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 (2017) pp
© (2017) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Biochemistry and Molecular Young, V. J., S. F. Ahmad., J. K. Brown.,


Biology. W. C. Duncan., and A. W. Horne.
Singh. G.P., R. Garg., S. Bharwaj., and S. 2016. ‘ID2 mediates the
K. Sharma. 2012. “Anti-Inflamatory transforming growth factor-β1-
Evaluation of Leaf extract of induced Warburg-like effect seen in
Moringa Oleifera. Pharmaceuntical the peritoneumof women with
and Scientific Innovasion. endometriosis’. Molecular Human
Sharpe-Timms, K. L. 2005. ‘Defining Reproduction. 22(9):648–654.
endometrial cells: the need for Young, V. J., S.F. Ahmad., W. C.
improved identification at ectopic Duncan., and A. W. Horne.
sites and characterization in eutopic 2017. ‘The Role Of TGF-Β In
sites for developing novel methods The Pathophysiology Of
of management for endometriosis’. Peritoneal Endometriosis’.
Fertility and Sterility. 84(1): 35–37. Human Reproduction Update:1–
Vercellini, P., P. Viganò., E. Somigliana., 12.
and L. Fedele. 2014.
‘Endometriosis: pathogenesis and
treatment’. Nature Review
Endocrinology. 10:261–275.
Yang, D. Z.., W. Yang., Y. Li., Z. He.
2013. ‘Progress in
understanding human ovarian
folliculogenesis and its
implications in assisted
reproduction’. J Assist Reprod
Genet. 30:213–219
Young, J. M., and A. S. McNeilly. 2012.
‘Inhibin removes the inhibitory
effects of activin on steroid enzyme
expression and androgen production
by normal ovarian thecal cells’. J
Mol Endocrinol. 48(1): 49–60.
Young, V. J., J. K. Brown., P. T. K.
Saunders., and A. W. Horne. 2013.
‘The role of the peritoneum in the
pathogenesis of endometriosis’.
Human Reproduction Update.
19(5):558–569.
Young, V. J., J. K. Brown., J. Maybin., P.
T. Saunders., W. C. Duncan., A. W.
Horne. 2014. Transforming growth
factor-β induced Warburg-like
metabolic reprogramming may
underpin the development of
peritoneal endometriosis. J Clin
Endocrinol Metab. 99:3450–3459.
261
JBP Vol. 19, No.3, Desember 2017-Rila Rindi Antina

Anda mungkin juga menyukai