Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Handling merupakan suatu upaya untuk mengendalikan hewan ternak besar.

Berujuan dalam mempermudah perawatan dan pemeriksaan ternak. Pada dasaranya

ternak yang telah didomestikasi masih memiliki sifat – sifat dasar sehingga sulit

untuk dikendalikan.

Dalam melakukan handling pada ternak seperti domba perlu dibekali dengan

pemahaman, pengetahuan serta pelatihan yang mendukung agar tidak terjadi

kesalahan fatal yang dapat membahayakan keselamatan domba dan juga orang yang

melakukan handling. Ketepatan dalam melakukan handling juga dapat menciptakan

posisi yang nyaman untuk ternak. Hal – hal tersebutlah yang menjadi dasar

pentingnya dalam mempelajari handling dalam bidang peternakan.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa saja macam – macam handling yang dapat diaplikasikan untuk ternak
domba.

(2) Apa saja manfaat handling pada domba.

(3) Bagaimana cara melakukan handling dengan tepat dan baik untuk ternak

domba.

1.3 Maksud dan Tujuan


2

(1) Mengetahui dan mamahami macam – macam handling yang dapat

diaplikasikan untuk ternak domba

(2) Mengetahui manfaat handling pada domba

(3) Mengetahui dan memahami cara melakukan handling yang tepat dan baik

pada domba

II
3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengangkat Domba

Mengangkat domba berfungsi untuk mempermudah dalam pengangkatan ke

angkutan ternak untuk pengiriman , cara mengangkat domba yaitu dengan

menyimpan tangan kanan ataupun kiri didada domba sebagai tumpuan dan tangan

yang lainnya disimpan di belakang domba (Sugeng dkk 2003).

2.2 Menentukan umur

Menentukan umur domba yang paling tepat adalah dengan menggunkan

recording atau pencatatan namun di Indonesia sendiri jarang dilakukan dikalangan

peternak, dan hanya domba tertentu yang biasa menggunakan metode recording,

sehingga umur ternak dapat diperkirakan dari jumlah gigi seri yang berganti menjadi

gigi permanen , gigi seri ditandai dengan ukuranya yang kecil dan berbentuk kerucut

(segitiga) pada saat ini diperkirakan umur kurang dari satu tahun, dan apabila telah

berganti menjadi gigi permanen dimulai dari bagian tengah dan pergantian

gigidisebut poel ( Dwiyanto1993).

Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan

oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi

gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur

tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak

ruminansia. Kambing dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut :

sepasang gigi seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral

incisors), sepasang gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri
4

sudut (corner oncisors) pada rahang bawah, tiga buah gigi premolar pada rahang atas

dan bawah, dan tiga buah gigimolar pada rahang atas dan bawah (Edey, 1983;

Poespo, 1965).

Pada umur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi seri susu lateral , pada umur 2

– 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu intermidial, dan pada umur 3 - 4 minggu

terdapat sepasang gigi seri susu sudut. Pada umur 1 - 1,5 tahun, digantikan oleh

sepasang gigi seri permanen sentral. Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, digantikan oleh

sepasang gigi seri permanen lateral. Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, digantikan oleh

sepasang gigi seri permanen intermedial. Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, digantikan oleh

sepasang gigi seri permanen sudut (Frandson, 1993).

2.3 Menidurkan Domba

Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang telah didomestikasikan

untuk keperluan menghasilkan produk sesuai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan

bahwa semua jenis ternak yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-

sifat dasar itu, disamping itu ternak-ternak besar (seperti kerbau, sapi) mempunyai

tenaga ekstra yang sangat kuat jika dibandingkan dengan kekuatan manusia, sehingga

untuk keperluan pengelolaan sehari-hari kita dituntut untuk menguasai teknik-teknik

penguasaan ternak (Adiwimarta, 2007).

Penguasaan terhadap ternak dalam usaha peternakan, terutama ditujukan

untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:

(1) Mempermudah penanganan ternak, baik di lapangan maupun di dalam

kandang.
5

(2) Menghindarkan kerugian yang disebabkan oleh ternak, disamping itu untuk

menjauhkan keamanan bagi ternaknya sendiri.

(3) Mempermudah penanganan sehari-hari, seperti pemotongan kuku, ekor,

tanduk, pencukuran bulu, kastrasi dan lain sebagainya.

2.4 Mendudukkan Domba

Sitting up merupakan teknik mendudukan domba pertama tama , peganglah

domba dengan cara posisi disamping domba sehingga lutut berada tepat dibagian

samping tubuh domba, sedangkan salah satu tangan anda berada di daerah dada dan

tangan lain di sekitar paha atas.Tekuklah muka domba kearah sisi bahu dan dengan

cepat tekankan tangan yang lain pada paha atas sehingga domba menahan berat

badannya pada salah satu kakinya. Dengan cepat angkat tubuh bagian depan domba

dan pindahkan kedua tangan anda pada kaki domba sehingga domba terduduk pada

bagian paha atas (Heath dan Olusanya, 1988).

2.5 Mengikat Leher Domba

Penanganan mengikat ternak membutuhkan keterampilan. Sehingga dalam hal

ini, dukungan pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara penanganan (misalnya

cara menggunakan tali, cara mengikat, serta cara menggunakan alat-alat), perlu

dipahami terlebih dahulu (Santosa, 2010). Pengikatan leher perlu dipelajari dan

diperhatikan dengan seksama. Pengikatan ujung tali sebaiknya tidak mudah lepas atau

tidak membahayakan ternak yang diikat. Pengikatan ujung tali yang tidak benar akan

mengakibatkan leher ternak tercekik. Pengikatan leher harus longgar, ujungnya harus
6

terikat ketat tetapi harus mudah dilepaskan kembali (Sujana, 2017). Sama halnya

dengan pengikatan pada pangkal patok atau tiang atau pohon agar domba dapat

bergerak bebas atau berputar-putar di areal sekitar patok. Simpul yang dapat

digunakan yaitu simpul gelosor yang sering digunakan oleh masyarakat sunda.

2.6 Menggiring atau Menuntun Domba

Menggiring domba dilakukan dengan hati-hati dan jangan sampai menyakiti

domba, terutama untuk mengiring domba menggunakan tali pada leher. Cara

menuntun domba yaitu tali yang berada di leher domba ditarik dari arah bawah

tanduk. Metode untuk mengangkat domba secara baik dan benar ialah sebagai

berikut (Adifirman, 2012):

(1) Posisikan domba dengan baik, dekati domba dengan hati-hati dan tunggu

hingga domba menjadi tenang dan diam. Jika domba mencoba lari

bergeraklah ke arah lainnya, kedua tangan direntangkan untuk menutupi

bidang geraknya.

(2) Tempatkan tangan kiri Anda melingkar di tubuh domba bagian depan, di

tulang dada bagian bawah.

(3) Kemudian posisikan

(4) Tangan kanan melingkar di tubuh bagian belakang domba.

(5) Kemudian posisikan tubuh kita setengah jongkok untuk menggiring domba.

(6) Giring domba secara perlahan agar sesuai ke arah yang kita inginkan.

(7) Jika domba memakai tali leher, kita harus memperhatikan tali yang melingkar

di leher domba apakah domba tersebut tercekik atau tidak.


7

(8) Saat menggiring usahakan memegang tali tidak terlalu jauh dengan tali di

leher, jika domba jantan, kaitkan tali pada tanduk.

(9) Aturlah posisi kita agar domba tersebut nyaman.

(10) Jika ingin berbelok, usahakan berbelok dengan perlahan agar domba tidak

tercekik.

Perhatikan ikatan tali yang melingkar di leher domba, pegang tali dekat leher,

jika domba jantan kaitkan tali pada tanduk, Aturlah posisi kita agar domba tersebut

nyaman saat dituntun, usahakan menggiring dengan tali yang bersentuhan dengan

leher belakang domba, jika ingin berbelok usahakan berbelok dengan perlahan agar

domba tidak tercekik.

III

HASIL DAN PEMBAHASAN


8

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Mengangkat Domba

3.1.2 Menentukan Umur

3.1.3 Menidurkan Domba


9

3.1.4 Mendudukan Domba

3.1.5 Mengikat Leher Domba


10

3.1.6 Menggiring atau Menuntun Domba

3.2 Pembahasan

3.2.1 Mengangkat atau menggendong domba

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa cara mengangkat domba yaitu

dengan tangan kanan menopang dada domba bagian dalam kemudian tangan kiri

berada di bagian belakang domba dan kemudian diangkat dan dipastikan domba

tersebut nyaman , hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugeng (2003) yang
11

menyatakan bahwa cara mengangkat domba yaitu dengan menyimpan tangan kanan

ataupun kiri didada domba sebagai tumpuan dan tangan yang lainnya disimpan di

belakang domba.

3.2.2 Menebak umur domba

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa cara menentukan atau

memperkirakan umur domba yaitu dengan cara posisi kaki menjepit domba kemudian

salah satu tangan diposisikan di rahang domba dan tangan yang lainnya membuka

mulut domba kemudian setelah itu dilihat gigi domba tersebut apakah masih seri atau

sudah gigi permanen, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dwiyanto (1993)umur

ternak dapat diperkirakan dari jumlah gigi seri yang berganti menjadi gigi permanen ,

gigi seri ditandai dengan ukuranya yang kecil dan berbentuk kerucut (segitiga) pada

saat ini diperkirakan umur kurang dari satu tahun, dan apabila telah berganti menjadi

gigi permanen dimulai dari bagian tengah dan pergantian gigidisebut poel.

3.2.3 Menidurkan Domba

Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang telah didomestikasikan

untuk keperluan menghasilkan produk sesuai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan

bahwa semua jenis ternak yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-

sifat dasar itu, disamping itu ternak-ternak besar (seperti kerbau, sapi) mempunyai

tenaga ekstra yang sangat kuat jika dibandingkan dengan kekuatan manusia, sehingga
12

untuk keperluan pengelolaan sehari-hari kita dituntut untuk menguasai teknik-teknik

penguasaan ternak (Adiwimarta, 2007).

Penguasaan terhadap ternak dalam usaha peternakan, terutama ditujukan

untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:

(1) Mempermudah penanganan ternak, baik di lapangan maupun di dalam

kandang.

(2) Menghindarkan kerugian yang disebabkan oleh ternak, disamping itu untuk

menjauhkan keamanan bagi ternaknya sendiri.

(3) Mempermudah penanganan sehari-hari, seperti pemotongan kuku, ekor,

tanduk, pencukuran bulu, kastrasi dan lain sebagainya.

3.2.4 Mendudukkan Domba

Sitting up merupakan teknik mendudukan domba pertama tama , peganglah

domba dengan cara posisi disamping domba sehingga lutut berada tepat dibagian

samping tubuh domba, sedangkan salah satu tangan anda berada di daerah dada dan

tangan lain di sekitar paha atas.Tekuklah muka domba kearah sisi bahu dan dengan

cepat tekankan tangan yang lain pada paha atas sehingga domba menahan berat

badannya pada salah satu kakinya. Dengan cepat angkat tubuh bagian depan domba

dan pindahkan kedua tangan anda pada kaki domba sehingga domba terduduk pada

bagian paha atas (Heath dan Olusanya, 1988).

3.2.5 Mengikat Leher Domba


13

Praktikum handling mengenai pengikatan leher domba dilakukan secara hati-

hati dan dengan metode yang singkat. Telah dijelaskan bahwasanya pengikatan leher

domba menggunakan tali tambang yaitu dengan menggunakan simpul tali gelosor.

Pengikatan yang baik yaitu pengikatan yang tidak membahayakan ternak dan tidak

mengakibatkan leher tercekik juga tali dengan kondisi yang longgar namun tidak

mudah terlepas dari kepala. Pengikatan simpul juga diusahakan agar mudah dipasang

dan dilepas hal ini bertujuan apabila ternak akan dimasukkan kembali ke dalam

kandang ataupun akan di-grazzing. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujana (2017)

Pengikatan ujung tali sebaiknya tidak mudah lepas atau tidak membahayakan ternak

yang diikat. Pengikatan ujung tali yang tidak benar akan mengakibatkan leher ternak

tercekik. Pengikatan leher harus longgar, ujungnya harus terikat ketat tetapi harus

mudah dilepaskan kembali. Pengikatan dengan simpul gelosor sama halnya dengan

pengikatan pada pangkal patok atau tiang atau pohon agar ternak dapat bergerak

bebas dan berputar di daerah sekitar patok.

3.2.6 Menggirng atau Menuntun Domba

Praktikum dilakukan secara langsung terhadap ternak dengan menggiring

domba menggunakan tali pada lehernya. Cara yang dilakukan yaitu, menarik dan

menuntun domba dengan tali yang terikat pada leher secara perlahan dari arah bawah

tanduk. Diusahakan agar tali tidak ditarik pada pangkal leher yang dapat membuat

domba tercekik dan jarak memegang tali tidak terlalu jauh dengan tali di leher.

Kemudian untuk ternak dengan tanduk yang agak panjang, dapat dilakukan dengan

mengaitkan tali ke tanduknya agar ternak tidak tercekik. Hal ini sesuai dengan
14

pendapat Adifirman (2012), cara menuntun jika domba memakai tali leher yaitu tali

yang berada di leher domba ditarik dari arah bawah tanduk, selanjutnya kita harus

memperhatikan tali yang melingkar di leher domba apakah domba tersebut tercekik

atau tidak. Saat menggiring usahakan memegang tali tidak terlalu jauh dengan tali di

leher, jika domba jantan, kaitkan tali pada tanduk. Aturlah posisi kita agar domba

tersebut nyaman.

IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
15

(1) Hendling yang dapat dilakukan diantaranya mengangkat domba,

menentukan/menebak umur domba, mendudukan domba, menidurkan domba,

mengikat domba, dan menggiring domba.

(2) Mempermudah dalam pengangkatan ke angkutan ternak untuk pengiriman,

mempermudah penanganan, dan mempermudah pemeliharaan sehari-hari

(3) Cara agar dapat menghendling haruslah sesuai dengan ketentuan yang ada

agar tidak menyakiti hewan ternak, dan haruslah dilakukan dengan sangat

hati-hati

4.2 Saran

Praktium yang dilakukan sudah sangat baik dan bermanfaat untuk praktikan,

akan tetapi mungkin karena domba dalam kondisi stress sehingga domba susah diatur

dan di handling. Saran kedepannya sebaiknya domba sebelumnya ditenangkan

terlebih dahulu agar tidak stress.

DAFTAR PUSTAKA

Adifirman. 2012. Handling Domba Kambing. Online. http://adifirman.com/2012/


10/18/hand-ling-domba-kambing/ (Diakses pada tanggal 21/04/2018 jam
14.26).\
16

Adiwimarta, Kustantinah I. S. 2007. Beternak Kambing .Yogyakarta : PT. Citra Aji


Parama.

Dwiyanto, Muhaswad .Ir MDH. Penanganan Domba Dan Kambing, Penerbit Penebar
Swadaya Depok.1993

Edey, I. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australia University


Internasional. Development Program. Canberra

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Heath, E. dan S. Olusanya. 1988. Anatomi and Physiology of Tropical Livestock


Longmann Singapore Publishers Pte. Ltd. Singapore.

Lubis, A., Afnan W., Bahrudin, dan Budi S. S. 2010. Beternak dan Bisnis Domba. PT
Agro Media Pustaka, Jakarta.

Poespo, S.1965. Pengetahuan tentang Umur Hewan/Ternak. Fakultas Kedokteran


Hewan, UGM. Yogyakarta

Santosa, U. 2010. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Sujana, Endang. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket
Keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Yogyakarta.
Jakarta

Sugeng, Y. Bambang, B. Sc Beternak domba edisi revisi. Penerbit seri agribisnis.


Semarang : 2003

Anda mungkin juga menyukai