Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERNAK SAPI POTONG

Nama : Nian Anisa


Nim : L1A119017
Kelas : A

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Tata cara penanganan ternak sapi
potong”.

Penulis mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena
itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini.
Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Dimana penulis
juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca. Penulis akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah
penulis di masa datang. Sehingga semoga makalah berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan
dengan hasil yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca,

Kendari, September 2021.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ternak sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia
terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan
sebagai usaha yang menguntungkan. Suatu usaha peternakan agar dapat berkembang dengan baik
dan maksimal tentunya perlu adanya pemeliharaan ternak secara baik dan layak, perawatan ternak
dengan benar sehingga dapat berproduktivitas tinggi dan menguntungkan bagi kita.

Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang telah didomestikasikan untuk keperluan
menghasilkan produk sesusai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan bahwa semua jenis ternak yang
telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-sifat dasar, disamping itu ternak-ternak besar
(seperti kerbau, sapi) mempunyai tenaga extra yang sangat kuat jika dibandingkan dengan kekuatan
manusia, sehingga untuk keperluan pengelolaan sehari-hari kita dituntut untuk menguasai teknik-
teknik pengusaan ternak.

Penanganan ( handling ) terhadap ternak merupakan suatu aspek yang harus di kuasai oleh
seorang peternak. Handling berperan dalam pemeriksaan dan perawatan ternak, misalnya pada saat
akan melakukan pengukuran, pemberian tanda, penalian/ penjatuhan ternak yang akan di potong.
Dalam proses Penanganan (handling) pada ternak sapi harus dikerjakan dengan terampil. Dalam hal
ini, dukungan pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara penanganan, misalnya cara
menggunakan tali atau tambang, cara mengikat, serta cara menggunakan alat – alat, perlu dipahami
terlebih dahulu. Hal ini penting sebab pananganan ternak sangat jauh berbeda dengan penanganan
ternak unggas ataupun ternak domba. Ternak sapi adalah ternak besar, memiliki tenaga yang lebih
kuat daripada manusia, memiliki tanduk yang berbahaya bagi keselamatan orang yang akan
menangani, mempunyai sifat suka menendang, serta memiliki tubuh yang berlipat ganda beratnya
dibadingkan dengan peternaknya sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil pada makalah ini adalah

1. Apa yang dimaksud dengan penanganan ternak atau handling ?

2. Apa sajakah tehnik – tehnik penanganan pada ternak ?

3. Apa saja kegunaan penanganan pada ternak ?

4. Apa sajakah tujuan atau keuntungan yang kita dapat dari penanganan ternak yang baik ?

1.3. Tujuan dan manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang dapat diambil pada makalah ini adalah
1. Dapat mengetahui pengertian dari penanganan ternak atau handling

2. Dapat mengetahui tehnik – tehnik penanganan pada ternak ?

3. Dapat mengetahui kegunaan penanganan pada ternak ?

4. Dapat mengetahui tujuan atau keuntungan yang kita dapat dari penanganan ternak yang baik ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penanganan ( handling ) pada Ternak

Penanganan adalah suatu proses yang pada kegiatan manusia melakukan pekerjaan terhadap
ternak membutuhkan beberapa pengekangan atau penyesuaian diri ternak tersebut. Dalam
penanganan ada yang disebut handling dan restrain.

Handling adalah membuat gerakan hewan dibatasi sehingga tidak sulit penanganannya tetapi
hewan masih bisa bergerak. Restrain adalah memperlakukan hewan agar tidak bisa bergerak dalam
keadaan sadar. Pada dasarnya ternak merupakan hewan liar yang telah didomestikasikan untuk
keperluan menghasilkan produk sesusai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan bahwa semua jenis
ternak yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-sifat dasar, disamping itu ternak-
ternak besar (seperti kerbau, sapi) mempunyai tenaga extra yang sangat kuat jika dibandingkan
dengan kekuatan manusia, sehingga untuk keperluan pengelolaan sehari-hari kita dituntut untuk
menguasai teknik-teknik pengusaan ternak. Dalam menangani sapi, peternak perlu memiliki
pengetahuan mengenali tali temali terlebih dahulu agar bisa merestrain dengan baik (Santosa, 2010)

Handling adalah suatu cara atau teknik menangani ternak. Handling diperlukan untuk
mempermudah penanganan ternak, baik di lapangan maupun di dalam kandang, menghindarkan
kerugian yang disebabkan oleh ternak, menjamin keamanan ternak itu sendiri, mempermudah
penanganan sehari – hari, seperti pemotongan kuku, ekor, tanduk, dan lain – lain. Pengetahuan yang
berkaitan denga penanganan ternak (handling) yaitu menggunakan tali atau tambang, cara mengikat
juga perlu diketahui dengan baik.

Hal – hal yang perlu diperhatikan saat melakukan handling ternak adalah mengusahakan
datang dari arah depan ternak secara perlahan –lahan sehingga ternak mengetahui kedatangan kita
dan tidak terkejut, memperlakukan ternak secara halus agar ternak tidak merasa terkejut.

2.2. Teknik Penanganan pada Ternak

2.2.1. Pemotongan Kuku (Hooves Trimming)

Kuku tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan kedudukan
tulang teracak menjadi salah, sehingga titik berat badan jatuh pada teracak bagian belakang, bentuk
punggungmenjadi seperti busur, mudah terjangkit penyakit kuku, dan mengakibatkan kepincangan
pada ternak.

Kuku yang tumbuh panjang dapat menghambat aktivitas ternak, seperti naikturun kandang,
berjalan untuk mendapatkan makanan dan minum, atau berdiri dengan baik sewaktu melakukan
perkawinan. Di samping itu menyebabkan ternak sulit berjalan dan timpang, sehingga mudah
terjatuh dan mengalami cedera. Kalau ternak itu sedang mengalami kebuntingan, maka dapat
mengakibatkan keguguran.

untuk menjaga agar kedudukan kuku tetap serasi, maka setiap 3-4 bulan sekali dianjurkan
untuk melakukan pemotongan kuku secara teratur, terutama kuku kaki bagian belakang. Sebab kuku
kaki depan lebih keras dibandingkan bagian belakang yang selalu basah terkena air kencing dan
kotoran. Tetapi dari segi kecepatan pertumbuhan, kuku kaki belakang maupun kaki depan memiliki
kecepatan tumbuh yang sama, sehingga baik kuku belakang maupun kuku kaki depan perlu
dilakukan pemotongan secara teratur.

Tujuan pemotongan kuku adalah untuk menanggulangi masalah penyakit kuku dan menjaga
keseimbangan gerak ternak pada saat berdiri, istirahat, efisiensi penggunaan ransum, dan
produktivitas ternak. Pemotongan kuku dapat dilakukan dengan cara merebahkan ternak terlebih
dahulu atau dapat pula tanpa merebahkan. Pemotongan kuku tanpa merebahkan ternak biasanya
kurang memuaskan. Sebab tidak semua bagian kuku yang hendak dipotong dapat terpotong dengan
baik dan akan sulit mengerjakannya jika kurang terampil.

2.2.2. Pemotong Paruh

Pemotong paruh merupakan suatu keharusan dalam suatu usaha peternakan ayam untuk
mendapatkan ayam untuk mendapatkan keuntungan. Ada empat hal yang akan dicapai dengan
adanya pemotongan paruh ini yaitu :

- Menghilangkan sifat kanibalisme pada ayam

- Meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan

- Mengurangi terjadinya stress

- Menurunkan konversi makanan.

Kanibalisme pada ayam merupakan kebiasaan saling mematuk diantara sesamanya yang meupakan
naluri sejak lahir. Konversi makanan adalah banyaknya makanan yang dibutuhkan untuk tiap
pertumbuhan berat badan per 1 kg. Pemotongan paruh yang dilakukan pada DOC juga memberikan
keuntungan dalam hal penanganan jauh lebih mudah dan paruhnya masih lunak, disamping itu
apabila ayam mengalami stress akibat pemotongan paruh maka masih tersedia waktu yang cukup
panjang untuk mengembalikan kondisinya kepada keadaan semula. Untuk menghindari
kemungkinan paruh kembali runcing pada umur 18 minggu ( periode grower ) dapat diatasi dengan
cara memotong paruhnya sependek mungkin. Sebagai pedoman paruh dapat disisakan sepanjang 2-
3 mm dari lubang hidung atau setengah dari panjang paruh semula. Alat untu memotong paruh
disebut debeaking dan memotong paruh disebut electric debeaker.

Tujuan pemotongan paruh :

1. Mencegah kanibalisme

2. Mencegah pematukan bulu

3. Mengurangi ransum yang terbuang

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemotongan paruh ini yaitu :

a. Pemotongan paruh dilakukan pada anak ayam umur 6 – 9 hari, dan paruh yang dipotong 1/3
dari panjang paruh bagian atas.

b. Pisau pemotong harus pijar, yaitu temperature pisau sekitar 815 0C (1500 oF ).

c. Harus teliti memotong paruh anak ayam lebih dari 500-600 ekor/jam.

2.2.3. Teknik Merebahkan Ternak


Teknik Merebahkan Model 1. Setelah ditambatkan di batang pohon atau patok yang kokoh, tali
yang telah disediakan diikatkan pada tali yang melingkar di leher. Kemudian ditarik hingga ke
belakang punuk atau bagian belakang kaki depan. Tali dilingkarkan ke tubuh, disimpul di bagian
samping kiri punggung. Ditarik ke belakang lagi hingga batas depan kaki bagian belakang,
dilingkarkan ke tubuh, kemudian disimpul di bagian samping kiri punggung belakang. Dengan teknik
model ini, hanya dibutuhkan satu orang saja untuk merebahkannya, dengan cara menarik tali dari
belakang tubuh saja.

Teknik Merebahkan Model 2. Model kedua adalah dengan melingkarkan tali di bagian depan
punuk, menyilang ke bawah hingga di depan kedua kaki sapi. Tali ditarik ke bagianpunggung secara
menyilang lagi, kemudian ditarik ke belakangmelalui selangkangan kaki belakang sapi. Model ini
terkadang berisiko membuatkaki sapi menyepak ke belakang ketika ditarik melalui selangkangannya

2.3. Kegunaan Penanganan pada Ternak

2.3.1.   Menguasai sapi di lapangan

Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu melakukan handling ternak adalah :

1)  Perlu diusahakan datang dari arah depan ternak secara perlahan-lahan sehingga ternak bisa melihat

kedatangan kita dan tidak terkejut.

2)  Memperlakukan ternak dengan halus, sehingga ternak tidak merasa takut.

3)  Selanjutnya bila ada tali pengikatnya, dekatilah ternak secara pelan-pelan dan usahakan bisa

memegang talinya. Kemudian tenangkan ternak dengan cara menepuk-nepuk tubuhnya, ikatkanlah

tali pada sebatang pohon atau bawa langsung ke dalam kandang.

4) Sedangkan untuk ternak agak liar, setelah terpegang talinya usahakan direbahkan.

5)  Bila ada tali pengikatnya , usahakan agar ternak bisa digiring kedalam kandang, yaitu dengan cara

memancingnya dengan makanan (rumput) dan selanjutnya usahakan untuk bisa dipasang tali

pengikat.

6)  Sedangkan untuk ternak yang masih agak liar usahakan agar ternak dapat dijatuhkan dengan
memasang jebakan llingkaran tali, setelah ternak jatuh baru masing-masing kaki depan dan
belakangnya diikat menjadi satu. Dan setelah ternak dapat dikuasi, kemudian diberi tali pengikat
pada lehernya.

2.3.2.  Menguasai sapi dalam kandang


1)  Jika ada tali pengikatnya, dekati ternak secara pelan-pelan agar tidak terkejut. Peganglah talinya dan

usahakan untuk bisa merapatkan diri dengan ternak, lalu tepuk-tepuklah punggungnya secara halus.

Kemudian ikatlah tali pada cincin pengikat yang ada.

2)  Jika tidak ada tali pengikatanya, terlebih dahulu dekatilah ternak perlahan-lahan agar ternak menjadi

lebih tenang, baru kemudian pasangkan tali pengiktnya pada leher.

2.3.3.   Merebahkan sapi

1)  Sapi pedet

a)  Dekatilah pedet, sudutkan dan peganglah pada leher dan pantatnya agar pedet bergerak maju atau
mundur.

b)  Tangan pemegang leher dilepaskan untuk kemudian memegang lutut  kaki kanan lewat atas bahu.

c)  Tekuk lutut sedikt mengukit dan tarik anak sapi ke arah tubuh kita, dengan demikaian pedet akan
meluncurkan ke tanah dan berbaring pada salah satu sisinya.
2 )Sapi dewasa

ternak sapi yang dewasa cukup sulit dan memerlukan cara temali yang agak rumit. Cara
merobohkan sapi dewasa dapat dilakukan dengan pengikatan atau tanpa pengikat. Tiga cara
merobohkan sapi dengan pengikatan tali yaitu dengan pengikatan leher, pengikatan silang dada dan
pengikatan tanduk (bagi sapi yang bertanduk), cara merebahkan sapi sebagai berikut :

-  Siapkan seutas tali dengan panjang kira-kira 10 meter.

-  Ikatkan salah satu ujung tali pada leher sapi secara kendur.

- Ikatkan tali ke belakang bahu dengan cara melilitnya pada dada di depan tulang punggung dan
pinggangnya.

- Seorang yang lain memegang tali “keloh” dan beberapa orang lagi menarik tali yang dililitkan pada
tubuh sapi tadi ke belakang, maka kemudian sapi akan rebah.

- Untuk penanganan lebih lanjut, masing-masing kaki depan belakang diikat menjadi satu. Leher
ditekan agar tidak bangkit lagi.

2.4. Tujuan atau keuntungan yang anda dapat dari cara penanganan sapi yang baik

-  Meningkatkan produktivitas

Menangani sapi dengan benar akan mengurangi stress pada sapi sehingga dapat memberikan
hasil yang lebih baik. Sediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai. Contoh: lantai yang tidak
licin dan tidak bersudut tajam, dapat mengurangi kemungkinan cedera seperti patah tulang, memar
dan luka sobek yang akan berakibat pada berkurangnya selera makan sapi yang akan berpengaruh
juga pada hasil produksi.

-  Mengurangi biaya tenaga kerja


Bila anda memiliki fasilitas peralatan dan perlengkapan kerja yang memadai, untuk memelihara
sapi dengan jumlah sekitar 10-15 ekor akan dapat anda kerjakan sendiri. Dengan sistem penanganan
yang efisien akan memudahkan anda untuk mengatur pergerakan, pemeliharaan dan pemantauan
sapi, jadi akan mengurangi tingkat stress pada sapi dan tentunya pada anda juga.

-   Meningkatkan Keamanan Kerja

Sistem penanganan ternak yang baik akan mengurangi resiko anda dari terjangan sapi karena
bisa dipastikan bahwa sapi akan bergerak dengan tenang, teratur dan rapi.

- Menjaga Kesehatan ternak

Dengan perlakuan yang lembut, pergerakan yang teratur, kemudahan dalam pemeliharaan dan
pemantauan, sapi akan terhindar dari resiko cedera serta stress. Maka kesehatan sapi akan terjaga
dengan baik dan pada akhirnya dapat memberikan.hasil.yang.memuaskan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penulisan makalah ini yaitu penanganan sapi adalah
suatu proses yang pada kegiatan manusia melakukan pekerjaan terhadap ternak membutuhkan
beberapa pengekangan atau penyesuaian diri ternak tersebut. Dalam penanganan ada yang disebut
handling dan restrain. Dimana dalam handling dapat menggunakan dengan tali atau tambang. Dalam
tali temalipun kita harus menggunakannya sesuai dengan fungsinya agar tidak membahayakan
ternak yang kita handling. Contohnya tali laso, merupakan tali yang biasanya digunakan untuk
menjerat leher ternak sehingga mempermudah kita untuk menghandlenya. Dan fungsi dari
penanganan atau handling adalah :

1. Mempermudah penanganan ternak, baik di lapangan maupun di dalam kandang.

2. Menghindarkan kerugian yang disebabkan oleh ternak, di samping itu untuk menjamin
keamanan bagi ternaknya sendiri.

3. Mempermudah penanganan sehari-hari, seperti pemotongan kuku, ekor, tanduk, pencukuran


bulu, kastrasi dan lain sebagainya

3.2. Saran

Saran yang dapat di ambil dalam praktikum ini adalah sebaiknya mahasiswa di ajarkan tekhnik –
tekhnik penanganan ternak secara langsung, jangan hanya Cuma teori.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. Tips Efektif Merebahkan Hewan Kurban. www.tipsanda.com (Diakses tanggal 7
September 2015).

Awaludin Tanda Panjaitan 2010, Petunjuk praktis Pengukuran Ternak Sapi. Diakses pada tanggal 7
september 2015.

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.

http://anpet10.blogspot.com/2012/04/laporan-tetap-praktikum-ilmuteknologi.html. Diakses pada


tanggal 7 september 2015

http://erlanggabayuanggara22.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 7 september


2015http://megtinno.blogspot.com/2009/05/teknik-handling-pada-ternak.html. Diakses pada
tanggal 7 september 2015

Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Jakarta: Modul

Program Keahlian Budaya Ternak.

Williamson and Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press.
Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai