Kelompok 1
Reski1 (O111 16 016), Achmad yusril izahmahendra1 (O111 16 017), Mukhlisa rahman1
(O111 16 010), Nurhasunatil marah1 (O111 16 013),Nurul Fatimah rusdi 1 (O111 16 001)
Asisten :
1
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Dalam dunia kedokteran hewan dibagi atas dua kegiatan besar, yaitu Diagnostika
Klinik dan Diagnostika Post-Mortem. Secara umum Diagnostika Klinik merupakan rangkaian
pemeriksaan klinik terhadap fisik hewan hidup, dengan tujuan untuk mendapatkan
kesimpulan berupa diagnosis. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur
pemeriksaan klinis pada sapi. Praktikum dilakukan di Puskeswan Antang pada tanggal 2
November 2018. Metode praktikum adalah deskriptif analitik. Pemeriksaan fisik hewan yang
diperoleh dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan cara inspeksi (melihat), palpasi
(meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengar), mencium (membaui) din mengukur
(menghitung). Pemeriksaan fisik didukung dengan penggunaan alat berupa pita ukur,
thermometer, penlight dan stetoskop. Hasil dari praktikum pemeriksaan klinis sapi adalah
sehat.
1.PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Sapi
Banyak ahli yang memperkirakan domestikasi (penjinakan). Secara garis
bahwa bangsa sapi berasal dari Asia besar sapi bisa digolongkan menjadi tiga
tengah lalu menyebar ke Eropa, ke seluruh kelompok, yakni Bos indicus, Bos taurus
kawasan Asia, dan Afrika. Namun, perlu dan Bos sondaicus (Bos bibos)
diketahui bahwa bangsa sapi sebagai salah (Sudarmono dan Sugeng, 2016).
hewan piaraan di setiap daerah atau Banteng liar yang ada di hutan pada
negara, sejarah penjinakannya berbeda. zaman dahulu banyak diburu dan
Misalnya di mesir, india dan mesopotamia ditangkap, kemudian sebagian sengaja
8000 tahun SM telah mengenal sapi dipelihara untuk dijinakkan
piaraan. Akan tetapi, di Eropa dan Cina (didomestikasi). Banteng-banteng yang
baru dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. dipelihara tersbut kemudian menghasilkan
Hal ini disebabkan oleh di masing-masing keturunan, yang dalam beberapa generasi
daerah atau negara perkembangannya akhirnya menjadi "banteng jinak" yang
berbeda-beda (Sudarmono dan Sugeng, disebut sapi bali (Guntoro, 2002).
2016). Para ahli berpendapat bangsa-bangsa
Bangsa sapi sekarang tersebar di sapi yang kini kita kenal seperti sapi
penjuru dunia, berasal dari spai jenis madura, jawa, dan sumatera berasal dari
primitif yang telah mengalami hasil persilangan antara Bos indicus
(zebu) dan Bos sandaicus (Bos bibos) alia
sapi keturunan banteng. Sapi ongole yang
saat ini populasinya terbanyan di antara diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan
bangsa-bangsa sapi Indonesia pertama kali menggunakan alat bantu diagnostika
didatangkan dari India ke pulau Sumba sebagai pelengkap untuk mendapatkan
oleh pemerintah Belanda tahun 1897. penguhan diagnosis (Widodo et al., 2017).
Bangsa sapi ongole ini di belanda lebih 2.1 Data Fisiologis Normal Sapi
dikenal dnegan nama zebu, sedangkan di Suhu tubuh sapi pada pedet adalah
Jawa lebih dikenal dengan nama sapi 38.5-39.5 ºC,pada sapi muda 38.0-39.5 ºC,
benggala (Sudarmono dan Sugeng, 2016). dan pada sapi dewasa 38.0-39.0ºC
(Mauladi, 2009).
2. TINJAUAN PUSTAKA Frekuensi jantung normal pada sapi
Dalam dunia kedokteran hewan dibagi dewasa adalah 55–80 kali per menit,
atas dua kegiatan besar, yaitu Diagnostika sedangkan frekuensi denyut jantung anak
Klinik dan Diagnostika Post-Mortem. sapi dapat mencapai 100–120 kali per
Secara umum Diagnostika Klinik menit. Respirasi normal pada sapi dewasa
merupakan rangkaian pemeriksaan klinik adalah 15-35 kali per menit dan 20-40 kali
terhadap fisik hewan hidup, dengan tujuan pada pedet (Mauladi, 2009).
untuk mendapatkan kesimpulan berupa
2.2 Ras-ras Sapi
a. Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi potong asli untuk perkembangan peternakan di masa
Indonesia dan merupakan hasil mendatang (Darmin, 2014).
domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Sapi bali memiliki warna dan bentuk
Bangsa sapi asli Indonesia ini memiliki tubuh persis seperti banteng liar. Sapi bali
keunggulan berupa kemampuan adaptasi jantan dan memiliki warna kaki putih dan
dalam lingkungan dengan ketersediaan memiliki "telau". yakni bulu putih pada
pakan kualitas rendah dan tingkat fertilitas bagian pantatnya dan terdapat "garis"
yang tinggi. Tingginya impor daging dan (bulu) hitam di sepanjang panggungna.
sapi bakalan untuk memenuhi kebutuhan Sapi Bali tidak memiliki punuk seperti
daging dalam negeri dapat dijadikan halnya banteng, bentuk badannya kompak,
pendorong untuk memperbaiki dan dadanya dalam. Sapi bali lebih agresif
produktivitas dan pengelolaan sapi Bali. (galak) terutama sapi Bali jantan
Kemurnian bangsa sapi Bali sebagai (Guntoro, 2002).
cadangan plasma nutfah sangat diperlukan
b. Sapi ongole atau peranakan ongole (PO)
Sapi simmental adalah sapi dari bangsa bulunya cokelat kemerahan (merah bata),
Bos taurus. Sapi ini berasal dari daerah di bagian wajah dan lutut ke bawah
Simme di Switzerland. Namun, sapi ini sampai ujung ekor berwarna putih. Sapi
berkembang lebih cepat di benua eropa simmental jantan dewasa mampu
dan amerika. Sapi simmental merupakan mencapai berat badan sekitar 1.150 kg
tipe sapi perah dan pedaging. Warna (Redaksi, 2009).
Jika gigi seri sudah mulai ada tanda- dengan gigi seri tetap dan sudah merecuo,
tanda pergesekan, bearti umur sapi antara berarti umur sapi sudah 2 tahun. JIka gigi
2-3 bulan dan tanduk sudah kelihatan seri susu I2 sudah berganti dan gigi tetap
sekitar 3 cm. Jika permukaan gesekan gigi suda merecup umur sapi 3 tahun. Jika
seri I2 dan I3 sudah meliputi bagian lidah, semua gigi seri susu sudah berganti semua
umur sapi sudah mencapai 15 bulan (I4) dan sudah merecup, berarti umur sapi
(tanduk sudah terlihat sepanjang sekitar sudah 4 tahun. Dengan demikian, semua
15cm, dan semakin jelas setelah 16-17 gigi seri susu berganti dengan gigi tetap
bulan). JIka gigi susu I, sudah berganti (Sudono et al., 2016).
2.3.2 Berdasarkan Tanduk 3. Betina dengan 2 lingkaran cincin
Pada sapi bali betina yang sudah tnaduk = beranak 2 klai (umur minimal
pernah melahirkan anak, pendugaan lain 4 tahun) dan seterusnya.
dapat dilakukan dengan melihat Dengan megetahui banyak kali lingkar
“lingkaran cincin” pada tanduk sebagai melahirkan akan dapat ditaksir umur
berikut (Guntoro,2002) : induk sapi tersebut :
1. Betina tanpa “cincin tanduk” = umur
kurang dari 3 tahun UI = (4N + 5) : 3
2. Betina dengan 1 lingkaran cincin
UI : umur induk
tanduk = beranak satu kali (umur
N: banyak kali melahirkan (jumlah”cincin
minimal 3 tahun)
tanduk”)
2.3.3 Berdasarkan Tali Pusar melalui evaluasi dari cadangan lemak dari
Bila tali pusat mulai mengering maka hasil metabolisme, pertumbuhan, laktasi,
umur sapi tersebut adalah antara 4-5 hari dan aktivitas.Perubahan BCS berkaitan
dan berumur 143 hari bila tali pusat sudah dengan perubahan kondisi tubuh sapi
kering (Sudono et al., 2016). perah.Sapi laktasi mengalami penurunan
2.4 Penentuan Bobot Badan dan Status cadangan lemak tubuh selama awal
Gizi laktasi, kemudian disimpan kembali pada
2.4.1 Penentuan Bobot saat pertengahan dan akhir laktasi
Mengukur lingkar dada dan panjang (Syaifuddin, 2013).
badan. LIngkar dada (LD) biasanya diukur a. Titik orientasi
dengan melingkarakan meteran kain pada Diagram BCS menggunakan skala 1-5.
bagian dada sapi, tepat di bagian belakang Nilai 1 mempunyai arti tubuh sapi sangat
kaki depan. Sementara itu, panjang badan kurus, nilai 2 mempunyai arti kurus, nilai
(PB) diukur dari bahu sampai pangkal 3 mempunyai nilai sedang, nilai 4
ekor. Setelah diketahui dua parameter mempunyai gemuk, nilai 5 mempunyai
tersebut, berat badan dihitung dengan arti sangat gemuk. Diantara nilai-nilai
rumus seperti berikut (Soeprapto dan utama itu terdapat nilai 0.25; 0,5; 0,75
Abidin, 2006) : untuk menggambarkan nilai yang berada
1. Rumus Schrool diantaranya. Penilaian BCS berdasarkan
(LD+22)2 pada pendugaan baik secara visual
Berat Badan = maupun dengan perabaan pada delapan
100
2. Rumus Modifikasi bagian tubuh ternak. Bagian tubuh
(PB+LD)2 tersebut adalah antara bagian processus
Berat Badan =
10.840 spinosus, processus spinosus ke processus
Pendugaan berat badan dengan metode di transversus, processus transversus, legok
atas memiliki angka bias sebesar 5-10%. lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber
2.4.2 Penentuan status Gizi coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara
Body condition score merupakan suatu tuber coxae kanan dan kiri, dan pangkal
metode penilaian secara subyektif melalui ekor tuber ischiadicus (Syaifuddin, 2013).