Dosen Pengampu :
Dewi Marfu’ah Kurniawati, S.Gz, M.Gizi
Fitriyono Ayustaningwarno, STP, M.Si
Ninik Rustanti, STP, M.Si
Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Aulia Larasati Ditrakusuma (22030122140112)
2. Ellyra Rahma Azalia (22030122040114)
3. Alya Nabila Resa (22030122140116)
4. Sandrina Diah Prastiwi (22030122140120)
B. JENIS UNGGAS
1. Unggas Penghasil Daging
Jenis unggas yang potensial digunakan sebagai sumber daging adalah
ayam dan itik:
1. Ayam kampung
Ayam ini dikenal sebagai ayam buras (bukan ras) atau ayam lokal. 1 Ayam
kampung yang dapat digolongkan sebagai tipe pedaging yaitu pelung, nagrak,
gaok, dan sedayu.2 Ayam kampung dapat diketahui dari bentuk tubuh yang
ramping, kaki yang panjang, dan warna bulu yang beragam. Salah satu ciri
khasnya adalah sifat genetisnya yang tidak seragam. Sifat fenotipe dan
genotype ayam kampung masih sangat bervariasi seperti warna bulu yang
tidak seragam, yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola kolumbian, dan bulu lurik.3
Ayam Pelung
Ayam Nagrak
Ayam Gaok
Ayam Sedayu
2. Ayam ras pedaging
Sudah mengalami pemuliaan
sehingga merupakan ayam pedaging yang
unggul. Ayam pedaging adalah ayam yang
berumur dibawah delapan minggu
dimana dagingnya lembut (empuk dan gurih)
dengan bobot 1,3 –2,0 kg.1 Ayam ras
pedaging merupakan salah satu
komoditas yang tergolong paling popular dalam
dunia agribisnis peternakan di Indonesia.4
3. Ayam Cull
Ayam cull adalah ayam pedaging yang berasal dari ayam petelur yang
sudah afkir. Ayam petelur yang tidak memenuhi standar akan diafkir dan
dijadikan ayam pedaging.1
2.
Unggas Non-Ayam
1. Puyuh
Daging puyuh dikonsumsi untuk makanan manusia terutama di Asia dan
Eropa. Burung puyuh berasal dari Taiwan dan banyak diantaranya telah
disilangkan dengan burung puyuh lokal. Disamping dagingnya, ternyata
bagian terbesar dari hasil puyuh yang dikonsumsi orang adalah telurnya. Telur
puyuh mempunyai bobot 8,25 – 10,1 gram, warnanya bisa coklat tua, biru,
putih dan kuning, bercak coklat, hitam dan biru. Dengan dicampur madu dan
merica, telur burung dapat menambah vitalitas kaum pria. Telur puyuh juga
dapat menghaluskan kulit wanita dengan cara direbus dengan bumbu bawang
putih dan garam. Daging puyuh Betina bobotnya 110 – 160 gr sedang yang
jantan 100 – 140 gr.1
Itik serati adalah itik hasil kawin silang antara entok (Cairina
moschata) dengan itik (Anas platyrynehos var domestica) tidak
terbang, penampilannya tenang, tidak berisik. Serati tidak
menghasilkan keturunan karena terdapat potensi untuk dikembangkan
sebagai itik pedaging, tumbuh cepat, dan bebas dari bau yang tidak
disukai. Pada umur Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Pangan 50 8
minggu dapat mencapai bobot 3 kg.itik ini banyak dikembangkan di
Taiwan dan Thailand.1
Itik cherry dari Inggris setiap hari pertambahan berat dapat mencapai
55 gr.hal ini berarti dalam waktu 47 hari itik cherry valey sudah
mencapai berat ideal. Jenis itik petelurnya dapat mencapai 275 butir
per tahun, konsumsi ransum rata-rata 3.29 – 3.67.1
3. Entok
Di Eropa, entok diternakan dengan teknik penggemukan yang disebut
noodling, dengan pemberian sejenis bakmi dari tepung jagung, oat dan barley.
Dengan teknik penggemukan tersebut dihasilkan entok yang bagus dengan
hati yang besar. Hati entok inilah kelak merupakan bahan mentah makanan
lezat yang disetub pate de foie gras (“paste of fat liver”).1
Entok (Cairima moschata), dikenal juga sebagai mentok atau di Inggris
(muscowy duck). Di pulau Jawa dan Kalimantan Selatan, entok umumnya
dimanfaatkan sebagai “mesin tetas hidup” karena tinggi daya potensi
pengeramannya.1
Seperti halnya unggas lain, entok merupakan penghasil daging dengan
biaya produksi rendah, relatif tahan penyakit serta mudah memeliharanya.
Dengan teknik pemuliaan, kini dapat dihasilkan entok dengan produksi 150
butir/tahun. Karena kadar lemaknya lebih rendah dari 18 persen dibanding itik
25 – 30 persen, maka entok merupakan daging yang banyak digemari di Italia
dan Perancis karena lezat rasanya, di Perancis entok dikenal sebagai “Barbary
duck”.1
4. Burung Unta
Burung unta merupakan burung asli Afrika, tetapi sekarang telah
menyebar (diternakkan) ke seluruh dunia. Burung unta pertama kali
dibudidayakan di Afrika Selatan sejak 100 tahun yang lalu. Burung unta jantan
disebut rooster sedangkan yang betina disebut hen.1
Burung unta mempunyai berat antara 90 sampai 135 kg, dengan kebutuhan
pakan sekitar 3,5 kg per hari. Mereka juga dapat hidup tanpa air dalam waktu
yang lama. Burung unta mampu bertelur sebanyak 15 sampai 60 butir per
tahun. Ukuran telurnya adalah panjang 6 inci, lebar 5 inci dan berat sekitar
1600 gram per butir. Sebutir telur burung unta setara dengan 2 Mata Kuliah
Pengetahuan Bahan Pangan 51 lusin telur ayam. . Telur unta dapat dimasak
selama 1 sampai 1,5 jam. Telur akan menetas dalam waktu 40 hari. Burung
unta menghasilkan telur sebanyak 20 - 120 butir per musim, tetapi jika
dibudidayakan maka produksi telurnya rata-rata 30 - 60 butir per musim.1
Burung unta disembelih berdasarkan ukuran tubuhnya. Parameter yang
sering digunakan adalah lingkar dada di depan sayap dengan ukuran ideal 110
- 112 cm. Berat ideal pada waktu dipotong adalah 200 - 240 lb. Setelah
diproses akan menghasilkan daging tanpa tulang sebanyak 90 - 100 lb. Umur
pada waktu disembelih biasanya 12 - 14 bulan.1
5. Kalkun (Turkey)
Daging kalkun tersedia dalam bentuk segar dan beku. Kalkun segar mudah
rusak, seperti jenis daging lainnya. Sedangkan kalkun beku dapat tahan sampai 6
bulan. Daging kalkun beku harus dicairkan atau dithawing di dalam lemari es atau
refrigerator. Jangan dithawing pada suhu kamar atau dengan air hangat, karena
dapat menyebabkan bakteri dapat berkembang dengan cepat, meskipun bagian
dalam daging kalkun masih beku. Kalkun beku dapat juga dicairkan pada air
dingin yang mengalir, tetapi cara ini tidak disarankan. Kalkun beku yang sudah
dithawing tidak boleh dibekukan kembali. Daging kalkun tersebut akan
kehilangan nilai gizi, tekstur dan citarasanya. Daging kalkun mempunyai bagian
daging merah dan daging putih. Daging putih proporsinya sekitar 52 persen,
bagian dada 41 persen dan sayap 11 persen. Daging kalkun mengandung protein
tinggi dan rendah lemak. Disamping itu merupakan sumber zat besi, fospat, seng,
kalium dan vitamin B yang baik.1
Potongan sayap dapat didapat dari hasil daerah persendian antara lengan atas
dengan scapula. Penimbangan bagian sayap setelah pemotongan sendi bahu yang
sudah termasuk bagian karkas yang sudah dipisahkan dari kepala, kaki bulu, dan
jeroan sering disebut bobot karkas.6
Potongan paha diperoleh dari hasil daerah tulang paha dan dipisahkan dengan
persendian pinggul dan daerah persendian hingga lutut. Penimbangan bagian paha
setelah tulang femur yang sudah termasuk bagian karkas yang sudah dipisahkan dari
kepala, kaki bulu, dan jeroan atau sering disebut bobot karkas.6
Daging pada karkas paling banyak terdeposisi pada bagian dada (breast), paha
atas (thighs) dan paha bawah (drumstick). Sekitar 70% pada bagian dada dan paha
atas adalah daging serta lebih sedikit lagi pada bagian paha bawah. Punggung
merupakan potongan yang paling sedikit dagingnya.6
Secara umum komposisi daging ayam terdiri dari 18-20% protein, 3-7% lemak, 71-
75% air, 1-3.5% abu atau nonprotein.
Jenis Daging Persentase komposisi kimia daging (%)
Snyder
air protein lemak abu
dan Orr (1984)
Ayam:
-Daging putih 73,7 23,4 1,9 1,0
-Daging merah 73,7 20,6 4,7 1,0
Kalkun 58,3 20,1 20,2 1,0
Itik 52,7 10,9 35,8 0,4
Komposisi protein dalam daging ayam sangat berdampak penting untuk proses
pengolahan, kualitas sensori, maupun kualitas gizinya. Protein dianggap sebagai
komponen penting dari daging ayam karena protein tersebut mengandung asam amino
yang penting bagi tubuh manusia dan berkontribusi dalam pengolahan dengan
memberikan fungsi spesifik.7
Protein unggas bermutu tinggi karena mengandung semua asam amino essensial yang
dibutuhkan manusia. Kadar protein ayam sekitar 20% dengan susunan asam amino yang
lengkap dan seimbang sehingga protein tersebut bermutu sangat tinggi. Daging ayam,
terutama daging bagian dada ternyata merupakan sumber vitamin B (terutama niasin,
riboflavin dan tiamin) yang sangat tinggi. Seperti jenis daging lainnya, daging ayam juga
mempunyai meat factor yang membantu penyerapan zat besi oleh tubuh.8 Kandungan total
protein ayam pada otot putih lebih tinggi dibandingkan pada otot merah. Total protein yang
lebih tinggi dalam otot putih adalah pada protein struktural yaitu aktin dan myosin. Pigmen
daging terutama tersusun atas dua macam protein yaitu hemoglobin dan mioglobin. Dalam
daging yang baik kadar mioglobin lebih besar dari kadar hemoglobin yaitu sekitar 80-90
persen dari total pigmen. Perbedaan daging dada dan daging paha pada ayam sangat kontras.
Daging dada berwarna agak putih sedangkan daging paha berwarna lebih merah. Perbedaan
tersebut disebabkan kandungan mioglobin pada paha lebih banyak daripada kadar mioglobin
pada daging dada karena bagian paha lebih sering digunakan untuk melakukan aktivitas
dibanding dada sehingga lebih banyak pasokan mioglobin.9
Mountney (1976)
Jenis Unggas Asam lemak Asam lemak tidak jenuh (%)
jenuh (%) Asam oleat Asam Asam Asam arach
linoleat linolenat
Ayam 28-31 47-57 14-18 0,7-1,0 0,3-0,5
Kalkun 28-33 39-52 13-21 0,8-1,3 0,2-0,7
Itik 87 42 24 1,4 0,2
Angsa 30 57 8 0,4 0,05
Burung 23 56 17 0,7 0,04
merpati
Kandungan lemak pada karkas ayam bervariasi menurut umur, jenis kelamin,
dan spesiesnya. Lemak lebih banyak didapatkan di bawah kulit dibandingkan dengan
yang tersebar dalam jaringan. Lemak daging ayam terdiri dari atas lemak berwarna
putih dan lemak berwarna kuning. Lemak putih lebih banyak mengandung lemak
jenuh dan tidak cepat tengik. Lemak berwarna kuning banyak mengandung vitamin
A. Lemak unggas mengandung asam lemak tidak jenuh lebih banyak dibandingkan
lemak daging merah (sapi).8 Jika dibandingkan dengan ternak lain, lemak ayam
mengandung lebih sedikit kolesterol dan lebih banyak asam lemak tidak jenuh. 9 Kadar
lemak daging bebek, mentok, burung dara muda dan kalkun ternyata lebih tinggi dari
daging ayam. Lemak unggas terdapat dalam tenunan otot dan lapisan daging di bawah
kulit serta di rongga perut.8
Selama proses pasca mortem terjadi perubahan jaringan otot yaitu penurunan
keempukan akibat kelebihan energi, sehingga jaringan otot berkontraksi. Setelah
energi habis dan tidak terbentuk lagi, dan ini terjadi pada fase pasca rigor, karena
kontraksi otot sudah terhenti. Setelah fase rigor mortis terlewati, jaringan otot
mengalami fase pasca rigor, dimana jaringan otot menjadi lunak dan daging
menjadi empuk. Mekanisme proteolitik merupakan teori yang sering digunakan
untuk menerangkan keempukan daging pasca rigor.1
5. Perubahan Warna
Warna daging ditentukan oleh pigmen daging yang utama, yaitu mioglobin.
Banyak faktor yang mempengaruhi warna daging termasuk pakan, spesies, jenis
hewan, umur, jenis kelamin, stres (tingkat aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen.
Perubahan warna selama post mortem berhubungan dengan perubahan pH
pada otot daging. Kecepatan penurunan pH dan nilai pH ultimat sangat
mempengaruhi karakteristik warna daging. Penurunan pH post mortem yang cepat
mengakibatkan warna daging pucat. Sementara nilai pH post mortem yang tinggi
mengakibatkan daging berwarna merah gelap.
Selain pengaruh pH, perubahan warna juga dipengaruhi oleh reaksi kimia
mioglobin dengan adanya oksigen. Dengan ketersediaan oksigen yang
berkecukupan, maka akan terjadi oksigenasi terbentuk oksimioglobin yang
berwarna merah cerah, serta pada proses lain akan Metmioglobin yang dapat
menyebabkan diskolorisasi daging segar.9
F. PENANGANAN PASCA MORTEM
1. Pelayuan Daging
Tujuan pelayuan daging adalah agar proses pembentukan asam laktat dapat
berlangsung sempurna sehingga terjadi penurunan pH daging. Serta untuk
memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum serta citarasa yang khas.
Posisi karkas selama pelayuan sebaiknya digantung, karena ini akan mempercepat
proses penirisan dan menghindari memar pada daging. Pelayuan yang baik
dilakukan pada suhu sedikit lebih rendah daripada suhu kamar. Pelayuan daging
unggas sebaiknya dilakukan pada suhu 0 – 7 oC. Pada kondisi seperti ini akan
memberikan kesempatan pada daging untuk melewati fase rigor mortis, sehingga
menjadi empuk.1,9 Daging dengan keempukan optimum dan citarasa khas,
dilakukan pada suhu lebih tinggi, dan waktu lebih lama.13 Akan tetapi pelayuan
pada temperatur tinggi memiliki risiko kerusakan daging yang tinggi, terutama
akibat pertumbuhan mikroorganisme. Pada proses pelayuan daging terjadi
perubahan seperti daging menjadi lunak, daging menjadi kurang transparan,
perubahan PH daging, dll.9
2. Pembekuan
Penyimpanan daging beku dilakukan pada suhu –17 sampai –40 oC. Pada
daging unggas dapat tahan dalam keadaan baik selama satu tahun bila disimpan
pada suhu –17,8oC. Pada suhu ini daging unggas dalam keadaan beku. Dengan
pembekuan mikrobia dan aktivitas enzim dapat dihambat, sehingga proses
pembusukan ataupun kerusakan daging unggas dapat dihambat. Ada tiga metode
dasar pembekuan yang umum digunakan secara komersial, yaitu: pembekuan di
udara, pembekuan dengan kontak tidak langsung dengan bahan pendingin, dan
pembekuan dengan pencelupan atau perendaman dalam medium pendingin.1,9
1. Penggaraman
2. Pengasapan
Pengasapan adalah salah satu cara
memasak, memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama daging.
Makanan diasapi dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu,
dan tidak diletakkan dekat dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar.
Sewaktu pengasapan berlangsung, makanan harus dijaga agar seluruh bagian
makanan terkena asap. Api perlu dijaga agar tidak boleh terlalu besar. Bila suhu
tempat pengasapan terlalu panas, asap tidak dapat masuk ke dalam makanan.
Sewaktu pengasapan dimulai, api yang dipakai tidak boleh terlalu besar.
3. Pengalengan
4. Pembekuan
Proses pengawetan dengan cara
pendinginan dilakukan dengan cara menempatkan daging ayam pada suhu dingin,
yakni pada 0oC hingga 15oC, dengan tujuan untuk mengurangi laju aktivitas
mikrobia dalam daging dan menurunkan kadar air daging hingga menjadi 60%.
Ada beberapa metode pembekuan daging, seperti plate freezing. Pada metode
pembekuan plate freezing atau yang dikenal pula sebagai metode quick
freezing ini, daging kontak langsung dengan peralatan bersuhu dingin. Daging
ayam dibekukan dengan cepat dengan menggunakan plate refrigerator.13
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat F. Pengetahuan Bahan Pangan. Banda Aceh; Universitas Serambi Mekkah
Fakultas Teknologi Pertanian; 2018. 39-52 p
2. Nataamijaya, Achmad Gozali. Pengembangan Potensi Ayam Lokal Untuk Menunjang
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. 2010 June 29;29(4):132
3. Rasyaf, Muhammad. Beternak Ayam Kampung. 1 st ed. Ferdiansyah, Hendi, editor.
Jakarta: Penebar Swadaya, 2011. 266 p.
4. Ulfah, Dwi Joko S.M. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak ayam Ras Pedaging. 1st ed.
Saraswati, Desi., Nugroho, Sony, editor. Jakarta: Penebar Swadaya, 2011. 3-5 p.
5. Sholekah, D. M. Pengaruh Suplementasi Tepung Jintan Hitam (Nigella Sativa L.)
Dalam Pakan Terhadap Persentase Karkas Dan Bagian Karkas Ayam
Pedaging [ dissertation]. Malang: Universitas Brawijaya; 2018
6. Karim, M F. PENGARUH LEVEL NANOKAPSUL KUNYIT DALAM RANSUM
TERHADAP PERSENTASE KARKAS, BAGIAN - BAGIANNYA, LEMAK
ABDOMINAL DAN SUB-KUTAN PADA ITIK LOKAL JANTAN. [thesis]. Yogyakarta:
Universitas Mercu Buana; 2018
7. Prihatiningsih, R., Setiani, B. E., & Pramono, Y. B. Pengaruh Metode Thawing
terhadap Kadar Protein, Kadar Lemak, dan Protein Terlarut Daging Ayam Petelur
Afkir Beku. Jurnal Teknologi Pangan; 2021, 5(2): 64-70.
8. Koswara S. Pengolahan Unggas. Ebookpangan.com. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2009
9. Hermanianto, Joko and Nurwahid, Mochamad and Azhar, Elfizar. Pengetahuan
Bahan Pangan Hewani. In: Pengetahuan Bahan Daging dan Unggas. Jakarta:
Universitas Terbuka; 2008
10. Liur, I. J. Kualitas Kimia dan Mikrobiologis Daging Ayam Broiler Pada Pasar
Tradisional Kota Ambon. Al-Hayat: Journal of Biology and Applied Biology; 2020,
3(2): 59-66.
11. Asmali, A. (2020). Modul pembelajaran prakarya dan kewirausahaan SMA kelas XII:
perencanaan usaha budidaya unggas
12. Sutrisni K. Makalah Pengolahan Unggas. Ebook Pangan : 2009
13. Poultry Indonesia. Teknologi Pengawetan Daging Ayam. 2019