ACARA I
MANAJEMEN PETERNAKAN DAN KEWIRAUSAHAAN
RUMINANSIA
OLEH
NAMA : EUNIKE GLORIA
NIM. : 21/473481/KH/10838
KELOMPOK : 3 (TIGA)
ASISTEN : ARDI KUMARA LUTHFIANTO
Sapi Sahiwal
Sapi Sahiwal berasal dari Punjab, Pakistan dan termasuk dalam
bangsa sapi zebu. Bobot pada sapi dewasa betina adalah 450 kg,
sedangkan pada jantan 550 kg. Berikut merupakan ciri-ciri sapi
Sahiwal:
Berwarna merah cokelat terang atau merah pucat, terkadang
memiliki bercak-bercak putih
Badan relatif panjang dan berat, kaki pendek, serta leher
pendek dan ramping
Gelambir cenderung berat dan lunak, tergantung sapi berotot
atau tidak
Rata-rata produksi susu adalah 2.270 liter per laktasi dengan
kadar lemak berkisar 4,3-6%
(Atabany dkk, 2020)
b) Sapi potong
Sapi Bali
Sapi Bali merupakan keturunan Bos Bibos atau Bos Sondaicus
yang telah melalui proses penjinakan. Rata-rata berat pada sapi
jantan adalah 450 kg, sedangkan pada sapi betina berkisar 300-400
kg. Berikut merupakan ciri-ciri sapi Bali:
Tinggi mencapai 130 cm pada sapi dewasa
Termasuk tipe pedaging dan kerja
Bentuk tubuh mirip dengan banteng tetapi lebih kecil karena
adanya domestifikasi
Karkas yang dihasilkan mencapai 57%
(Sudarmono dan Sugeng, 2017)
Gambar 10. Cara menuntun sapi dewasa yang agak ganas (Santosa, 1995)
Gambar 11. Pendugaan umur berdasarkan pergantian gigi seri (Santosa, 2006)
Grade 2 (kurus)
Ciri pada level ini adalah vulva tidak terlalu menonjol, prosessus
spinosus pendek dan dapat diraba, tuber coxae dan tuber ischiadicus
menonjol tetapi bagian di antaranya tidak terlalu cekung.
(Pujiastusti, 2016)
Grade 3 (sedang)
Ciri pada level ini adalah vulva terlihat lebih rata, anus tertutup
tetapi tidak terdapat deposit lemak, dan tulang ekor nampak
membulat. Prosessus spinosus dapat terasa dengan perabaan yang
diberikan tekanan. Tuber coxae dan tuber ischiadicus nampak
membulat dan lebih halus.
(Pujiastuti, 2016)
Gambar 14. BCS Sapi Grade 3 (Pujiastuti, 2016)
Grade 4 (gemuk)
Prosessus spinosus hanya dapat terasa dengan tekanan yang kuat.
Tuber coxae membulat halus. Area di sekitar tulang Tuber ischiadicus
terlihat padat dan ada deposit lemak. Legok lapar nampak flat.
Pakan tambahan
Berupa vitamin, mineral, dan urea, atau UMB. Pakan tambahan
dibutuhkan oleh sapi yang hidupnya berada di kandang terus
menerus.
Sudarmono dan Sugeng (2017)
Pengolahan pakan
Silase
Hijauan yang dipotong kecil-kecil dan dikeringkan
(Sudarmono dan Sugeng, 2017)
Hay
Hijauan yang sengaja dikeringkan
(Sudarmono dan Sugeng, 2017)
Jerami amonasi
Jerami yang diolah menggunakan amonia, urea, atau
CO(NH2)2. (Syah, 2017)
Syarat kandang
Tersedianya sumber air,
Dekat dengan sumber pakan.
Transportasi mudah,terutama untuk pengadaan pakan dan
pemasaran
Area yang ada dapat diperluas
Mempunyai permukaan yang lebih tinggi dengan kondisi
sekelilingnya, sehingga tidak terjadi genangan air dan
pembuangan kotoran lebih mudah.
Air limbah tersalur dengan baik
(Rasyid dan Hartati, 2007)
Peralatan kandang
Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi potong meliputi:
palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran drainase,
tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan
kandang. Di samping itu harus dilengkapi dengan tempat
penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang
dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang.
(Rasyid dan Hartati, 2007)
Tuberkulosis (TBC)
Gejala: Sapi terlihat kurus dan batuk-batuk, pernafasannya
terganggu, bulunya kering dan tidak mengkilat.
Penyebab: kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menular ke semua hewan mamalia dan juga manusia melalui
susu.
Pencegahan: diadakan uji tuberkulinasi pada sapi setiap tahun
secara berkala. Semua sapi dengan hasil positif terhadap uji
tersebut harus dikeluarkan dari peternakan untuk dipotong.
Selain itu dapat dilakukan pengecekan kesehatan terhadap
peternak dengan pemeriksaan rontgen agar tidak menularkan
penyakit TBC kepada sapi.
Penanganan: pengobatan TBC pada ternak dinilai tidak
ekonomis sehingga ternak harus dipotong.
(Atabany dkk, 2020)
Kefir
Gambar 26. Biji kefir (Usmiati dan Abubakar, 2009)
Kefir diperoleh dari melalui proses fermentasi susu pasteurisasi
(Usmiati dan Abubakar, 2009)
Keju
b) Domba
Domba rambouille
Menurut Sudarmono dan Bambang (2011) domba ini berasal dari
prancis. Ciri – ciri badan besar, dalam, lebar dan padat, kepala tegak.
Domba jantan bertanduk besar, tetapi domba betina tidak bertanduk.
Domba Suffolk
Menurut Sudarmono dan Bambang (2011) domba ini berasal dari
inggris dan masuk ke indonesia pada tahun 1975 melalui australia.
Ciri –ciri badan besar, domba jantan mencapai bobot lebih dari 60
kg. Warna muka dan kakinya hitam, dan kaki pendek.
(Dwiyanto, 2006)
Sitting up
Sitting up dilakukan dengan menekuk kepala domba ke arah sisi
bahunya. Posisi awalnya adalah dengan memegang domba dengan
posisi di samping badan kita, sehingga lutut berada tepat di bagian
samping tubuh domba. Lalu salah satu tangan diletakan pada daerah
dada dan tangan lain di sekitar rump (paha atas).
(Dwiyatno, 2006)
Recording
Bertujuan untuk memberikan informasi yang lengkap dan terperinci
tentang ternak, baik individu maupun kelompok, yang diperlukan
dalam rangka pengambilan keputusan sehari-hari. Catatan yang paling
ideal adalah catatan yang bersifat sederhana, namun lengkap, teliti,
dan mudah dimengerti. Pencatatan data meliputi rumpun, silsilah,
perkawinan, bobot, penyapihan, dan lain-lain.
(Purwatiningsih dan Kia, 2018)
Pencatatan (recording) dilakukan kepada semua ternak. Ternak yang
baru lahir harus dicatat tetua (jantan dan betina) dan tipe kelahirannya.
Identifikasi ternak berupa nomor tetap harus diberikan untuk setiap
ternak, cara yang umum dilakukan dengan memberikan nomor telinga
atau tattoo.
(Purwatiningsih dan Kia, 2018)
585,64
Harga = × 30.000.000=Rp35.138 .400 ,−¿
100
Kesimpulan: Jadi, harga sapi milik Pak Panut jika dihitung menggunakan
rumus Schoorl adalah Rp 35.138.400,-
Atabany, Afton., Purwanto, Bagus., Yani, Ahmad., Cyrilla, Lucia., Komala, Iyep.,
Prabowo, Sigid., Zahra, Windi., Permadi, Dedi., Supriatna, Tatatng., &
Surajudin. 2020. Budidaya Sapi Perah. Bogor: IPB Press
Fikar, S., & Ruhyadi, D. 2010. Buku pintar beternak dan bisnis sapi potong. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta: Graha Ilmu
Manafe, M. E. 2019. Merancang Bangun Kandang Ternak Sapi Potong. Balai Besar
Pelatihan Peternakan
Muryanto & Kurnianto. 2019. Potensi Upaya Pelestarian Domba Batur. Semarang:
Mutiara Aksara
Pujiastuti, R. 2016. Perhitungan Body Condition Scoring (BCS) Pada Sapi Perah.
Surabaya: Dinas Peternakan Jawa Timur
Santosa, U. 2006. Tata laksana pemeliharaan ternak sapi. Jakarta: Penebar Swadaya
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Sodiq, A., dan Abidin, Z. 2008. Sukses Menggemukkan Domba dan Kambing.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Susilawati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia (Jawa Timur dan Bali). Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Usmiati,S dan Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Lampiran 9. Cover Buku “Potensi Upaya Pelestarian dan Pengembangan Domba Batur”
Lampiran 10. Jurnal Perhitungan Body Scoring (BCS) Pada Sapi Perah