Anda di halaman 1dari 25

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan

makanan berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting dalam kehidupan

masyarakat.Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan

diambil produksinya, berupa daging,dan susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari

berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi, domba, dan kerbau,Ternak

potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai

produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk

diambil tenaganya.

Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi

intensif,danintensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif

hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan

sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi

tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari.

Iklim di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang

ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus.

Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-

100 persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress

pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta

konsumsi pakan menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah.


2

Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan

kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja ini

adalah mengetahui bagaimana sistem perkandangan pada sapi potong, mengetahui

jenis pakan, mengetahui cara penentuan BCS (Body Condition Score),


3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Potong

Sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan

usaha. Sedangkan dari segi pemeliharaan sendiri, tujuan ternak sapi potong

dikenal ,yaitu:usaha,pemeliharaan.sapi,potong.bibit.bertujuan,pengembangbiakan

sapi potong. Keuntungan yang di harapkan adalah hasil keturunanya. Usaha

Pemeliharaan sapi potong bakalan bertujuan memelihara sapi potong dewasa,

untuk selanjutnya digemukkan. Keuntungan yang di harapkan adalah hasil

pengemukan. Pemilihan sapi potong bibit dan bakalan yang akan dipelihara, akan

tergantung dengan selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki.

Namun secara umum yang menjadi petani peternak, adalah sapi potong yang pada

umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan, dan yang

paling.mjudah.pemasaranya.(Murtidjo,1990).

Di indonesia cukup banyak dikenal sapi potong lokal, jenis sapi potong

impor, maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan lewat

kawin suntik (inseminasi buatan). Penilaian keadaan individual sapi potong yang

akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya

berdasarkapada umur, bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan dan temperamen.

Namun secara praktis yang umumnya dipergunakan dalam penilaian individual,

adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari

bagian-bagian tubuh, normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut

silislah tidsak terlepas dari faktor genetis sapi potong. (Murtidjo, 1990).
4

2.2 Jenis-Jenis Sapi Potong

Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun

ciri-ciri umum sapi potong adalah tubuh besar, badan simetris (berbentuk segi

empat/balok), kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat serta efisiensi

pakan tinggi.

Secara umum karakteristik ternak sapi adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub Class : Plasentalia

Ordo : Ungulata

Sub Ordo : Archolactyla

Rumpun : Selonodonta

Famili : Bavodae

Genus : Bos

Sub Genus : Taurina, Bisantia, Bibavina, Bubolina,


Lepsoburina

Spesies : Bos Indicus, Bos Taurus, Bos Sondaicus


5

1. Sapi Bali

Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia hasil domestikasi dari

banteng (Bibos banteng). Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang

kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi bali

bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus.

Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali di

klasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos.

Sapi bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan hanya mengalami

perubahan kecil dibandingkan dengan leluhur liarnya (Banteng). Warna sapi

betina dan anak atau muda biasanya coklat muda dengan garis hitam tipis terdapat

di sepanjang tengah punggung. Warna sapi jantan adalah coklat ketika muda

tetapi kemudian warna ini berubah agak gelap pada umur 12-18 bulan sampai

mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi akan tetap

berwarna coklat. Pada kedua jenis kelamin terdapat warna putih pada bagian

belakang paha (pantat), bagian bawah (perut), keempat kaki bawah (white

stocking) sampai di atas kuku, bagian dalam telinga, dan pada pinggiran bibir atas.

(Hardjosubroto dan Astuti, 1993)


6

Karakteristik Sapi Bali memiliki kemampuan untuk mempertahankan

kondisi dan bobot badannya meskipun dipelihara di padang gembalaan yang

kualitasnya rendah. Disamping itu, kemampuannya mencerna serat dan

memanfaatkan protein pakan lebih baik daripada sapi lainnya. Pada umur 1,5

tahun bobot sapi bali mencapai 217,9 kg. Dari segi produksi karkas, sapi bali

memiliki persentase karkas yang tinggi dari pada sapi unggul lainnya. Persentase

karkas sapi bali berkisar 56-57%.

2. Sapi Ongole

Sapi Ongole berasal dari India, tepatnya di Kabupaten Guntur, Provinsi

Ndra Pradesh dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sapi Ongole

merupakan jenis ternak berukuran sedang, dengan gelambir yang longgar dan

menggantung. Badannya panjang sedangkan lehernya pendek, kepala bagian

depan lebar diantara kedua mata, bentuk mata elips dengan bola mata dan sekitar

mata berwarna hitam. Telinga agak kuat, ukuran 20-25 cm dan agak menjatuh.

Tanduk pendek dan tumpul, tumbuh ke depan dank e belakang. Pada pangkal

tanduk tebal dan tak ada retakan.

Warna sapi Ongole yang popular adalah putih. Sapi jantan pada kepalanya

berwarna abu tua, pada leher dan kakai kadang-kadang berwarna hitam. Warna

ekor putih, kelopak mata putih dan otot berwarna segar, kuku berwarna cerah dan

badanberwarnaabu tua. Sapi ini lambat dewasa, pada umur 4 tahun mencapai

dewasa penuh. Bobot jantan sampai 600 kg dan betina 300-400 kg dengan berat
7

lahir 20-25 kg, presentase karkas 45-58% dengan perbandingan daging : tulang

3,23 : 1.

3. Sumba Ongole (SO)

Sapi sumba ongole adalah sapi keturunan sapi liar Bos Indicus yang

berhasil dijinakan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu Sumba Ongole (SO) dan Sapi Peranakan Ongole (PO). Sumba

Ongole adalah keturunan murni sapi Nellore dari India yang didatangkan tahun

1914. Sapi ini dikembangkan secara murni di Pulau Sumba dan merupakan

sumber indukan sebagian besar Ongole di dalam negeri. Sapi Sumba

Ongole gampang dikenali. Warna kulitnya putih, disekitar kepala sedikit lebih

gelap cenderung abu-abu. Postur tubuhnya agak panjang, leher sedikit pendek dan

kaki terlihat panjang (baca : Sapi Sumba Ongole Plasma Nutfah Pulau Sumba).

Bobot maksimal sapi dewasa 600 kg dan sapi betina dewasa 400 kg. Persentase

karkas 45-58% dan perbandingan daging serta tulang 4,25 :1.

4. Sapi Peranakan Ongole (PO)

Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di

bidang pertenakan yang disebut ongolisasi mengawinsilangkan sapi SO dengan

sapi Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi

peranakan ongole (PO).

Sapi peranakan ongole memiliki bulu berwarna putih atau kelabu, bentuk

kepala pendek melengkung, telinga panjang menggantung, dan perut agak besar.

Pada sapi PO jantan, kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada


8

lututnya, mata besar terang, dan dilingkari kulit berjarak sekitar 1 cm dari mata

berwarna hitam.

Ciri khas yang membedakan sapi PO dengan sapi-sapi lainnya adalah

ponok di atas gumba, kaki panjang berurat kuat, serta ada gelambir

menggelantung dari bawah kepala, leher sampai perut. Saat dewasa, jantan PO

bisa mencapai bobot sekira 600 Kg dan yang betina rata-rata 450 Kg.

Pertambahan bobot sapi PO berkisar antara 0,4—0,8Kg/hari.

5. Sapi Madura

Sapi Madura adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang

terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu

(Hardjosubroto dan Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran

terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan

caplak (Anonimus, 1987). Karakteristik sapi Madura sudah sangat seragam, yaitu

bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak

kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan

peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba.

Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura :

Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.

Paha belakang berwarna putih.

Kaki depan berwarna merah muda.

Tanduk pendek beragam.


9

Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya

berukuran 15-20 cm. Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk

walaupun berukuran kecil. Secara umum, Sapi

6. Sapi Brahman

Sapi Brahman merupakan sapi yang berasal dari India, termasuk dalam

Bos Indicus, yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Jenis yang utama aalah

Kankrej (Guzerat), Nelore, Gir, dan Ongole. Ciri-ciri sapi Brahman mempunyai

punuk besar dan gelambir yang memanjang berlipat-lipat dari kepala ke dada.

Memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, daya tahan terhadap panas juga lebih

baik dari sapi Eropa karena lebih banyak memiliki kelenjar keringat, kulit

berminyak di seluruh tubuh yang membantu resistensi terhadap parasit.

Karakteristik sapi Brahman berukuran sedang dengan berat jantan dewasa

800-1000 kg, sedangkan betina 500-700 kg, berat pedet yang baru lahir antara 30-

35 kg, dan dapat tumbuh cepat dengan berat sapih kompetitif dengan jenis sapi

lainnya. Presentase karkas 48,6 – 54,2%, dan pertambahan berat harian 0,83 – 1,5

kg.

Sapi Brahman memiliki warna yang bervariasi, dari abu-abu muda, merah

sampai hitam. Kebanyakan berwarna abu muda dan abu tua. Sapi jantan berwarna

lebih tua dari sapi betina dan memiliki warna gelap di daerah leher, bahu, dan

paha bagian bawah. Sapi Brahman daspar beradaptasi dengan baik terhadap

panas, mereka dapat bertahan dari suhu 8 – 105 oF, tanpa gangguan selera makan
10

dan produksi susu. Sapi Brahman banyak dikawin silangkan dengan sapi Eropa

dan dikenal dengan Brahman Cross (BX).

7. Sapi Brahman Cross (BX)

Menurut Minish dan Fox (1979) dalam (Priyo 2008) sapi Brahman hasil

persilangan dengan Hereford disebut dengan Brahman Cross (BX).

Masih dalam Priyo (2008), Turner (1977) menambahkan bahwa Sapi

Brahman Cross (BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun CSIRO’S Tropical

Cattle Research Centre di Rockhampton Australia. Materi dasarnya adalan

American Brahman, Hereford dan Shortron. Sapi BX mempunyai proporsi 50%

darah Brahman, 25% darah Hereford, dan 25% darah Shorthron. Secara fisik

bentuk fenotip sapi BX lebih cenderung mirip sapi American Brahman karena

proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas,

bentuk kepala dan telinga besar menggantung. Sedangkan warna kulit sangat

bervariasi mewarisi tetuanya. Di Indonesia sapi BX di impor dari Australia sekitar

tahun 1973 namun penampilan yang dihasilkan tidak sama dengan di Australia.

Sapi BX mempunyai sifat-sifat seperti :

Presentase kelahiran 81,2%.

Rataan bobot lahir 28,4 kg, bobot umur 13 bulan mecapai 212 kg dan umur 18

bulan bisa mencapai 295 kg.

Angka mortalitas postnatal sampai umur 7 hari sebesar 5,2%, mortalitas sebelum

disapih 4,4%, mortalitas setelah sapih sampai umur 15 bulan sebesar 1,2% dan

mortalitas dewasa sebesar 0,6%.


11

Daya tahan terhadap panas cukuo tinggi karena produksi panas basal rendah

dengan mengeluarkan panas yang efektif.

Ketahanan terhadap parasit dan penyakit sangat baik, serta

Efisiensi penggunaan pakan terletak antara sapi Brahman dan persilangan

Hereford Shorthron (Turner,1997 dalam Priyo, 2008).

7. Sapi Hereford

Sapi Hereford berasal dari sapi Eropa yang dikembangkan di Inggris, berat

jantan rata-rata 900 kg dan berat betina 725 kg. Bulunya berwarna merah kecuali

bagian muka, dada, perut bawah, dan ekor berwarna putih. Bentuk badan

membulat panjang dengan ukuran lambung besar. Sebagian sapi bertanduk dan

lainnya tidak.

8. Sapi Brangus

Sapi brangus merupakan hasil persilangan sapi betina Brahman dan

pejantan angus. Cirri khasnya adalah warna hitam dengan tanduk kecil. Sifat

Brahman yang diwarisi brangus adalah dengan adanya punuk, tahan udara panas,

tahan gigitan serangga dan mudah menyesuaikan diri dengan pakan yang mutunya

kurang baik. Sedangkan sapi angus yang diturunkan produktivitas daging dan

presentase karkasnya tinggi.

9. Sapi Aberden Angus

Sapi angus (Aberden Angus) berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sapi ini

tidak memiliki tanduk umur dewasa sapi angus adalah 2 tahun, hasil karkas tinggi,
12

sebagai penghasil daging dan tidak digunakan sebagai penghasil susu. Anak pedet

ukurannya kecil sehingga induk tidak mengalami banyak stress saat proses

melahirkan. Untuk memperbaiki genetic sapi ini sering dikawin silangkan dengan

sapi lain, misalnya sapi Brahman. Hasl persilangan disebut Brangus (Brahman

Angus).

Di Indonesia sapi angus diperkenalkan pada tahun 1973 dari Selandia

Barudi beberapa tempat di jawa tengah. Ciri sapi ini berbulu hitam legam,

berukuran agak panjang, keriting dan halus. Tubuhnya kekar padat, rata, panjang

dan ototnya kompak, tidak bertanduk dan kakinya pendek. Berat sapi jantan 900

kg sedangkan betina 700 kg. presentase karkas 60%, dengan mutu daging sangat

baik dengan lemak yang menyebar dengan baik di dalam daging.

10. Sapi Shorthorn

Sapi ini sama dengan sapi Hereford yaitu sama-sama dikembangkan di

Inggris. Bobot sapi jantan mencapai 1100 kg dan sapi betina 850 kg. Bulunya

berbentuk merah dan putih. Bentuk tubuh bagus dengan punggung lurus.

Pertumbuhan ototnya kompak. Sebagian sapi bertanduk pendek, tetapi

kebanyakan tidak bertanduk.

11. Sapi Droughmaster

Merupakan persilangan antara betina Brahman dan jantan shortron,

dikembangkan di Australia. Banyak dijumpai di peternakan besar di Indonesia.


13

Sifat Brahman lebih dominan, badannya besar dan otot padat. Warna bulu merah

coklat muda hingga merah atau coklat tua. Pada ambing sapi betina terdapat

bercak putih.

12. Sapi Santa Gertrudis

Sapi ini merupakan sapi hasil persilangan sapi Brahman dengan sapi

betina shorthorn, dikembangkan pertama kali di King Ranch Texas AS tahun

1943 dan pada tahun 1973 masuk ke Indonesia. Bobot jantan rata-rata 900 kg dan

betina 725 kg. Badan sapi besar dan padat. Seluruh tubuh dipenuhi bulu halus dan

pendek serta berwarna merah kecoklatan. Punggungnya lebar dan dada berdaging

tebal. Kepala lebar, dahi agak berlekuk dan mukanya lurus. Gelembir lebar berada

di bawah leher dan perut. Sapi jantan berpunuk kecil dan kepalanya bertanduk.

Berat sapi jantan mencapai 900 kg sedang betina 725 kg. Dibanding sapi Eropa

sapi santa gertrudis mempunyai toleransi terhadap panas yang lebih baik dan

pakan yang sederhana dan tahan gigitan caplak.

13. Sapi Simmental

Sapi Simmental berasal dari Swiss, dipublikasikan pertama kali pada tahun

1806. Pada tahun 1990 bulu sapi Simmental berwarna kuning, merah dan putih.

Pada dewasa ini kebanyakan berwarna hitam. Peternak berkeyakinan sapi hitam

mempunyai harga yang lebih baik.

Sapi Simmental adalah jenis sapi jinak dan mudah dikelola, dan dikenal

dengan pola daging yang ekstrim. Sapi yang asli badannya besar dengan tulang

iga yang dangkal, tetapi akhir-akhir ini tubuh yang sedang lebih disenangi. Sapi
14

jantan beratnya 1000 – 1400 kg, sedang betina 600 – 850 kg. Masa produksi sapi

betina 10 – 12 tahun.

14. Sapi Limousine

Sapi limousine merupakan sapi keturunan eropa yang berkembang di

Prancis. Tingkat pertambahan bobot badan yang tinggi perharinya 1,1 kg. ukuran

tubuhnya besar dan panjang serta dadanya lebar dan berdaging tebal. Bulunya

berwarna merah mulus, sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada

bagian lututke bawah berwarna terang tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan

agak melengkung, bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg.

2.3 Body Conditioning Score (BSC)

Body Conditioning Score (BCS) atau penilaian skor kondisi tubuh

sekarang sudah menjadi alat atau sarana untuk mendeteksikemungkinan adanya

ganggungan atau kelainan pada ternak terutama sapi. Apabila BCS hasil penilaian

rendah sedangkan jumlah pakan yang diberikan relatif sama dengan lainnya

artinya pakan diberikan dalam kualitas dan kuantitas yang memadai maka perlu

diwaspadai adanya gangguan penyakit.

Pengukuran BCS hendaknya dilakukan berkala untuk mengetahui sejauh

mana perkembangan dari individu ternak yang dipelihara. Nilai ini nantinya

sebagai salah satu acuan dalam pengaturan pemberian pakan. Apabila nilai rendah

hendaknya perlu perlakuan khusus dalam pemberian pakannya.

Skala BCS yang umum diketahui dari nilai terendah 1,0 dan tertinggi 5,0.

Ternak yang kondisinya sangat kurus dengan nilai BCS 1, sedangkan nilai BCS 5

menandakan ternak sangat gemuk. Nilai BCS yang ideal dikisaran angka 3.
15

Penilaiannya harus memerlukan keahlian dalam menguasai titik-titik fokus bagian

tubuh ternak/sapi secara baik. Latihan yang kontinyu dan teratur menjadikan

pengamatan peka dalam menentukan berpa nilainya. Semakin sering melakukan

penilaian maka semakin akurat penilaiannya.

Nilai BCS 1, sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Tonjolan tulang rusuk terlihat jelas

 Terlihat tonjolan tulang-tulang pad abagian pundak, pinggang dan pantat

 Legokan cukup tajam antara tulang pangkal ekor (hip bone) dan pin bones

Nilai BCS 2, sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Tulang rusuk dapat dirasakan jika diraba, namun tidak terlihat adanya

penonjolan

 Ujung dari iga berasa dan bagian atas dapat diraba dengan mudah

 Sedikit penutupan jaringan lemak pada pangkal ekor

Nilai BCS 3, sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Tidak ada legokan sekitar pangkal ekor

 Jaringan lemak dapat diraba dengan mudah pada seluruh bagian Pelvis

dapat diraba dengan sentuhan

 Jaringan lemak yang melingkupi bagian permukaan tulang iga masih dapat

diraba dengan sedikit tekanan sekitar daerah ini.

Nilai BCS 4, sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:


16

 Gumpalan lemak dapat dilihat disekitar pangkal ekor

 Pelvis/pinggul dapat diraba dengan menekannya ujung iga sudah tidak

dapat diraba lagi.

Nilai BCS 5, sapi dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Pangkal ekor tertutup oleh jaringan lemak yang teal

 Tulang pelvis/panggul tidak dapat diraba lagi walau ditekan

 Ujung iga tertutup dengan jaringan lemak yang tebal.

2.4 Kandang
Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam usaha

peternakan. Kandang adalah struktur atau bangunan di mana hewan ternak

dipelihara. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak

berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. Terdapat

banyak sekali jenis kandang, baik berdasarkan tipe maupun bahan yang digunakan

untuk membuat kandang tersebut, sedangkan penggunaannya disesuaikan dengan

kebutuhan. secara tidak langsung kandang juga mempengaruhi kualitas dan

kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan menambah pendapatan

bagi para pemiliknya. Kali ini saya akan membahas tentang fungsi dan syarat-

syarat suatu kandang.

A. Fungsi kandang

1. Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian

pakan, minum, pengelolaaan kotoran/ limbah dan perkawinan.


17

2. Menjaga keamanan ternak dari pencurian.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

4. Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrim (panas,

hujan dan angin).

5. Mencegah dan melindungi ternak dari penyakit.

B. Persyaratan kandang

Pembuatan kandang untuk ternak perlu memperhatikan beberapa persyaratan

antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi kandang,

pembuangan kotoran), efisiensi pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.


18

III METODOLOGI

3.1 Waktu danTempat.

Pelaksanaan praktikum mata kuliah Ternak Potong di dan Kerja dikukan

pada hari Minggu, 17 Desember 2017, Pukul 08 : 00 WITA, bertempat di UPTD

Pembibitan Ternak Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Daerah Provinsi

Sulawesi Tengah, Kabupaten Sigi, Kota Palu

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah Kertas, polpen, serta bahan
yang digunakan sebagai bahan adalah 3 ekor sapi untuk tiap individu.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada paraktikum kali ini adalah, pertama-tama kita menyiapkan

tiga sapi, kemudian di lakukan pengamatan dengan melihat umur pada ternak ,

BCS pada ternak ,kurus atau tidaknya ternak, serta pelemakan pada pangkal ekor.
19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari praktikum yang saya lakukan, maka hasil yang saya dapatkan adalah

sebagai berikut :

1. Ternak pertama Ukuran BCS 3

No KONDISI PADA TERNAK PENILAYAN TERNAK


1 Jenis kelamin Laki-Laki
2 Taksiran umur 1 Tahun 8 Bulan
3 Kurus dan fisik lemah X
4 Perdaginggan tidak ada X
5 Tulang belakang kelihatan 
6 Tulang rusuk kelihatan X
7 Tulang hip dan pin kelihatan menonjol 
8 Pelemakan pada berisket dan plank X
9 Perlemkan pada ambing dan pangkal ekor X
10 Menurut saya ternak
tersebut memiliki fisik
yang kuat tida lemah serta
perdagingan ada dan
Kesimpulan tulang rusuk belakang
tidak kelihatan karena
BCS pada ternak
memenuhi syarat dalam
peternakan sapi potong.
20

2. Ternak pertama Ukuran BCS 2

No KONDISI PADA TERNAK PENILAYAN TERNAK


1 Jenis kelamin Laki-Laki
2 Taksiran umur 1 Tahun 4 Bulan
3 Kurus dan fisik lemah X
4 Perdaginggan tidak ada X
5 Tulang belakang kelihatan X
6 Tulang rusuk kelihatan 
7 Tulang hip dan pin kelihatan menonjol 
8 Pelemakan pada berisket dan plank 
9 Perlemkan pada ambing dan pangkal ekor X
10 Dari hasil pengamatan
yang saya liat dari ternak
tersebut dapat saya
simpulkan bahwa ternak
tersebut memiliki bobot
badan yang BCS 2
Kesimpulan sehingga tulang rusuk dari
ternak tersebut masi
kelihatan dan pelemakan
pada berisket dan plank
belum tercapai kemudia
tulang hip dan pin
kelihatan menonjol pada
ternak tersebut .
21

3. Ternak pertama Ukuran BCS 3

No KONDISI PADA TERNAK PENILAYAN TERNAK


1 Jenis kelamin Laki-Laki
2 Taksiran umur 2 Tahun 3 Bulan
3 Kurus dan fisik lemah X
4 Perdaginggan tidak ada X
5 Tulang belakang kelihatan X
6 Tulang rusuk kelihatan 
7 Tulang hip dan pin kelihatan menonjol 
8 Pelemakan pada berisket dan plank X
9 Perlemkan pada ambing dan pangkal ekor X
10 Dari pengamatan saya
pada ternak yang ketiga
saya amati memiliki postur
tubu yang ideal yaitu
memiliki BCS 3 yang
Kesimpulan mempunyai perdagingan
yang cukup Bagi
pengusaha ternak sapi
potong serta tulang hip dan
pin tidak kelihatan
menonjol terjadi
penggemukan pada
ekornya dan fisik pada
ternak tidak lemah atau
tidak dalam keadaan saki.
22

4.2 Pembahasan

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya

cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.

Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan

sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan

pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah

atau ladang.Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung

dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi

dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda

penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling

bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk

jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya

berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun,

apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang

harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang

lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah

timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan

mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering

sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang

pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti

creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.

Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk

kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih
23

tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar

kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah

mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah

kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak

boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.

Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.

Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh

kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak

minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang.

Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah

sawah/ladang.
24

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. dari ketiga ternak tersebut dapat saya simpulkan bahwa proses penggemukan

dilihat dari umur pada ternak juga sehingga dapatkan hasil yang bisa

memuaskan baik dalam penggemukan pelemakan pada brisket plank sampai

pada pangkal ekor.

2. Dari yang saya amati pada ternak tersebut proses penggemukannya selama 1

THN 2 bulan – 1 THN 5 bulan proses tersebut mengunakan pakan berupa

batang jagung yang telah di potong-potong agar ternak tidak memilih bagian

pucuk pada batang jagung tersebut, kemudian kosentrat yang diberikan pada

ternak 1 minggu 1 kali dan rumput gaja sebagai makanan yang diberikan

pada ternak tersebut.

3. kemudian proses penjualan tersebut dilakukan 1 tahun 1 kali pada bulan 10 atau

pada hari raya kurban.

5.2 Saran.

Saran dari saya , untuk mendapatkan hasil ternak yang mempunyai bobot

badan yang sempurna atau memuaskan peternak harus memperhatikan kandang

karena dari kandang yang bersi akan menghasilkan produksi ternak yang baik

ketika kandang kita kotor makan sumber penyakit akan muda masuk dan
25

menyerang ternak tersebut selanjutnya pada prpses pemberian padan kalau boleh

saran pemberian kosentrat harus di tambah 1 minggu 4 kali agar bobot badan pada

ternak bisa maksimal dan memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai