Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2012 Vol.

14 (3)
ISSN 1907-1760

Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred di Kota


Payakumbuh

Reproduction Performance between Local Horse and Descendant of Thoroughbred


in Payakumbuh

Hendri, Suardi, dan A. Mikail

Fakultas Peternakan Universitas Andalas


Kampus Unand Limau Manis Padang, 25163
e-mail: hendri_ma@yahoo.co.id
(Diterima: 23 Mei 2012; Disetujui: 29 September 2012)

ABSTRACT

This study aimed to compare the performance of reproduction between local horses and descendant
of Thoroughbred in Payakumbuh. In this study used a sample of 60 mares productive which have a
complete recording. This research was a field research with survey method. Samples were taken by
purposive sampling technique. The parameters were observed in between the age of first marriage, old
pregnant, and lust after lambing. The results showed that the average age of first marriage in the Local
horse was 26.2 ± 8.53 months while on horseback Throughbred derivative obtained at 51.8 ± 14.5 months,
the average of pregnant time of Local horse was 323.17 ± 8.55 days while on horseback derivative
Throughbred amounted to 324.37 ± 14 185 days and the median lust after lambing on Local horse was at
16.37 ± 9.37 days while on horseback Throughbred derivative obtained at 10.9 ± 6.64 days.

Keywords: local horse, Thoroughbred, reproduction performance

PENDAHULUAN Sumbar. Dengan adanya bantuan-bantuan ter-


sebut maka sampai sekarang telah terdapat
Sudah sejak lama ternak kuda menem- turunan kuda Thoroughbred yang cukup ba-
pati posisi yang cukup menarik dalam masya- nyak, yang tersebar pada berbagai daerah Ka-
rakat, ada yang mengisi peran sebagai kuda bupaten / Kota di Sumatera Barat.
pacuan dan ada juga yang memang untuk Jacoeb (1994) menyatakan di Sumatera
kehidupan sebagai kuda bendi. Olahraga ber- Barat dilakukan persilangan antara kuda
kuda mendorong adanya usaha memperbaiki setempat dan kuda Arab. Persilangan ini
mutu ternak kuda melalui Grading-up kuda menghasilkan kuda baru yang disebut kuda
lokal dengan kuda Thoroughbred, dan meme- Sandel Arab. Silver (1976) menyatakan bahwa
lihara kuda yang lebih baik. Tujuan utama kuda keturunan ras Arab dengan Sandel
pengembangbiakan kuda hasil cross breeding mempunyai tinggi berkisaran 130–140 cm
ini adalah untuk meningkatkan mutu genetik dengan rata-rata 136 cm. Ditambahkan oleh
kuda-kuda lokal yang ada di Sumatera Barat. Pordasi (1990), bahwa kuda Sandel Arab yang
Pada zaman Kemerdekaan beberapa kali pro- ada di Sumatera Barat mempunyai proporsi
pinsi Sumatera Barat memperoleh ternak ban- darah Arab sekitar 50 – 75% dan darah Sandel
tuan Presiden (Banpres) seperti: tahun 1968, 25 – 50%.
1974, 1976, 1977, 1979, 1981, dan 1983. Pada Ternak kuda mempunyai panjang badan
waktu itu ternak bantuan yang diterima adalah uterus (corpus uteri) 25 cm, tanduk 8 – 10 cm
kuda, sapi, kambing, dan kerbau (Dinas Peter- dan servik kuda secara relatif halus tetapi men-
nakan Propinsi Sumbar, 1989). Terakhir pada julur cukup jauh arah kaudal menuju vagina
tahun 1989 diterima ternak kuda Banpres se- (Manan, 2002). Pada ternak kuda vagina beru-
banyak 6 Ekor pejantan Thoroughbred yang kuran panjang 20 – 30 cm dan diameter 10 –
disebar pada berbagai daerah tingkat II di 13 cm (Toelihere, 1985). Ovarium kuda betina
Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.) 441
Vol. 14 (3)

seperti halnya testes pada kuda jantan Vagina kuda mempunyai panjang 18-23
merupakan organ berpasangan yang memiliki cm dan diameter 10-15 cm. Pada bagian da-
dua fungsi yaitu, fungsi gametogenik sebagai lam tubuh vagina diselimuti oleh peritoneum
penghasil sel telur dan fungsi endokrin sebagai dan dikelilingi jaringan ikat longgar, lemak
penghasil hormon reproduksi. Menurut dan buluh darah. Vulva merupakan organ pa-
McDonald dan Pineda 1989 dalam Jamalia, ling luar dalam saluran reproduksi. Bagian da-
2006), kedua fungsi saling melengkapi, lam dilapisi membran mukous dan berhubu-
interdependen dan sama-sama penting dalam ngan dengan vagina. Bagian atas vulva (dorsal
keberhasilan proses reproduksi. comissure) berjarak 7 cm dari anus, sedangkan
Tuba Fallopii pada kuda terdapat sepa- bagian bawah (ventral comissure) terdapat cli-
sang dengan panjang 25-30 cm, berhubungan toris (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).
langsung dengan cornua uteri (Morel, 2002 Gigi kuda dapat digunakan untuk me-
dalam Jamalia, 2006). Tuba Fallopii dapat nerka umurnya secara cermat, sehingga para
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu isthmus pengusaha pacuan mempunyai ahli atau spe-
yang paling dekat dengan cornua uteri berdia- sialis untuk penentuan umur kuda. Seekor
meter 2-5 mm, ampula yang berdekatan de- kuda mempunyai gigi susu yang kemudian
ngan ovarium berdiameter 5-10 mm dan in- akan berganti dengan gigi tetap. Gigi tetap
fundibulum yang berhubungan langsung de- mulai muncul pada umur 2,5 tahun. (Blakely
ngan ovarium. Fertilisasi terjadi di ampula, and Bade, 1998). Jacoeb (1994) menambah-
yang memiliki daerah mukosa dengan permu- kan kuda mempunyai enam gigi depan atas
kaan bersruktur seperti rambut untuk men- dan enam gigi depan bawah, gigi seri setelah
transportasikan telur yang telah dibuahi pada umur tiga tahun telah lengkap. Pada
menuju utero tuba junction (Morel, 2002 da- umur empat tahun tinggal satu pasang gigi seri
lam Jamalia, 2006). dan menjadi lengkap pada umur lima tahun.
Uterus kuda merupakan sruktur meman- Setelah umur lima tahun pengamatan yang
jang yang menghubungkan cervix dengan tuba rinci yaitu dengan melihat keausan ujung serta
Fallopii. Uterus dibagi menjadi dua bagian sudut seri. Evans et al. (1977) menyatakan ru-
yaitu bagian badan atau corpus dan tanduk mus gigi dari seekor kuda dewasa adalah :
atau cornua. Corpus uteri pada kuda normal
panjangnya 18-20 cm dan diameter 8-12 cm. Jantan : 2 = 40 atau 42
Bagian cornua panjangnya 25 cm dengan dia-
meter 4-6 cm pada pangkal cornua 1-2 cm
pada saat mendekati tuba Fallopii. Ukuran ute- Betina : 2 = 38 atau 40
rus dipengaruhi oleh usia dan seringnya par-
tus. Tipe uterus kuda disebut uterus simpleks Menurut Bradley (1981) idealnya kuda
bipartitus karena ukuran corpus uteri lebih dikembangbiakkan mulai umur tiga tahun. Di-
besar dari cornua uteri dengan perbandingan tambahkan oleh Toelihere (1985) kuda betina
60 : 40 (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006). sebaiknya tidak boleh dikawinkan sebelum
Cervix terletak di belakang corpus uteri, berumur dua tahun atau tiga tahun. Menurut
berupa dinding yang tebal, dan kuat. Cervix Bradley (1981) idealnya kuda dikembangbiak-
berfungsi mengisolasi uterus dari lingkungan kan mulai umur tiga tahun, pada saat kondi-
luar selama kebuntingan dengan membentuk sinya dalam keadaan bagus. Jika memelihara
barrier berupa mucus yang sangat kental. Pada Brood Mares (anak-anak kuda betina) tidak
stadium diestrus kuda dewasa yang tidak aktif, dikembangbiakkan sampai berumur tiga ta-
cervix berkontraksi sangat kuat, berwarna pu- hun. Pendapat Frandson (1992) kuda dara se-
tih dengan panjang 6-8 cm dan diameter 4-5 baiknya dikawinkan untuk pertama kali pada
cm, sekresi cervix sedikit dengan konsistensi umur 2-3 tahun.
kental. kondisi otot dan ukuran cervix sangat Allen dan Antezak (2000) mengemu-
dipengaruhi oleh perubahan homonal (Morel, kakan bahwa pengetahuan tentang lama perio-
2002 dalam Jamalia, 2006). de bunting pada ternak kuda dan kemampuan

442 Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.)
Vol. 14 (3)

untuk memprediksi waktu kelahiran anak kuda Payakumbuh khususnya Kecamatan Payakum-
merupakan hal yang penting bagi keberhasilan buh Utara dan Payakumbuh Timur. Jumlah
beternak kuda, waktu bunting biasanya ± 11 sampel yang digunakan adalah 60 ekor dari
bulan. Sebelumnya dilaporkan Evans (1977), populasi yang ada dan ternak kuda betina yang
Harper (1999) bahwa rata-rata periode kebun- masih produktif yang terdiri dari 30 ekor kuda
tingan ternak kuda adalah berkisar dari 335 – Lokal dan 30 ekor kuda turunan Thorough-
340 hari, ditambah lagi bahwa pengamatan bred. Ternak ini dikawinkan pada umur 3 ta-
terhadap kuda Morgan bahwa rata-rata lama hun dan mempunyai catatan yang lengkap.
bunting adalah 300-385 hari dengan rata-rata Jumlah populasi ternak yang ada di Kecama-
339,6 hari. tan Payakumbuh Utara dan Payakumbuh Ti-
Menurut Adrianis (2003) bahwa kuda mur dapat dilihat pada Tabel 1.
betina yang dikawinkan dengan pejantan
Thoroughbred di Sumbar menunjukan lama Variabel Yang Diamati
bunting rata-rata 329,27 ± 9,71 hari yang ter- a. Umur kawin pertama dihitung saat hewan
diri dari 325,55 ± 8,25 hari untuk kandungan pertama kali dikawinkan yang dinyatakan
anak betina dan 355,65 ± 10,65 hari pada kan- dalam hari.
dungan anak jantan. Ditambahkan Hunter b. Lama bunting diukur sejak terakhir kali
(1995) bahwa lama bunting pada kuda adalah dikawinkan sampai terjadi kelahiran secara
335 hari dengan kisaran antara 320-341 hari, normal yang dinyatakan dalam hari.
dimana musim mempengaruhi lama kebun- c. Birahi kembali setelah beranak dihitung
tingan pada kuda. Harper (2000) mengemuka- mulai dari hari selesai melahirkan sampai
kan pentingnya peraturan terhadap induk kuda memperlihatkan gejala berahi kembali
yang kondisinya kurang baik untuk mendapat- setelah melahirkan yang dinyatakan dalam
kan turunan yang diinginkan. hari.
Berahi pasca beranak pada kebanyakan Untuk menguji perbandingan perfor-
hewan terjadi pada waktu sekitar 2 minggu mans reproduksi (umur kawin pertama, lama
setelah melahirkan, meskipun anaknya masih bunting dan birahi kembali setelah beranak)
aktif menyusui. Kuda biasanya datang estrus dilakukan dengan uji Z.
5-10 hari setelah beranak. Sama dengan pen-
dapat Jacoeb (1994) berahi pertama biasanya
akan terjadi 5-10 hari setelah melahirkan dan
terkadang biasa lebih lama dari keadaan yang
normal. Rata-rata muncul berahi pertama se-
telah melahirkan adalah 9 hari.
Menurut Toelihere (1985) pada kuda
inolusi uteri terjadi pada 20-40 hari sesudah
partus, karena estrus pertama sesudah partus
terjadi pada waktu 6-13 hari, maka uterus be-
lum cukup berinvolusi sehingga angka kon-
sepsi akan rendah bila dikawinkan pada saat
tersebut. Tidak berbeda dengan pendapat Tabel 1. Jumlah Populasi Kuda Jantan dan
Ensminger (1969) pada kuda setelah selesai Kuda Betina di Kota Payakumbuh
melahirkan anak, akan kembali berahi dalam
waktu 7-11 hari. Kecamatan Jantan Betina Jumlah
Payakumbuh 23 157 180
METODE Utara
Payakumbuh 45 140 185
Materi yang digunakan dalam penelitian Timur
ini adalah ternak kuda betina lokal dengan Jumlah 68 297 365
turunan Thoroughbred yang ada di Kota Sumber: Dinas Peternakan Kota Payakumbuh (2012)

Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.) 443
Vol. 14 (3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkandangan

Identitas Peternak Kuda di Kota Semua kandang kuda dewasa yang ada
Payakumbuh Aspek Teknis di Lapangan di kota Payakumbuh, satu kandang ditempati
oleh satu ekor kuda. Semua kandang pada ku-
Tata laksana pemeliharaan da penelitian atap terbuat dari seng dan alas
kandang dari sebuk gergaji. Dinding kandang
a).Membersihkan Kandang kuda pacu memiliki dinding yang terbuat dari
Peternak kuda pacu selalu member- beton, sedangkan dinding kandang kuda bendi
sihkan kandang dua kali sehari yaitu pagi hari ada yang terbuat dari beton, kayu dan bambu.
pada jam 08.00 – 09.30 dan sore hari pada jam
16.00 – 17.30. Berlainan dengan peternak ku- Sifat Reproduksi
da bendi yang hanya membersihkan kandang
satu kali sehari yaitu di pagi hari saat kuda Dari Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata
bendi tersebut dibawa untuk menambang. umur kawin pertama pada ternak kuda Lokal
b). Memandikan Kuda lebih singkat dibandingkan dengan ternak ku-
Kuda yang tidak dipekerjakan biasanya da Thorougbred yaitu 26,2 dan 51,8 bulan.
dimandikan satu kali 15 hari atau satu kali 30 Hal tersebut sesuai dengan pendapat Blakely
hari. Pada kuda yang masih dibawa berpacu dan Bade (1991), yang menyatakan bahwa ku-
biasanya dimandikan dua kali seminggu. Se- da betina akan mencapai pubertas atau dewasa
dangkan pada kuda yang dibawa untuk bendi kelamin pada umur 12 sampai dengan 15 bu-
biasanya dimandikan satu kali seminggu sebab lan, akan tetapi sebaiknya kuda betina tidak
kulit kuda tersebut mengeluarkan keringat. dikawinkan sebelum mencapai umur dua ta-
hun atau bahkan akan lebih baik setelah men-
Makanan dan minuman capai umur tiga tahun.

a). Memberi Makan Tabel 2. Umur Kawin Pertama Kuda


Semua peternak kuda yang ada di kota Penelitian di kota Payakumbuh
Payakumbuh memberi makan dua kali sehari
yaitu pagi jam 08.30 – 09.30 disaat induk Keterangan Simbol
Ternak Kuda
kuda tersebut dikeluarkan dari kandang, sore lokal Thorougbred
hari jam 16.00 – 17.30. Jumlah
(n) 30 30
b). Sumber Air Sampel
Rata- rata
Air minum yang diberikan pada ternak ( ) 26,2 51,8
(bulan)
kuda berasal dari ledeng (air PAM), air sumur Standar
bor, air tabek, air lubuk dan air hujan. Air (Sd) 8,53 14.5
Deviasi
minum diberikan secara ad libitum dengan
menggunakan ember. Tingginya angka rata-rata umur kawin
c). Bahan Makanan Yang Diberikan pertama ternak kuda pada penelitian ini
Biasanya para peternak kuda bendi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor,
memberikan bahan makanan pokok bagi yaitu faktor manajemen pemeliharaa, pembe-
kudanya adalah : rumput, sagu, dedak dan rian pakan dan faktor genetik ternak kuda.
tambahan sekali-kali jagung dan padi. Bahan Munculnya pubertas pada ternak juga dapat
makanan bagi kuda pacu biasanya banyak dan dipengaruhi oleh bangsa, umur dan ukuran
ini tergantung kepada peternak masing-masing tubuh ternak. Pada penelitian ini lama umur
yang menginginkan komposisi yang pas bagi kawin pertama pada ternak kuda juga dapat
ternaknya. Bahan makanan diberikan antara dipengaruhi oleh pola pikir peternak dengan
lain : Rumput, dedak, brand, jagung, suskaina, memelihara ternak kuda secara intensif
pelet royal horse, oats dan kacang hijau. sehingga kebiasaan peternak untuk menunda

444 Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.)
Vol. 14 (3)

mengawinkan kudanya dengan alasan bahwa dapat disimpulkan bahwa H1 di tolak dan H0
kuda akan diajak latihan berpacu dan belum diterima. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata
untuk dikembangbiakan. Rata-rata peternak berahi kembali setelah beranak pada kuda
tidak mau mengawinkan kudanya pada umur Lokal lebih lama dibandingkan dengan berahi
muda walaupun pubertas telah tercapai. kembali setelah beranak pada kuda
Sedangkan bagi pemilik kuda bendi, keter- Thoroughbred.
lambatan perkawinan ini disebabkan sangat
banyaknya uang yang harus dikeluarkan untuk Tabel 4. Berahi kembali setelah beranak Kuda
mengawinkan kudanya. Penelitian di kota Payakumbuh
Nilai Z hitung pada umur kawin pertama
adalah sebesar -8,33, nilai ini lebih kecil dari - Ternak Kuda
Keterangan Simbol
1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 di- Lokal Thorougbred
terima. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata Jumlah
(n) 30 30
umur kawin pertama pada kuda Lokal lebih Sample
singkat dibandingkan dengan kuda Rata- rata
( ) 16,37 10,9
Thoroughbred. (hari)
Standar
(Sd) 9,37 6,64
Tabel 3. Lama Bunting Kuda Penelitian di Deviasi
kota Payakumbuh

Simbo Ternak Kuda KESIMPULAN


Keterangan
l Lokal Thorougbred
Jumlah 1. Umur kawin pertama pada kuda Lokal
(n) 30 30
Sample penelitian rata-rata 26,2 ± 8,53 bulan
Rata- rata sedangkan pada kuda turunan Throughbred
( ) 323,17 324,37
(hari) didapat rata-rata 51,8 ± 14,5 bulan.
Standar
(Sd) 8,55 14,185 2. Lama bunting kuda Lokal penelitian pada
Deviasi
rata-rata 323,17 ± 8,55 hari sedangkan
Pada Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata lama pada kuda turunan Throughbred didapat
bunting antara kuda Lokal dan kuda rata-rata 324,37 ± 14,185 hari.
Thoroughbred tidak jauh berbeda yaitu 323,17 3. Birahi kembali setelah beranak pada kuda
hari dan 324,37 hari. Menurut Blakely dan Lokal penelitian rata-rata 16,37 ± 9,37 hari
David (1991) rata-rata lama bunting seekor sedangkan pada kuda turunan Throughbred
kuda betina adalah 335 hari dengan kisaran didapat rata-rata 10,9 ± 6,64 hari.
315 sampai 350 hari.
Nilai Z hitung pada lama masa bunting DAFTAR PUSTAKA
adalah sebesar -0,40, nilai ini lebih besar dari -
1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 di Adrianis, T. 2002. Perbandingan Penampilan
tolak dan H0 diterima. Hal ini menunjukan Reproduksi Kuda Betina Hasil Grading
bahwa rata-rata lama bunting pada kuda Lokal Up G1, G2 Thoroughbred dan Kuda
hampir sama dengan lama bunting kuda Lokal di Bukittinggi dan Sekitarnya.
Thoroughbred. Thesis. Pascasarjana Universitas Anda-
Berdasarkan hasil wawancara dan pe- las. Padang.
ngamatan lansung di lapangan terhadap berahi Allen, W.R and D.F. Antezak. 2000. Repro-
kembali setelah beranak pada kuda Lokal dan duction and Modern Breeding Techno-
kuda Thoroughbred masing masing adalah logi in the mare. In The Genetics Of The
16,37 dan 10,9 hari. Nilai Z hitung pada lama Horse. CABI Publishing. New York.
berahi kembali setelah beranak adalah sebesar USA. P 307- 342.
2,609, nilai ini lebih besar dari -1,96 sehingga

Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.) 445
Vol. 14 (3)

Blakely, J and H.B. David. 1991. Ilmu Harper, F. 2000. Dry Wheather Management
Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Ma- Of Horse On Pasture. Horse Information
da University Press, Yogyakarta. series. http:// animalsciense.ag.utk.edu
/horse/repro. Htm 8 /8/2004.
Blakely, J and D.H. Bade. 1998. Ilmu
Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi
Mada University Press, Yogyakarta. Reproduksi Hewan Betina
Domestik (Terjemahan oleh DK Harya
Bradley, M. 1981. Horse A Practical and
Putra) Penerbit ITB Bandang dan
Scientific Approach University of
Universitas Udayana.
Missouri. Columbia. McGraw-Hill Book
Company. Jacoeb, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda.
Kanisius. Yogyakarta.
Dinas Peternakan. Propinsi Sumbar. 1989.
Laporan Penerimaan dan Pendistribusi- Jamalia. R. 2006. Kajian Karakteristik
an Kuda Jantan Bantuan Presiden RI. Anatomi dan Morfometri Organ
Laporan. Padang. Reproduksi Betina Kuda Lokal Indo-
nesia. Fakultas Kedokteran Hewan.
Ensminger, M.E. 1969. Animal Science,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Animal Agricultural Series. 6 th. Ed.
The Interstate Printers & Publisher, Inc, Manan, D. 2002. Ilmu Kebidanan Pada
Danville Illions. Ternak. Proyek Peningkatan Penelitian
Pendidikan Tinggi. Director Jenderal
Evans, J.W. 1977. Anatomy and Physiology
Pendidikan Tinggi Departemen
of Reproduction in The Mare. In The
Pendidikan Tinggi Nasional.
Horse. W. H. Freeman and Company.
USA.P. 351-378. Pordasi. 1990. Identifikasi Penanganan
Reproduksi Untuk Mencegah Kerugian
Evans, J.W. 1977 Anthony, Harold F. Hintz
Pada Tahap Perkawinan Kuda Pacu.
and L. Dale Van Vleck. 1997. The
Seminar Sehari Masalah dan prospek
Horse. W.H. Freeman and Co., San
Pengembangan Ternak Kuda. Fakultas
Francisco.
Peternakan Universitas Andalas dan
Frandson, R. D. 1992 Anatomi dan Fisiologi Provinsi Sumbar.
Ternak. Edisi ke Empat. Fakultas Peter-
Silver, C. 1976. Guide to The World. Exeter
nakan Dipenogoro. Gajah Mada Univer-
Book. New York.
sity Press. Yogyakarta.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi
Harper, F. 1999. Let’s not Overproduce
Pada Ternak. Penerbit Angkasa
Horses. Horse Information Series. Horse
Bandung.
http://animalscience.ag.utk.edu/horse/re
pro. Htm. 8/82004.

446 Perbandingan Performans Reproduksi Kuda Lokal dan Turunan Thoroughbred (Hendri, et al.)

Anda mungkin juga menyukai