Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

SEMESTER GASAL

PENGGEMUKAN KAMBING

OLEH
OEY, JOCELINDA WIBISONO
(19/442226/KH/10150)
KELOMPOK 3

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. Topik Diskusi
Penggemukkan Kambing

B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu membedakan karakter kambing, berbagai jenis kambing di
Indonesia, mampu menjelaskan good farming practices pada kambing dan domba,
pandangan kastrasi pada hewan ditinjau dari norma agama dan kesejahteraan hewan.
Selain itu, mahasiswa dapat meganalisis data berdasarkan kasus yang diajarkan
dalam MK Biostatistika.
2. Mahasiswa mampu memahami keanekaragaman hewan melalui pemahaman materi
pembelajaran struktur dan fungsi biologis asam nukleat.
3. Mahasiswa mampu memahami prosedur kastrasi pada kambing dan memahami
klasifikasi hormon berdasarkan struktur kimianya.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan, dan perilaku
dalam diskusi.
C. Skema Pembelajaran

SGD
Semester 1

Osteologi, Biokimia Kesejahteraan


Anthrologi, Veteriner Agama Hewan dan Ilmu Peternakan
Miologi, dan I Etika Veteriner Umum dan Bio-statistika
Splanknologi Kewirausahaan

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara lebih dalam dan
komprehensif untuk mencapai kompetensi

Skenario 1 : Skenario 2 : Skenario 3 : Skenario 4 :


Memahami good Memahami farming Memahami farming Memahami farming
farming practices ternak good practices ternak good practices ternak good practices ternak
sapi perah, penerapan kuda, penerapan prinsip kambing dan domba, sapi potong, penerapan
prinsip kesrawan, kesrawan, landasan penerapan prinsip prinsip kesrawan,
landasan norma agama, norma agama, kesrawan, landasan landasan norma agama,
pemahaman osteologi, pemahaman osteologi, norma agama, pemahaman sistem
miologi, karbohidrat, miologi, lipida, pemahaman organ saluran pencernaan dan
biostatistika dalam biostatistika dalam genitalia, asam nukleat respirasi, enzim dalam
konteks terpadu dan konteks terpadu dan dan hormon, konteks terpadu dan
holistik holistik biostatistika dalam holistik
konteks terpadu dan
holistik
D. Bahasan
I. Karakteristik Kambing
Kambing dan domba memiliki sejumlah kemiripan. Banyak orang yang
mengira bahwa kambing dan domba adalah dua hewan yang sama. Namun, perlu
diketahui bahwa keduanya merupakan makhluk yang berlainan dan masing-
masing mempunyai bangsa yang berbeda (Mulyono, 2011).
Perbedaan antara domba dan kambing dapat ditulis dalam tabel sebagai
berikut:

DOMBA KAMBING
Mempunyai kelenjar dibawah mata Tidak punya
yang menghasilkan sekresi seperti air
mata
Di celah diantara kedua bilah kuku Tidak punya
keluar sekresi yang berbau khas saat
berjalan
Tanduk berpenampang segitiga dan Tanduk berpenampang bulat dan
tumbuh melilit tumbuh lurus
Bulu sangat baik sebagai bahan wol Bulu tidak dapat dimanfaatkan
Domba jantan tidak berbau prengus Kambing jantan memiliki kelenjar bau
yang sangat mencolok (prengus)

Terdapat beberapa jenis kambing dengan spesifikasinya yang berbeda-beda.


Yang pertama ada kambing kacang. Kambing kacang adalah kambing asli dari
Indonesia atau biasa disebut kambing Jawa. Ciri-cirinya antara lain berbadan kecil
dan relatif pendek, telinga pendek dan tegak, hampir semuanya (betina dan jantan)
bertanduk, leher pendek dan tubuh meninggi, warna bulu sangat bervariasi. Tinggi
badan pejantan mencapai 60-65 cm dengan berat sekitar 25 kg, sedangkan betina
56 cm dengan berat 15-20 kg. Jenis kambing yang lain adalah kambing ettawa.
Kambing jenis ini memiliki kelebihan pada produksi susunya. Ciri-ciri kambing
etawa adalah bagian hidung ke atas (dahi) melengkung. Telinganya panjang
(sampai 30 cm) menjuntai ke bawah. Baik kambong jantan maupun betina
bertanduk. Kakinya panjang serta terdapat bulu panjang pada kaki belakang,
mulai dari bawah ekor ke arah garis kaki. Warna bulunya belang, antara hitam-
putih atau cokelat putih. Ambingnya besar dan panjang seperti botol, serta pada
betina yang baru saja melahirkan, produksi susunya tinggi mencapai 3L/hari/ekor.
Tinggi badan pejantan mencapai 90-130 cm dengan berat 50-95 kg, sedangkan
tinggi betina mencapai 75-95 cm dengan berat 30-65 kg. Kambing jenis lain yang
bisa ditemui di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing PE
merupakan hasil silangan kambing kacang (lokal) dengan kambing etawa (impor).
Kambing PE telah dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat di Indonesia.
Kambing PE memiliki ciri-ciri yang mirip dengan kambing Etawa, yakni bagian
hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm dan terkulai ke
bawah serta sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan cokelt. Kambing
jantan mempunyai bulu yang tebal dan agak panjang di bawah leher dan pundak,
sedangkan bulu kambing betina agak panjang terdapat di bagian bawah ekor ke
arah garis kaki. Bobot hidup kambing jantan sekitar 40 kg dan betina sekitar 35
kg.

II. Good Farming Practices dan Prinsip Kesrawan


Good Farming Practices pada domba dan kambing merupakan pedoman
dalam budidaya domba/kambing yang baik dan benar agar dapat meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas ternak, meningkatkan mutu hasil ternak
(daging), menunjang ketersediaan pangan asal ternak dalam negeri, menciptakan
lapangan kerja, serta mendorong ekspor komoditas ternak khususnya ternak
kambing dan domba. Dengan terjaminnya mutu pemeliharaan melalui Good
Farming Practices, kesejahteraan bagi hewan akan lebih terjamin. The Royal
Society for Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA) di United Kingdom
percaya bahwa kesejahteraan pada hewan ternak dapat dipenuhi melalui
pemenuhan lima kebebasan. Lima kebebasan (five freedoms) tersebut meliputi
freedom from discomfort, freedom from pain, injury, and disease, freedom from
fear and distress, dan freedom to express normal behavior.
Kesejahteraan Hewan atau Animal Welfare menurut Sumadi (2016) dapat
diartikan sebagai kondisi kecukupan dari aspek fisik dan mental (psikis) yang
memperhatikan kebutuhan dasar hewan ternak. Kesejahteraan hewan dalam
peternakan adalah memperlakukan hewan ternak sebagaimana mestinya dari
aspek fisik dan psikis hewan ternak serta layak dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya. Adapun kebutuhan dasar hewan dalam peternakan (Sumadi, 2016)
sebagai berikut:
1. Kondisi nyaman dan perlindungan yang layak
2. Kecukupan air yang bersih dan pakan untuk menjaga kesehatan
3. Kebebasan dalam bergerak
4. Kebebasan untuk berinteraksi dengan hewan lain
5. Kesempatan untuk beraktivitas sesuai dengan perilaku alaminya
6. Pencahayaan yang cukup
7. Lantai yang baik dan tidak rusak
8. Pencegahan atau diagnosa berkala, pengobatan dari yang buruk,
perlukaan, investasi parasit dan penyakit
9. Pencegahan dari pemotongan yang tidak beralasan

III. Norma Agama dalam Manajemen Pemeliharaan (Kastrasi)


Menurut agama Islam, hewan yang diperbolehkan untuk dikubankan adalah
hewan yang tidak memiliki cacat, baik cacat bawaan maupun karena kecelakaan.
Dengan melakukan kastrasi pada kambing, maka terjadi pengangkatan buah zakar
kambing yang menyebabkan kecacatan fisik pada kambing tersebut.Namun,
Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa melakukan pengebirian pada
binatang yang dipergunakan untuk konsumsi manusia adalah halal karena
pengebirian dilakukan untuk memberikan manfaat bagi manusia, yakni
meningkatkan kualitas dagingnya. Hambali mengatakan, boleh mengebiri
kambing, karena hal itu akan meningkatkan kualitas dagingnya.
Kastrasi pada hewan ditinjau dari kesejahteraan hewan merupakan tindakan
yang menentang prinsip kesrawan karena kastrasi menyebabkan hewan tidak
dapat mengekspresikan perilaku aslinya, yaitu perilaku untuk kawin. Disisi lain,
kastrasi juga dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi hewan itu sendiri
karena dapat memaksimalkan pertumbuhan dan mencegah terjadinya kanker
prostat pada hewan tersebut.

IV. Analisis Data Berat Karkas (kg) untuk 3 Jenis Kambing dalam Histogram

Berat Karkas (kg)


No
Kambing Kambing Peranakan Ettawah Kambing
Kambing
Ettawah (PE) Boer
1 30 45 30
2 35 50 45
3 40 60 40
4 45 70 60
5 50 75 80

Berat Karkas (kg)


90
80
70
60 Kambing Ettawah
Kambing PE
50
Kambing Boer
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
V. Pengujian Hipotesis perbedaan Kambing Etawa dan PE
 Situasi
Dalam suatu peternakan, terdapat kambing ettawa, kambing peranakan
ettawa, dan kambing boer
 Hipotesis
Kambing ettawa dan kambing PE berbeda dari segi fisik dan fisiologis
( μ 1≠ μ 2)
 Pengujian
Ciri-ciri kambing ettawa antara lain: telinga panjang dan terkulai ke bawah
(menjacapai 30 cm), dahi dan hidung menonjol, bobot 68-91 kg untuk
pejantan dan 36-63 kg untuk betina, bertanduk pendek, tinggi 91-127 cm
untuk pejantan dan 76-107 cm untuk betina, ambing berkembang baik, dan
produksi susu 3L/ekor/hari.
Ciri-ciri kambing PE antara lain: warna bulu belang hitam cokelat putih,
daerah belakang paha, ekor, dagu berbulu panjang, bentuk muka cembung,
ujung tanduk agak melengkung kebelakang, tinggi 90-110 cm untuk
pejantan dan 70-90 cm untuk betina. Berat sekitar 40 kg untuk pejantan
dan 35 kg untuk betina. Produksi susu 2-2,5 L/ekor/hari. Mampu bertahan
di cuaca panas/ dingin
 Kesimpulan
Kambing etawa berbeda dengan kambing PE, ciri fisiknya sama, akan
tetapi kambing PE berukuran tubuh lebih kecil dari kambing etawa. Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis benar.

VI. Asam Nukleat


Asam nukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak molekul nukleotida.
Asam nukleat banyak terdapat pada jaringan tubuh sebagai nukleoprotein (gabungan
antara asam nukleat dengan protein), dan dalam inti sel (nukleus). Asam nukleat ini
terdiri dari dua macam, yaitu DNA dan RNA. Perbedaan antara DNA dan RNA antara
lain adalah:
Pembeda DNA RNA
Letak Di dalam nukleus dan Dalam nukleus, sitoplasma,
plastida matriks, mitokondria,
plastida, dan ribosom
Bentuk rantai Double helix Single helix
Kadar Tetap Tidak tetap
Fungsi Pengendali faktor keturunan Berperan dalam aktivitas
dan sintesis protein sintesis protein RNA
Basa nitrogen Purin (Adenin dan Guanin), Purin (Adenin dan Guanin),
pirimidin (Citosin dan pirimidin (Urasil dan
Timin Citosin)
Gula Deoksiribosa Ribosa

VII. Kastrasi dan Klasifikasi Hormon


Kambing jantan yang tidak dipelihara sebagai bibit atau indukan sebaiknya
dikastrasi atau dikebiri. Kastrasi adalah menghilangkan organ pembentuk sperma
untuk jantan dan indung telur untuk betina. Waktu kastrasi untuk kambing jantan
sebaiknya dilakukan seawal mungkin, yaitu sekitar umur 1-4 bulan dengan
menggunakan cincin karet (elastator), tang penjepit (bordizo tang), atau
membuang kantung sperma. Namun, kegiatan ini tidak ekonomis karena dapat
mengakibatkan kambing stress (Sarwono, 2004).
Klasifikasi hormon berdasarkan struktur dan hakikat kimianya dapat dituliskan
sebagai berikut:

Steroid Peptida dan protein Besar Turunan Protein


Peptida Protein Besar
Testosteron Hormon Hormon Katekolamin,
Estrogen hipotalamus pertumbuhan meliputi:
Progesteron Angiotensin Prolaktin noradrenaline,
Kortikosteroid Somastostatin LH adrenaline
Vitamin D-3 Gastrin FSH Hormon tiroid,
Sekretin TSH meliputi: tiroksin
Glukagon dan Triiodotironin
Kalsitonin
Insulin
Parathormon
Tabel 2. Klasifikasi hormon berdasarkan struktur kimianya (Isnaeni, 2006)
Klasifikasi hormon berdasarkan mekanisme kerjanya antara lain:

Mekanisme Kerja Contoh Hormon


Hormon yang berikatan Androgen, kalsitriol,
dengan reseptor intrasel estrogen, glukokortikoid
Hormon yang berkaitan dengan reseptor permukaan
Second messenger berupa Antidiuretik, kalsitonin,
cAMP FSH, glukagon, LH,
paratiroid
Second messenger berupa Asetilkolin, angiotensin
kalsium atau II, gastrin, oksitosin
fosfatidilinosital (atau
gabungan keduanya)
Second messenger berupa Faktor natriuretik atrium,
cGMP nitrogen oksida
Second messenger berupa Adiponektin,
kaskade kinase atau eritropoietin, GH, insulin,
fosfatase prolaktin
Tabel 2. Klasifikasi hormon berdasarkan mekanisme kerja

Klasifikasi hormon berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:


 Lipofilik: kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
 Hidrofilik: kelompok hormon yang dapat larut dalam air

Klasifikasi hormon berdasarkan fungsinya antara lain adalah:

 Hormon perkembangan: Hormon yang memegang peranan dalam


perkembangan dan pertumbuhan dan dihasilkan oleh kelenjar gonad
 Hormon metabolisme: hormon yang mengatur proses homeostasis glukosa
dalam tubuh, seperti glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin
 Hormon tropic: hormon yang dihasilkan oleh struktur khusus dalam
pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofisis sebagai hormon
perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses
spermatogenesis (LH).
 Hormon pengatur metabolisme air dan mineral: dihasilkan oleh kelenjar
tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

VIII. Sistem Genitalia Kambing Jantan dan Betina


Kambing tergolong sebagai ruminansia kecil, sehingga memiliki glandula
accesoria yang lengkap pada traktus genitalia jantannya. Traktus genitalia pada
kambing jantan terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, ampulla, glandula
vesica seminalis, glandula prostat, glandula cowper, penis, urethra, dan glans
penis. Pada glans penis terdapat processus urethra. Glans penis pada hewan jantan
bersifat homolog dan tertutup oleh preputium dan scrotum. Penggantung testis
disebut dengan mesorchium. Dan testis dibungkus oleh skrotum yang memiliki 7
lapisan, yaitu kulit, tunika dartos, facies spermatika eksternus, musculus cremaster
eksternus, facies spermatika internus, tunika vaginalis parietal, dan tunika
vaginalis visceral. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu caput, corpus, dan
caudal.
Traktus genitalia pada kambing betina adalah ovarium (terdiri dari
infundibulum, ampulla, isthmus), uterus, vulva, dan vagina. Pada bagian oviduct,
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu infundibulum, ampulla, dan isthmus diantara
vagina dan vulva ada suatu pembatas yang disebut selaput hymen. Penggantung
uterus disebut mesomentrium dan penggantung oviduct disebut mesoalphinx.

.
IX. Peranan Growth Hormon pada Babi Pasca Kastrasi
Growth hormon atau somatotrophin merangsang pertumbuhan pada jaringan
tubuh ternak. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitary anterior dan memicu
pelepasan sekelompok hormon dari hati dan jaringan lain yang dikenal dengan
Insulio-Like-Growth Factor (IGFs). IGFs memiliki senyawa anti-virus yang
menyerupai insulin dan berperan dalam sintesis protein yang dihubungkan dengan
somatotrophin.
Peran GH dalam proses pasca kastrasi pada babi adalah membuat daging
babi menjadi lebih empuk dan berkualitas bagus karena mengandung sedikit
lemak. GH juga berperan dalam penggemukan babi yang dikastrasi karena protein
yang distimulir olehGH akan tersuplai ke dalam tubuh, tidak ke saluran genital
babi.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi dan data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa :
 Kambing memiliki karakteristik yang berbeda dengan domba.
 Setiap jenis kambing memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.
 .Good Farming Practices dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
populasi, produksi dan produktivitas ternak, meningkatkan mutu hasil ternak
(daging), menunjang ketersediaan pangan asal ternak dalam negeri, menciptakan
lapangan kerja, serta mendorong ekspor komoditas ternak.
 Prinsip kesrawan meliputi the five freedoms.
 Asam nukleat terdiri dari DNA dan RNA.
 Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya, mekanisme kerja,
sifat, dan fungsinya.
 Traktus genitalia kambing jantan adalah testis, epididimis, vas deferens, ampulla,
glandula vesica seminalis, glandula prostat, glandula cowper, penis, urethra, dan
glans penis.
 Traktus genitalia kambing betina adalah ovarium (terdiri dari infundibulum,
ampulla, isthmus), uterus, vulva, dan vagina.

F. Luaran Pembelajaran
Setelah melakukan diskusi mengenai “Penggemukan kambing”, mahasiswa dapat lebih
mengerti prosedur kastrasi dan dampaknya ditinjau dari norma agama dan prinsip
kesejahteraan hewan, memahami sistem genitalia kambing dan klasifikasi hormon pada
hewan, serta mengetahui pengaruh Growth Hormon dalam proses pasca kastrasi pada
babi.

G. Referensi
Hasan, M. R. A., Yamin, M., Rahayu, S. (2018). Model Evaluasi Penerapan Good
Farming Practice pada Peternakan Domba di PT Tawakal Farm Bogor. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 6(2). 60.
Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Mulyono, S. (2011). Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya
Sarwono, B., Mulyono, S. (2004). Penggemukan Kambing Potong. Jakarta: penebar
Swadaya
Sumadi, I. K. (2016). Sosial Budaya dan Kesejahteraan Ternak. Denpasar: Fakultas
Peternakan Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai